• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN PELAJAR DAN MAHASISWA ISLAM TERHADAP LARANGAN PENGGUNAAN JILBAB DI SEKOLAH-SEKOLAH NEGERI TAHUN 1982-1991.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GERAKAN PELAJAR DAN MAHASISWA ISLAM TERHADAP LARANGAN PENGGUNAAN JILBAB DI SEKOLAH-SEKOLAH NEGERI TAHUN 1982-1991."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 4325/UN.40.2.3/PL/2014

GERAKAN PELAJAR DAN MAHASISWA ISLAM TERHADAP LARANGAN PENGGUNAAN JILBAB DI SEKOLAH-SEKOLAH

NEGERI TAHUN 1982-1991

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

INTAN MAENATI

1009176

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

GERAKAN PELAJAR DAN MAHASISWA ISLAM TERHADAP LARANGAN PENGGUNAAN JILBAB DI SEKOLAH-SEKOLAH

NEGERI TAHUN 1982-1991

OLEH

INTAN MAENATI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Intan Maenati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kondisi Politik Umat Islam Tahun 1980-an – 1990-an ... 10

2.2 Gerakan Pelajar dan Mahasiswa Islam ... 17

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Persiapan Penelitian ... 27

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian ... 29

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 29

(5)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1.4 Persiapan Perlengkapan Penelitian ... 31

3.1.5 Proses Bimbingan ... 31

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 32

3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 32

1. Sumber Tertulis ... 32

2. Sumber Lisan ... 34

3.2.2 Kritik Sumber ... 37

1. Kritik Eksternal ... 38

2. Kritik Internal ... 40

3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)... 42

3.2.4 Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)... 43

BAB IV PERJUANGAN PELAJAR DAN MAHASISWA ISLAM DALAM MENUNTUT PENGGUNAAN JILBAB DI SEKOLAH - SEKOLAH PADATAHUN 1982-1991 ... 46

4.1 Pendorong Penggunaan Jilbab Pada Tahun 1980-an ... 46

1. Latihan Mujahid Dakwah (LMD) ... 47

2. Leadership Basic Training (LBT) Pelajar Islam Indonesia ... 50

3. Rohani Islam (Rohis) ... 52

4.2 Latar Belakang Dikeluarkanya SK 052/C/Kep/D.82 Tentang pedoman Pemakaian Sekolah ... 54

4.2.1 Menumbuhkan Rasa Persamaan antara Pelajar ... 54

4.2.2 Jilbab Bermuatan Politik ... 57

4.3 Perjuangan Menuntut Penggunaan Jilbab ... 65

4.3.1 Perjuangan dari Pelajar dan Mahasiswa ... 65

4.3.2 Perjuangan dari Organisasi-Organisasi Islam ... 77

(6)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diperbolehkannya Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri ... 82

BAB V SUMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Simpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(7)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

(8)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This thesis discusses on the movement of students of Moslem on the ban of veil using during 1982—1991. This study use history methode and shows that by release of The Decree No. 052/C/ Kep/D.82 released as a guidance on school uniform rule nationally to all schools and under The Department of Education. The decree was used by headmaster to ban veil using toward students. Finally in 1991 The Department Of Education release of The Decree No. 100/C/Kep/D/1991 which allowed student to use veil was the result of moslem and their movements' struggle among others demontration and dialogue with The Department Of Education to get freedom of veil using. And related parties that support the movement of students veil using without disturbing students' activities when they are studying at school.

(9)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Maraknya pemakaian jilbab di Indonesia pada tahun 1980-an tidak terlepas

dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau dalam negeri yang ikut

mempengaruhi maraknya jilbab di sekolah-sekolah negeri antara lain sikap

pemerintah Orde Baru yang tidak akomodatif terhadap aspirasi umat Islam

(Efenddi, 1995, hlm.52). Ketegangan antara umat Islam dan pemerintah

mengemuka antara tahun 1967 hingga paruh pertama tahun 1980-an. Pada periode

ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang dianggap merugikan umat

Islam (Thaba, 1996, hlm. 26 dan 306). Sementara itu, sebagian elemen Islam

menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah ini secara konfrontatif sehingga

hubungan di antara keduanya memburuk (Thaba, 1996, hlm.27),.

Titik balik hubungan ini, mengacu pada pendapat Abdul Aziz Thaba, yaitu

dengan digulirkannya gagasan Pancasila sebagai asas tunggal pada tahun 1982.

Gagasan ini menimbulkan reaksi, baik mendukung maupun menolak (Damanik,

2003, hlm.53), dari berbagai organisasi masa (ormas) Islam. Namun, ketika

pemerintah benar-benar menetapkan Pancasila sebagai asas tunggal pada tahun

1985, mayoritas ormas Islam yang ada di Indonesia menerimanya. Sejak itu,

mulai terjadi akomodasi antara pemerintah dengan umat Islam (Thaba, 1996,

hlm.27-28).

Terjadinya ketegangan antara Pemerintah Orde Baru yang didominasi

militerdengan umat Islam bisa dipahami, mengingat struktur kekuasaan ketika itu

banyak diisi oleh kaum Islam abangan. Walaupun keberadaan kaum Islam

Abangan dalam pemerintahan Orde Baru ketika itu sulit dibuktikan dengan

(10)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan umat Islam merupakan refleksi ketegangan antara kelompok Abangan dan

kelompok Santri di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa banyak aspirasi kaum

Muslimin di Indonesia, khususnya aspirasi politik, yang disikapi secara negatif

dan bermusuhan dengan Pemerintah Orde Baru (Anwar,1984, hlm.6-7).

Hubungan antara Pemerintah Orde Baru dengan umat Islam telah banyak

mendapat perhatian dari para pengamat sosial dan politik. Sebagaimana

masa-masa sebelumnya, hubungan umat Islam dan negara pada masa-masa Orde Baru

mengalami proses pasang surut. Hubungan tersebut diawali dengan adanya kerja

sama di antara kedua belah pihak, kemudian terjadi ketegangan dan konflik, dan

akhirnya kembali saling mengakomodasi.

Kerja sama antara kedua belah pihak di awal terbentuknya pemerintahan

Orde Baru sebenarnya lebih dilandasi oleh adanya kepentingan bersama, yaitu

dalam menjatuhkan Rezim Orde Lama dan Partai Komunis Indonesia (PKI)

beserta seluruh unsur-unsurnya (Thaba, 1996, hlm.25). Namun, begitu

pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto ini berhasil memantapkan

kedudukannya dalam pentas politik Indonesia, hubungannya dengan umat Islam

segera memburuk. Hal ini senanda dengan pendapat Thaba:

Terutama setelah pemilihan umum (pemilu) tahun 1971 dengan kemenangan mayoritas Golongan Karya (Golkar) yang sejak itu mendominasi lembaga eksekutif maupun legislatif. Namun antara tahun 1966-1971, Soharto yang saat itu sedang mengkukuhkan posisinya untuk menjadi presiden RI sebenarnya sudah melakukan proses eliminasi terhadap politik umat Islam. Tindakan eliminasi ini dilakukan dengan tidak diizinkannya pendirian Partai Demokrasi Islam Indonesia (PDII) oleh mantan wakil presiden RI, Mohammad Hatta; tidak diizinkan rehabilitasi majelis syuro Muslimin Indonesia (Masyumi); setelah dibubarkan oleh Sukarno pada tahun 1960 karena keterlibatan beberapa tokohnya dalam PRRI; dan dicegahnya mantan tokoh-tokoh Masyumi untuk tampil dalam kepengurusan Partai Muslimin Indonesia (Permusi) yang dibentuk pada tahun 1967 (Thaba, 1996, hlm. 306).

