• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap nasionalisme pada siswa kelas V melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan metode problem based learning di SD Kanisius Kadirojo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap nasionalisme pada siswa kelas V melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan menggunakan metode problem based learning di SD Kanisius Kadirojo."

Copied!
312
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Sikap Nasionalisme pada Siswa Kelas V Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan Metode Problem Based

Learning di SD Kanisius Kadirojo Purnomo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini didorong oleh pengalaman lapangan keterbatasan guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Pembelajaran di kelas lebih menekankan aspek kognitif, sehingga aspek-aspek afektif dan konatif seolah diabaikan. Hal tersebut diduga merupakan penyebab dari rendahnya sikap nasionalisme pada pembelajaran PKn.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil pada mata pelajaran PKn melalui metode Problem Based Learning. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung dalam dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, aksi, observasi dan refleksi. Peneliti menggunakan metode Problem Based Learning untuk mengatasi masalah rendahnya sikap nasionalisme. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala sikap untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa dan didukung dengan observasi.

Berdasarkan hasil skor yang diperoleh dari penelitian kondisi awal adalah 62,7, kemudian pada siklus I sebesar 76,3 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 88,8. Selisih dari kondisi awal ke siklus I sebesar 13,6 dan selisih dari kondisi awal ke siklus II sebesar 26,1. Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup pada kondisi awal adalah 26,47%, meningkat pada siklus 1 menjadi 97,06% dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap nasionalisme kelas V SD Kanisius Kadirojo.

(2)

Increased Attitude of Nationalism at Fifth Grade on Civic Education use Problem Based Learning Method Kanisius Kadirojo Elementary School

Purnomo

Sanata Dharma University 2016

This research was caused by the experience of limitation teachers in applying methods of learning. Learning in the classroom more emphasis on cognitive aspects, so that aspects of affective and conative as ignored. It was alleged to be the cause of the poor attitude of nationalism in Civics lesson. The purpose of this research was to increased the attitude of nationalism at Fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school 2015/2016 academic year on the subjects of Civics used Problem Based Learning method. The subjects were students of Fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school.

This research was a classroom action research that takes place in two cycles consisting of planning, action, observation and reflection. Researchers used Problem Based Learning method to overcome the problem of low nationalism. Data collection techniques in this research used the attitude scale to knew nationalism attitudes of students and was also supported by observations.

Based on the results obtained from the research score of initial conditions was 62.7, then in the first cycle was 76.3 and increased again in the second cycle to 88.8. The difference from the initial conditions to the second cycle was 3.6 and the difference from the initial conditions to the second cycle was 26.1. The percentage of students who had minimal enough nationalism attitude of initial conditions was 26,47%, then in the first cycle was 97,06% and increased again in the second cycle to 100%. It can be concluded that the implementation of Problem Based Learning can improve the attitude of nationalism, fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school.

(3)

i

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA KELAS V MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING DI SD KANISIUS KADIROJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syrat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Purnomo 121134113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada : Allah SWT

Kedua Orangtuaku:

Sudiman Miyanto dan Jamiatun Adikku

Sutikno

Dosen Pembimbingku

Drs. Paulus Wahana, M. Hum.

(7)

v MOTTO

Motto :

Anggaplah berbuat baik kepada orang lain sebagai kewajiban kita. Janganlah menganggap kebaikan orang lain kepada kita sebagai kewajiban mereka.

– K. H. Mustafa Bisri

Guru yang baik harus memiliki kecintaan belajar yang tidak pernah padam.

-Confusius

Yang memalukan bukanlah ketidaktahuan, melainkan ketidakmauan untuk belajar.

–Plato

Kebahagiaan akan terasa manis bila diperoleh melalui perjuangan mengalahkan penderitaan. Kebahagiaan akan menjadi lebih manis bila dibagikan.

–Iwan Setyawan

Nilai seorang manusia terletak pada apa yang ia berikan, bukan apa yang ia terima.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2016

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Purnomo

Nomor Mahasiswa : 121134113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME PADA SISWA KELAS V MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING DI SD KANISIUS KADIROJO SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara tetbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang buat sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Januari 2016 Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

Peningkatan Sikap Nasionalisme pada Siswa Kelas V Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan Metode Problem Based

Learning di SD Kanisius Kadirojo Purnomo

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini didorong oleh pengalaman lapangan keterbatasan guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Pembelajaran di kelas lebih menekankan aspek kognitif, sehingga aspek-aspek afektif dan konatif seolah diabaikan. Hal tersebut diduga merupakan penyebab dari rendahnya sikap nasionalisme pada pembelajaran PKn.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil pada mata pelajaran PKn melalui metode Problem Based Learning. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung dalam dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, aksi, observasi dan refleksi. Peneliti menggunakan metode Problem Based Learning untuk mengatasi masalah rendahnya sikap nasionalisme. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala sikap untuk mengetahui sikap nasionalisme siswa dan didukung dengan observasi.

Berdasarkan hasil skor yang diperoleh dari penelitian kondisi awal adalah 62,7, kemudian pada siklus I sebesar 76,3 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 88,8. Selisih dari kondisi awal ke siklus I sebesar 13,6 dan selisih dari kondisi awal ke siklus II sebesar 26,1. Persentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup pada kondisi awal adalah 26,47%, meningkat pada siklus 1 menjadi 97,06% dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning dapat meningkatkan sikap nasionalisme kelas V SD Kanisius Kadirojo.

(11)

ix

ABSTRACT

Increased Attitude of Nationalism at Fifth Grade on Civic Education use Problem Based Learning Method Kanisius Kadirojo Elementary School

Purnomo

Sanata Dharma University 2016

This research was caused by the experience of limitation teachers in applying methods of learning. Learning in the classroom more emphasis on cognitive aspects, so that aspects of affective and conative as ignored. It was alleged to be the cause of the poor attitude of nationalism in Civics lesson. The purpose of this research was to increased the attitude of nationalism at Fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school 2015/2016 academic year on the subjects of Civics used Problem Based Learning method. The subjects were students of Fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school.

This research was a classroom action research that takes place in two cycles consisting of planning, action, observation and reflection. Researchers used Problem Based Learning method to overcome the problem of low nationalism. Data collection techniques in this research used the attitude scale to knew nationalism attitudes of students and was also supported by observations.

