KORELASIABDOMINAL SKINFOLD THICKNESSDENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD
KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulina Ambarsari Mawar Ning Hadi
NIM : 108114019
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KORELASIABDOMINAL SKINFOLD THICKNESSDENGAN KADAR
TRIGLISERIDA PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Paulina Ambarsari Mawar Ning Hadi
NIM : 108114019
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah karya yang tulus kupersembahkan untuk :
Allah Bapa di Surga dan Tuhan Yesus
Ayah, Bunda, Kakak, Adikku
Sahabat dan saudara-saudaraku
vii
PRAKATA
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan pada Bapa di surga dan Tuhan
Yesus Kristus atas segala berkat, cinta, dan kuasa-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Trigliserida pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata satu Farmasi (S.Farm.), program Studi Ilmu
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sekaligus
untuk menambah pengetahuan dalam dunia kefarmasian pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan dan bantuan yang penulis terima Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus khususnya kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing dan penguji skripsi
yang telah mengarahkan, dan meluangkan waktu untuk berdiskusi bersama
penulis selama proses penelitian, penyusunan, hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D.,
Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
4. Kedua orang tuaku, Mas Tatank, dan Gigih yang tak pernah lelah
viii
5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung beserta staf, Poliklinik
Penyakit Dalam, Laboratorium RSUD Temanggung yang telah memberikan
izin untuk penulis dapat melakukan penelitian.
6. Segenap dosen pengajar, staf sekretariat serta laboran Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
7. Sahabat dan saudara-saudaraku Widya, Andre, Indra, Yoga, Siska, Reii, Ole,
Bundo, Mama, Della, Kecil, Ega, Bayu, Nusa, Mas Ferdi, angkatan 2010
Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Tim Skripsi Payung, IPKT, Gladi,
Syantikara, Kokerma atas proses pendewasaan, pembelajaran dan
pengalaman-pengalaman yang dilalui bersama.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan selalu mengiringi setiap gerak dan langkah, serta
berkatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan yang ada dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itulah penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga penelitian skripsi yang telah dilakukan penulis dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian.
ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
PRAKATA ... vii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 11
x
B. Dislipidemia ... 13
1. Diabetes melitus tipe 2 dengan dislipidemia... 14
C. Trigliserida ... 17
1. Hipertrigliserida ... 19
D. Antropometri ... 20
1. Skinfold thickness ... 21
2. Abdominal skinfold thickness... 23
E. Landasan Teori ... 26
F. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
B. Variabel Penelitian ... 29
1. Variabel utama ... 29
2. Variabel pengacau ... 29
C. Definisi Operasional ... 29
D. Responden Penelitian ... 30
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 32
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 33
H. Instrumen Penelitian ... 34
I. Tata Cara Penelitian ... 34
1. Observasi awal ... 34
xi
3. Pembuatanleafletdaninformed consent... 35
4. Pencarian calon responden ... 35
5. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian ... 37
6. Pengambilan sampel darah dan pengukuran parameter ... 37
7. Pembagian hasil pemeriksaan ... 38
8. Pengolahan data... 38
J. Analisis data penelitian ... 38
K. Kesulitan Penelitian ... 39
A. Karakteristik Responden Penelitian ... 41
1. Usia ... 42
2. Abdominal skinfold thickness... 44
3. Kadar trigliserida... 46
B. Perbandingan Kadar Trigliserida pada Kelompok AST<nilai pusat dan AST>nilai pusat ... 48
1. Pada responden pria ... 48
2. Pada responden wanita ... 51
C. KorelasiAbdominal Skinfold Thicknessdan Kadar Trigliserida ... 53
1. Pada responden pria ... 54
2. Pada responden wanita ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 69
BIOGRAFI PENULIS ... 94
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik
menurut WHO, NCEP-ATP III, IDF ... 14
Tabel II. Klasifikasi Dislipidemia Sekunder ... 15
Tabel III. Jumlah Responden yang terlibat ... 31
Tabel IV. Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi... 39
Tabel V. Karakteristik Responden Penelitian ... 42
Tabel VI. Uji Komparatif Kelompok AST<24,00mm
dan AST>24,00mm ... 49
Tabel VII. Uji Komparatif Kelompok AST<25,70mm
dan AST>25,70mm ... 51
Tabel VIII. Hasil uji korelasi AST dengan
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kadar Gula Darah... 11
Gambar 2. Kerusakan Proses Metabolisme pada DM tipe 2 ... 13
Gambar 3. Hubungan antara DM tipe 2, dislipidemia dan resiko terjadinya CVD ... 15
Gambar 4. Hubungan Resistensi Insulin dan Peningkatan Trigliserida ... 16
Gambar 5. Bagian Anatomi Manusia untukSkinfold Thickness ... 22
Gambar 6. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness ... 24
Gambar 7.Skinfold Calliper ... 24
Gambar 8. Cara Pengambilan Lemak padaSkinfold Thickness ... 25
Gambar 9. Diagram Sebar Korelasi AST pada Pria... 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 70
Lampiran 2.Ethical Clearance ... 71
Lampiran 3.Inform Consent... 72
Lampiran 4. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 73
Lampiran 5.Leaflet ... 74
Lampiran 6. Lembar Informasi Penelitian ... 76
Lampiran 7. Pedoman Wawancara ... 81
Lampiran 8. Uji Normalitas Usia Responden Pria ... 82
Lampiran 9. Uji Normalitas AST Responden Pria ... 83
Lampiran 10. Uji Normalitas Kadar Trigliserida Responden Pria... 84
Lampiran 11. Uji Normalitas Kelompok Responden Pria ... 85
Lampiran 12. Uji Komparatif dan Uji Korelasi Responden Pria ... 86
Lampiran 13. Uji Normalitas Usia Responden Wanita ... 87
Lampiran 14. Uji Normalitas AST Responden Wanita ... 88
Lampiran 15. Uji Normalitas Kadar Trigliserida Responden Wanita ... 89
Lampiran 16. Uji Normalitas Kelompok Responden Wanita ... 90
Lampiran 17. Uji Komparatif dan Uji Korelasi Responden Wanita ... 91
Lampiran 18. Hasil Tes Laboratorium Responden ... 92
xv
INTISARI
Diabetes Melitus tipe 2 termasuk salah satu penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi. Kondisi dislipidemia seringkali ditemui pada penyandang DM tipe 2. Salah satu kondisi dislipidemia adalah peningkatan kadar trigliserida, yang merupakan indikator profil lipid dalam darah.Abdominal skinfold thickness(AST) adalah bagian dari metode antropometri yang digunakan untuk mengukur massa lemak tubuh dan digunakan sebagai pendeteksian dini penyakit yang berkaitan dengan profil lipid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara AST dengan kadar trigliserida dalam darah penyandang DM tipe 2 di RSUD Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi analitik dengan metode
cross-sectional pada 101 orang (41 pria, 60 wanita) dan pengambilan sampel secaranon random, jenis purposive sampling. Responden yang digunakan adalah pasien rawat jalan RSUD Temanggung penyandang DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan peneliti meliputi pengukuran AST dan kadar trigliserida. Analisis hasil menggunakan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Pengolahan data tersebut menggambarkan distribusi data. Uji korelasi dilakukan dengan analisis Spearman
dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara abdominal skinfold thickness
terhadap kadar trigliserida pada responden pria dengan r= 0,074 dan p= 0,647. Korelasi positif tidak bermakna juga ditemukan pada responden wanita dengan r=0,060 dan p=0,649.
xvi method of Anthropometry was used to measure body fat mass and was used as an early detection of the disease associated with the lipid profile. This research aims to find out whether there is a correlation between levels of triglycerides with AST in the blood of people with type 2 DM in the RSUD Temanggung.