Soeharto dan banyak pejabat Orde Baru ketika itu agaknya lebih melihat

umat Islam sebagai ancaman bagi kestabilan politik dan pembangunan daripada

sebagai mitra, setidaknya sampai paruh kedua tahun 1980-an ketika ketegangan di

(11)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemerintah Orde Baru sama seperti yang dianjurkan oleh Snouck Hurgronje

terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada awal abad kedua puluh, yaitu

mendukung Islam sebagai praktek individu dan sosial, tetapi menolak Islam politik

(Effendy, 1994, hlm.4). Dibatasinya ruang gerak umat Islam di bidang politik tentu

tidak harus membuat mereka lumpuh dalam segala bidang. Dalam sebuah seminar

di Yogyakarta, Ahmad Syafi‟i Ma‟arif mengatakan:

Kelumpuhan umat Islam dalam politik tidak berarti kelumpuhan mereka bergerak dalam bidang sosial dan kultural. Justru pada periode kemacetan dalam politik inilah umat Islam punya peluang yang baik sekali untuk melancarkan dakwah Islam dengan sasaran- sasaran yang lebih strategis lagi (Thaba, 1996, hlm. 28)

Ditetapkannya Pancasila sebagai asas tunggal kehidupan sosial politik di

Indonesia mungkin merupakan ujian politik terbesar yang diberikan Pemerintah

Orde Baru terhadap umat Islam. Organisasi-organisasi pemuda yang menolak

Pancasila sebagai asas tunggal seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan

Pelajar Islam Indonesia (PII), walaupun kemudian dianggap sebagai organisasi

terlarang oleh Pemerintah Orde Baru, tidak serta merta membubarkan diri

mereka atau berhenti melakukan aktivitas. Sebagaimana dituturkan Damanik

(2003, hlm.54), mereka "tetap bergerak sebagai „gerakan bawah tanah,‟ membuat

training dan pembinaan-pembinaan bagi pemuda-pemuda Islam." Tekanan

pemerintah justru membuat gerakan mereka jadi semakin ideologis dan kaderisasi

yang mereka lakukan pada masa itu pada gilirannya melahirkan kader-kader muda

yang militan. Kemunculan jilbab, yang menjadi tema penelitian ini, merupakan

salah satu hasil dari kaderisasi dakwah yang gencar dilakukan pada masa-masa

tersebut.

Faktor eksternal yang disebut-sebut banyak memberikan pengaruh terhadap

kemunculan jilbab di sekolah-sekolah negeri adalah Revolusi Iran yang terjadi

pada tahun 1979 dan pemikiran Al-Ikhwan Al-Muslimin yang masuk ke Indonesia

melalui buku-buku para tokohnya yang banyak diterjemahkan sejak tahun 1970-an.

(12)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iran ketika itu, ikut memberikan kontribusi bagi tumbuhnya semangat berjilbab di

kalangan siswi-siswi muslim di Indonesia.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian yang luar biasa dari berbagai media

masa dan memperlihatkan pada masyarakat dunia termasuk masyarakat

Indonesia, bagaimana wanita-wanita Iran menutupi tubuhnya secara rapat dengan

jilbab dan busana muslimah. Namun, agaknya pengaruh ini lebih bersifat

psikologis daripada ideologis, karena ideologi Syah yang dianut oleh Revolusi

Iran jelas-jelas tidak diadopsi atau dianut oleh siswi-siswi yang mengalami

pelarangan jilbab di sekolah-sekolah negeri (Alatas & Desliyanti, 2001 ,hlm.22).

Pada saat itu tidak sedikit wanita Muslim yang memutuskan untuk

menggunakan jilbab. Namun, pada masa pemerintahan Orde Baru sekitar tahun

1980an, pelajar-pelajar yang ingin menggunakan jilbab harus merasakan sulitnya

untuk menggunakan jilbab. Meskipun Indonesia merupakan negara yang

masyarakat Muslimnya sangat besar, penerimaan terhadap jilbab membutuhkan

proses yang sangat panjang. Mengingat jilbab bukan bagian dari budaya

Indonesia, terlebih dalam iklim tropis. Padahal sudah sangat jelas bahwa setiap

wanita Muslim diwajibkan menutup auratnya.

Disatu sisi pemerintah melindungi setiap warganya untuk memeluk agama

yang diyakini. Akan tetapi, ketika dalam agama tersebut ada kewajiban yang

harus di jalankan oleh setiap umatnya, Pemerintah Orde Baru justru malah

melarangnya. Sebaiknya, ketika pemerintah sudah melindungi warganya untuk

memeluk agama yang diyakini maka pemerintah pun harus melindungi dan

mendukung apa yang diperintahkan dalam agama tersebut karena jilbab bukan

merupakan alat politik tetapi suatu ketaatan individu terhadap Tuhannya

Keadaan seperti ini, diperburuk dengan dikeluarkannya surat keputusan

(13)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mengatur bentuk dan penggunaan seragam sekolah di sekolah-sekolah

negeri. Sebelum keluarnya SK tersebut, peraturan seragam sekolah ditetapkan

oleh masing-masing sekolah negeri secara terpisah. Dengan adanya SK tersebut,

maka peraturan seragam sekolah menjadi bersifat nasional dan diatur langsung

(14)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SK tersebut hampir-hampir tidak mengakomodir kemungkinan untuk

menggunakan seragam sekolah dalam bentuk lain. Akibatnya, kebijakan

pemerintah ini segera berbenturan dengan keinginan beberapa pelajar Muslim di

sekolah-sekolah negeri untuk menutup auratnya sesuai dengan syari’at Islam yang

mereka yakini. Jika sebelum keluarnya SK 052 saja sudah mulai bermunculan

kasus-kasus pelarangan jilbab, maka setelah keluarnya SK tersebut semakin

banyak pelajar-pelajar berjilbab yang memperoleh teguran, pelarangan, dan

tekanan dari pihak sekolah (Alatas, 2001, hlm.25). Pelajar yang bersikeras untuk

tetap mengenakan jilbab di lingkungan sekolah, pada akhirnya dipersilahkan

untuk keluar dari sekolah negeri tempat mereka belajar dan pindah ke sekolah

swasta. Sudah sangat jelas sekali bahwa menggunakan jilbab adalah perintah dari

Allah SWT yang harus dijalankan oleh setiap wanita Muslim dimuka bumi ini.

Akan tetapi, perintah ini mendapat tentangan dari Pemerintah Orde Baru pada

masa itu.

Melihat dari keadaan tersebut, tentunya kaum wanita berjilbab khususnya

pelajar SMA memiliki harapan untuk mendapakan kehidupan yang lebih baik.