Based on the results obtained from the research score of initial conditions was 62.7, then in the first cycle was 76.3 and increased again in the second cycle to 88.8. The difference from the initial conditions to the second cycle was 3.6 and the difference from the initial conditions to the second cycle was 26.1. The percentage of students who had minimal enough nationalism attitude of initial conditions was 26,47%, then in the first cycle was 97,06% and increased again in the second cycle to 100%. It can be concluded that the implementation of Problem Based Learning can improve the attitude of nationalism, fifth grade Kanisius Kadirojo elementary school.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Segala karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Sikap

Nasionalisme pada Siswa Kelas V Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menggunakan Metode Problem Based Learning di SD Kanisius Kadirojo”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,SS.,BST.,MA. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyani Apriastuti, S.Si. M.Pd. Selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(13)

xi

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. Selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

6. Th Tin Supartinah, selaku kepala SD Kanisius Kadirojo yang telah memberikan ijin bagi saya untuk melakukan penelitian di kelas V SD Kanisius Kadirojo.

7. Lestari Puji Utami, S.Pd. selaku guru PKn kelas V SD Kanisius Kadirojo yang telah membimbing dan memberikan masukan saat peneliti melakukan penelitian.

8. Seluruh jajaran guru dan Karyawan SD , Kanisius Kadirojo Bu Titi, Pak Sulis, Pak Candra, Bu Partinah, Pak Padma, Bu Tri dan Mbak Ndarti.

9. Siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo yang telah menjadi subjek dalam peneitian ini.

10.Kedua orang tuaku, yang telah memberikan bimbingan, doa, kasih sayang dan biaya bagi keberhasilan puteranya.

11.Bagi adikku yang telah memberikan doa dan dukungan bagiku.

12.Bagi teman-teman kelompok payung skripsi (Johan, Hilda, Yosi, Oka, Nugroho, Ika, Bravi, Resita, Astrid)

13.Bagi teman-teman kelompok PPL (Nugroho, Yosi, Titin, Desi, Mespin) yang telah memberikan motivasi kepada saya.

(14)

xii

15.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yag telah membantu, memberikan dukungan, semangat, doa dan inspirasi hingga selesailah skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii

PERSEMBAHAN ... ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ... vi

ABSTRAK ... ... vii

ABSTRACT ... ... viii

KATA PENGANTAR ... ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ...6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

(16)

xiv

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Sikap ... 10

2.1.1.1 Pengertian Sikap ... 10

2.1.1.2 Perilaku ... 11

2.1.1.3 Respon Penyimpulan Sikap ... 12

2.1.1.4 Struktur Sikap ... 14

2.1.2 Nilai Nasionalisme ... 14

2.1.2.1 Nilai ... 14

2.1.2.2 Nasionalisme ... 15

2.1.2.3 Nilai Naionalisme ... 16

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

2.1.4 Problem Based Learning ... 18

2.1.4.1 Pengertian Problem Based Learning ... 18

2.1.4.2 Langkah-langkah ... 19

2.2 Penelitian yang Relevan ... 20

2.3 Kerangka Berpikir ... 24

(17)

xv BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Setting Penelitian ... 28

3.2.1 Tempat Penelitian ... 28

3.2.2 Subjek Penilitian ... 28

3.2.3 Objek Penelitian ... 29

3.2.4 Waktu Penelitian ... 29

3.3 Desain Penelitian ... 29

3.3.1 Persiapan ... 29

3.3.2 Kegiatan Setiap Siklus ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6.1 Wawancara ... 38

3.6.2 Observasi ... 39

3.6.3 Dokumentasi ... 40

3.6.4 Kuesioner ... 40

3.5 Instrumen Penelitian ... 40

3.4.1 Instrumen Wawancara ... 41

3.4.2 Observasi ... 41

3.4.3 Instrumen Skala Sikap ... 42

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 53

(18)

xvi

3.5.2 Reliabilitas ... 62

3.7 Teknik Analisis Data ... 65

3.8 Indikator Keberhasilan ... 72

3.9 Jadwal Penelitian ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Kondisi Awal ...75

4.1.1 Siklus 1 ... 84

4.1.1.1 Perencanaan ... 84

4.1.1.2 Tindakan ... 86

4.1.1.3 Pengamatan ... 87

4.1.1.4 Refleksi ... 96

4.1.2 Siklus 2 ... 98

4.1.2.1 Perencanaan ... 98

4.1.2.2 Tindakan ... 99

4.1.2.3 Pengamatan ... 101

4.1.2.4 Refleksi ... 109

(19)

xvii BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 123

5.3 Saran ... 124

DAFTAR REFERENSI ... 125

LAMPIRAN ... 127

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Respon Penyimpulan Sikap ... 13

Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara ... 41

Tabel 3.2 Format Observasi Pembelajaran ... 42

Tabel 3.3 Penjabaran Indikator ... 43

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.5 Kriteria Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.6 Skala Likert ... 53

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas ... 57

Tabel 3.8 Uji Validitas Instrumen Skala Sikap ... 62

Tabel 3.9 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 63

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 64

Tabel 3.11 Tabel Acuan PAP 1 ... 66

Tabel 3.12 Batas Skor Aspek Kognitif ... 67

Tabel 3.13 Batas Skor Aspek Afektif ... 68

Tabel 3.14 Batas Skor Aspek Konatif ... 69

Tabel 3.15 Batas Nilai Skor Skala Sikap ... 70

Tabel 3.16 Indikator Keberhasilan ... 72

Tabel 3.17 Jadwal Penelitian ... 74

Tabel 4.1 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Aspek Kognitif ... 77

(21)

xix

Tabel 4.3 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Aspek Konatif ... 81

Tabel 4.4 Hasil Skala Sikap Kondisi Awal Semua Aspek ... 83

Tabel 4.5 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Aspek Kognitif ... 89

Tabel 4.6 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Aspek Afektif ... 91

Tabel 4.7 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Aspek Konatif ... 93

Tabel 4.8 Hasil Skala Sikap Siklus 1 Semua Aspek ... 95

Tabel 4.9 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Aspek Kognitif ... 102

Tabel 4.10 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Aspek Afektif ... 104

Tabel 4.11 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Aspek Konatif ... 106

Tabel 4.12 Hasil Skala Sikap Siklus 2 Secara Keseluruhan ... 108

Tabel 4.13 Nilai Rerata Skala Sikap Nasinalisme ... 113

Tabel 4.14 Presentase jumlah siswa yang memiliki sikap nasionalisme .. 115

Tabel 4.15 Nilai Rata-rata Skala Sikap per Aspek ... 117

(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

(23)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki manusia demi proses penyempurnaan secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain (Koesoema, 2007:63). Proses seseorang memaknai hidup dengan sesamanya tentu saja tidak hanya tentang pengetahuan orang tersebut akan sesuatu yang perlu dimaknai, akan tetapi juga pelaksanaan untuk memaknai hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan seseorang supaya menjadi orang yang mampu hidup, menghidupi atau bahkan menghidupkan. Proses pendidikan yang dilaksanakan tentu tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa tetapi juga dengan penghayatan dan pelaksanaan. Penghayatan dan pelaksananaan yang dilakukan oleh manusia adalah pada nilai-nilai.