This research is a study of observation method with cross-sectional analytic on 101 (41 men, 60 women) and sampling is a non random, purposive sampling types. Respondents who used outpatient in RSUD Temanggung with DM type 2 that meet the criteria for inclusion and exclusion. The data used researchers include measurements of AST and the levels of triglycerides. Analysis of the results using the Kolmogorov-SmirnovandShapiro-Wilk test for normality. The processing of such data describing the distribution of the data. Test correlation analysis is performed with Spearman with the confidence level of 95%.
The results showed that the existence of a positive correlation is not significantly with very weak correlation between the strength of abdominal skinfold thickness of triglyceride levels in man with respondents value r = 0,074 and p = 0,647. Positive correlation does not significantly the respondent was also found in women with r = 0,060 and p = 0,649.
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes melitus tipe 2 menjadi salah satu penyakit yang paling sering
terjadi tak hanya di negara maju, tapi juga di negara berkembang, seperti
Indonesia. PERKENI (2005) menyatakan bahwa World Health Organization
(WHO) memprediksikan kenaikan jumlah pasien di Indonesia, sebagai salah satu
negara berkembang dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun
2030. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada diperingkat keempat jumlah
penyandang diabetes melitus di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina
(Hans, 2008). Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes melitus
(DM) dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan DM
gestasional. Diantara tipe yang ada, DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak
ditemukan yaitu lebih dari 90% (Suyono, 2007). Tipe dari diabetes yang ada
sebenarnya selalu berhubungan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin juga
dapat ditemukan pada orang yang tidak pernah menderita diabetes. (Gibney dan
Wolmarans, 2008).
Kondisi diabetes melitus seringkali menjadi faktor risiko timbulnya
berbagai penyakit atau masalah kesehatan penyerta. Dislipidemia sering ditemui
pada resistensi insulin atau DM tipe 2. Beberapa penelitian di Indonesia yang
berhasil dikumpulkan sampai sekarang kasus dislipidemia pada DM tipe 2
Prevalensi dislipidemia dijumpai 67% dari populasi penyandang DM tipe 2
(Tjokropawiro, 2003). Dislipidemia termasuk dalam bagian dari sindroma
metabolik yang disebut juga sindroma resistensi insulin atau sindroma X.
Sindroma metabolik mencakup obesitas sentral, gangguan metabolisme lipid,
resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa (glukosa darah puasa
terganggu, toleransi glukosa terganggu atau DM), dan hipertensi (PERKENI,
2005). Terkumpulnya gangguan metabolik ini merupakan keterkaitan berbahaya
yang dapat menerangkan tinggi risiko komplikasi kardiovaskuler pada penderita
DM tipe 2 (Hendromartono, 2009). Salah satu ciri spesifik dislipidemia pada
resistensi insulin adalah peningkatan trigliserida (hipertrigliserida). Trigliserida
sebagai salah satu indikator profil lipid, di dalam tubuh dapat berasal dari asupan
sehari-hari maupun dihasilkan oleh organ hepar (Baiduri, 2011; Rohman, 2007).
Penelitian terkait trigliserida dilaporkan bahwa kadar trigliserida meningkat secara
bermakna pada 43,2% DM tipe 2 dari tahun 2001-2004. Hal ini menunjukkan
bahwa studi prospektif lipid (trigliserida) sebagai prediktor pada DM tipe 2
diperlukan (John, 2004).
Peningkatan adiposa antaraabdominaldan lemak tubuh viseral bagian atas
memberi banyak peran dalam kasus sindrom metabolik termasuk dislipidemia
(Jensen, 2006). Peningkatan adiposa jaringan terbukti mempunyai hubungan lebih
kuat dengan risiko penyakit metabolik yang meliputi hiperinsulinemia, hipertensi,
hiperlipidemia, DM tipe 2, dan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular.
Berdasarkan The American Heart Association and National Heart, Lung, and
sindroma metabolik sesuai dengan kriteria NCEP ATP III tanpa mengikutsertakan
kriteria obesitas jika kriteria lainnya telah ada, sebab terdapat individu yang tidak
obesitas tetapi memiliki resistensi insulin dan faktor risiko metabolik (Soegondo
dan Gustaviani, 2006).
Tingginya akumulasi lemak, terutama pada daerah perut (intraabdominal
fat) memicu jaringan adiposa menghasilkan hormon-hormon tertentu dalam
jumlah yang tidak normal (WHO, 2006). Massa lemak tubuh seseorang dapat
ditentukan dengan parameter tertentu, salah satunya dengan skinfold thickness,
yang merupakan bagian dari metode antropometri. Metode ini secara umum
digunakan dalam evaluasi dan prediksi yang efisien sebagai deteksi dini penyakit
yang berkaitan dengan profil lipid (Narendra, 2006). Pengukuran skinfold
thickness bagian abdominal memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil
dibandingkan dengan 14 pengukuran pada anatomi lain (Demura dan Sato, 2007).
Berdasar pada data yang didapat dari bagian rekam medik RSUD
Kabupaten Temanggung, diketahui bahwa prevalensi DM tipe 2 di RSUD tersebut
termasuk tinggi. Hal ini membuat RSUD Kabupaten Temanggung dapat menjadi
model dalam penelitian terkait DM tipe 2. Pada tiga tahun terakhir ini, hingga data
terakhir yang didapat adalah pada tahun 2012, penyandang DM tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung menduduki peringkat ketiga bergantian dengan diare dan
hipertensi sebagai penyakit dengan prevalensi tertinggi per tahun. Setiap hari
penyandang DM tipe 2 di bagian rawat jalan mencapai kurang lebih 15 orang.
Penelitian tentang korelasi metode antropometri dengan profil lipid pada
itu, peneliti mengambil data dari penyandang DM tipe 2 di RSUD Temanggung
sebagai responden penelitian.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dan pencegahan
komplikasi dengan pemantauan yang lebih intensif pada DM tipe 2, maka
dilakukan penelitian mengenai korelasi antara pengukuran abdominal skinfold
thickness terhadap kadar trigliserida. Hasil penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan edukasi kesehatan dan sarana pemantauan
lebih intensif bagi penyandang DM tipe 2 agar lebih optimal.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka
permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat korelasi antara abdominal skinfold thickness terhadap kadar
trigliserida pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang
berkaitan dengan korelasiabdominal skinfold thicknessterhadap kadar trigliserida
yang telah dipublikasikan antara lain sebagai berikut :
a. “Hubungan antara Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah”
(Lipoeto, Yerizel, Edward, dan Widuri, 2007). Penelitian ini dilakukan pada 70
orang penduduk dewasa (diatas 20 tahun) di daerah kabupaten Padang Pariaman.
