• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Moral Pada Tokoh Utama Yang Tercermin Dalam Cerpen 'Saigo No Ikku' Karya Mori Oogai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Moral Pada Tokoh Utama Yang Tercermin Dalam Cerpen 'Saigo No Ikku' Karya Mori Oogai."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

森鴎外作「最後の一句」における主人公の道徳的価値の分析

序論

「最後の一句」は森鴎外が53歳のときに書いた小説である。この小

説を読んでいると、これには日本的な道徳概念と言える思いやり、人情、

甘え、義理などが多く含まれているような気がする。

筆者は、この小説の主人公の道徳価値を道徳アプローチをもって分

析しようと思う。道徳アプローチを使用するのは、当アプローチは社会生

活における人間の善悪の行動を文学作品と関連づけるところがあるからで

ある。

本論

日本の社会軌範、価値観には義理、人情、甘え、思うやりなどと言

われるものがあるが本論文では、思いやりおよび人情に焦点を絞って分析

を進めてみることにする。

まず、思いやりというのはどのようなことであるかを見てみよう。

思いやりというのは真心に基づき、見返りを望まず他人に何かをしてあげ

▸ Baca selengkapnya: nilai moral yang terkandung dalam cerpen tanah air karya martin aleida

(2)
(3)

三 同情も人情の一種である。実子でない長太郎が死刑の判決をくださ

れた養父の危機に瀕した情況に同情するのは人情である。その長太郎の同

情・人情の現われは、裁判所に出す願書において見られる。

また、この人情は、夜回りの取った行動でも見られる。彼は、子供

たちに裁判官・お奉行様官のところへの道を子供たちに教えてくれたので

ある。悲しみに打ち拉がれた子供たちを同情して見るのも人情である。次

の文は、それを見せている。

提灯を持って、拍子木を敲いて来る夜廻りの爺いさんに、お 奉行様のところへはどう往ったら往かれようと、いちがたず ねた。爺いさんは親切な、物分りのよい人で、。。。

最後の一句

人 情 は 、 親 子 の 関 係 に 見 ら れ る よ う な 、 人 に 対 す る 自 然 の

感情である。

本論には書いていないが、思いやりと人情違いとしては、思いやり

は人情を行動に移したもので、人情は単なる人間が感じる愛情、同情、悲

(4)

四 結論

「最後の一句」を道徳アプローチをもって分析してみた結果、次の結

論を引き出すことができる。

父親を助けようとする行動は純心に基づき、見返りを望まない、行

動であり、子供たち 長太郎も含めて の父親に対する思いやりで

ある。

また、子供たちの父親に対する思い、夜回りの子供たちに対して取

った行動、また、子供たちのおばあ様に対してあまえたり、ねだっ

(5)

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Pembatasan Masalah………..4

1.3 Tujuan Penelitian………...4

1.4 Metode Penelitian dan Pendekatan………4

1.5 Organisasi Penulisan………..7

2.1 Tata Nilai dan Norma Bangsa Jepang………...8

2.1.1 Omoiyari ( empati )……….10

2.1.2 Ninjō...14

2.1.3 Amae………15

(6)

3.1 Omoiyari………20

3.2 Ninjō………..31

(7)

! !

!

" #

$

% &

$ #

'

% (

)

' #

% * &!

! +!

(8)

!

! " # $ ! % & '

' ' # ( $ '

) ' $ *

!

) ' $ ' *

# % % +

* , )

' '

* % , - . %

/ ) . /

" ) ' ( 0 & /

(9)

1 ) '

1 ' '

" % & .

2 3 + % !

'

' ' ) ! 4

' * ! , " ) %

/ & * ' ' 2

5 ' * ' ) " 6 7

' $ &

8 3 # ( ' # *

# *

' '

$ '

2 3

9 ( * + :

* 6 7 ! . ,, % *

(10)

)

' 3 ; $ # < ' 5 ' % - '

* '

: 3 = 3 ,

8 )

88 > '

$ $' 3 # +

$ %

84 '

' , 2 5

) % 3 84+ 84:

% 84 * *

5 ) '

* * 8

8

$ * 8 '

% 3 ? " '

(11)

2 3 ?

