• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU ( Saccarum Officinarum) DI KECAMATAN JATINOM Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu ( Saccarum Officinarum) Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU ( Saccarum Officinarum) DI KECAMATAN JATINOM Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu ( Saccarum Officinarum) Di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU

( Saccarum Officinarum) DI KECAMATAN JATINOM

KABUPATEN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

TENTREM E 100 080 051

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)
(3)

1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU

(Saccarum Officinarum)

KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN Tentrem, E 100 080 051, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012

ABSTRAK

The study, entitled "Evaluation of Land Suitability for Sugarcane Crop in District Jatinom Klaten" aims to: (1). Knowing the level of suitability of land for sugar cane crops in the district Jatinom. (2). Knowing the limiting factor affecting the decline in sugarcane production in the District Jatinom Klaten district.

The data used in this study is the primary data that includes the physical data obtained directly from field survey and data obtained through laboratory analysis. Physical data includes (effective depth of soil, surface rocks, rock outcrops, drainage and slope), while for the data obtained from the laboratory is (pH, K2O, P2O5, salinity, total N, CEC and soil texture). The method used is survey method, whereas in this study using a sampling method for stratified sampling and data analysis using matching methods.

From this research, the results obtained 2 land suitability classes, namely class S3 and N1. S3 land suitability class consists of three sub-classes of compliance with each of the limiting factors. Which includes sub-class S3.n with K2O limiting factor, there were 14 land units, namely V3IIReKbc, V3IIRePmk, V3IIReTgl, V3IIIRePmk, V3IIIReSwh, V3IIIReSwh, V3IIIReTgl, V4IReKbc, V4IRePmk, V4IReswh, V4IIReKbc, V4IIReSwh, V4IIReTgl, V4IIIReKbc, V4IIIRePmk, with a total area of 2376.99 ha of land. Sub-class S3.rn with K2O and Drainage limiting factor consists of two fields, namely satauan V3IIReswh and V4IIRePmk, with a total land area of 515.59 ha. Sub-class S3.ne with drainage and slope limiting factor, consisting of 3 units of land that is V3IVTgl, V4IIIReTgl, V4IVRePmk with a total land area of 116.88 ha. Land suitability class with sub class N1 N1.e the slope of the limiting factors there are five land units, namely V3IIIReKbc, V3IVReKbc, V3IVRePmk, V4IIIreSwh, V4IvreKbc, with a total land area of 543.54 ha.

Key Word : Decline indsugarcan, level of suitability and suitability classes 1. PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu jenis tanaman sangat bergantung pada kualitas tanaman, lingkungan tempat tumbuh, tempat melakukan budidaya tanam dan

pengelolaan yang dilakukan oleh petani. Mengenai lingkungan tempat tumbuh, walaupun pada dasarnya

untuk memenuhi

(4)

oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan adalah mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai tempat tumbuh yang sesuai.

Tanaman Tebu

(Saccarum Oficinarum)

merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput – rumputan seperti halnya padi, glagah, jagung, bambu.

Dalam usaha meningkatkan kualitas pertanian tanaman tebu di Kecamatan Jatinom perlu adanya perencanaan pertanian yang sesuai

dengan kemampuan lahan. Pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan kesesuaian lahan dibuktikan dengan hasil panen yang tidak stabil. Evaluasi tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian agar optimal dan menjaga kelestarian sumber daya alam. Sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap lahan yang ada agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kecamatan Jatinom sebagai daerah penelitian merupakan salah satu penghasil tebu di Jawa Tengah, namun saat ini diketahui hasil produksi tanaman tebu mulai menurun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.1 Luas Penggunaan Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Tebu Tahun 1994-2009

Tahun Luas Panen (Ha) Hasil Produksi (Ton)

1994 105.23 416,136

1995 313,94 2617

(5)

3

1997 76,00 616,9

1998 105,32 76,73

1999 105,322 617,33

2000 116,07 39,66

2001 128,93 486,076

2002 4,642 5,176

2003 110,00 388,107

2004 108,988 420,106

2005 122,030 466,421

2006 126,397 521,135

2007 149,96 640,03

2008 184,15 758,28

2009 13,36 57,24

Sumber :kecamatan dalam Angka Tahun 1994-2009

Untuk mengembangkan tanaman yang sudah ada, maka perlu adaya evaluasi lahan untuk tanaman tebu di daaerah penelitian, sehingga dapat di lakukan pengolahan lahan untuk mencapai hasil produksisi tebu yang maksilmal.

2. METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian ini diperlukan beberapa metode dalam proses penelitianya, baik dalam pengambilan sampel maupun dalam menganalisa data. Metode yang di gunakan adalah

metode survay, Stratified sampling dan Matching.

a. Metode Survay

Metode survey yang dilakukan peneliti dengan pengukuran dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

(6)

Data yang telah di peroleh peneliti dari hasil survey lapangan serta hasil analisa laboratorium dari sampel yang di ambil kemudian dapat di lakukan analisa dengan metode

Matching, Yaitu

membandingkan antara data criteria tiap satuan lahan di daerah penelitian dengan data kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman tebu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh hasil dua kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, yaitu kelas S3 dan N1 dengan beberapa factor penghambat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di daerah penelitian. Untuk labih detailnya maka akan di bahas pada pembahasan dibawah ini.

Tabel 3.1 Hasil Survey Lapangan No Satuan Lahan Drainase Lereng

(7)

5 Sumber: Data primer 2012

Keterangan Drainase:

ab : Agak buruk b : Buruk

at : Agak terhambat

Tabel 3.2. Hasil Uji Laboratorium

Satuan lahan

Sumber : Data primer 2012 Keterangan:

Tekstur:

LS (Loamy Sand) : Pasir Berlempung C (Clay) : Liat

L (Loam) : Lempung

SCL (Sandy Clay Loam): Lempung Liat Berpasir

Setelah melihat hasil survey dan analisis lapangan, maka analisis sampel tanah untuk unsur kimia, peneliti mengambil 8 sampel tanah dimasing-masing bentuk lahan, 3 sampel dibentuk lahan 3 dan 5 sampel dibentuk lahan 4 untuk memperkuat keseluruhan sampel.

Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan pada tanggal 25 april–5 mei dan 13-20 mei 2012, serta analisa labotratorium diperoleh hasil karakteristik tiap-tiap satuan lahan daerah penelitian sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.3.

Dari proses

(8)
(9)

5 Tabel 3.3 Karakteristik pada tiap-tiap satuan lahan

Satuan Lhan

(t) (w) (r) ( f ) (c) (n) ( p) (e)

Temperatur

rata-rata tahunan (˚C) Bk (mm) CH

Drainase Tekstur tanah

Sumber: Data primer (Penulis 2012)

(10)
(11)

8 3.1. Faktor Pembatas Kesesuaian

Lahan Untuk Tanaman Tebu di Daerah Penelitian.

Setelah dilakukan proses matching antara Karakteristik tiap satuan lahan daerah penelitian dengan tabel persyaratan tumbuh tanaman tbeu,

maka diperoleh kelas-kelas kesesuaian lahan di daerah penelitian yang terdiri atas dua kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, yaitu Sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai untuk saat ini (N1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 3.5 Kelas kesesuaian lahan dan Faktor Pembatas daerah penelitian

Kelas Sub Kelas Satuan Lahan Faktor Pembatas

S3 (Sesuai Marginal) S3.n V3IIReKbc o

S3.r.n V3IIReSwh o dan Drainase

V4IIRePmk

S3.n.e V3IVReTgl Drainase dan

kemiringan lereng V4IIIReTgl

V4IVRePmk

N1 (Tidak Sesuai

untuk saat ini)

N1.e V3IIIReKbc Kemiringan lereng

V3IVReKbc

V3IVRePmk

V4IIIReSwh

V4IVReKbc

Sumber: Data primer Dan Data Sekunder 2012 Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui ada dua kelas kesesuaian lahan di daerah penelitian dengan masing-masing sub kelas

(12)

drainase dan kemiringan lereng. Untuk kelas N1 memiliki 1 sub kelas kesesuaian lahan, yaitu N1.e dengan faktor pembatas yang dominan adalah kemiringan lereng.

3.2Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu di Daerah Penelitian

Melalui perbandingan (matching) antara karakteristik kesesuaian lahan di daerah penelitian dengan pedoman klasifikasi kesesuaian lahan utuk tanaman tebu, diketahui bahwa daerah penelitian mempunyai 2 kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, yaitu S3 (sesuai marginal) yang terdiri dari 3 sub kelas yaitu (S3.n , S3.r.n dan S3.n.e). Kelas yang kedua adalah kelas N1 ( tidak sesuai untuk saat ini) yang terdiri dari 1 sub kelas kesesuaian lahan yaitu N1.e.