Jumlah penderita obesitas berdasarkan index massa tubuh (IMT >25kg/m2) sebanyak 34,3%, berdasarkan lingkar pinggang (LP) berjumlah 38,6% dan
analisis korelasi menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar glukosa darah
dengan metode antropometri terlebih pada pengukuran BMI dan rasio lingkar
pinggang panggul. Nilai korelasi yang didapat antara kadar glukosa darah dengan
IMT adalah 0,101 (p>0,05), dengan LP sebesar 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP
adalah sebesar 0,186 (p>0,05). Dengan adanya penelitian tersebut, maka dapat
diketahui bahwa adanya hubungan antara pengukuran antropometri dengan
beberapa zat yang terkandung dalam darah.
b. “Incidence of Type 2 Diabetes individuals with Central Obesity in a
Rural Japanese Population” (Ohnishi, et.al., 2006). Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan melihat risiko diabetes pada obesitas sentral dan normal. Sebanyak
348 pria dan 523 wanita responden masing-masing dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu obesitas dan normal. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa risiko DM tipe
2 secara signifikan lebih tinggi di dalam kelompok obesitas sentral dibanding di
dalam kelompok normal (15,6% vs 5,8%, p<0,0001). Penelitian tersebut sekaligus
menjadi acuan pemilihan responden, dimana diketahui adanya resiko DM tipe 2
yang lebih tinggi pada obesitas sentral (semakin tinggi nilai lemak subkutan).
c. “Hubungan Persentase Lemak Tubuh dan Indeks Massa Tubuh dengan
Kadar Trigliserida Darah pada Wanita Menopause: studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang” (Setyandri, 2009).
Pada penelitian tersebut, dilakukan penelitian secara cross-sectional dengan 44
responden wanita menopause. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa adanya
hubungan antara presentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh dengan kadar
persentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh, maka semakin tinggi pula kadar
trigliserida pada wanita menopause. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita
menopause memiliki persentase lemak tubuh tinggi sebesar 29,5%, indeks massa
tubuh gemuk sebesar 63,6%, kadar trigliserida darah sebesar 20,5%, aktivitas fisik
sedang sebesar 40,9%
d. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness
terhadap Trigliserida” (Anastasia, 2010). Pada penelitian tersebut digunakan
rancangan penelitian cross-sectional. Responden penelitian yang dipilih
merupakan dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
jumlah 70 orang (usia 30-50 tahun). Hasil pengujian karakteristik diperoleh umur
dan BMI terdistribusi secara normal (p=0,197 dan p=0,200), Triceps skinfold
thickness dan trigliserida tidak terdistribusi normal (p=0,000 dan p=0,000).
Korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap trigliserida adalah korelasi
positif yang bermakna dengan kekuatan lemah, nilai r berturut-turut adalah 0,389
dan 0,0320. Perbedaan dengan penelitian ini adalah sasaran responden, dimana
pada penelitian ini digunakan responden pasien dengan diabetes melitus tipe 2.
Sedangkan dalam penelitian tersebut adalah staf pria Universitas Sanata Dharma.
e. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Trigliserida dalam Darah pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma”
(Poerwowidjojo, 2011). Pada penelitian tersebut dilakukan uji korelasi dengan
rancangan cross-sectional dengan responden 57 orang staf wanita Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Responden yang dipilih adalah rentang usia 30-50
(r=0,444; p=0,001) antara BMI dan kadar trigliserida, sedangkan korelasi
abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida merupakan korelasi
positif bermakna (r=0,375; p=0,004).
f. “Gambaran Profil Lipid pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang
Dirawat di RS Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2005” (Taqwin,
2007). Penelitian bertujuan melihat gambaran profil lipid pada pasien DM tipe 2
yang dirawat di RS Immanuel Bandung secara umum dan melihat prevalensi
berbagai kondisi profil lipid. Penelitian ini dilakukan pada 108 pasien DM tipe 2.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 34,26% pasien mengalami hiperlipidemia.
Tipe hiperlipidemia yang paling banyak ditemukan adalah tingginya kadar LDL
(81,80%), rendahnya kadar HDL (70,30%), dan hipertrigliserida (54,50%).
Penelitian tersebut memberikan gambaran prevalensi pasien DM tipe 2 yang
mengalami dislipidemia (hipertrigliserida).
g. “Hubungan Peningkatan Kadar Glukosa Darah terhadap Peningkatan
Kadar Trigliserida pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Jombang
Periode Januari-Desember 2008” (Hidayat, 2010). Pada penelitian ini dilakukan
pada 105 pasien rawat jalan yang didiagnosa DM tipe 2 dengan kriteria telah
diperiksa kadar lipid darah, belum pernah mendapat terapi dislipidemia. Hasil
penelitian yang didapat adalah diketahui adanya hubungan bermakna antara
peningkatan kadar glukosa darah dengan kadar trigliserida pada pasien rawat jalan
DM tipe 2. Peningkatan kadar glukosa darah dan peningkatan trigliserida pada
h. “Dyslipidemia in Type 2 Diabetes Mellitus: More Atherogenic Lipid
Profile in Women” (Nakhjavani, Esteghamati, Esfahanian, dan Heshmat, 2006).
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional pada 350 DM tipe 2
sebagai responden (100 pria dan 250 wanita), dengan umur 19-28 tahun. Hasil
penelitian didapatkan bahwa wanita memiliki nilai total kolesterol
(p<0,001:233,7mg/dL), trigliserida (p<0,05:219,7mg/dL), LDL-C
(P<0,001:141,2mg/dL), HDL (P<0,05:47,1mg/dL). Prevalensi segala tipe
dislipidemia pada wanita terbukti lebih tinggi dibanding pada pria.
i. “Suprailiac or Abdominal Skinfold Thickness Measured with A
Skinfold Caliper as A Predictor of Body Density in Japanese Adults” (Demura
dan Sato, 2007). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional pada
203 orang Jepang (126 pria dan 77 wanita) berumur 21-81 tahun yang dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu obesitas dan non-obesitas. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa suprailiac dan abdominal skinfold thickness dapat digunakan
sebagai metode pengukuran yang akurat dalam memperkirakan body density pada
orang dewasa Jepang. Pengukuran ini semakin baik bila dikomparasikan dengan
skinfold thickness pada anatomi tubuh yang lain. Pengukuran pada abdominal
skinfold thickness mempunyai nilai signifikansi positif (p) 0,07 (not significant)
untuk total systematic error, sedangkan pada pengukuran lain didapatkan nilai
yang negatif.
j. “Hubungan antara Resistensi Insulin dengan Dislipidemia pada
Penderita Diabetes Melitus tipe 2” (Widiastuti, 2006). Penelitian ini dilakukan
dalam RS Dr.Sardjito, RSUD Kota Yogyakarta dan RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten pada bulan Maret-September 2004. Subyek penelitian terdiri
dari 23 orang laki-laki dan 43 orang perempuan yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi dikelompokkan menjadi dua, kelompok resistensi insulin dan tidak
resistensi insulin berdasarkan HOMA IR. Terdapat pada 61 subyek dislipidemia
dan tidak resistensi insulin, serta 29 subyek dengan resistensi insulin dan
dislipidemia. Hasil penelitian didapatkan tidak adanya hubungan antara resistensi
insulin dengan dislipidemia pada penderita DM tipe 2. Pada hasil penelitian ini
dijabarkan adanya korelasi positif dan tidak bermakna antara resistensi insulin
dengan IMT (r=0,292; p=0,009), glukosa puasa (r=0,440; p<0,0001) dan insulin
puasa (r=0,651; p<0,0001), korelasi positif dan tidak bermakna dengan trigliserida
(r=0,159; p=0,101), korelasi negatif dan tidak bermakna dengan kadar kolesterol
total (r=-0,095, p=0,223), LDL (r=-0,157, p=0,104) dan HDL (r=-0,032,
p=0,400).