(25)

mengandung nilai adalah pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau yang sering dikenal di sekolah dasar sebagai Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa tidak sekadar mendengarkan ceramah guru tetapi juga aktif dalam pembelajaran, salah satunya berperan serta dalam diskusi. Dewey (dalam Rusmono, 2012: 74) mengatakan bahwa sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuan. Melalui proses ini, dikatakan Sanjaya (dalam Rusmono, 2012: 74), sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, baik aspek kognitif, afektif dan konatif. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang memiliki karakteristik mengajak siswa berpikir kritis. Sehubung dengan karakteristik tersebut diperlukan metode pembelajaran yang membuat siswa saling bertukar pikiran baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil. Problem based learning adalah metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran, metode ini mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

(26)

(1) agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan dan (2) siswa memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan, bertindak secara cerdas dalam kegiatan berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi. Beberapa tujuan di atas menurut peneliti bisa dicapai apabila siswa tidak hanya mampu memahami, tetapi juga harus mampu menghayati dan melaksanakan pokok materi yang sedang dipelajari. PKn adalah sebuah mata pelajaran yang tidak hanya dipahami, tetapi juga dihayati untuk selanjutnya dilaksanakan nilai-nilai yang ada dalam pembelajaran PKn.

Peneliti menganggap nilai nasionalisme perlu ditanamkan pada siswa SD dan nasionalisme yang ditanamkan kepada siswa SD tidak hanya sebatas pada pemahaman nasionalisme, tetapi juga penghayatan dan selanjutnya siswa SD mampu melaksanakan nilai nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

(27)

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas menyimpulkan bahwa guru hanya menerapkan pembelajaran model ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran terlihat kurang kondusif karena ada sekitar 12 siswa dari 34 siswa atau 35% siswa yang tidak memperhatikan guru, 12 siswa ini umumnya adalah mereka yang duduk dibangku paling belakang. Saat guru memberikan pertanyaan pada siswa hanya ada 1 sampai dengan 5 siswa atau 14,7% yang antusias menjawab. Pembelajaran PKn yang diajarkan guru hanya sebatas menghafal materi saja, siswa di tempat duduk membaca materi dan menjawab soal-soal yang ada di dalam LKS.

Siswa yang selesai mengerjakan soal mulai berbincang-bincang dengan teman lain dan membuat suasana kelas gaduh. Mereka berbincang-bincang bukan tentang pelajaran, tetapi tentang hal lain di luar pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran hanya baru berada pada taraf pemahaman, sementara pelaksanaan dan penghayatan belum tercapai.

Nilai nasionalisme juga dapat diamati saat upacara bendera, guru kelas V mengungkapkan bahwa setiap upacara hari senin siswa-siswi kelas V mengikuti upacara bendera. Siswa-siswi tersebut dalam mengikuti upacara berbaris dengan rapi, namun sekitar 12 anak atau 35% siswa dari mereka tidak bisa menjaga ketenangan. Hal ini membuat upacara bendera berjalan kurang khidmat.

(28)

tabel PAP 1 berada di kisaran 65%-79% dengan keterangan cukup. Aspek afektif dari kondisi awal ini memiliki nilai rata-rata sebesar 52,81 atau bila dihitung dengan tabel PAP 1 berada di kisaran <55% dengan keterangan sangat rendah. Aspek konatif dari kondisi awal ini memiliki nilai rata-rata sebesar 62,7 atau bila dihitung dengan tabel PAP 1 berada di kisaran 55%-64% dengan keterangan rendah. Peneliti berkesimpulan setelah melakukan analisis skala sikap nasionalisme pada kondisi awal bahwa nilai rata-rata sikap nasionalisme siswa secara keseluruhan adalah 62,7 atau bila melihat tabel acaun PAP 1 sikap nasionalisme kondisi awal masih rendah.

Permasalahan-permasalahan di kelas seperti di atas, dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Problem Based Learning atau biasa disingkat PBL. Metode Problem Based Learning (PBL) mengajak siswa menyelesaikan sebuah permasalahan dalam kelompok, sehingga yang diobrolkan siswa saat pembelajaran bukan hal lain di luar pembelajaran tetapi tentang apa yang dibahas dalam pembelajaran. Diskusi membuat siswa lebih mudah memahami materi dan bersama teman-teman kelompoknya menghayati dan melaksanakan. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran pemebalajaran yang penyampaiannya

(29)

Penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme siswa kelas V pada mata pelajaran Pkn.

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah dapat

membuat siswa belajar melalui upaya pemecahan masalah dunia nyata seacara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa (Ridwan, 2013: 127). Pembelajaran berbasis masalah mengajak siswa untuk berpikir kritis, belajar bekerja sama dan belajar keterampilan berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan materi nasionalisme siswa tidak hanya mengetahui apa itu nasionalisme, tetapi siswa juga harus tahu bagaiman rasa nasionalisme dan apa sikap yang bisa ditunjukkan sebagai wujud rasa nasionalisme.

1.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada peningkatan sikap nasionalisme siswa kelas V pada mata pelajaran Pkn di SD Kanisisus Kadirojo yang berlokasi di Purwomartani, Kalasan, Sleman, D I Yogyakarta. Standar Kompetensi yang digunakan adalah “memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI)”. Sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah “mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan “menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Metode yang

(30)

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan Problem Based Learning dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil pada mata pelajaran Pkn?

1.3.2 Apakah ada peningkatan sikap nasionalisme pada pembelajaran PKn menggunkan metode Problem Based Learning bagi siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Menggambarkan dan mengetahui penerapan Problem Based Learning dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil pada mata pelajaran PKn. 1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016 semester ganjil pada mata pelajaran Pkn melalui metode Problem Based Learning.