Sub kelas S3.n memiliki faktor pembatas K2O ada 14 satuan lahan, yaitu (V3IIReKbc, V3IIRePmk, V3IIReTgl, V3IIIRePmk, V3IIIReSwh, V3IIIReSwh, V3IIIReTgl, V4IReKbc, V4IRePmk, V4IReswh, V4IIReKbc, V4IIReSwh, V4IIReTgl, V4IIIReKbc, V4IIIRePmk) terdapat di desa Kayumas, Bandungan, Temuireng, Bengking, Socokangsi, Glagah, Randulanag, Beteng, Tibayan, Cawan, Mranggen, Jatinom, Gedaren dan Bonyokan, dengan total luas lahan 2376,99 ha. Dengan kondisi yang demikian, faktor pembatas berupa K2O dapat diperbaiki dengan pengolahan lahan dan pemupukan yang tepat sesuai dengan kebutuhan lahan untuk tanaman tebu, sehingga menjadikan kadar K2O seimbang.

Sub kelas S3.r.n dengan faktor pembatas K2O dan Drainase terdiri dari dua satauan lahan yaitu (V3IIReSwh dan V4IIRePmk) terdapat di desa Krajan, Glagah, Jatinom, Gedaren, Beteng, Randulanang, Mranggen, Jemawan, Bonyokan dan Puluhan, dengan total luas

lahan 515,59 ha. Hambatan K2O pada lahan, dapat dilakukan perbaikan dengan pengolahan lahan yang tepat serta dosis pupuk yang tepat berdasarkan kebutuhan lahan sedangkan untuk hambatan berupa drainase, maka harus dilakukan pengaturan pola irigasi sehingga dapat memenuhi air yang dibutuhkan oleh tanaman tebu. Dengan melihat kebutuhan kadar air yang dibutuhkan tenaman tebu yang tidak begitu banyak setelah masa tanam, maka para petani tebu hanya perlu mengatur waktu penanaman yang tepat. Untuk lahan di daerah yang kering sebaiknya melakukan proses tanam tebu pada musim hujan, karena tebu lebih membutuhkan banyak air diusia penanaman sampai berumur 1-3 bulan Sub kelas S3.n.e dengan faktor pembatas drainase dan lereng, terdiri dari 3 satuan lahan yaitu (V3IVTgl, V4IIIReTgl, V4IVRePmk) terdapat di desa Bandungan, Randulanang, Cawan dan Beteng, dengan total luas lahan 116,88 ha. Dengan kondisi demikian, faktor pembatas berupa drainase dapat diatasi dengan pengaturan waktu penanaman dan pengaturan irigasi, sedangkan untuk kemiringan lereng kemungkinan untuk diperbaikinya kecil.

(13)

8 3.3. Faktor lain

Aspek sosial ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui faktor lain yang menyebabkan penurunan produksi tanaman tebu di daerah penelitian selain faktor lahan. Untuk mendaptkan informasi faktor tersebut, peneliti melakukaan wawancara pada sejumlah petani tebu di Kecamatan Jatinom. Dengan adanya wawancara maka diperoleh beberapa informasi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penurunan luas area dan jumlah produksi.

Aspek 11actor yang dimaksud dalam hal ini adalah capur tangan manusia dalam mengolah lahan untuk tanaman tebu, dengan maksud meningkatkan kualitas lahan yang ada. Dalam hal ini petani tabu di daerah penelitian melakukan perbaikan lahan salah satunya dengan melakukan pengolahan lahan serta pemupukan. Pemupukan yang di lakukan adalah dengan menggunakan pupuk kandang, sehingga diperoleh hasil yang kurang maksimal karena 11actor hara yang di butuhkan oleh tanaman tebu tidak dapat tercukupi hanya dengan pupuk kandang saja. Para petani tebu di kecamatan Jatinom terbagi menjadi dua kelompok yaitu, Petani tebu yang masuk dalam organisasi “Kelompok Tani” dan petani tebu individu. Dalam yang ada dalam hal ini adalah masalah penjualan hasil produksi tanaman tebu. Para petani tebu yang masuk dalam kelompok tani lebih mudah dalam menjual hasil panenya, yaitu dengan menyetorkan langsung ke pabrik-pabrik yang menjaadi tempat tujuan. Pabrik yang sering menjadi tujuan utama penyetoran hasil panen adalah Pabrik Gula Gondang Winangun dan Madukismo.