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian terkait korelasi
antaraabdominal skinfold thicknessterhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoretis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat dan acuan penelitian lebih lanjut bagi para
akademisi mengenai korelasi abdominal skinfold thickness terhadap kadar
b. Manfaat Praktis. Hasil pengukuranabdominal skinfold thicknessdapat
menjadi deteksi dini peningkatan kadar trigliserida pada DM tipe 2.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkait korelasi
antara abdominal skinfold thickness dengan kadar trigliserida dalam darah pada
11
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan kronik pada metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh defisiensi insulin
relatif atau absolut. Diabetes melitus tipe 2 merupakan kelompok DM akibat
kurangnya sensitivitas insulin (Inzuchi, 2003). Gambar 1 menunjukkan
perbandingan nilai beberapa tes darah (hemoglobin-A1C, glukosa darah puasa,
dan toleransi glukosa) pada kondisi diabetes, prediabetes, dan normal oleh
American Diabetes Association. Beberapa tes darah tersebut, pada diabetes
cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan adanya kondisi kurangnya sensitivitas
insulin yang berdampak pada peningkatan beberapa tes darah, terlebih
peningkatan gula darah.
Apabila kadar gula darah mencapai >200mg/dL, maka seseorang dimasukan
dalam kelas diabetes melitus (DM). Gangguan metabolisme karbohidrat (gula
darah) terlebih pada lansia meliputi tiga hal yaitu resistensi insulin, hilangnya
pelepasan insulin pada fase pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial
tidak terjadi pada lansia dengan DM , dan peningkatan kadar glukosapostprandial
dengan kadar glukosa puasa normal.
Secara fisiologis, glukosa darah dijaga pada kadar tertentu oleh pankreas
dengan sekresi insulin. Pada dasarnya, penyandang DM tipe 2 tidak tergantung
insulin eksogen, dan dibutuhkan kemampuan mengendalikan kadar gula darah
baik dengan diet maupun terapi farmakologis (Thevenoid, 2008). Kadar gula
darah pada DM tipe 2 cenderung naik, hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada
proses metabolisme. Dalam kondisi normal, karbohidrat akan dipecah menjadi
glukosa di saluran pencernaan dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Insulin sebagai hormon pengatur metabolisme karbohidrat, diproduksi oleh
kelenjar pankreas. Adanya insulin akan mempermudah masuknya glukosa ke
dalam sebagian besar sel. Pada DM tipe 2, kondisi resistensi insulin berdampak
pada glukosa tidak dapat diserap secara efektif dalam tubuh. Kadar glukosa yang
tidak dapat diserap secara efektif inilah yang akan terakumulasi dalam aliran
darah dan merusak pembuluh darah. Pada gambar 2 ditunjukkan kerusakan pada
Gambar 2. Kerusakan Proses Metabolisme pada DM Tipe 2 (Metacure, 2012)
Timbulnya resistensi insulin dapat disebabkan oleh empat faktor, yaitu
perubahan komposisi tubuh massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih
banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor
insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola makan menjadi lebih
banyak, perubahan neurohormonal (terutama insulin-like growth factor atau
IGF-I) dan dehidroepiandosteron (DHEAS plasma) sehingga terjadi penurunan
ambilan glukosa yang berdampak menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan
aksi insulin (Rochmah, 2007).
B. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di atas normal serta penurunan
kolesterol HDL di dalam darah (Shah, Devrajani, Devrajani, dan Bibi 2008;
dalam ciri-ciri sindroma metabolik. Tabel 1 merupakan tabel kriteria sindroma
metabolik menurut beberapa sumber, yaitu menurut WHO, NCEP-ATP III, dan
IDF.
Hipertensi TD>140/90 mmHg atau riwayat terapi
>110 mg/dL GDP > 100 mg/dL
Mikroalbuminuria Rasio albumin urine dan kreatinin 30 mg/g
atau
laju sekresi albumin 20 mcg/menit
1. Diabetes melitus tipe 2 dengan dislipidemia
Dislipidemia sering ditemui pada resistensi insulin atau DM tipe 2,
meskipun kadar gula darah terkontrol
.
Kondisi resistensi insulin maupun defisiensi insulin akibat kelainan genetik. dapat menyebabkan kondisihiperglikemia. Pada resistensi insulin, hiperglikemia terjadi dikarenakan adanya
kondisi peningkatan lipolisis, peningkatan produksi glukosa, dan penurunan
pengambilan glukosa. Di sisi lain, resistensi insulin dapat menyebabkan kondisi
dislipidemia. Pada gambar 3, ditunjukkan bahwa adanya hubungan antara DM
resistensi insulin dapat menyebabkan terjadinya dislipidemia dan kondisi
hiperglikemia. Kondisi dislipidemia dan hiperglikemia merupakan kondisi yang
dapat menjadi faktor resiko terjadinyacardiovascular disease.
Gambar 3. hubungan antara DM tipe 2, dislipidemia dan resiko terjadinya CVD (Pittas, 2003)
Adanya keadaan dislipidemia pada suatu penyakit yang mendasari
seringkali disebut dislipidemia sekunder. Tabel II merupakan tabel klasifikasi
penyakit-penyakit maupun gangguan yang menyebabkan dislipidemia sekunder.
Pada tabel ini juga ditunjukkan bahwa konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik,
obesitas, dan diabetes mellitus dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
peningkatan trigliserida dan kondisi dislipidemia.
Kondisi dislipidemia berkaitan dengan kadar asam lemak tubuh. Kadar
asam lemak merupakan prediktor yang kuat untuk resistensi insulin. Pada
resistensi insulin terjadi peningkatan lipolisis. Hal ini terjadi karenapada keadaan
resistensi insulin, hormon sensitif lipase di jaringan adiposa akan menjadi aktif
sehingga lipolisis trigliserida di jaringan adiposa semakin meningkat (Grundy,
et.al., 2004; Soegondo dan Gustaviani, 2006). Keadaan ini menghasilkan asam
lemak bebas yang berlebihan. Peningkatan asam lemak bebas dalam plasma yang
selanjutnya akan meningkatkan uptake asam lemak bebas kedalam liver (Garg,
2004; Rohman, 2007). Disamping itu terjadi peningkatan sintesis trigliserida de
novo di liver karena hiperinsulinemia merangsang ekspresi sterol regulation
element binding protein-1 (SREB1Pc), protein ini berfungsi sebagai faktor
transkripsi yang mengaktifkan gen yang terlibat lipogenesis di liver. Gambar4
merupakan gambar hubungan antara resistensi insulin dengan peningkatan
lipogenesis (pembentukan trigliserida).
Gambar 4. Hubungan Resistensi Insulin dan Peningkatan Trigliserida
Peningkatan lipolisis pada resistensi insulin, juga berdampak pada
peningkatan protein kolesterol ester transferase dan hepatic lipase. Hal ini
mengakibatkan peningkatan VLDL1 yang kemudian menjadi small dense LDL.
Partikel-partikel LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih bersifat aterogenik
daripada partikel-partikel LDL yang lebih besar (buoyant LDL particles), karena
ukurannya yang lebih kecil, kandungan di dalam plasma lebih besar jumlahnya,
sehingga lebih meningkatkan risiko aterogenik (Adiels, 2006).