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

1.5.1.1 Peneliti memperoleh pengalaman langsung tentang bagaimana melakukan penelitian tindakan kelas

(31)

1.5.2 Bagi Guru

1.5.2.1 Guru dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan metode Problem Based Learning.

1.5.2.2 Guru dapat membantu meningkatkan sikap nasionalisme dengan menggunakan metode Problem Based Learning.

1.5.3 Bagi Siswa

1.5.3.1 Siswa dapat menguasai materi terkait nilai-nilai Nasionalisme menggunakan metode Problem Based Learning.

1.5.3.2 Siswa memiliki keterampilan mengatasi permasalahan terkait nilai-nilai Nasionalisme menggunakan metode Problem Based Learning.

1.5.3.3 Siswa dapat melaksanakan nilai-nilai Nasionalisme menggunakan metode Problem Based Learning.

1.5.4 Bagi sekolah

Memberikan masukan bagi sekolah dalam penerapan metode Problem Based Learning untuk pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Problem Based Learning adalah pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. 1.6.2 Sikap adalah evaluasi atau reaksi seseorang terhadap suatu aspek atau objek

(32)

1.6.3 Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.

1.6.4 Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

1.6.5 Siswa SD adalah siswa-siswa kelas V semester gasal SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016.

(33)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini yaitu tentang sikap, nilai nasionalisme, mata pelajaran PKn, dan metode pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning.

2.1.1 Sikap

2.1.1.1 Pengertian Sikap

(34)

perasaan, pikiran dan predisposisi tindakan baik mendukung maupun tidak mendukung.

Sikap tidak sama dengan nilai dan sikap juga tidak sama dengan opini. Azwar (2015:9) mengatakan bahwa nilai lebih mendasar dan stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif dan berakar pada nilai yang dianut, sedangkan opini merupakan sikap yang lebih spesifik dan sangat situasional serta mudah berubah. Peneliti berkesimpulan bahwa nilai, sikap dan opini saling berhubungan, akan tetapi nilai bersifat mendasar dan stabil, sikap bersifat evaluatif dan opini mudah berubah-ubah.

2.1.1.2 Perilaku

Tidak sedikit orang menyamakan perilaku dengan sikap, namun sikap dan perilaku adalah dua hal yang berbeda. Hal ini dapat kita lihat dari dua teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini;

a. Aljen dan Fishbein (dalam Azwar, 2015:11) mengemukakan Teori Tindakan Beralasan. Teori ini mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Faktor penentu dari perilaku menurut teori ini adalah sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif.

(35)

dihayati (Aljen dalam Azwar, 2015:12). Kontrol perilaku ini bisa berupa pengalaman masa lalu subjek (si pelaku) dan perkiraan individu maupun informasi yang didapat dari teman yang pernah melakukan perilaku tersebut. Ketiga komponen pada teori perilaku terencana ini akan menentukan apakah perilaku yang bersankutan akan dilakukan atau tidak.

Sikap dan perilaku tentulah berbeda. Perilaku lebih luas cakupannya dari pada sikap, karena sikap adalah salah satu faktor yang membentuk suatu perilaku. Sikap memang bisa menentukan tindakan individu tetapi kadang perilaku seseorang bisa saja menyimpang dari sikap orang tersebut. Mann (dalam Azwar, 2015: 21) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata sering kali jauh berbeda.

2.1.1.3 Respon Penyimpulan Sikap dari Perilaku

(36)

Tipe Respon

Kategori Respon

Kognitif Afektif Konatif

Verbal

Tabel 2.1 Respon yang digunakan untuk penyimpulan sikap (Rosenberg dan

Hovland dalam Azwar, 2015:20)

Tipe respon verbal untuk aspek kognitif adalah seseorang memberikan pernyataan yakin mengenai objek sikap. Aspek afektif untuk tipe respon verbal adalah sesorang memberikan pernyataan tentang perasaannya, biasanya hal ini dilakukan dengan memberikan komentar. Respon konatif untuk tipe respon verbal seseorang menyatakan ingin melakukan atau cendenrung ingin melaksanakan.

Tipe respon non verbal aspek kognitif adalah seseorang memberikan reaksi-reaksi mengenai objek. Aspek afektif untuk tipe non verbal adalah reaksi fisik, seperti ekspresi muka. Dan aspek konatif untuk tipe non verbal biasanya dengan tindakan atau perilaku yang tampak.

(37)

membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecebderungan perilaku kita (Azwar 2015:3). Berbeda dengan perilaku yang sudah dalam bentuk tindakan yang tampak terhadap objek sikap.

2.1.1.4 Struktur Sikap

Struktur sikap menurut skema triadik terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai, komponen afektif merupakan perasaan menyangkut aspek emosianal dan komponen konatif merupakan kecenderungan bertindak. Mann (dalam Azwar, 2015:24) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi kepercayaan, persepsi dan stereotip yang dimiliki individu kepada sesuatu, komponen afektif merupakan perasaan terhadap objek sikap, dan komponen konatif merupakan kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

2.1.2 Nilai Nasionalisme 2.1.2.1Nilai

(38)

tindakan, tujuan dan perkembangan, serta pemeliharaan sikap seseorang (Kohn dalam Aryani, 2010:83). Melihat pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian nilai adalah standar atau patokan untuk memilih sebuah perbuatan atau tindakan yang sebenarnya tidak tergantung pada pembawanya. seperti contoh, seorang baik yang melakukan perilaku buruk, kita akan menilai perilaku itu buruk meskipun pelakunya dalah orang yang biasa berbuat baik. Penilaian sikap atau perilaku buruk tersebut tentunya berdasarkan petokan atau standar sikap baik yang ada di masyarakat.

Scheler (dalam Wahana, 2004: 71) berpendapat bahwa pikiran buta terhadap nilai; nilai diterima atau ditangkap melalui perasaan atau emosi. Penangkapan nilai yang dilakukan oleh emosi atau perasaan tidak berdasarkan pengalaman inderawi terlebih dahulu. Bisa dikatakan bahwa penerimaan nilai yang dilakukan oleh perasaan adalah suatu kejujuran, berbeda dengan pikiran yang kadang kala bisa dibuat-buat. Nilai adalah sesuatu yang dilakukan oleh perasaan, sehingga nilai erat dengan pembawanya.