Sebagai individu, wanita berjilbab tentunya menginginkan pengakuan, perlakuan

dan persamaan hak dengan kaum wanita lainnya. Selain itu, kaum wanita

berjilbab juga mempunyai suatu impian cita-cita yang ingin dicapai. Larangan

untuk mengenakan jilbab karena tudingan politis sulit untuk diterima oleh umat

Islam. Bagaimanapun juga, jilbab tidak pernah menjadi monopoli sebuah gerakan

tertentu, karena perintahnya, sebagaimana diyakini oleh banyak kaum Muslim,

terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadits dan dijalankan oleh berbagai kelompok

masyarakat Muslim sejak awal kemunculan Islam di Jazirah Arab. Memang ada

sebagian kalangan Muslim yang memandang jilbab tidak wajib. Namun ketika

keyakinan ini dipaksakan tanpa mentolerir pihak-pihak yang meyakini

(15)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam beragama. Ketika kedua belah pihak tetap bertahan pada posisinya

masing-masing maka terjadilah konflik.

Sikap kaku pemerintah terhadap peraturan seragam sekolah telah

menyebabkan persoalan ini menjadi berlarut-larut. Sekiranya, pemerintah bisa

bersikap lebih toleran terhadap hal ini, kasus pelarangan jilbab tentu bisa lebih

cepat tertangani. Persoalan jilbab atau busana muslim lebih tepat dilihat dari sudut

pandang hak seseorang dalam menjalankan agamanya daripada dilihat dari sudut

pandang politik. Jadi, selama hak tersebut tidak merugikan kepentingan lembaga

ataupun kepentingan orang lain, maka hak tersebut tidak perlu dilarang. Zaman

sudah berganti, perjuangan memakai jilbab tidak seekstrim seperti pada tahun

1980-an. Penggunaan jilbab sudah marak digunakan oleh wanita muslim di

Indonesia. Dengan adanya larangan terhadap siswi-siswi untuk menggunakan

jilbab pada masa pemerintahan Orde Baru, diharapkan kejadian seperti itu tidak

akan terulang kembali.

Kajian ini penting untuk dibahas dimaksudkan untuk memberikan informasi

lebih dalam kepada wanita Muslim di Indonesia khususnya mahasiswa pendidikan

sejarah Universitas Pendidikan Indonesia dan siswa SMA bahwa untuk memakai

jilbab yang sekarang sudah banyak digunakan oleh wanita Indonesia

membutuhkan perjuangan yang cukup besar dan diharapkan kita sebagai wanita

muslim lebih menghargai jilbab sebagai identitas wanita Muslim.

Berdasarkan gambaran yang telah disampaikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji lebih banyak mengenai ”Gerakan Pelajar dan Mahasiswa

Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun

1982-1991”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas, terdapat permasalahan yang akan

(16)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan tersebut peneliti akan membatasi permasalah dengan

pertanyaan-pertayaan sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi pendorong maraknya pemakaian jilbab di kalangan

para pelajar dan mahasiswa pada tahun1980-an ?

2. Apa latar belakang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Membuat

SK 052/C/Kep/D/1982 tentang pedoman penggunaan seragam sekolah

di sekolah-sekolah negeri?

3. Bagaimana perjuangan para pelajar Islam dan mahasiswa dalam

menuntut penggunaan jilbab pada tahun 1980-an?

4. Apa yang melatar belakangi dibuatnya SK 100/C/Kep/D/1991 sebagai

tanda diperbolehkanya penggunaan jilbab di sekolah-sekolah negeri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah disampaikan diatas,

maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pendorong maraknya penggunaan jilbab di kalangan para

pelajar Islam.

2. Mengungkapkan latar belakang dibuatnya SK 052/C/Kep/D/1982

tentang pedoman penggunaan seragam sekolah di sekolah-sekolah

negeri.

3. Mengungkapkan perjuangan para pelajar Islam dan mahasiswa

terhadap larangan penggunaan jilbab.

4. Mengungkapkan latar belakang dibuatnya SK 100/C/Kep/D/1991

penanda diperbolehkannya penggunaan jilbab di sekolah negeri.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan dan memperkaya pengetahuan serta wawasan

Mahasiswa Pendidikan Sejarah, khusunya mengenai gerakan para

(17)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

negeri pada tahun 1982-1991 (Kajian Historis di Jakarta, Bandung, dan

Bogor).

2. Dalam kurikulum pendidikan pada program Ilmu-Ilmu Sosial kelas

XII, melihat di Kompetensi Inti pada nomor Tiga yaitu memahami,

menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian

serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah. Kompetensi Dasarnya pada nomor 3.6 yaitu menganalisis

kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde

Baru. Dengan demikian judul penelitian ini masuk kedalam KI dan

KD yang dipelajari oleh siswa-siswa sehingga dapat menambah materi

pembelajaran.

3. Melalui penelitian ini diharapkan berbagai pihak yang ada di

Indonesia, khususnya para penentu kebijakan, memahami latar

belakang dan sebab-sebab terjadinya peristiwa pelarangan jilbab di

sekolah-sekolah negeri sehingga peristiwa semacam ini tidak perlu

terulang kembali di masa yang akan datang.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Adapun Struktur organisasi dalam penulisan propsal skripsi ini, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, bab ini merupakan bab yang berisikan latar belakang

masalah yang menjelaskan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

ini. Serta menjelaskan mengapa masalah yang diteliti timbul. Selanjutnya, dengan

adanya rumusan masalah di sini berguna sebagai pembatas masalah yang akan

dijelaskan di dalam tulisan ini. Serta digunakan untuk memperinci isi skripsi.

(18)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh peneliti, serta struktur organisasi skrispi yang akan menjadi

kerangka dan pedoman penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, dalam kajian pustaka ini akan dipaparkan mengenai

sumber–sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang

dianggap relevan. Selain itu menggunakan pendekatan konsep yang relevan pula

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Gerakan Pelajar dan

Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Jilbab di Sekolah-sekolah Negeri Pada

Tahun 1982-1991

Bab III Metode Penelitian, merupakan bab yang berisi mengenai

kegiatan-kegiatan serta cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang

digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang langkah-langkahnya terbagi

menjadi heuristik, atau kumpulan sumber, kritikan terhadap sumber yang telah

dikumpulkan, interpetasi sumber, hingga ke tahap penulisan (historiografi). Setiap

langkah yang ditempuh nantinya akan dipaparkan lebih rinci lagi sesuai dengan

keadaan di lapangan.

Bab IV Pembahasan, menjelaskan mengenai perjuangan pelajar dan

mahasiswa Islam dalam menuntut penggunaan jilbab di sekolah-sekolah pada

tahun 1982-1991. Pembahasan dibagi menjadi 4 bahasan besar. Pertama,

pendorong maraknya penggunaan jilbab dikalangan siswi pada tahun 1980an.

Kedua, latar belakang dibuatnya SK 052/C/Kep/D/1982 tentang pedoman

penggunaan seragam sekolah di sekolah-sekolah negeri. Ketiga, perjuangan para

pelajar dan mahasiswa Islam terhadap larangan penggunaan jilbab di

sekolah-sekolah negeri. Keempat, latar belakang dibuatnya SK 100/C/Kep/D/1991 sebagai

penanda diperbolehkannya penggunaan jilbab di sekolah-sekolah negeri.