Pada dasarnya, trigliserida yang disintesis di hati, kemudian dibawa
bersama dengan kolesterol dari depot simpanan kolesterol, fosfolipid dan
apoB-100 menjadi VLDL yang kemudian disekresikan ke dalam darah. Very Low
Density Lipid dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu VLDL1 dan VLDL2.
Partikel VLDL1 lebih besar bila dibandingkan dengan VLDL2, namun VLDL2
lebih kaya kolesterol dan sedikit jumlah trigliseridanya. Peningkatan kadar VLDL1
ini menyebabkan peningkatan katabolisme HDL sehingga HDL menjadi rendah.
Pola dislipidemia seperti ini sering disebut diabetic dislipidemia atau tipe B yang
berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung
koroner dan keadaan ini ekivalen dengan kadar LDL kolesterol antara 150-220
mg/dL (Adiels, 2006;PERKENI, 2005).
C. Trigliserida
Trigliserida adalah ester trihidrat alkohol gliserol dan asam lemak yang
merupakan lipid terbanyak dalam tubuh hewan. Trigliserida banyak ditemukan
depot yang berfungsi sebagai penyimpanan makanan (Ngili, 2009). Sumber utama
trigliserida dalam darah berasal dari 2 sumber. Sumber pertama, trigliserida
eksogen yang berasal dari makanan dan didistribusikan dalam bentuk kilomikron.
Sumber kedua berasal dari hati atau trigliserida endogen yang ada dalam bentuk
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) (Ngili, 2009; Hegele, Yuan, dan Al-Shalt,
2007). Disamping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida sebagai jaringan
lemak juga berfungsi sebagai bantalan tulang-tulang dan organ vital (Soeharto,
2000).
Trigliserida diangkut terutama sebagai kilomikron dari usus menuju hepar,
kemudian mengalami metabolisme. Hasil metabolisme sebagian besar berupa
VLDL yang kemudian diangkut menuju ke seluruh tubuh. Oleh karena itu,
trigliserida yang tinggi cenderung disertai dengan VLDL dan LDL yang tinggi
pula (Goodman, 2000). Trigliserida yang tidak mengalami penghantaran akan
disimpan sebagai lemak dalam jaringan adipose (Joyce, 2007).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah
antara lain adalah berat badan, umur, konsumsi alkohol, genetik, konsumsi
obat-obat tertentu (vitamin C, kofribat, penformin, metformin), mengidap penyakit
tertentu (hipertensi, hipotiroidisme, thrombosis serebral, sindrom metabolik), dan
gaya hidup yang tidak sehat. Pada wanita, kadar trigliserida umumnya lebih
rendah dibanding pada pria. Pada wanita menopause (berumur >50 tahun)
penurunan kadar estrogen berdampak pada penurunan kadar kolesterol HDL dan
prediktor CAD yang lebih kuat daripada kolesterol LDL (Antonios, Angiolillo,
dan Siliman, 2008).
1. Hipertrigliserida
Salah satu kondisi dislipidemia adalah hipertrigliseridemia. Penyebab
umum hipertrigliserida antara lain DM, obesitas, gagal ginjal kronik dan konsumsi
alkohol. Pada dasarnya, trigliserida plasma yaitu eksogen yang dibawa oleh
kilomikron (misalnya lemak makanan) maupun endogen (dari hati) yang dibawa
oleh very-low density lipoprotein (VLDL). Dalam kondisi setelah makan, lebih
dari 90% trigliserida yang bersirkulasi, berasal dari usus dan disekresikan oleh
kilomikron, sedangkan saat puasa, trigliserida endogen disekresikan melalui oleh
hati VLDL. Peningkatan kadar lipoprotein kaya trigliserida plasma disebabkan
oleh peningkatan produksi di hati atau usus, atau akibat penurunan proses
katabolisme perifer (Hegele,et.al., 2007 ;American Diabetes Association, 2012).
Berdasarkan The National Cholesterol Education Program Adult
Treatment Panel III(NCEP ATP III), rujukan kadar trigliserida dibagi atas empat
tingkatan yaitu normal (<150 mg/dL), borderline high (150-199 mg/dL), high
(200-499 mg/dL) danvery high(>500 mg/dL). Hipertrigliserida dibagi menjadi 2,
yaitu primer dan sekunder. Hipertrigliserida primer disebabkan oleh kelainan
genetik metabolisme lipid. Sedangkan hipertrigliserida sekunder disebabkan oleh
berbagai kondisi, seperti sindrom metabolik, obesitas, DM, konsumsi alkohol, dan
sebagainya. Peningkatan kadar insulin dan resistensi insulin, menyebabkan
berbagai efek pada metabolisme lemak (Hegele, et.al., 2007; Sniderman, Balley,
D. Antropometri
Antropometri merupakan studi sederhana dan pengukuran dimensi tubuh
manusia berdasarkan indeks yang telah ditentukan. Indeks adalah cara
perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui
keterkaitan antara titik pengukuran (Bridger, 2003; Wickens, Lee, Liu, dan
Gorden, 2004; Glinka, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi
tubuh manusia, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, suku bangsa (ras), kondisi
patologis, dan kehamilan (Wickens,et.al., 2004).
Pada dasarnya komposisi tubuh terdiri dari dua yaitu massa lemak tubuh
atau fat mass (FM), otot, tulang, cairan ekstraseluler, dan massa tubuh bebas
lemak atau free fat mass (FFM). Massa tubuh bebas lemak atau free fat mass
merupakan metabolisme aktif pada jaringan tubuh. Antropometri digunakan untuk
memperkirakan total lemak tubuh, lemak regional, dan ditribusi lemak. Perubahan
jaringan lemak akan menggambarkan perubahan keseimbangan energi, sedangkan
jaringan otot menggambarkan cadangan protein tubuh (Pietrobelli, Flodmark,
Lissau, Moreno, dan Widhalm, 2005).
Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(berdiri), panjang badan (berbaring),skinfold thickness, lingkar kepala dan lengan,
panjang lengan, lebar bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain (NHANES, 2007).
Sebagai sebuah metode, antropometri memiliki keuntungan yaitu sederhana, tidak
mahal, lebih akurat dan dapat dipercaya. Metode ini merupakan suatu dasar untuk
mempelajari teknik pengukuran yang akurat dan banyak digunakan secara luas
1. Skinfold thickness
Skinfold thickness merupakan pengukuran jaringan adiposa subkutan
(jumlah lemak subkutan) pada berbagai bagian tubuh. Pengukuran ini dilakukan
pada lipatan kulit. Lipatan kulit adalah tebal kulit yang dikumpulkan dengan
menarik kulit dan jaringan subkutan (Budiman, 2008). Hal ini digunakan untuk
memantau cadangan lemak tubuh seseorang dan melihat tingkat obesitas
seseorang.
Beberapa asumsi alasan skinfold thickness dapat digunakan untuk
mengukur lemak tubuh adalah;
• Skinfoldadalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit,
• Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua jenis kelamin
• Adanya hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak tubuh
• Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk
memperkirakan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold thickness dilakukan menggunakan skinfold caliper
dengan satuan millimeter. Masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak dua
sampai tiga kali, kemudian nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata. Setelah
melakukan pengukuran dengan skinfold caliper di bagian tertentu, apabila akan
mengetahui seberapa banyak kandungan lemak tubuh seseorang, maka perlu
dilakukan perhitungan estimasi lemak.