2.1.2.2Nasionalisme

(39)

rangka mempertahankan keutuhan bangsa, mencapai tujuan berbangsa dan mengabdikan diri untuk negaranya sebagai wujud kesetiaan seseorang kepada negaranya.

2.1.2.3Nilai Nasionalisme

Akhirnya pada bahasan nilai nasionalisme ini, peneliti berkesimpulan bahwa nilai nasionalisme adalah patokan perbuatan atau tindakan seseorang yang dipilih untuk mempertahankan keutuhan bangsa, mencapai tujuan berbangsa dan mengabdikan diri untuk negaranya dengan semangat kebangsaan. Nilai nasionalisme yang menjadi aspek penelitian meliputi persatuan bangsa, cinta tanah air, sikap-sikap yang mencerminkan nasionalisme dan menghargai simbol-simbol nasionalisme.

2.1.3 Pendidikan Kewarganegaraan

(40)

adalah masa yang tepat untuk menabur benih dan menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme melalui mata pelajaran PKn.

Tujuan PKn dilihat dari materi pembelajaran PKn, menurut Aryani dan Markum (2010:18) materi-materi yang diajarkan bertujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik dalam hal berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasar pada karakter-karakter masyarakat Indonesia. Berdasarkan tujuan-tujuan yang diuraikan di atas, mata pelajaran PKn mempunyai peran penting di dalam pendidikan untuk membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang bermartabat luhur.

(41)

2.1.4 Problem Based Learning

2.1.4.1Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah

menurut Ridwan (2014: 127) adalah pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Visser (dalam Rusmono, 2012: 75) mengatakan bahwa Problem Based Learning adalah sebuah strategi pembelajaran yang berusaha membentuk suatu proses pemahaman isi suatu pelajaran pada suatu kurikulum. Peneliti menyimpulkan dari kedua pendapat oleh para ahli di atas mengenai Problem Based Learning, bahwa Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran dengan menghadirkan sebuah permasalahan

terkait topik pembelajaran yang diselesaikan secara kelompok maupun individu untuk membantu siswa memahami dan menghayati isi pokok materi pembelajaran.

(42)

Peneliti berkesimpulan, Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang menuntun siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan sebuah permasalahan. Permasalahan yang dihadirkan sesuai dengan topik pembelajaran dan dekat dengan keseharian siswa. Siswa akan belajar menjadi pembelajar yang pro aktif dan terampil dalam mengatasi masalah, sehingga dia dapat memahami suatu pokok persoalan tanpa harus menghafal.

2.1.4.2 Langkah-Langkah PBL

Oon-Seng Tan (dalam Ridwan, 2014: 146) berpendapat bahwa tahapan PBL terdiri dari beberapa langkah, yaitu (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) siswa dihadapkan pada masalah, (3) siswa menganalisis permasalahan dan isu pembelajaran, (4) siswa menemukan solusi dan membuat pelaporan, (5) siswa melakukan presentasi dan refleksi, dan (6) siswa melakukan kaji ulang dan evaluasi. Jordan (dalam Ridwan 2014: 146) menyatakan tahapan PBL adalah (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) guru melibatkan siswa dalam permasalahan, mendefinisikan hal yang harus dipelajari, (3) siswa mencari informasi untuk memperoleh fakta yang relevan, dan (4) siswa mengajukan solusi.

(43)

mengumpulkan informasi dan belajar mandiri, (8) siswa berbagi informasi dan diskusi hasil belajar.

Peneliti berkesimpulan dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa PBL dilaksanakan dengan tahapan (1) guru menyampaikan masalah kepada siswa yang relevan dengan topik yang sedang dikaji, (2) siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil, (3) anggota kelompok melakukan curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal mereka, (4) siswa dalam kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami, (5) kelompok membuat perencanaan penyelesaian masalah, (6) masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi, (7) siswa kembali melakukan diskusi kelompok, (8) kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman-teman sekelas, (9) teman sekelas bertanya atau memberi masukan, (10) anggota kelompok melakukan pengkajian ulang berdasarkan masukan dari teman sekelas atau guru.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti memiliki hubungan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah:

2.2.1 Penelitian tentang nasionalisme yang terkandung dalam PKn

Penelitian yang dilakukan Puspita (2013) tentang “Hubungan pemahaman materi tentang nilai Pancasila dengan perubahan sikap Nasionalisme siswa SMP”

(44)

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemahaman tentang materi perilaku sesuai nilai Pancasila (x) dominan pada kategori kurang paham dengan persentase 42%, (2) perubahan sikap Nasionalisme siswa (y) dominan pada kategori setuju dengan persentase 50%.

Herniwati (2011) melakukan penelitian tentang “Penanaman nilai nasionalisme melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PTK pada siswa kelas VI SD N Perumnas Unib Belitung”. Penelitian ini bertujuan untuk

melakukan perbaikan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 88, melalui penerapan metode pembelajaran pembinaan nilai atau value clarification technique (VCT) dengan teknik reportase atau liputan. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini berjumlah 23 orang siswa kelas VI dan 1 (satu) orang guru PKN. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar soal/tes formatif, lembar observasi, dan angket. Hasil PTK siklus pertama rata-rata sedang dengan ketuntasan belajar 17 orang siswa dari 23 orang siswa atau 82,6%. Siklus kedua sudah lebih baik dengan ketuntasan belajar 19 orang siswa dari 23 orang siswa atau 74,7% dan siklus ketiga lebih baik lagi dengan ketuntasan belajar 21 orang siswa dari 23 orang siswa atau 91,3%. Dengan demikian, terjadi perbaikan dan peningkatan terhadap ketuntasan dan mutu hasil belajar.

2.2.2 Penelitian tentang metode Problem Based Learning

Murdiono (2009) melakukan penelitian tentang “Peningkatan keterampilan

(45)

(Problem Based Learning)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pemebelajaran dan keterampilan kewarganegaraan yang dimiliki mahasiswa melalui penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas proaktif (proactive classroom action research) menurut Schmuck (1997). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dan dianalisis dengan merefleksi hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran kewarganegaraan dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran. Meningkatnya partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran menjadikan proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif. Selain itu, melalui metode ini dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan mahasiswa (civic skills) yang dimiliki mahasiswa. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan melakukan analisis terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi oleh masing-masing kelompok.