Untuk petani yang tidak masuk dalam kelompok tani tidak dapat menyetorkan langsung ke pabrik, biasanya para petani memilih menjual melalui Mandor rembang (bahasa petani) tebu. Sehingga untuk hasil jual tebu biasanya tidak dapat diterima langsung 100% tetapi minimal pembayanran

tebu dilakukan 2 kali waktu. (Sebagai uang muka tanda kesepakatan dan di bayarkan setelah selesai panen).

Untuk harga jual tnaman tebu pun berbeda, Harga jual Tebu bagi kelompok tani yang menyetorkan langsung hasil panenya mendapatkan harga Rp.25.000,-/kw (Rp.25.000.000,-/Ton). Sedangkan untuk petani yang menjual tebu pada Mandor rembang, mendapatkan harga jual rata-rata Rp.20.000,-/Kw (Rp.20.000.000,-/Ton. Permasalahan cara penjualan hasil panen dan selisih harga jual yang lumayan besar menyebabkan penurunan minat petani untuk bertanam tebu. Berkurangnya minat petani untuk bertanamn tebu, secara otomatis juga menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman Tebu di Kecamatan Jatinom. Dalam hal ini berkurangya luas area tanam tebu bukan karena 11actor kesesuaian lahan, akan tetapi dipengaruhi oleh 11actor penurunan minat bertanam tebu oleh petani tebu di Kecamatan Jatinom.

Lahan yang sudah ditanami tebu tidak dapat diselingi tanaman lain (di model tanam tumpang sari). Tanaman tebu dapat dipanen setelah berusian satu tahun, sehingga petani yang tidak memiliki penghasilan lain dari tanaman tebu harus menyisakan sebagian lahan mereka untuk menanam tanaman lain yang dapat dipanen dalam waktu singkat selama menunggu hasil panen tebu. Tanaman yang dipilih para petani adalah tanaman musiman. Tanaman yang dipilih antara lain tanaman cabai dan jagung.

Pembagian lahan inilah yang menyebabkan penurunan luas lahan tanaman tebu dan juga hasil produksi tanaman tebu di Kecamatan Jatinom. Meskipun demikian petani tebu di kecamatan Jatinom masih tetap menanam tebu terutama di tujuh kelurahan yaitu: Temuireng, Beteng, Bengking, Randulanang, Puluhan, Mranggen dan socokangsi. Hal ini

(14)

disebabkan oleh hasil panen tebu yang menjanjikan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten ada dua yaitu: (1) Kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) sesuai marginal, terdapat disatuan lahan V3IIReKbc, V3IIRePmk,V3IIReTgl,V3IIIRePmk ,V3IIIReSwh,V3IIIReSwh,V3IIIReT gl,V4IReKbc,V4IRePmk,V4IReswh, V4IIReKbc,V4IIReSwh, V4IIReTgl, V4IIIReKbc,V4IIIRePmk,V3IIResw h, V4IIRePmk,V3IVTgl, V4IIIReTgl dan V4IVRePmk, dan (2). Kelas (N) tidak sesuai untuk saat ini terdapat disatuan lahan V3IIIReKbc, V3IVReKbc,V3IVRePmk,V4IIIreS wh dan V4IvreKbc.

2. Faktor pembatas pada kelas kesesuaian lahan S3 ( sesuai marginal) berupa k2O, Drainase dan kemiringan lereng terrdapat disatuan lahanV3IIReKbc,V3IIRePmk,V3IIR eTgl, V3IIIRePmk, V3IIIReSwh, V3IIIReSwh,V3IIIReTgl,V4IReKbc, V4IRePmk, V4IReswh, V4IIReKbc, V4IIReSwh,V4IIReTgl,V4IIIReKbc, V4IIIRePmk,V3IIReswh,V4IIRePm k,V3IVTgl,V4IIIReTgl dan V4IVRePmk.Faktor penghambat dikelas kesesuaian lahan N1 (Tidak

sesuai untuk saat ini) berupa kemiringan lereng, terdapat pada satuan lahan V3IIIReKbc, V3IVReKbc,V3IVRePmk,V4IIIreS wh dan V4IvreKbc.