Pada gambar 5 ditunjukkan beberapa bagian anatomi tubuh manusia yang
Gambar 5. Bagian Anatomi Manusia untukSkinfold Thickness
(Norton, Marfell-Joes, Whittingham, Kerr, Carter, Saddington, dan Gore, 2000)
Skinfold thickness dapat menggambarkan pengukuran lemak subkutan.
Adanya hubungan antara lemak subkutan dan total lemak tubuh membuat
beberapa skinfold thickness dapat digunakan untuk memperkirakan total lemak
tubuh. Lemak subkutan dapat diukur dengan menggunakan skinfold caliper yang
diletakkan pada bagian ekstremitas dan batang tubuh. Pengukuran ini didasarkan
pada 50% lemak tubuh total yang terdapat pada lapisansubkutan.Perubahan pada
bagian subkutan dapat menggambarkan perubahan lemak tubuh total (Budiman,
2008; Dipiro, Talbert, dan Yee, 2008).
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
anatomi adalah :
•
Aksestabilitas yang berkaitan dengan presisi (menanggalkan pakaian)•
Ketersediaan data dan referensi pendukung•
Ketebalanflip(apabila berkaitan dengan kasusoverweightatau obesitas)•
Pengelompokan subyek, berhubungan dengan umur, jenis kelamin,etnis,dan tingkat lemak tubuh (obesitas atau tidak).
Metode ini selain murah, mudah dilakukan, dan tidak merugikan
kesehatan. Namun, metode ini bersifat etnicaly dependent, bersifat rasial dan
berbeda antar jenis kelamin (seks). Secara etnik terdapat beberapa perbedaan yang
terjadi karena perbedaan distribusi lemak, perbedaan tinggi duduk serta perbedaan
massa otot pada etnik yang berbeda-beda.
2. Abdominal skinfold thickness
Abdominal adalah perut bagian depan. Abdominal skinfold thickness
tersusun atas lemak abdominal yang terdiri dari lemak subkutan abdominal dan
lemakintraabdominal(Kuk, Sojung, Heymsfield, dan Ross, 2005)
Ketebalan lemak diukur dengan cara mencubit bagian abdomen secara
vertikal kira-kira 5cm dari umbilicus. Adanya akumulasi lemak subkutan pada
daerah abdominalseringkali mengarah pada obesitas sentral (Theovenoid, 2008).
Menurut American College of Sports Medicine, pengukuran skinfold thickness
merupakan pengukuran yang 98% akurat, praktis, dan dapat dilakukan hanya
dengan sedikit latihan (Lupash, 2009; McArdLe, Frank, dan Victor, 2005). Pada
gambar 6 dan gambar 7 dapat diketahui gambaran pengukuran abdominal skinfold
Gambar 6. PengukuranAbdominal Skinfold Thickness(Norton,et.al., 2000)
Gambar 7.Skinfold Calliper(Norton,et.al., 2000)
Abdominal skinfold thickness menggambarkan persebaran lemak pada daerah
abdominal. Distribusi lemak, terutama lemak di abdominal dianggap penting
dalam perkembangan gangguan resistensi insulin, sindrom metabolik dan jantung.
Lebih dari 80% dari total lemak tubuh didistribusikan dalam jaringan adiposa
subkutan dan 10-20% dalam viseral jaringan adiposa pada orang dewasa
(Bhardwaj dan Sandeep, 2011). Cara pengambilan lemak pada skinfold thickness
membutuhkan teknik khusus. Pengambilan lemak yang tidak tepat dalam pada
pengukuran skinfold thickness akan sangat mempengaruhi hasil penelitian.
Gambar 8 memberikan gambaran cara pengambilan lemak yang tepat pada
Gambar 8. Cara Pengambilan Lemak padaSkinfold Thickness
(Norton,et.al., 2000)
Jaringan adipose abdominal lebih sensitif terhadap stimulus hormonal dan
penyimpanan asam lemak. Lemak pada daerah subkutan sangat berpengaruh pada
akumulasi trigliserida yang terjadi karena berlebihnya kalori yang masuk. Pada
wanita, adiposa sentral lebih berkaitan dengan keabnormalan profil lipid atau
thickness pada semua usia berkorelasi dengan persen lemak tubuh dengan r=0,8
dan berkorelasi dengan lemak subkutan dengan r=0,75 (Budiman, 2008).
E. Landasan Teori
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena adanya kelainan pada
kelenjar pankreas atau insulin. Kondisi pada DM tipe 2 memungkinkan menjadi
faktor risiko timbulnya kelainan atau penyakit penyerta. Hal ini dikarenakan
penurunan sensitivitas insulin, dimana insulin merupakan hormon yang berperan
penting dalam tubuh. Adanya kondisi resistensi insulin ini dapat berpengaruh
terhadap metabolisme lemak. Resistensi insulin dapat mengaktifkan hormon
Lipoprotein Lipase(LPL) sehingga terjadi lipolisis dan menghasilkan asam lemak
bebas berlebihan. Asam lemak berlebihan dapat semakin menurunkan sensitifitas
insulin dan sisa asam lemak dibawa ke hepar. Asam lemak yang dibawa ke hepar
akan menjadi prekusor pembentukan VLDL yang berdampak peningkatan
trigliserida. Selain itu, resistensi insulin juga akan meningkatkan proses
lipogenesis dengan mengaktivasi reseptor PPARγ dan SREBP-1c. Proses
lipogenesis merupakan proses sintesis trigliserida dengan prekusor FFA (Free Fat
Acid) atau asam lemak bebas. Hal inilah yang memicu kondisi hipertrigliserida
pada DM tipe 2 (resistensi insulin).
Antropometri merupakan metode pengukuran dimensi tubuh yang
meliputi tulang, otot, jaringan adiposa, yang dapat diaplikasikan secara universal
akumulasi dan distribusi lemak tubuh. Salah satu pengukuran antropometri yang
dapat digunakan untuk menentukan akumulasi dan distribusi lemak tubuh adalah
skinfold thickness.
Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan pada bagian
abdominal, dimana bagian tersebut dapat menggambarkan ketebalan dan
distribusi lemak tubuh. Distribusi lemak, terutama lemak di abdominal dianggap
penting dalam perkembangan gangguan resistensi insulin, sindrom metabolik dan
jantung. Pada bagian abdominal, diketahui bahwa semakin tebal tumpukan lemak
kemungkinan semakin tinggi pula kadar lemak dalam tubuh.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung merupakan rumah
sakit tipe B. Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Berdasarkan data yang
diambil dari bagian rekam medis, diketahui bahwa prevalensi DM tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung termasuk tinggi dan menduduki peringkat ketiga setelah
diare dan hipertensi pada data tahun 2012 lalu.
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ada korelasi antara
abdominal skinfold thickness dengan kadar trigliserida pada diabetes melitus tipe
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitan ini merupakan jenis penelitian observasional analitik (non
eksperimental) karena tidak memberikan perlakuan pada responden. Pengukuran
variabel dilakukan dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang).
Pendekatan cross-sectional (potong lintang) berarti pendekatan dimana
pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada suatu saat
tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan utama penelitian observasional analitik adalah untuk menggali
bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan itu terjadi. Penggalian
informasi kemudian dilanjutkan dengan dilakukan analisis korelasi antara
fenomena, baik antara faktor resiko dan faktor efek, antar faktor resiko maupun
antar faktor efek (Notoadmodjo, 2010). Data penelitian yang digunakan adalah
data primer, karena langsung didapat dari pasien.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis korelasi antara abdominal
skinfold thicknessdengan kadar trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe
2. Faktor resiko dalam penelitian ini adalah abdominal skinfold thickness,
sedangkan kadar trigliserida sebagai faktor efek. Perolehan korelasi antar data
B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama
1) Variabel bebas(independent)dari penelitian ini adalahabdominal skinfold
thicknessresponden.
2) Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida dalam
darah responden.
2. Variabel pengacau
1) Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,
umur, kondisi puasa sebelum penelitian.
2) Variabel pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi
patologis, aktivitas dan gaya hidup responden, obat-obat yang dikonsumsi.
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Temanggung, dengan rentang umur 40 tahun ke atas yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi, pengukuran antropometri dan
hasil pemeriksaan laboratorium. Karakteristik demografi yang digunakan
meliputi usia penyandang DM tipe 2. Pengukuran antropometri meliputi
abdominal skinfold thickness (tebal lipatan kulit daerah abdomen). Hasil
pemeriksaan laboratorium yang diteliti adalah kadar trigliserida dalam darah.
a. Abdominal skinfold thickness dilakukan dengan mengukur ketebalan lapisan
lemak di bawah kulit (subkutan) yaitu dengan mencubit bagian abdomen
secara vertikal kira-kira 5cm dari umbilicus yang merupakan indikator total
lemak tubuh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper.
Nilai normal yang digunakan untuk abdominal skinfold thickness pada pria
dan wanita adalah nilai medianabdominal skinfold thicknessyang didapat dari
hasil penelitian.
b. Kadar trigliserida diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium RSUD
kabupaten Temanggung setelah responden dengan kondisi puasa 8-10 jam
sebelum diambil sampel darah. Nilai standar yang digunakan pada penelitian
ini adalah menurut the National Cholesterol Education Program Adult
Treatment Panel III(NCEP-ATP III) normal jika kadar kurang dari 150 mg/d,
borderline high jika kadar 150-199mg/dL, tinggi jika kadar 200-499mg/dL
(Semenkovich,et.al., 2011).
D. Responden Penelitian
Pada penelitian ini dipilih responden yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi yang telah ditentukan antara lain penyandang
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung dengan rentang usia di
atas 40 tahun, bersedia berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan data dan bersedia
untuk bekerjasama dalam penelitian ini. Bentuk kesediaan responden ditandai
dengan menyetujui surat perjanjian kerjasama atau informed consent. Kriteria
penyakit lain ketika dilaksanakan pemeriksaan. Penyakit penyerta yang dimaksud
adalah gagal ginjal, stroke, dan jantung koroner.
Pengambilan data dilakukan selama 6 minggu yang dilaksanakan di
RSUD Kabupaten Temanggung. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 18
Agustus 2013 sampai 28 September 2013.
Tabel III. Jumlah Responden yang Terlibat dalam Penelitian
No. Minggu ke- Jumlah
Jumlah keseluruhan responden adalah 106, dimana dari 106 responden, 5
responden di eksklusi dikarenakan tidak hadir pada saat pengambilan data
penelitian. Dengan demikian, jumlah responden yang dapat diolah datanya adalah
101 responden.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung, Jalan Dr.Sutomo
no.67, Temanggung, Jawa Tengah 56212. Penelitian berlangsung pada bulan
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Korelasi Pengukuran
Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa, dan Tekanan
Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung”.
Penelitian ini telah memperoleh izin dari Komisi Etik Kedokteran.
Penelitian ini dilakukan oleh 14 orang peneliti dengan kajian yang
berbeda. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini adalah:
a. Korelasi PengukuranBody Mass Index(BMI) terhadap Kadar Trigliserida
b. Korelasi PengukuranBody Mass Index (BMI) terhadap Rasio Kadar Kolesterol
Total/HDL
c. Korelasi PengukuranBody Mass Index(BMI) terhadap Rasio Kadar HDL/LDL
d. Korelasi PengukuranBody Mass Index(BMI) terhadap Tekanan Darah
e. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar
Trigliserida
f. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar
Kolesterol Total/HDL
g. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar
HDL/LDL
h. KorelasiPengukuranAbdominal Skinfold Thicknessterhadap Tekanan Darah
i. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
j. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang
Panggulterhadap Kadar Trigliserida
k. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL
l. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio HDL/LDL
m. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap
Tekanan Darah
n. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadapKadar Glukosa Darah Puasa
G. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan data (teknik sampling) dilakukan dengan metode non
random sampling jenispurposive sampling. Pada metode ini, tidak semua orang
yang memasuki kriteria inklusi mendapat kesempatan yang sama untuk dapat
dijadikan sebagai responden. Pada purposive sampling, respoden dipilih
berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti yaitu bahwa responden tersebut dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sastroasmoro dan
Ismael, 2010). Purposive sampling dilakukan untuk menjadi pertimbangan
tertentu bagi peneliti terkait ciri maupun kondisi populasi yang telah diketahui.
Responden yang digunakan hanyalah penyandang DM tipe 2 baik pria
maupun wanita yang di jumpai di RSUD Kabupaten Temanggung, memenuhi
yaitu 120 orang dengan jumlah minimum sampel pada penelitian korelasi, yaitu
30 orang.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah skinfold caliper
dengan merk pi zhi hou du jiuntuk mengukur abdominal skinfold thickness yang
dilakukan oleh peneliti. Spektrofotometer Sysmex Chemix-180 (Jepang), seri :
5830-0605 untuk mengukur kadar trigliserida yang dilakukan oleh laboran di
laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal
Observasi awal dimulai dengan mencari informasi terkait rumah sakit
umum daerah (RSUD) yang tepat untuk dapat dijadikan lokasi penelitian. Lokasi
penelitian dikatakan tepat dengan indikator prevalensi penyandang diabetes
melitus tipe 2 yang tinggi.
2. Permohonan izin dan kerja sama
1. Permohonan izin diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk
memenuhi etika penelitian (Ethical Clearance) menggunakan sampel
biologis manusia, yaitu darah dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.
2. Permohonan izin diajukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Temanggung sebagai lokasi penelitian setelah mendapat izin dari Komisi
3. Permohonan izin diajukan ke bagian Litbangkespol daerah Temanggung,
sebagai perizinan melakukan penelitian di daerah Kabupaten
Temanggung.
4. Permohonan kerjasama diajukan ke bagian laboratorium RSUD Kabupaten
Temanggung untuk mengukur beberapa parameter tertentu (kadar
trigliserida) yang ditentukan dalam penelitian.
3. Pembuataninformed consentdanleaflet
Pembuatan informed consent dilakukan sesuai standar yang ditetapkan
oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sedangkan leaflet dibuat sebagai sarana
informasi dan edukasi bagi responden terkait penjelasan tentang penelitian.
4. Pencarian calon responden
Responden ditentukan setelah adanya izin dari Litbangkespol RSUD
Kabupaten Temanggung. Calon responden yang bersedia diminta untuk mengisi
dan menandatangani informed consent sebagai bentuk kerjasama. Sebelum
dilakukan penelitian, responden akan diberi penjelasan mengenai maksud dan
tujuan penelitian oleh peneliti.