Anggara (2013) melakukan penelitian tentang “Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajara siswa pada mata pelajaran PKn”. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa serta mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran problem-based learning di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara. Untuk mencapai tujuan

(46)

pemberian tes, dan pemberian kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran problem-based learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Negara. Adapun kendala yang dihadapi dalam pembelajaran terutama adalah keterbatasan waktu belajar tatap muka.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di atas relevan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan peneliti. Perbedaan penelitian Puspita (2013) dan Herniwati (2011) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah metode pembelajaran yang digunakan, meskipun mata pelajaran dan topik yang diteliti sama, yaitu PKn dan nasionalisme. Penelitian Murdiono (2009) dan Anggara (2013) menggunkana metode yang sama dengan peneliti untuk mata pelajaran PKn, hanya saja topik yang diteliti berbeda. Berdasarkan keempat penelitian yang dilakukan sebelumnya di atas maka peneliti merumuskan judul penelitian yaitu peningkatan sikap nasionalisme pada siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo melalui pembelajaran PKn menggunkan metode problem based learning. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh

(47)

Bagian 2.1 Literature Map dari penelitian terdahulu

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan di sekolah dasar menitik beratkan pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tiga aspek tersebut adalah bekal anak SD untuk masa depan. Pembelajaran yang dapat mengasah ketiga aspek tersebut Metode Problem Based

Peningkatan Sikap Nasionalisme pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kadirojo Melaui Pembelajaran PKn menggunakan

(48)

adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa, keaktifan siswa bisa membangun kembali pengetahuan awal siswa. Berbekal pengetahuan awal, siswa mampu menemukan masalah dalam pembelajaran sekaligus bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang mampu membantu siswa mencari arti masalahnya dalam pembelajaran adalah Problem Based Learning. Problem Based Learning menggunakan masalah-masalah yang nyata dan dekat dengan keseharian

siswa. Permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran tidak boleh melenceng dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kurikuum. PBL memiliki tahapan seperti; (1) guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, (2) guru melibatkan siswa dalam permasalahan, mendefinisikan hal yang harus dipelajari, (3) siswa mencari informasi untuk memperoleh fakta yang relevan, dan (4) siswa mengajukan solusi.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) juga bisa diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganeraan. Banyak model pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk meningkatkan sikap dalam pembelajaran PKn, hanya saja guru dalam mengajar tidak menggunakan model-model pembelajaran yang menarik. Model yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah model ceramah, sehingga siswa cenderung tidak aktif, tampak bosan mudah mengantuk dan lebih banyak diam. Hal ini menyebabakan sikap nasionalisme yang diajarkan guru tidak bisa dipahami, dihayati dan dilaksanakan siswa.

(49)

pembejaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Penggunaan metode ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai atau lebih singkatnya disebut sikap nasionalisme siswa pada mata pelajaran PKn. Jika metode pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada pembelajaran, metode tersebut dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

2.4.1 Penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn dilakukan melalui tahap pemberian masalah, diskusi, identifikasi masalah, analisis masalah, pencarian informasi dan presentasi.

(50)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karakteristik khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Arikunto (2006 : 3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Muslich, 2012:34) adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. Peneliti menyimpulkan bahwa penlitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan dengan pencermatan di sebuah kelas untuk memperbaiki diri, pengalaman kerja secara sistematis dan mawas diri.

Langkah dalam PTK disebut dengan siklus, setiap siklus terdapat empat tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. PTK mempunyai berbagai macam model yang dapat digunakan untuk penelitian. Salah satu model yang dipilih oleh peneliti adalah model Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012). Penelitian melalui 2 siklus, untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.1 di bawah ini.

(51)

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Tagart (Muslich, 2012:34)

3.2 Setting Tindakan 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo yang beralamat di Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Alasan pemilihan SD Kanisius Kadirojo sebagai tempat penelitian adalah karena lokasinya tidak jauh dengan kampus, selain itu karena siswa-siswi SD Kanisius Kadirojo memiliki karakteristik sikap yang beragam.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas V SD Kanisius Kadirojo. Jumlah siswa kelas V adalah 38, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Mayoritas siswa kelas lima adalah berasal dari Jawa tetapi ada 1 siswa berasal dari Nias dan 1 siswa berasal dari Bali.

Rencana Tindakan

Tindakan dan Observasi

Refleksi

Perbaikan Tindakan

Tindakan dan Observasi

Refleksi Siklus

1

(52)

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap nasionalisme pada siswa kelas V SD K Kadirojo melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode Problem Based Learning. Sikap yang dipahami, dihayati dan dilaksanakan siswa melalui aktivitas siswa dan juga skala sikap dalam lembar kuesioner yang dibagikan sebanyak tiga kali pada saat penelitian. Pertama, saat sebelum dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum diberi tindakan. Kedua, setelah dilaksanaknnya siklus satu. Ketiga, setelah dikukannya siklus dua.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh selama penelitian dari membuat perencanaan, pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan adalah dari bulan Juli 2015 – Oktober 2015. Atau pada saat pelaksanaan PPL di tahun ajaran 2015/2016.

3.3 Desain Penelitian 3.3.1 Persiapan

Persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas bagi siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo adalah sebagai berikut:

1. Meminta izin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.

2. Meminta izin kepada guru mata pelajaran PKn kelas V untuk melakukan kegiatan penelitian di kelas V SD Kanisius Kadirojo.

(53)

kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan serta karakteristik siswanya.

4. Melakukan kegiatan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn kelas V SD K Kadirojo.

5. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas.

6. Menganalisis masalah belajar siswa mengenai materi Nasionalisme pada mata pelajaran PKn.

7. Merumuskan masalah 8. Merumuskan hipotesis

9. Menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus

10.Membuat gambaran awal mengenai sikap nasionalisme siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo.

11.Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya. 12.Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa,

dan instrumen penelitian

13.Menyiapkan metode Problem Based Learning beserta masalah yang akan digunakan dalam pembelajaran.

3.3.2 Kegiatan Setiap Siklus 3.3.2.1 SIKLUS 1

1. Perencanaan

(54)

2. Pelaksanaan Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal

- Guru mengucapkan salam pembuka - Guru menanyakan kabar siswa - Salah satu siswa memimpin doa - Guru melakukan presensi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang menjaga keutuhan NKRI

- Siswa dan guru menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”. b. Kegiatan Inti

- Siswa menyebutkan makna lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” - Siswa mengisi kuisioner yang dibagikan oleh guru

- Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI dengan melihat peta wilayah RI

- Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai pembagian wilayah NKRI.