' ' ' $ *

* . * ' ' 8

' ' # *

4 ' *

(12)

2-森鴎外作「最後の一句」における主人公の道徳的価値の分析

(13)

Seorang juragan perahu di Oosaka bernama Tarobee dihukum dan

dipertontonkan didepan umum karena penggelapan uang. Hal ini banyak

diperbincangkan diseluruh kotad sehingga mengakibatkan keluarga Tarobee

menderita. Ibu dari sang istri Tarobee datang dari kota Hinaro dan memberikan

bantuan materi serta tenaga. Ia disebut sebagai . Tarobee

mempunyai lima orang anakd yaitu : Ichid Matsud Tokud Hatsugorōd dan Chōtarō

seorang anak laki!laki yang diapdosi dari sanak keluarga istri Tarobee.

Suatu hari pengadilan memutuskan bahwa Tarobee akan dihukum mati.

Anak pertamanya yang bernama Ichid mendengarkan sang nenek menceritakan

berita ini kepada ibunya. Pada waktu malam hari sebelum dieksekusid Ichi

mempunyai ide untuk membuat petisi yang berisi permintaan pengampunan bagi

ayahnya Tarobee. Akan tetapi jika petisi itu hanya berisi permintaand mungkin

tidak akan didengarkan. Maka Ichi menawarkan diri anak!anak Tarobee untuk

dihukum mati sebagai ganti ayahnya dengan pengecualian Chōtarōd karena ia

bukan anak kandung dari Tarobee. Setelah berjuang untuk menyampaikan petisi

(14)

Wali kota barat yang menerima petisi tersebut merasa curiga ada tipu

muslihat di balik petisi tersebutd karena ia tidak percaya anak!anak seperti Ichi

yang baru berumur enam belas tahun dapat membuat petisi dengan kata!kata yang

demikian tepat. Ia meminta nasehat dari penguasa istana Oosakad dan dengan

persetujuannya diadakanlah persidangan untuk menyelidiki kasus tersebut.

Pada waktu persidangand hadirlah kelima anak!anak Tarobee itu dan

ditemani oleh keluarga merekad serta para tetua!tetua kelurahan. Pada saat tersebut

telah hadir wali kota barat dan timurd juga seorang penguasa istana Oosaka. Pada

saat ditanyaid kelima anak tersebut mengaku bersedia untuk menggantikan

hukuman ayahnya yang akan dihukum mati. Ketika Ichi ditanyaid ia menjawab

dengan tegas dan pasti. Bahkan ketika diancam akan disiksa jika ia berkata

berbohongd ia pun tidak gentar menjawabnya. Lalu dalam jawaban Ichi pada

kalimat terakhird Ichi mengatakan sesuatu hal yang menggugah perasaan para

pejabat dan semua yang telah hadir di persidangan tersebut. Setelah itu sidang pun

ditutup.

Setelah persidangn selesaid hukuman mati Tarobee ditunda untuk

penyelidikan berikutnya. Dan setelah beberapa buland akhirnya hukuman mati

Tarobee dibatalkan karena adanya perayaan kenaikan tahta kaisar yang

sebenarnya telah tertunda 51 tahun. Sebagai ganti hukuman matid Tarobee

diasingkan dari Oosaka dan sanak keluarganya dipanggil sekali lagi ke kantor

(15)

Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, dibuat pada tahun 1915 ( 大正 四 年 ), pada waktu ia berusia 53 tahun. Cerpen ini dimuat dalam buku Shōnen Shōjō Nihon Bungaku Kan yang diterbitkan oleh Kodansha tahun 1986. Mori Oogai merupakan salah satu pengarang besar di

antara pengarang Jepang lainnya di zaman modern. Zaman modern di Jepang

dimulai setelah restorasi Meiji, yaitu pada tahun 1868. Zaman modern menurut

Isoji Asō adalah zaman dimana manusia berusaha menghilangkan perbedaan status sosial yang terdapat dalam masyarakat feodal dan menyadari perlunya

kebebasan, persamaan hak dan humanisme sebagai dasar kehidupan modern

( 1983 : 179 ).

Mori Oogai adalah seorang dokter tentara yang dikirim oleh

pemerintahan Jepang untuk memperdalam ilmunya di Jerman sehingga ia juga

mengalami sistem pendidikan Barat. Pada tahun 1988, ia kembali ke Jepang

untuk mengembangkan pengetahuannya di luar ilmu kedokteran seperti

kesusastraan, kesenian, maupun filsafat barat, yang diperolehnya sewaktu belajar

di Jerman. Karena banyaknya ilmu pengetahuan yang ia kuasai, ia dijuluki

(16)

Sebagai seorang pengarang, karya3karya yang dihasilkannya

beranekaragam, di antaranya Rekishi Shoosetsu ( Novel Sejarah ) misalnya

Sanshōdayū dan Takase Bune, dan Shishoosetsu ( Novel Aku ) misalnya Maihime, yang ditulis berdasarkan kehidupan yang dialaminya semasa di Jerman.