Pencarian responden dilakukan secara langsung (tatap muka) yaitu
dengan menunggu penyandang DM tipe 2 yang kontrol di RSUD Kabupaten
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Apabila
responden yang datang tersebut tidak berpuasa, maka peneliti memohon
responden untuk datang kembali ke RSUD Kabupaten Temanggung dalam
berguna untuk mengingatkan responden untuk berpuasa dan memberikan
konfirmasi ulang mengenai waktu dan tempat pelaksanaan pengukuran
antropometri. Peneliti juga membuat surat undangan pada para penyandang DM
tipe 2 di puskesmas dan dinas kesehatan di daerah Temanggung untuk mengikuti
penelitian.
Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
kepada calon responden. Informasi yang disampaikan meliputi pengenalan
mengenai pengukuran antropometri dan manfaatnya, serta pentingnya untuk
mengetahui korelasinya terhadap profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan
tekanan darah. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi deteksi dini para
penyandang DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung terkait mencegah
terjadinya komplikasi seperti dislipidemia dan supaya calon responden terdorong
untuk terlibat dalam penelitian ini. Media sosialisasi yang digunakan adalah dalam
bentuk leaflet yang berjudul “Type 2 Diabetes”. Leaflet ini bertujuan sebagai
sarana edukasi sekaligus informasi terkait penelitian. Cakupan informasi yang
terdapat di leaflet mencakup pengukuran antropometri dan perannya untuk
mengetahui distribusi dan akumulasi lemak di tubuh, serta pemeriksaan penunjang
di laboratorium untuk mengetahui profil kesehatan. Informasi dalam leaflet
disusun secara singkat, padat dan informatif yang dilengkapi ilustrasi sehingga
mudah dipahami oleh calon responden. Calon responden yang bersedia ikut dalam
5. Validitas dan realibilitas instrumen penelitian
Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen yang valid dan reliable
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Instrumen yang valid adalah instrumen
yang dapat mengukur variabel yang diinginkan. Sedangkan instrumen yang
reliable merupakan instrumen yang dapat digunakan beberapa kali akan
menghasilkan data yang sama. Salah satu parameter yang harus dipenuhi untuk
validitas dan reliabilitas instrumen adalah nilai coefficient of variation (CV)
(Sugiyono, 2010). Nilai CV yang baik didapat dari perhitungan simpangan baku
dibagi dengan nilai rata-rata beberapa kali dan dikalikan dengan 100%, sehingga
didapat nilai CV < 5%. Pada uji realibilitas instrumen diketahui bahwa nilai CV
pada responden wanita adalah 2%, sedangkan pada responden pria adalah 1,36%.
Berdasarkan nilai koefisien variasi yang dihasilkan tersebut, dapat dikatakan
validitas dan realibilitas instrumen penelitian ini memiliki nilai presisi yang baik.
Kalibrasi alat juga dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini ditujukan
dengan harapan dapat memberikan hasil penelitian yang akurat. Kalibrasi alat
dilakukan pada Skinfold Calliper dengan cara menggunakan anak timbang untuk
memastikan jarumcaliperberada tepat di angka nol. Kalibrasi alat pada penelitian
ini dilakukan tiap 10 kali pengukuran. Sedangkan untuk alat pengukur trigliserida,
kalibrasi dilakukan oleh pihak laboratorium rumah sakit.
6. Pengambilan sampel darah dan pengukuran parameter
Pada penelitian ini, parameter yang digunakan peneliti adalah abdominal
skinfold thicknessdan kadar trigliserida. Pengambilan darah responden yang telah
pengambilan darah serta tidak sakit pada hari yang bersangkutan, dilakukan oleh
Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung.
Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan dengan
menggunakan skinfold caliper dan dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik
pengukurannya adalah dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang lapisan lemak bawah kulit. Rahang skinfold caliper menjepit lapisan
lemak dengan posisi vertikal. Abdominal skinfold thickness diukur dari lateral
umbilicus sepanjang 5 cm. Pada saat pengambilan data AST, responden diminta
untuk melepaskan baju agar membantu validitas hasil pengukuran. Pengambilan
sampel darah pada responden dilakukan oleh tenaga ahli dari laboratorium RSUD
Kabupaten Temanggung.
7. Pembagian hasil pemeriksaan
Hasil pengukuran parameter dibagikan kepada responden secara langsung
oleh peneliti. Proses pemberian hasil pemeriksaan tersebut disertai dengan
penjelasan kepada responden terkait hasil pemeriksaan.
Data yang diperoleh diolah dengan program computer secara statistik.
Langkah awal yang digunakan adalah kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun
dan menggolongkan data dalam kategori-kategori dan dilakukan interpretasi.
J. Analisis Data Penelitian
Interpretasi data dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
danShapiro-Wilkuntuk melihat distribusi normal suatu data. Suatu data dikatakan
normal bila nilai Asymp.Sig(p) lebih besar dari 0,05. Apabila distribusi data telah
diketahui, maka dapat dilakukan pengujian selanjutnya yaitu uji korelasi dan
komparasi.
Data diuji korelasinya dengan analisis Spearman. Hal ini dikarenakan
didapatkan distribusi data yang tidak normal. Taraf kepercayaan yang digunakan
pada penelitian ini adalah 95%.
Tabel IV. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi (Dahlan, 2011)
No Parameter Nilai Interpretasi
1 Kekuatan korelasi (r) 0,0 - < 0,2 0,2 - < 0,4
Analisis komparatif juga dilakukan pada dataabdominal skinfold thickness
menggunakan uji Mann-Whitney karena ada distribusi data yang tidak normal.
Data abdominal skinfold thickness yang dibandingkan adalah nilai abdominal
skinfold thickness< nilai median danabdominal skinfold thickness> nilai median.
K. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah dalam pencarian responden, dimana
tidak semua penyandang DM dan memenuhi kriteria inklusi eksklusi, berkenan
menjadi responden dalam penelitian. Selain itu, adanya responden yang tidak
berpuasa pada saat pengambilan data, sehingga tidak dapat diambil datanya. Hal
ini cukup menghambat dan berdampak pada lama waktu pencarian responden
40
BAB IV
Penelitian ini termasuk dalam penelitian payung dengan judul Korelasi
Pengukuran Antropometri terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa, dan
Tekanan Darah pada Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian dilakukan di poliklinik penyakit dalam RSUD Djojonegoro
Temanggung, Jawa Tengah untuk mengetahui korelasi antara abdominal skinfold
thicknessdengan kadar trigliserida dalam darah pada diabetes melitus tipe 2.
Pengukuran abdominal skinfold thickness merupakan bagian dari metode
antropometri yang seringkali digunakan untuk pendeteksian dini (prediksi dan
evaluasi) suatu penyakit yang berkaitan dengan profil lipid. Salah satu lipid yang
paling sederhana, disimpan dalam jumlah besar di bawah kulit dan di rongga
abdominal adalah trigliserida. Tingginya kadar trigliserida (hipertrigliseridemia)
dapat menjadi indikator paling potensial terjadinya cardiovascular disease.
(Gibney dan Wolmarans, 2008).
Responden dalam penelitian ini adalah penyandang diabetes melitus tipe 2.
Hal ini dikarenakan DM tipe 2 erat kaitannya dengan resistensi insulin. Pada
resistensi insulin sering ditemui kasus dislipidemia yang salah satunya ditandai
dengan peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Pada penelitian dilakukan
desain potong lintang (cross-sectional), yang merupakan rancangan studi
epidemiologi dimana cara pengamatan (observasi) dilakukan serentak pada
individu-individu dari populasi tunggal dalam suatu saat atau periode.