Bab V Simpulan dan Saran, simpulan di sini merupakan sebuah pemaparan

mengenai kesimpulan atas berbagai rumusan masalah yang telah dikembangkan

oleh peneliti dan kemudian akan dianalisis serta diuraikan ke dalam sebuah karya

ilmiah berupa skripsi. Serta saran dari peneliti mengenai tulisan ini sehingga

(19)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

(20)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Metode

penelitian adalah sebuah cara alamiah agar memperoleh data yang sesuai dengan

tujuan dan kegunaan yang peneliti butuhkan. Secara umum sebuah penelitian

memiliki tiga tujuan yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.

Secara umum data yang didapat dari hasil penelitian dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi sebuah masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis.

Metode ini digunakan oleh peneliti dikarenakan data-data yang digunakan hanya

dapat diperoleh melalui sebuah studi literatur dan wawancara. Metode historis

menurut Gottschalk (1986, hlm. 32) adalah proses menguji dan menganalisis

secara kritis rekaman dan peninggalan, kemudian menuliskannya berdasarkan

fakta yang diperoleh. Menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007,

hlm. 96) dikemukakan bahwa terdapat enam tahap yang harus ditempuh dalam

penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih satu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti, yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.

(21)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun menurut Ismaun (2005, hlm. 34), metode historis terdiri dari empat

langkah sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan

(Ismaun, 2005, hlm. 49) sedangkan menurut Lucey yang dikutip oleh

Sjamsuddin (2007, hlm. 96) bahwa heuristik adalah kajian atau pengetahuan

tentang sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah itu dapat berupa

sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Klasifikasi sumber juga

dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara: mutakhir atau kontemporer

(contemporary) dan lama (remote); formal (resmi) dan informal (tidak resmi);

juga pembagian menurut asal, isi, dan tujuan, yang masing-masing

dibagi-bagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau produknya.

2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah yang didasari etos

ilmiah yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran (Ismaun,

2005, hlm. 50). Sumber-sumber yang digunakan dipilih melalui kritik internal

dan eksternal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan

permasalahan penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 132) fungsi kritik

berguna sehingga karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah

yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam metode sejarah dikenal terdapat

dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan internal.

3. Interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis

dan rasional dari fakta dan data yang telah terkumpul dengan cara

dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Dalam interpretasi

dikenal dengan adanya unsur subjektivitas dari sejarawan untuk menafsirkan

sumber.

4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh

sehingga menjadi kesatuan yang utuh dalam menyajikan gambaran sejarah

dalam bentuk skripsi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran

(22)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti membagi langkah-langkah penelitian tersebut kedalam beberapa

pembahasan, yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Pada semester enam peneliti mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan

Karya Ilmiah yang mewajibkan untuk membuat proposal skripsi. Pembuatan

proposal skripsi pada semester enam ini bertujuan untuk mempercepat masa

studi. Pertama kali mendapatkan ide untuk menulis mengenai larangan

penggunaan jilbab pada masa Pemerintah Orde Baru ketika peneliti mengikuti

perkuliah Seminar Penelitian Karya Ilmiah yang salah satu dosennya adalah Drs.

H. Ayi Budi Santosa, M.Si. Saat itu beliau menanyakan mahasiswa satu persatu

judul apa yang akan mereka tulis. Kebetulan salah satu mahasiswa yaitu saudara

Muhammad Wildan menjawab kalau ia akan menulis skripsi tentang pemaksaan

KB pada masa Orde Baru. Seketika itu, peneliti langsung terpikir cerita dari

seorang teman kalau ibunya pada masa pemerintahan Orde Baru pernah dilarang

menggunakan jilbab di sekolahnya. Pada saat itu juga peneliti langsung

mengajukan judul kepada Bapak Drs.H. Ayi Budi Santosa, M.Si mengenai

larangan penggunaan jilbab pada masa pemerintahan Orde Baru. Selain itu,

ketertarikan untuk menulis judul tersebut dikarenakan banyaknya wanita Muslim

memakai jilbab di Indonesia pada saat ini, bahkan yang dulu model jilbab hanya

itu-itu saja sekarang sudah banyak model-model jilbab yang lebih modis,

sehingga tidak hanya dari kalangan santri saja yang tertarik menggunakan jilbab

bahkan sekarang sudah merambat pada kalangan artis. Akan tetapi, tidak banyak

yang mengatahui bahwa pada masa pemerintahan Orde Baru khusunya pada

tahun 1980-an, penggunaan jilbab terasa sangat sulit yang berbeda dengan zaman

(23)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pembuatan proposal mengenai larangan penggunaan jilbab tersebut

didasarkan dari referensi yang ditemukan di internet dan buku yang peneliti

pinjam dari beberapa teman. Proposal dikonsultasikan terlebih dahulu dengan

Bapak Drs.H. Ayi Budi Santosa M.Si, kemudian beliau menyetujui tema yang

diajukan dan menyarankan agar langsung mempresentasikan pada perkuliahan

Seminar Karya Ilmiah, proposal yang peneliti ajukan mendapat beberappa

masukan. Masukan tersebut antara lain mengenai judul dan isi dari latar belakang

supaya lebih menjelaskan mengenai alasan peneliti menulis tentang larangan

berjilbab dan harus mencantumkan sumber referensi yang peneliti gunakan.

Setelah merevisi proposal skripsi hasil dari mata kuliah Seminar Penulisan Karya

Ilmiah, kemudian proposal skripsi tersebut diajukan kembali kepada Bapak Drs.

H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi

(TPPS). Pada bulan Februari 2014, judul tersebut disetujui untuk dipresentasikan

dalam Seminar Proposal Skripsi.

Dalam Seminar Proposal peneliti mendapat masukan dari Bapak Drs. H.

Ayi Budi Santosa, M.si selaku calon pembimbing II, diantaranya mengenai judul

yang terlalu panjang adapun judul yang penulis ajukan ketika Seminar Proposal

adalah “Implementasi Surat Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Nomer 052 Tahun 1982 Mengenai Peraturan Penggunaan Seragam Sekolah di

SMA Negeri Terhadap Siswa berjilbab Pada Tahun 1982-1991”. Selain itu,

beliau juga memberi saran agar isi dari latar belakang lebih terstruktur. Sama

halnya dengan calon pembimbing II, calon pembimbing I yaitu Bapak H. Didin

Saparudin, M.Si., Ph.D juga menyarankan agar judulnya diubah lebih

memfokuskan terhadap gerakan dari para pelajar Islam terhadap larangan

berjilbab serta mengganti beberapa rumusan permasalah. Setelah merevisi

proposal sesuai dengan saran dari dosen pembimbing maka judul yang peneliti

(24)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan Jilbab di Sekolah-sekolah Negeri Pada Tahun 1982-1991 (Kajian

Historis di Jakarta, Bandung, dan Bogor)”. Setelah disetujui, maka pengesahan

penelitian ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

FPIPS UPI Bandung No. 05/TPPS/JPS/PEM/ 2014. Dalam surat keputusan itu,

ditentukan pembimbing I, yaitu H. Didin Saripudin, M.Si., Ph.D dan Drs. H. Ayi

Budi Santosa, M.Si sebagai pembimbing II.