Saigo No Ikku merupakan karya yang ditulis berdasarkan fakta pada

masa pemerintahan Tokugawa pada zaman Genbun1 tahun 1738. Dalam cerpen

ini dikisahkan pula secara umum kondisi para penguasa yang ditambah dengan

imajinasi pengarang sehingga menjadi sebuah karya fiksi yang dapat digolongkan

sebagai novel sejarah ( Isoji Asō, 1983 : 179 ). Mori juga menyertakan tanggal, bulan, dan tahun peristiwa tersebut terjadi, sehingga pembaca mendapatkan

gambaran, kapan, di mana dan apa yang melatar belakangi kejadian tersebut.

Cerpen ini menceritakan tentang seorang juragan perahu di Oosaka

bernama Tarobee. Ia dihukum karena penggelapan uang. Hal ini banyak

dibicarakan diseluruh kota, sehingga mengakibatkan keluarga Tarobee menderita.

Ibu dari sang istri datang dari kota Hirano memberikan bantuan materi dan tenaga.

Ia disebut sebagai nenek dari Hirano. Tarobee mempunyai lima orang anak, yaitu

Ichi, Matsu, Toku, Hatsugorō, dan Chōtarō seorang anak laki3laki yang diadopsi

dari sanak keluarga istri Tarobee.

Suatu hari pengadilan memutuskan bahwa Tarobee akan dihukum mati.

Anak pertamanya yang bernama Ichi mendengarkan sang nenek menceritakan

berita ini kepada ibunya. Di malam sebelum eksekusi, Ichi mempunyai ide untuk

membuat petisi yang berisi permintaan pengampunan bagi ayahnya Tarobee.

(17)

Maka Ichi menawarkan diri agar anak3anak Tarobee dihukum mati sebagai ganti

ayahnya dengan pengecualian Chōtarō, karena ia bukan anak kandung Tarobee.

Akhirnya petisi yang telah dibuat tersebut sampai ke tangan wali kota barat.

Wali kota barat yang menerima petisi tersebut merasa curiga ada tipu

muslihat di balik petisi itu, karena ia tidak percaya anak3anak seperti Ichi yang

baru berumur enam belas tahun dapat membuat petisi yang kata3katanya

demikian bijak. Wali kota tersebut meminta nasehat dari penguasa Oosaka, dan

dengan persetujuannya diadakanlah persidangan untuk menyelidiki kasus tersebut.

Akhirnya hukuman mati Tarobee dibatalkan dan sebagai gantinya Tarobee

diasingkan selamanya dari Oosaka.

Cerpen karya Mori Oogai ini merupakan sebuah cerita yang menarik

untuk dibaca karena kepandaian Mori dalam menuangkan ide3idenya ke dalam

rangkaian cerita yang menggambarkan tindakan Ichi yang tidak biasa dilakukan

oleh seorang anak kecil yang menolong ayahnya yang akan dihukum mati, dan

juga mengangkat masalah moral terutama pada omoiyari dan ninjō, juga

memberikan manfaat kepada para pembacanya dengan cara mengeksplorasi nilai

moral yang terdapat di dalam cerita tersebut. Nilai omoiyari dan ninjō dalam

bangsa Jepang memiliki keunggulan yang turut menata kehidupan bangsa Jepang.

Atas dasar itu, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk menganalisis nilai moral

pada tokoh utama yang tercermin dalam cerpen Saigo No Ikku karya Mori Oogai

(18)

Masalah yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini dibatasi

pada nilai moral dilihat dari sudut pandang masyarakat Jepang, yang mengangkat

omoiyari dan ninjō yang tercermin dalam tokoh utama. Kita tahu bahwa nilai3nilai moral dalam bangsa Jepang, namun saya hanya memilih nilai moral

untuk omoiyari dan ninjō, karena memiliki efek sosial di dalam masyarakat.

Dalam kaitannya itu penulis mencoba menyinggung hubungan antara omoiyari

dan ninjō dengan nilai3nilai lain yang mirip seperti amae dan giri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami nilai

moral masyarakat Jepang yang terkandung dalam cerpen Saigo No Ikku.

! "# # #

Metode yang digunakan penulis untuk mencapai tujuan penelitian ini

adalah Studi Literatur, yaitu uapaya melakukan kajian terhadap sejumlah buku

bacaan yang dianggap relevan dengan materi atau judul skripsi yang ditulis.