- Guru memberikan sebuah masalah tentang daerah/pulau-pulau yang diklaim oleh negara lain.

- Guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa.

(55)

- Setiap perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi kelompok. - Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai bentuk negara

Indonesia

- Siswa dalam kelompok menyebutkan provinsi-provinsi yang ada di Indonesia dengan melihat peta Nusantara

c. Kegiatan Penutup

- Siswa dengan bantuan guru membuat rangkuman materi mengenai pembelajaran yang sudah berlangsung.

- Siswa mengumpulkan penugasan dari guru. - Siswa mengerjakan soal evaluasi

- Siswa menuliskan refleksi dan merumuskan aksi yang dilakuan setelah menulis refleksi.

- Doa penutup dipimpin salah satu siswa

Pertemuan 2 a. Kegiatan Awal

- Memeriksa kesiapan fisik peserta didik dalam mengikuti pelajaran yaitu kesiapan menyiapkan buku Pendidikan Kewarganegaraan, alat tulis, papan tulis dan tempat duduk peserta didik.

- Memeriksa kesiapan psikis dengan mengucapkan salam, menanyakan kesiapan untuk belajar.

(56)

b. Kegiatan Inti

- Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI sebagai tempat bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. - Guru memberikan sebuah masalah dalam pembelajaran mengenai

pemekaran yang ada di Indonesia.

- Siswa berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru. - Beberapa siswa membacakan hasil diskusinya di depan kelas. c. Penutup

- Siswa dengan bantuan guru membuat rangkuman materi mengenai pembelajaran yang sudah berlangsung.

- Siswa mengumpulkan penugasan dari guru. - Siswa mengerjakan soal evaluasi

- Siswa menuliskan refleksi dan merumuskan aksi yang dilakuan setelah menulis refleksi.

- Doa penutup dipimpin salah satu siswa 3. Observasi

(57)

4. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas. Refleksi ini akan menjadi acuan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memperoleh kompetensi yang diinginkannya nanti.

3.3.2.2 SIKLUS II 1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi Pentingnya Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS). c. Menyiapkan Kuesioner

d. Menyiapkan masalah untuk pembelajaran di siklus II 2. Pelaksanaan

Pertemuan 1 a. Kegiatan Awal

- Memeriksa kesiapan fisik peserta didik dalam mengikuti pelajaran yaitu kesiapan menyiapkan buku Pendidikan Kewarganegaraan, alat tulis, papan tulis dan tempat duduk peserta didik.

- Memeriksa kesiapan psikis dengan mengucapkan salam, menanyakan kesiapan untuk belajar.

(58)

dicapai. b. Kegiatan Inti

- Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai pentingya menjaga keutuhan NKRI.

- Siswa dan guru saling melakukan tanya jawab.

- Siswa dan guru menyebutkan alasan-alasan perlunya menjaga keutuhan NKRI.

- Siswa dan guru melakukan tanya jawab. - Siswa menyebutkan isi sumpah pemuda. - Siswa menjelaskan isi sumpah pemuda.

- Siswa mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk Teka Teki Silang c. Kegiatan Penutup

- Siswa dengan bantuan guru membuat rangkuman materi mengenai pembelajaran yang sudah berlangsung.

- Siswa mengumpulkan penugasan dari guru. - Siswa mengerjakan soal evaluasi.

- Siswa menuliskan refleksi dan merumuskan aksi yang dilakuan setelah menulis refleksi.

- Doa penutup dipimpin salah satu siswa. Pertemuan 2

a. Kegiatan Awal

(59)

tulis, papan tulis dan tempat duduk peserta didik.

- Memeriksa kesiapan psikis dengan mengucapkan salam, menanyakan kesiapan untuk belajar.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.

b. Kegiatan Inti

- Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai contoh-contoh perilaku yang mencerminkan ketuhan NKRI.

- Siswa dan guru saling melakukan tanya jawab.

- Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.

- Siswa menyusun puzle secara berkelompok mengenai perilaku yang mencerminkan nasionalisme.

- Siswa berdiskusi untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru.

- Setiap siswa sebagai perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi yang telah dilakukan

c. Kegiatan Penutup

- Siswa dengan bantuan guru membuat rangkuman materi mengenai pembelajaran yang sudah berlangsung.

- Siswa mengumpulkan penugasan dari guru. - Siswa mengerjakan soal evaluasi.

(60)

menulis refleksi.

- Doa penutup dipimpin salah satu siswa. 3. Observasi

Peneliti akan dibantu oleh seorang guru yang bertindak sebagai pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan mencatat setiap kejadian-kejadian yang berlangsung selama pembelajaran. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang diisi oleh siswa setelah berdiskusi menganai keutuhan NKRI.

4. Refleksi

a. Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kesulitan atau hambatan dan kejadian khusus yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas.

b. Membandingkan analisis siklus I dan II serta mengambil kesimpulan tentang sikap nasionalisme yang meliputi: pemahaman, penghayatan dan pengamalan pada materi “Ketuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”

menggunakan metode Problem Based Learning.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(61)

harus dijawab oleh siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pernyataan-pernyataan yang disusun memiliki empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Kuesioner yang disusun oleh peneliti sudah mencakup indikator kognitif, afektif dan konatif nilai nasionalisme. Dari kuesioner tersebut peneliti menganalisis seberapa besar dan banyaknya siswa yang mampu mengetahui, merasakan, dan mewujudkan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. 3.4.1 Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan cara berdialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Sebelum

melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata, 2011:216).

(62)

dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisinya. Dalam penelitian ini peneliti bertanya langsung pada guru mengenai permasalahan terkait sikap nasionalisme. 3.4.2 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2011:220). Kegiatan yang diamati bisa tentang cara guru mengajar, siswa belajar, dsb. Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kondisi dan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Seperti halnya dengan wawancara, sebelum melakukan pengamatan sebaiknya peneliti menyiapkan pedoman observasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti melakukan pengamatan kondisi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Ada dua macam bentuk atau format pedoman observasi menurut Sukmadinata (2011:221) yaitu pertama, berisi butir-butir pokok kegiatan yang akan diamati, dalam pelaksanaan pengamat membuat deskripsi singkat mengenai perilaku yang diamati. Kedua, berisi butir-butir kegiatan yang diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati.

(63)

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi atau studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, dsb (Sukmadinata, 2011:221). Dokumen-dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa gambar proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain gambar, peneliti juga mengumpulkan file-file penilaian sikap siswa yang terdapat pada raport atau format yang lainnya yang dimiliki oleh guru kelas.

Dokumen-dokumen yang dikumpulkan oleh peniliti ini lalu menjadi bahan analisis untuk menemukan hasil yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Jadi, dokumen yang diperoleh peneliti ini juga bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk menemukan masalah yang terjadi dan merumuskan solusi dalam penelitian. 3.4.4 Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (Sukmadinata, 2011:219). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, peneliti tidak perlu langsung bertanya kepada responden. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data jenis angket adalah juga disebut angket atau kuesioner. Kuesioner atau angket berisi pernyataan atau pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden.

3.5 Instumen Penelitian

(64)

kepada guru kelas. Peneliti menyusun instrumen yang digunakan dengan format sebagai berikut.

3.5.1 Intrumen Wawancara

Peneliti telah mempersiapkan format atau contoh pertanyaan yang dapat digunakan pada saat penelitian berlangsung. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada saat melakukan wawancara yaitu:

Aspek Pertanyaan

Kognitif (pemahaman)

1. Bagaimanakah pemahaman siswa mengenai materi nasionalisme?

2. Seberapa dalamkah pengetahuan siswa mengenai Indonesia?

Afektif

(penghayatan)

1. Bagaiamanakah hasil penilaian afektif siswa terkait dengan kehidupan nasionalisme di sekolah?

2. Sejauh mana kemauan warga sekolah, terutama siswa dalam mewujudkan nasionalisme? Konatif

(pelaksanaan)

1. Bagaimanakah keseharian antar siswa kelas V? Apakah setiap siswa mau berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakannya?

2. Apakah semua siswa mampu menerapkan sikap nasionalisme di sekolah?

Tabel 3.1 Pertanyaan wawancara

3.5.2 Observasi

(65)

No Aspek yang Diamati

1 Proses Pembelajaran 2 Membuka pelajaran 3 Penyajian materi 4 Metode pembelajaran

5 Penggunaan bahasa dan waktu 6 Aktivitas belajar siswa

7 Pengelolaan Kelas 8 Penggunaan Media 9 Cara menutup pelajaran 10 Evaluasi

Tabel 3.2 Format observasi pembelajaran di kelas

3.5.3 Instrumen Kuesioner Skala Sikap

Penyusunan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan indikator skala sikap nasionalisme. Skala sikap merupakan kecenderungan penolakan atau penerimaan individu terhadap suatu objek atau stimulus tertentu (Ali, 2014: 267). Berikut adalah kisi-kisi sikap nasionalisme yang akan digunakan untuk membuat instrumen penelitian

a. Indikator

1) Persatuan bangsa 2) Cinta tanah air

(66)

4) Menghargai simbol-simbol nasionalisme

Dasar penentuan inidikator adalah berdasarkan materi tentang nasionalisme pada mata pelajaran PKn, diantaranya pada buku:

- Suwanto. (2009). Ayo Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Kanisius

- Prayitna, Opih. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

b. Penjabaran Indikator

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

c. Kisi-kisi instrumen skala sikap

Sikap Nasionalisme

Indikator Favorable Unfavorable

Kognitif Afektif Konatif Kognitif Afektif Konatif Persatuan Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen skala sikap

d. Kriteria instrumen skala sikap

Rentang Skor Kriteria

Tabel 3.5 Tabel kriteria instrumen skala sikap

(76)

memberikan pilihan jawaban kategori tengah. Jika semua responden memilih jawaban tengah, maka peneliti kemungkinan besar memperoleh informasi yang tidak pasti. Untuk mengatasi hal itu dianjurkan para peneliti untuk menggunakan kategori pilihan genap. Berikut ini adalah tabel skala Likert yang sudah dimodifikasi dengan kategori empat kategori pilihan.

Alternatif jawaban

Skor

Favorable Unfavorable

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

Tabel 3.6 Tabel skala Likert

3.6 Teknik Pengujian Instrumen 3.6.1 Validitas

(77)

a. Validitas Rupa (Face Validity)

Validitas rupa merupakan validitas yang menunjukkan suatu alat ukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2012:46). Validitas ini biasanya mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen penelitian. Validitas rupa di dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu validitas rupa untuk siswa dan validitas rupa untuk guru.

1) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Siswa

Validitas rupa untuk siswa ini diujikan kepada siswa kelas VI untuk mengetahui seberapa paham mereka atas pernyataan-pernyataan yang disusun oleh peneliti. Peneliti memilih siswa kelas VI dikarenakan kelas VI sudah pernah mendapatkan materi tentang nasionalisme. Peneliti melihat apakah siswa merasa kesulitan dalam memahami kata-kata yang ada dalam kuesioner.

2) Validitas Rupa (Face Validity) untuk Guru

Validitas rupa untuk guru diujikan kepada guru kelas atas, yaitu guru kelas V. Pemilihan guru kelas V karena dimungkinkan mereka lebih mengerti bahasa anak dalam sehari-hari di sekolah pada saat mengajar atau kegiatan yang lainnya. Guru memberikan penilaian apakah pernyataan-pernyataan yang disajikan mudah dipahami atau sulit dipahami oleh siswa, apabila sulit dipahami siswa maka peneliti melakukan perbaikan.

b. Validitas Isi (Content Validity)

Gambar

Tabel 2.1 Respon yang digunakan untuk penyimpulan sikap (Rosenberg dan
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Tagart (Muslich, 2012:34)
Tabel 3.1  Pertanyaan wawancara
Tabel 3.2 Format observasi pembelajaran di kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan critical thinking pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil

tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini dan menjelaskan pembelajaran hari ini adalah mengamati video dan mencari informasi menggunakan media cetak tahap 1 Guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SKRIPSI Diajukan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran Problem Based

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatnya sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi menghargai keputusan bersama di kelas V

Selain itu, ada pendapat lain dari Min et al., 2021 bahwa dalam menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak SD dapat dilakukan pada saat pembelajaran PKN dengan saling bercerita tentang

Hambatan dalam Penanaman Nilai Karakter Bangsa dalam Meningkatkan Sikap Nasionalisme Siswa Faktor Internal berupa: 1 Ketidak jelasan penentuan tujuan dalam pendidikan karakter, 2