3.1.3 Mengurus Perizinan

Langkah awal yang dilakukan dalam tahap ini adalah dengan memilih

narasumber-narasumber yang dapat memberikan data dan fakta tentang masalah

yang dikaji. Perizinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian dalam

mencari sumber yang diperlukan. Adapun surat perizinan tersebut diberikan

kepada Humas Pikiran Rakyat, dan Arsip Nasional sedangkan untuk narasumber

liannya tidak memerlukan surat perizinan.

3.1.4 Persiapan Perlengkapan Penelitian

Dalam rangka memudahkan dan memperlancar proses penelitian, peneliti

harus mempersiapkan berbagai perlengkapan penelitian yang diperlukan dalam

proses penelitian, antara lain:

1. Surat izin penelitian.

2. Instrumen wawancara .

3. Catatan lapangan.

3.1.5 Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh

peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam

menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Proses bimbingan dilakukan

setelah memperoleh SK penunjukkan pembimbing pada tanggal 11 Maret 2014

dengan nomor SK 05/TPPS/JPS/PEM/2014. Berdasarkan SK tersebut, dosen

pembimbing terdiri dari dua orang yaitu Bapak H. Didin Saripudin, M.Si Ph.D

(25)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat diperlukan untuk membantu peneliti

dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian, serta proses penelitian

skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi peneliti untuk berdiskusi dengan

pembimbing I dan pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama

penelitian ini dilakukan. Manfaat yang diperoleh selama proses bimbingan adalah

mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini serta diarahkan

untuk konsisten terhadap fokus kajian.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan ini merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam suatu

penelitian. Melalui tahapan ini penulis memperoleh data serta fakta yang

dibutuhkan untuk penyusunan skripsi. Beberapa langkah yang harus ditempuh

dalam tahapan ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Tahap heuristik yaitu tahap pengumpulan data yang relevan dengan masalah

penelitian. Menurut Helius Sjamsuddin (2007, hlm.73) sumber sejarah

(Historical Sources) ialah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung

menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada

masa lampau (past actually). Pada tahap ini peneliti berusaha mencari sumber-

sumber yang relevan bagi permasalahan yang sedang dikaji, untuk mempermudah

dalam pengumpulan sumber sejarah yang berkaitan dengan Gerakan Pelajar dan

Mahasiswa Islam Terhadap Pelarangan Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah

Negeri Tahun 1982-1991, maka pengumpulan sumber tersebut dilakukan melalui

dua tahapan yaitu pertama, mencari dan mengumpulkan sumber lisan melalui

wawancara dan kedua, mengumpulkan sumber tertulis yang relevan dengan

permasalahan penelitian baik berupa dokumen, buku, jurnal, majalah, koran,

maupun karya ilmiah lainnya.

(26)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan sudah

dimulai kurang lebih sejak bulan November 2013. Sejak saat itu, peneliti telah

mencari sumber-sumber yang berhubungan dengan pelarangan jilbab pada masa

pemerintahan Orde Baru. Dalam pencarian sumber-sumber ini, peneliti

mendatangi beberapa toko buku yang ada di Bandung seperti Toko Buku Palasari,

pedagang buku di Jalan Dewi Sartika, Toko Buku Gramedia, Toko Buku Amazon,

Toko Buku Togamas dan lain-lain untuk mendapatkan sumber tertulis.

Selain mencari di berbagai Toko Buku, peneliti juga mengunjungi berbagai

perpustakaan seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung,

Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Perpustakaan Universitas Indonesia,

Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Musieum KAA,

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati, dan Perpustakaan Batu

Api.

Berdasarkan pencarian dari toko buku dan perpustakaan, peneliti

mendapatkan bermacam-macam sumber yang relevan dengan penelitian yang

dikaji yaitu mengenai pelarangan jilbab pada masa pemerintahan Orde Baru,

hubungan Pemerintah Orde Baru dengan umat Islam dan hal-hal yang

berhubungan dengan peristiwa ini. Penjelasan mengenai penemuan sumber-

sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:

a. Pada bulan November 2012 peneliti mengunjungi Perpustakaan Museum Asia

Afrika , peneliti mendapatkan berbagai sumber seperti buku Islam dan Politik

Era Orde Baru karya dari Din Syamsuddin. Buku ini dgunakan untuk

mengkaji hubungan antara Pemerintah Orde Baru dan Umat Islam.

b. Pada bulan Januari 2014 Peneliti mengunjungi Perpustakaan Universitas

Indonesia, disana terdapat buku yang diperlukan untuk dijadikan sebagai

sumber referensi antara lain adalah buku yang berjudul Revolisi Jilbab:

Pelarangan penggunaan jilbab di SMA Negeri Se-jabotabek, 1982-1991,

Kasus Jilbab: Gerakan Wanita Islam 1980-an di Indonesia, Islam dan Negara

(27)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keyakinan: Sikap Pelajar SMA Negeri 14 Jakarta Terhadap Pelarangan

Penggunaan Jilbab 1982-1991.

c. Pada bulan Januari 2014, mengunjungi Perpustakaan Rahimah, dan

menemukan buku Anatomy of Muslim Veils: Practice, Discourse and

Changing Appearance of Indonesian Women. buku ini menggunakan

bahasa Inggris sehingga untuk memudahkan peneliti dalam mengakaji

buku tersebut maka buku tersebut diterjemaahkan kedalam bahasa

Indonesia.

d. Pada bulan Februari 2014, peneliti menemukan sumber referensi berupa buku

di Universitas Pdajajaran Bandung, kebetulan saat itu sedang diadakan

pameran buku. Buku yang didapatkan disana adalah buku yang berjudul Kiai

Di Tengah Pusaran Politik, dan Kebangkitan Politik Kaum Santri Islam dan

Demokrasi di Indonesia,1990-2000.

e. Pada Akhir bulan Febuari, peneliti mengunjungi Perpustakaan Daerah

Provinsi Jawa Barat dan disana mendapatkan buku menguak misteri kekusaan

Soeharto dan beberapa artikel dari koran-koran antara lain Tempo No. 41,

Tahun XII, 11 Desember 1982, "Larangan Buat Si Kudung", Panji Masyarakat

No. 629, 11-21 November 1989, "Kita Tak Rela Jilbab di Fitnah".

f. Pada bulan April, peneliti mengunjungi Perpustakaan Batu Api Jatinanor, peneliti menemukan

jurnal dan artikel-artikel dari koran-koran dan majalah yaitu Pelita, 21 April 1989,

"Gara-gara Jilbab Sepuluh Orang Tua Siswa SMA 68, Gugat Mendikbud dan Jajarannya

di Pengadilan", Tempo No. 34, Tahun XIV, 20 Oktober 1984, "Faktor X dalam

Kerudung", Kompas, 13 Mei 1983, "Tidak Ada Tekanan Bagi Mereka Yang

Berkerudung', dan jurnal yang berjudul Islam dan Negara: Transformasi

Pemikiran dan Praktek Politik Islam Di Indonesia.

g. Penelurusan juga dilakukan melalui internet (Browsing) yang dilakukan untuk

mendapatkan tambahan informasi agar dapat mengisi kekurangan-kekurangan

(28)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Okirisal Eka Putra yang berjudul Hubungan Islam dan Politik Masa Era Orde

Baru, serta e- buku yang berjudul Gerakan Pelajar Islam di Bawah

Bayang-Bayang Negara dan Bang Imad: Pemikiran dan Gerakan Dakwahnya.