Berdasarkan objek masalah yang akan penulis teliti, maka penulis

meneliti sebuah cerpen yang berjudul Saigo No Ikkukarya Mori Oogai, dengan

menggunakan pendekatan moral.

Pendekatan moral adalah pendekatan tentang nilai3nilai kebenaran yang

mengkaitkan karya sastra dengan hal3hal baik dan buruknya tingkah laku manusia

(19)

Hubungan antara karya sastra dengan moral, merupakan suatu cerminan

tingkah laku manusia yang tidak terlepas dengan moral. Karena karya sastra dapat

menjadi salah satu sumber media penyampaian ide atau gagasan yang berisi

nasehat atau pendidikan berupa ajaran3ajaran moral.

Menurut buku Teori Pengakajian Fiksi, Burhan mengatakan bahwa :

$ " % & # # '

Berdasarkan pengertian tersebut penulis berasumsi bahwa karya sastra

yang dihasilkan memiliki kaitan yang erat dengan moral3moral yang ada di dalam

masyarakat dan berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia

sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan berketuhanan. Kekuatan pendekatan

moral ini terletak pada upaya memandang karya sastra sebagai karya yang

mengandung pemikiran, falsafah hidup yang akan membawa manusia menuju

kearah kehidupan yang lebih bermutu.

Menurut Atar Semi dalam buku Metode Penelitian Sastra ( 1993 : 71 ) merupakan

suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah masyarakat bagi menentukan

kebaikan dan keburukan. Moral dapat dikatakan juga sebagai suatu norma tentang

kehidupan yang mendapat kedudukan yang istimewa dalam kehidupan

masyarakat, yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk. Pengertian

tentang baik atau buruknya sesuatu merupakan hal yang bersifat relatif, dalam arti

(20)

baik oleh masyarakat lainnya.

Pandangan suatu masyarakat tentang moral, nilai3nilai, dan

kecenderungan3 kecenderungan, biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup

bangsanya. Oleh karena itu moral yang hendak disampaikan pengarang dari suatu

bangsa sangat erat kaitannya dengan falsafah hidup dan kepribadian bangsa mana

ia berasal ( Burhan Nurgiyantoro, 1966 : 321 ).

Karena objek penelitian dari skripsi ini merupakan karya sastra Jepang

maka moral yang dibahas dalam skripsi ini adalah moral menurut falsafah hidup

dan kepribadian bangsa Jepang.

Dalam karya sastra, moral yang terkandung di dalamnya biasanya

merupakan cerminan pandangan hidup si pengarang tentang nilai3nilai kebenaran

yang ingin disampaikan kepada para pembaca.

Menurut Kenny yang dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro dalam buku

Teori Pengkajian Fiksi, moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu

saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang

dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca

( 1966 : 321 ).

Ajaran moral yang terkandung dalam suatu cerita dapat mencakup banyak

masalah misalnya masalah tentang kehidupan yang menyangkut harkat dan

martabat manusia, masalah tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya,

dan masalah3masalah lain yang dihadapi manusia. Pendekatan moral ini

merupakan ajaran moral dan nilai3nilai kebenaran yang disampaikan oleh

(21)

1 2

Penulis membagi penelitian ini dalam empat Bab. Tiap3tiap bab

diuraikan lagi ke dalam sub3sub bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang

memuat lima sub bab, yaitu Latar belakang, pembatasan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian dan pendekatan, dan organisasi penulisan. Bab

kedua adalah landasan teori, yang berisi tentang suatu tata nilai dan norma bangsa

Jepang yang terdiri dari Omoiyari dan Ninjō. Bab ketiga adalah nilai moral pada

tokoh utama yang tercermin dalam cerpen Saigo No Ikku, yang terdapat pada

nilai moral omoiyari dan ninjō. Bab keempat adalah kesimpulan, yang berisi

(22)

39 Setelah melakukan penelitian terhadap cerpen Saigo No Ikku karya Mori

Oogai melalui pendekatan Moral, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Melalui nilai nilai moral yang terdapat pada cerpen Saigo No Ikku, dapat

disimpulkan bahwa nilai moral di dalam omoiyari ada tiga hal, yaitu :

Dalam cerpen ini, dapat dilihat adanya omoiyari dalam tindakan

Ichi dan Matsu dalam menyelamatklan ayahnya dari suatu

pengadilan. Karena mereka mempunyai perasaan yang mendalam

terhadap orang tuanya, sehingga anak anak tersebut mempunyai

keinginan untuk membebaskan orang tuanya yang akan menjalani

hukuman mati.