3. Penurunan luas area lahan untuk tanaman tebu disebabkan karena petani mengalihfungsikan sebagian lahan tanaman tebu untuk tanaman non tebu yaitu cabai dan jagung. Alihfungsi lahan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan selama menunggu hasil panen tanaman tebu. 4.2 Saran

1. Untuk mengatasi faktor penghambat berupa K2O, maka dapat dilakukan perbaikan dengan pemberian komposisi pupuk dan pengolahan yang tepat, teratur serta seimbang, sehingga dapat memberikan unsur K2O yang tepat dan seimbang pula untuk tanaman tebu

2. Untuk faktor penghambat berupa drainase, maka dapat dilakukan dengan pengaturan irigasi serta pemilihan masa/waktu penanaman yang tepat, mengingat kebutuhan air pada tanaman tebu sangat dibutuhkan pada saat tebu berusia 1-3 bulan.

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Al Hidayah. 2011. Rencana Pengembangan Tanaman Ubi Jalar Di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi UMS

Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB.

BPS. 1994-2009. Kabupaten Klaten dalam Angka. Klaten : BPS

BPS. 2010. Kecamatan Jatinom dalam Angka. Klaten : BPS

Daldjoeni. Drs.N, 1983. Pokok-pokok Iklim. Bandung: Penerbit Alumni

Darmawijaya, M Isa. 1980. KLASIFIKASI TANAH dasar-dasar bagi peneliti tanah dan pelaksana pertanian di Indonesia. Bandung: Balai penelitian teh dan kina.

Dwi Martono, Agus. 1999. Kartografi Analisa dan Interpretasi Peta. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ida Bagus Mantra, 1983. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahaya

Muljana, Wahju. 1995. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu Dengan Segala Masalahnya. Semarang: CV.Aneka Ilmu

(17)

12 Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Setyamidjaja, Djoehono dan Husaini Azharni. 1992. Tebu Bercocok Tanam Dan Pascapanen. Jakarta: CV.Yasaguna

Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito

Sulastri, Siti. 1991. Kessuaian Lahan untuk Tanaman Tebu Lahan

Kering Daerah Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi

Supriyadi, Ahmad. 1992. Redemen Tebu dan Liku-liku Permasalahanya. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Susilowati, Heni Ika. 2008. kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di kecamatan gondangrejo kabupaten karanganyar propinsi jawa

tengah. Skripsi. Fakultas Geografi UMS

Taryono. 1997. Sumber Daya Lahan. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

Taryono, 1997. Pedoman Survey Sumberdaya Lahan. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

Thornbury, william D. 1954. Principle off Geomorphology. New york : John Wiley & sons. INC

Tim Pusat Penelitian Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Departemen Pertanian

Gambar

Tabel 1.1 Luas Penggunaan Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Tebu
Tabel  3.3 Karakteristik pada tiap-tiap satuan lahan
Tabel 3.4 Kelas dan Sub kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu di Daerah Penelitian
Tabel 3.5 Kelas kesesuaian lahan dan Faktor Pembatas daerah penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bila diterjemahkan secara bebas, arti dari legal service adalah pelayanan hukum, sehingga dalam pengertian legal service, bantuan hukum yang dimaksud sebagai gejala

memutus perkara tindak pidana korupsi, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc;.. bahwa

Balogh professzor érdeme, hogy vállalta a klinika fel- újításával járó nehézségeket. Az átépítési munkálatok 1984-ben kezdődtek és 1989-ben, Frang professzor ve-

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas antiradikal (dinyatakan dalam % A) senyawa turunan flavon dan flavonol yang diperoleh dari literatur [4]. Adapun

Dengan demikian, pada peningkatan lama perebusan, perubahan stabilitas ikatan, kadar dan struktur komponen serat pangan serta penurunan kadar senyawa penghambat dialisis (antara

Veamos ahora tres gráficos experimentales que demuestran lo que la ley pre- dice:.. a) Percibimos como unidad dos rectángulos (y medio) ya que nuestro sistema perceptivo tiene

Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 29.L.2LlUNgzlKplzOLS tanggal 29 Januari 20L5, terhitung mulai tanggal 30 Januari 2015 telah nyata

Berdasarkan dari proses analisis sistem pemindah tenaga pada motor yamaha vixion menggunakan sistem kopling manual, yang mana putaran dari poros engkol diteruskan ke primary drive