2. Sumber Lisan

Dalam pengumpulan sumber lisan peneliti mencari narasumber yang

relevan agar dapat memberikan informasi yang sesuai dengan masalah yang dikaji

melalui teknik wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan mengenai

permasalahan yang dikaji kepada pihak-pihak sebagai pelaku dan saksi. Sumber

lisan ini memiliki peranan yang penting sebagai sumber sejarah yang lainnya.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan beberapa orang

yang dianggap memiliki informasi mengenai Gerakan Pelajar dan Mahasiswa

Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri Pada

Tahun 1982-1991, teknik wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan

informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap sumber tertulis

(Kuntowijiyo, 2003, hlm. 74). Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan

penggunaan sejarah lisan (Oral History), seperti yang diungkapkan oleh

Kuntowijoyo (2003) bahwa :

Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan zaman modern ini yang tidak tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian- kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan  selain sebagai metode, sejarah lisan juga dipergunakan sebagai sumber sejarah (Kuntowijoyo, 2003, hlm. 74).

Adapun proses wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara

langsung yaitu dengan mendatangi ke tempat tinggal para narasumber setelah

(29)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara. Teknik wawancara individual ini dipilih mengingat kesibukan

narasumber yang berbeda satu sama lainnya, sehingga kurang memungkinkan

untuk dilaksanakannya wawancara secara simultan.

Pelaksanaan wawancara yang dipilih adalah penggabungan antara

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Alasan menggabungkan dua teknik

tersebut karena wawancara lebih terfokus, data lebih mudah diperoleh serta

narasumber lebih bebas memberitahukan segala sesuatu yang diketahuinya.

teknis pelaksanaanya yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang

telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara tidak

terstruktur, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

pertanyaan sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap

pertanyaan yang berkembang kepada narasumber yang terkait dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Narasumber yang dijadikan sumber informasi yaitu mereka yang menjadi

pelaku serta saksi yang masih hidup diantaranya :

1. Ibu Siti Aisyah, 44 tahun (Siswa SMA Negeri 4 Bandung tahun 1983-1984),

dia pernah mengalami pelarangan jilbab di sekolahnya dan harus di keluar

dari SMA Negeri 4 Bandung karena tidak ingin melepaskan jilbab yang

sudah dikenakannya. Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota PII (Pelajar

Islam Indonesia).

2. Ibu Ema Rohema, 74 tahun ( Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 14

Jakarta 1973-1988), adalah salah seorang guru yang mendukung

penggunaan jilbab di SMAN 14 Jakarta dan yang memberikan training

kepada siswanya sehingga banyak dari meraka yang menggunakan jilbab.

3. Farida Rachmawati , 43 tahun (Siswa SMA Negeri 1 Jakarta 1987-1990), Ia

juga pernah mengalami pelarangan jilbab di sekolahnya.

4. Bapak Munir,47 tahun (aktivis kampus semasa menjadi Mahasiswa ). Ia

adalah anggota dari LDK (Lembaga Dakwah kampus) UPI pada tahun

(30)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Wirianingsih, 52 tahun seorang mahasisiwa hukum di UNISBA yang

mengikuti demo di UNPAD pada tahun 1980-an. Ia aktif di Divisi

Kewanitaan Masjid UNPAD dan mantan anggota HMI. Ia adalah salah

seorang pelopor penggunaan jilbab di Bandung.

6. Susi Mardiani, 49 tahun (Siswa SMA Negeri 14 Jakarta 1981-1984), Ia

salah seorang siswi yang mengalami pelarangan jilbab.

Narasumber pertama yang peneliti wawancarai adalah Ibu Siti Aisyah di

kediamannya di Jalan Taman Sari. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis

sudah mengenalnya dengan baik karena ia adalah orang tua dari salah seorang

teman. Ketika itu ia menceritakan tentang bagaimana ia harus berjuangan untuk

mengenakan jilbab semasa SMA. Kisah itu pun menjadi inspirasi peneliti dalam

menentukan judul untuk penulisan skripsi ini. Narasumber kedua adalah Ibu

Farida Rachmawati, wawancara dilakukan via telepon dikarenakan kesibukan dan

kediamannya yang berada di Jakarta sehingga sulit bagi peneliti untuk

mengunjungi secara langsung. Peneliti mengetahui Ibu Farida dari Ibu Siti Aisyah

yang menyarankan untuk mewawancarainya.

Narasumber selanjutnya yaitu Ibu Ema Rohema, wawancara dilakukan

dikediamannya. Peneliti mengetahui Ibu Ema dari Skripsi saudara Herlambang

yang merupakan Mahasiswa UI dari dialah peneliti mengetahui bagaimana cara

untuk menghubungi Ibu Ema Rohema dan dari Ibu Ema peneliti mengetahui Ibu

Susi Mardiani yang merupakan salah seorang siswi dari Ibu Ema di SMAN 14

Jakarta. Untuk Bapak Munir, peneliti mengetahui ia dari skripsi saudari Nuraeni

mahasiswi UPI sedangkan untuk Ibu Wiaraningsih diketahui dari seorang teman

yang merupakan murid pengajian dari Ibu Wiaraningsih.

3.2.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya

adalah melaksanakan kritik sumber dengan tujuan menguji kebenaran dan

(31)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan

sumber-sumber yang benar atau yang meragukan. Kritik sumber merupakan suatu

proses yang sangat penting dalam penelitian karya ilmiah terutama penelitian

sejarah, karena hal ini akan menjadikan karya sejarah sebagai sebuah produk dari

proses ilmiah itu sendiri yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Proses kritik sumber merupakan penggabungan dari pengetahuan, sikap

ragu-ragu (skeptis), menggunakan akal sehat dan sikap percaya begitu saja

(Jacques dan Henry F. Graff dalam Sjamsuddin, 2007, hlm.104).

Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern)

sumber maupun terhadap substansi (isi). Dalam bukunya Sjamsuddin terdapat lima

pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan

sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiaannya? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ? (Sjamsuddin, 2007, hlm. 133)

Fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam

rangka mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk

membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan

apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131). Dengan kritik

ini maka akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang benar-benar

objektif tanpa rekayasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Adapun kritik yang dilakukan oleh peneliti dalam penulisan karya ilmiah ini

adalah sebagai berikut:

1. Kritik Eksternal

(32)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu.

Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan makin

dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber

itu. Dalam hubungannya dengan historiografi, otentisitas suatu sumber mengacu

kepada masalah sumber primer dan sumber sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan kritik eksternal baik terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan.

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih

buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji yakni mengenai

larangan penggunaan jilbab pada masa pemerintahan Orde Baru. Kritik terhadap

sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku

yang dipakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang didalamnya memuat nama

penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku tersebut diterbitkan.

Kriteria tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis pertanggung jawaban atas

buku yang telah diterbitkan.

Kritik eksternal untuk buku Revolusi jilbab: kasus Pelarangan Jilbab di

SMA Negeri Se-jabotabek 1982-1991, dalam cetakan buku tersebut memuat nama

penulis yaitu Alwi Alatas dan Farida Desliyanti, penerbit buku tersubut adalah

Al-I’tishom, terbit pada tahun 2001 di Jakarta. Untuk buku selanjutnya adalah buku

yang berjudul Islam dan negara dalam politik orde baru. Sama seperti buku

lainnya, buku ini juga memuat penulisnya yaitu Abdul Aziz Thaba, penerbitnya

yaitu Gema Insani Press pada tahun 1996 diterbikan di Jakarta. Peneliti

melakukan hal yang sama dalam kritik Internal untuk buku-buku yang lain.

Semua sumber buku yang digunakan memuat penulis, penerbit dan tempat

diterbitkan buku tersebut sehingga buku yang peneliti gunakan sudah layak untuk

dijadikan sumber pada penulisan skripsi ini.

Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara

mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat

peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Faktor-faktor yang harus

(33)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun fisik, dan kejujuran narasumber. Narasumber yang peneliti kunjungi

pertama adalah Siti Aisyah (48), Farida Rachmawati (43) dan Susi Mardiani (49)

yang berusia terbilang masih produktif dan memiliki daya ingat yang cukup baik.

Meraka mengalami secara langsung larangan penggunaan jilbab di sekolahnya

masing-masing dan harus pindah sekolah karena tidak ingin melepaskan jilbab yang

sudah dipakai. Namun ada seorang narasumber yang sudah berusia lanjut yaitu

Ema Rohema (74) tetapi kesehatan mental maupun fisiknya masih baik. Ia adalah

seorang Guru Agama yang mendukung siswanya untuk menggunakan jilbab.

Akibat menentang kebijakan sekolah tersebut maka ia tidak diperkenankan

mengajar selama beberapa bulan bahkan sampai dipindahkan ke Departemen

Agama.

Narasumber dari kalangan mahasiswa pada saat itu ialah Wiaraningsih (52),

dilihat dari umur, kesehatan mental dan fisik memungkinkan peneliti untuk

melakukan wawancara. Ia juga mengalami secara langsung pelarangan jilbab

bahkan ia adalah salah satu pelopor pelajar yang menggunakan jilbab pada saat itu,

selain itu, ia pun aktif dalam kegiatan mesjid kampus dalam menyebarkan semangat

untuk mengenakan jilbab. Terakhir, adalah Bapak Munir (47) yang pada tahun

1980-an adalah seorang aktivis kampus dan anggota LDK UPI yang mana pernah

melakukan demonstrasi di Al-furqon UPI dalam memperjuangkan pemakaian

jilbab. Ia pun tidak mempunyai gangunan pada mental dan fisik. Semua narasumber

yang diwawancarai memiliki peran penting dalam gerakan pelajar terhadap

larangan penggunaan jilbab dan tidak ada ganguang pada kesehatan mental

maupun fisiknya sehingga semua narasumber memenuhi persyaratan untuk

diwawancarai oleh peneliti.

2. Kritik Internal

(34)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber yang didapatkan, sebagaimana dikemukakan Helius Sjamsuddin bahwa

kritik internal menekankan aspek "dalam" yaitu isi dari sumber dengan

mengadakan evaluasi terhadap kesaksian atau tulisan dan memutuskan kesaksian

tersebut dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 2007, hlm. 111).

Dalam melakukan kritik internal terhadap sumber tertulis, berupa buku-

buku referensi, peneliti membandingkannya antara buku yang satu dengan buku

yang lainnya. Untuk sumber tertulis berupa dokumen-dokumen peneliti berbekal

kepercayaan terhadap pihak instansi tersebut bahwa sumber tersebut asli.

Berkaitan dengan kritik internal, peneliti membagi atau mengklarifikasi

sumber kedalam tiga bagian untuk mempermudah dalam memahami suatu

peristiwa, baik narasumber yang merupakan pelaku sejarah ataupun saksi sejarah

maupun narasumber yang berlatar belakang akademis, sama-sama memberikan

kontribusi dalam penelitian skripsi ini, serta membantu peneliti dalam menilai dan

melakukan kritik eksternal dan internal keseluruhan sumber yang dipakai dilihat

dari ruang lingkup dan pokok bahasannya, maka peneliti mencoba untuk

mengelompokkannya ke dalam tiga kelompok yaitu :

1. Sumber yang khusus membahas mengenai hubungan umat Islam dengan

Pemerintahan Orde Baru, diantaranya sumber yang ditulis oleh Abdul Aziz

Thaba yang berjudul Islam dan Negara Dalam Politik Orde Baru (1998),

Islam dan Politik Era Orde Baru yang ditulis oleh Din Syamyuddin, dan

jurnal yang ditulis oleh Bahtiar Effendy yang berjudul Islam dan Negara:

Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam Di Indonesia. Setelah itu,

peneliti membandikan isi dari buku-buku tersebut.

2. Sumber yang membahas tentang larangan penggunaan jilbab, diantaranya

sumber yang ditulis oleh Alwi Alatas dan Fifrida Deslianti yang berjudul

Revolisi Jilbab: Pelarangan penggunaan jilbab di SMA Negeri Se-jabotabek,

1982-1991, dan Kasus Jilbab: Gerakan Wanita Islam 1980-an di Indonesia.

(35)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Changing Appearance of Indonesian Women yang ditulis oleh Deny

Hamdani Ph.D.

3. Sumber yang membahas tentang gerakan pelajar, diantaranya adalah buku

yang ditulis oleh Ali Said Damanik yang berjudul Fenomena Partai Keadilan:

Transformasi 20 tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia dan buku yang ditulis

oleh Djayadi Hanan yang berjudul Gerakan Pelajar Islam di Bawah

Bayang-Bayang Negara.

Pengklasifikasian juga untuk mempermudah peneliti dalam memahami dan

membandingkan sekaligus menilai sumber dari perspektif yang berbeda.

Akibatnya, dari topik yang sama akan terlihat persamaan dan perbedaan serta apa

yang menjadi titik berat seorang penulis dalam tulisannya serta sejauh mana unsur

subjektifitas penulis dengan latar belakang institusi yang diwakili.

Kritik internal juga dilakukan dalam menganalisis dan mengkaji mengenai

hasil dari wawancara. Sebelum melakukan teknik wawancara, peneliti terlebih

dahulu menganalisa dua hal dari saksi yaitu :

1. Apakah ia mampu memberikan kesaksian, kemampuan itu antara lain

berdasarkan kehadirannya pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa.

2. Apakah ia mampu memberikan kesaksian yang benar. Hal tersebut

menyangkut kepentingan peneliti terhadap peristiwa tersebut. Kita harus

mengetahui apakah ia mempunyai alasan untuk menutup-nutupi sesuatu

peristiwa bahkan melebih-lebihkannya atau tidak.

Dalam mengkritik hasil wawancara maka peneliti membagi menjadi dua

bagian. Pertama, mengidentifikasi narasumber yang diwawancarai apakah ia

merupakan pelaku sejarah atau sekedar saksi, kedua, mencoba melihat kebenaran

informasi yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti dengan cara

mengkomparasi pernyataan narasumber yang satu dengan yang lainnya.

Untuk narasumber yang penulis wawancarai, yaitu Ibu Siti Aisyah dan ibu

Farida Rahcmawati mereka masing-masing adalah mantan siswi SMA 4 Bandung

(36)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus pindah sekolah karena tidak ingin melepaskan jilbabnya. Ditambah lagi, ia

pernah ikut demo di UNPAD, sehingga untuk pertanyaan nomer satu diatas sudah

memenuhi persyaratan. Untuk pertanyaan nomer dua, dilihat dari usia yang sekarang

menginjak 40 tahun-an keatas maka tidak ada masalah dengan ingatannya untuk

mengingat kembali peristiwa pada tahun 1980-an. Untuk menguji kebenaran isi dari

wawancara tersebut peneliti membandingkan dengan hasil wawancara dari

narasumber lain atau artikel dari koran dan majalah sehingga kebenarannya dapat

dipertanggungjawabakan selain itu tidak ada yang ditutup-tutupi oleh setiap

narasumber karena setiap pertanyaan dijawab dengan baik. Peneliti melakukan kritik

internal yang sama ke semua narasumber yang diwawancarai seperti kepada Ibu

Ema Rohima, membandingkan hasil wawancaranya dengan Ibu Susi Mardiani siswi

di SMA 14 Jakarta, karena keduanya mengalami peristiwa tersebut di SMA 14

Jakarta maka hasil dari wawancaranya dapat dibandingkan satu sama lain. Untuk

mengkritik hasil wawancara dengan Ibu Wiaraningsih dan Bapak Munir

membadingkan dengan artikel di koran dan majalah.

3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan kegiatan yang tidak

terpisahkan melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007, hlm. 155). Peneliti

memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh

dari hasil kritik eksternal dan internal. Kemudian fakta yang telah diperoleh

tersebut dirangkai dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu

kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks

peristiwa- peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005, hlm. 59-60). Hal

tersebut agar memberikan keberartian atau kebermaknaan yang kemudian

dituangkan dalam penulisan yang utuh. Interpretasi juga merupakan tahapan

untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta, dan tidak

lepas dari referensi pendukung dalam kajian penulisan skripsi.

(37)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah dikritisi dan merujukan beberapa referensi yang dijadikan pokok pikiran

sebagai kerangka dasar dalam penyusunan skripsi ini. Berdasarkan penjelasan

tersebut, peneliti mencoba menyusun fakta-fakta dan menafsirkannya dengan cara

saling dihubungkan dan dirangkaikan, sehingga akan terbentuk fakta-fakta yang

kebenarannya telah teruji dan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang

dikaji mengenai Gerakan pelajar dan Mahasiswa Islam terhadap Larangan

Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri Pada Tahun 1982-1991(Kajian

Historis di Jakarta, Bandung, dan Bogor)

Dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi ini peneliti menggunakan

interdisipliner yaitu pendekatan dengan memakai disiplin-disiplin ilmu yang

berasal dari satu rumpun ilmu sosial, dengan ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu

utama dalam mengkaji permasalahan, yaitu dengan menggunakan konsep-konsep

yang terdapat dalam ilmu sosiologi, antropologi, maupun politik. Dengan

menggunakan ilmu tersebut, maka kita akan dapat mengkaji peristiwa yang

menjadi permasalahan dari sudut pandang sosiologi, antropologi maupun politik.

Misalnya perubahan sosial mengenai pemakaian jilbab pada masa Orde Baru

dengan masa sekarang.

Peneliti juga menggunakan beberapa konsep dalam mengkaji hubungan

Pemerintah Orde Baru dengan umat Islam diantaranya adalah Antagonistik

(1967-1982), Resiprokal-Kritis (1982-1985), dan Akomodasi (1985- 1994).

Konsep-konsep tersebut adalah periode waktu yang membagi pola hubungan antara Pemerintah Orde

Baru dengan Umat Islam.

3.2.4 Historiografi (Penulisan laporan Penelitian)

Tahapan terakhir yaitu tahapan penulisan laporan penelitian (Historiografi).

Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber

yang telah dikumpulkan, diseleksi, dianalisis, dan direkonstruksi secara analitis

dan imajinatif berdasarkan fakta-fakta yang peneliti temukan. Hasil rekonstruksi

(38)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab Di Sekolah-Sekolah Negeri Tahun 1982-1991

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Historiografi merupakan langkah akhir dari keseluruhan prosedur penulisan

karya ilmiah sejarah, yang merupakan kegiatan intelektual dan cara utama dalam

memahami sejarah (Sjamsuddin, 1996, hlm. 153). Dengan demikian, dapat

disimpulkan historiografi merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruh

hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, peneliti tidak hanya

terdorong untuk mencipta ulang, tetapi juga berusaha memberikan penafsiran

terhadap berbagai permasalahan yang diangkat dalam kajian ini. Tulisan yang

dibuat peneliti untuk menjadi judul skripsi adalah : "Gerakan Para Pelajar Islam

Terhadap Larangan Penggunaan Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri Pada Tahun

1982-1991“

Dalam tahap ini, laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya

ilmiah yang disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan

menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknis penelitian yang

sesuai dengan pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas

Pendidikan Indonesia 2013.

Struktur organisasi penelitian dibagi dalam lima bagian, yaitu :

Bab I pendahuluan, menjelaskan kerangka pemikiran mengenai pentingnya

penelitian terhadap Gerakan Para Pelajar Islam Terhadap larangan Penggunaan

Jilbab di Sekolah-Sekolah Negeri Pada Tahun 1982-1991. Untuk memfokuskan

penelitian maka bab ini dilengkapi pula dengan rumusan masalah dan pembatasan

masalah. Bab ini juga memuat tentang tujuan penelitian, metode penelitian yang

digunakan serta dilengkapi dengan uraian sistematika penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, bab ini berisi kajian pustaka yang digunakan dalam

mengkaji permasalahan. Kemudian selain membahas sumber-sumber yang

digunakan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode dan teknik yang

digunakan peneliti dalam mencari sumber. Di dalamnya dipaparkan mengenai

metode historis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik studi literatur

(39)

Intan Maenati, 2014

Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Larangan Penggunaan

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang terdapat di SDN Banjar Agung 4 di kelas IV, permasalahan dalam pembelajaran IPA masih dirasakan karena siswa masih kurang tertarik dengan cara

Dengan melihat keadaan daerah Magalau Hulu yang belum terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar untuk memberdayakan potensi sungai Sampanahan di desa

Penyusun Program, Anggaran, dan Laporan Pengolah Data Barang Milik Negara. Pengadministrasi Barang Milik Negara Pengadministrasi Kerumahtanggaan

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/28/16 Time: 12:48. Sample: 2010 2013 Included observations: 4 Cross-sections

Penurunan asam laktat melalui metode recovery pasif dengan recovery masase manual setelah tes ergometer 2000 meter.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pada penelitian ini penulis menggunakan algoritma Huffman dan Run Length Encoding yang merupakan salah satu teknik kompresi yang bersifat lossless.. Algoritma Huffman

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956) yang telah beberapa kali diubah dengan peraturan pemerintah:.. a.. REFT

Rasio kompresi file audio *.mp3 menggunakan Algoritma Huffman memiliki rata-rata 1.426% sedangkan RLE -94.44%, dan rasio kompresi file audio *.wav memiliki rata-rata 28.954