Selain kedua anak tersebut melakukan tindakan omoiyari, Chōtarō

yang bukan merupakan anak kandung dari Tarobee, ia juga ikut

menunjukkan suatu tindakan ninjō.

Omoiyari anak anak Tarobee terhadap hakim, ketika seorang anak

kecil yang berusaha untuk bertemu dengan sang hakim dan

menyerahkan surat permohonan yang telah mereka tulis. Karena

hakim adalah orang yang berkuasa di dalam pengadilan, maka

(23)

40 pengadilan, Ichi beserta adik adiknya berusaha untuk tidak

membuat hakim marah dan membuat surat permohonan tersebut

dengan sebaik baiknya.

2. Nilai moral yang terdapat pada ninjō dapat disimpulkan bahwa : perasaan

cinta / kasih sayang, perasaan simpati, kebaikan hati, serta kesedihan,

merupakan perasaan manusiawi yang paling mendasar dan getaran alami

hati manusia. Nilai moral di dalam ninjō terdapat empat hal, yaitu :

Ninjōnya tercermin ketika anak anak bermanja manja dan

bercanda dengan orang yang disayangi.

Perasaan ninjō, dilihat dari tindakan Chōtarō yang ikut merasakan

apa yang dirasakan orang tuanya.

Ninjō penjaga malam yang tua terhadap anak anak, yang telah

berbaik hati dan mau menunjukkan jalan menuju ke tempat

kediaman hakim. Dan ada pula Ninjō para penjaga pintu atau para

birokrasi terhadap anak anak, yang telah berbaik hati mau

menerima surat permohonan yang telah ditulis oleh Ichi beserta

adik adiknya dan diserahkan kepada hakim.

3. Di dalam cerpen ini terdapat juga perbedaan antara omoiyari dan ninjō.

Yang membedakan kedua konsep tersebut adalah ninjō, lebih keperasaan

manusiawi.sedangkan omoiyari, lebih berpikir sesuatu dan bertindak

dalam melakukan sesuatu hal. Contohnya dapat terlihat pada cerpen Saigo

No Ikku, yang mana Chōtarō sebagai anak angkat Tarobee, untuk

(24)

41 melakukan suatu tindakan, yaitu membuat surat permohonan yang

menyatakan untuk rela mengorbankan dirinya, menggantikan hukuman

ayahnya. Sedangkan pada ninjō, ia lebih ke perasaan manusiawi yang

timbul dari dalam hati manusia secara spontan sebagai seorang anak

kepada orang tuanya.

(25)

1. Asō, Isoji dkk, 1983, ,

Unioersitas Indonesia ( UI Press ) : Jakarta.

2. Badudu, J.S., Prof. Dr., 1994, , Sinar

11. Nakane, Chie, 1981, & , Sinar Harapan : Jakarta.

12. Nakane, Chie, 1996, ' (, Kodansha International.

13. Nurgiyantoro, Burhan, 1966, " ) , Gajah Mada Unioersity

Press : Yogyakarta.

14. Nelson, Andrew, 2003, & , PT. Kesaint Blanc Indah Corp :

Jakarta.

(26)

16. Sumardjo Jakob dan Saini K.M, 1997, , PT. Gramedia

Pustaka Umum : Jakarta.

17. Semi, Atar. M., Prof. Drs., 1993, & " ( , Angkasa Raya :

Bandung.

18. Soepardjo, Djodjok, 1999, & , CV. Bintang : Surabaya.

19. ( http://www.andrew.ac.jp/sociology/teachers/harada )

Referensi

Dokumen terkait

persetujuan tersebut dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing The World

Dari hasil simulasi pengendahan intelejen didapatkan bahwa kualitas pengendalian yang dilakukan oleh sistem intelejen sangat baik, dan sistem cepat mencapai keadaan

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tangal 10 (sepuluh) setiap

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume II-5/W1, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013, Strasbourg,

Kedua da’i terebut menggunakan gaya bahasa percakapan dalam pemilihan bahasa berdasarkan pilihan kata sedangkan berdasarkan nada kedua da’i tersebut menggunakan gaya

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan variabel dukungan manajemen puncak dan komunikasi pemakai secara parsial tidak memberikan kontribusi nyata terhadap

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Banggai akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan