PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI
TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh Eka Pratiwi
1001807
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)
Oleh
Eka Pratiwi
Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Eka Pratiwi
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini Tidak Boleh Diperbanyak Seluruhnya atau Sebagian, dengan Dicetak
LEMBAR PENGESAHAN
EKA PRATIWI
PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN
REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN
KELAS DI KELAS VIII E SMP NEGERI 12 BANDUNG)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
PEMBIMBING I,
Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP: 19590714 198601 1 001
PEMBIMBING II,
Dra. Neiny Ratmaningsih, M.Pd NIP: 19611215 198603 2 003
Diketahui oleh
Ketua Prodi Pendidikan IPS,
Skripsi ini diuji pada
Hari/ Tanggal : Selasa, 26 Agustus 2014
Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Panitia ujian terdiri atas :
1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001
3. Penguji 3.1 : Dr. Hj. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 19580105 198002 1 002
3.2 : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. . Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS A. Belajar dan Pembelajaran, Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 11
B. Tinjauan Tentang Perilaku Prososial ... 18
C. Tinjauan Tentang Tayangan Reality Show ... 23
D. Penelitian yang Relevan ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34
B. Desain Penelitian ... 34
C. Metode Penelitian... 37
D. Definisi Operasional... 38
E. Instrumen Penelitian... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 57
1. Lokasi Penelitian ... 57
2. Setting Kelas... 57
3. Deskripsi Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 12 Bandung .. 58
4. Profil Guru Mitra ... 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60
1. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 60
a. Hasil Wawancara dengan Guru Mitra ... 60
b. Hasil Observasi Awal Pembelajaran Pembelajaran IPS di Kelas VIII E ... 63
c. Refleksi Temuan Awal Penelitian ... 65
d. Rencana Tindakan Siklus Pertama ... 66
2. Paparan Siklus Pertama ... 67
a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 67
b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 76
c. Deskripsi Hasil Belajar ... 90
d. Refleksi ... 95
e. Rencana Tindakan Siklus Kedua ... 95
3. Paparan Siklus Kedua ... 97
a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 97
b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 106
c. Deskripsi Hasil Belajar ... 120
d. Refleksi ... 125
e. Rencana Tindakan Siklus Ketiga ... 125
4. Paparan Siklus Ketiga ... 127
a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 127
b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 136
d. Deskripsi Hasil Belajar ... 151
e. Refleksi ... 156
C. Peningkatan Hasil Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 157
D. Analisis Hasil Pembelajaran IPS Melalui Tayangan
Reality Show untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa ... 179
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 190
B. Saran ... 192
DAFTAR PUSTAKA ... 194
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Eka Pratiwi, 2014
ABSTRAK
Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS dikelas, dibuktikan dengan banyak siswa yang mengeluh karena tidak mau satu kelompok dengan teman yang tidak dekat dengannya, pembelajaran tidak menggunakan media yang menarik, sumber belajar yang digunakan hanya dari buku, serta siswa tidak peduli dengan teman dan lingkungan kelasnya. Oleh karena itu, penggunaan tayangan reality show diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung. Dengan mengacu pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kontribusi penggunaan tayangan
reality show dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan perilaku prososial?.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan penggunaan tayangan
reality show dalam pembelajaran IPS adalah meningkatnya perilaku prososial
siswa, karena siswa telah mampu bekerjasama dengan baik terhadap siapapun dalam kelompoknya, siswa mau membantu teman-teman, serta siswa mau berbagi dengan teman dan orang lain yang membutuhkan.
Eka Pratiwi, 2014
ABSTRACT
The Increasing of Prosocial Student Behavior through Reality Shows program in Social Studies Learning (Classroom Action Research in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung)
This research is background by the low of the prosocial behavior of students in learning social studies class, proved by many students who complain because they do not want a group with friends who are not close to him/her, the learning education do not use interesting media, learning resources are used only from books, and the students do not care with friends and class environment. Therefore, the use of reality show program applied in teaching social studies to increase the prosocial behavior of students in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung. With reference to the background above, the formulation of the problem in this research is how the contribution of the use reality show program in social studies learning can increase prosocial behavior?. The approach that used in this study is a qualitative and quantitative approach. The method that used in this study is classroom action research method. The results of the study were obtained with the use of reality show program in social studies learning is increasing prosocial behavior of students, because the students have been able to work well with anyone in the group, the students want to help each other, and students want to share with friends and other people who need.
Eka Pratiwi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk
individu, manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya. Namun disisi lain,
manusia juga adalah makhluk sosial, yang tidak terlepas dari orang lain dan
lingkungan sosialnya. Dimana dalam lingkungan sosial tersebut manusia akan
saling berinteraksi satu sama lain, karena pada dasarnya manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut selaras dengan
pernyataan Effendi (2011: 32) bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial
dikarenakan beberapa alasan, yaitu: manusia tunduk pada aturan dan norma sosial,
perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan potensi manusia akan
berkembang bila ia hidup ditengah-tengah manusia.
Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena sejatinya manusia
membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia akan saling memberikan
pertolongan satu sama lain untuk membantu meringankan beban sesamanya.
Dengan saling berinteraksi dalam lingkungan sosial, maka keterampilan sosial
yang dimiliki individu akan terus berkembang. Dengan demikian, agar manusia
mampu berkembang dengan optimal diperlukan usaha-usaha untuk
mengoptimalkan kemampuannya, dan salah satu usahanya adalah pendidikan,
baik yang bersifat formal maupun non formal.
Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam setiap individu yang mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut menjadi tujuan utama dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, ayat 1
tentang SISDIKNAS yang mengemukakan tentang Tujuan Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menumbuhkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Salah satu prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan adalah bahwa
pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dimana dalam proses tersebut
diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun motivasi, serta
mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Sekolah dalam hal ini
merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu mengembangkan
potensi yang ada pada setiap individu secara optimal. Selaras dengan Djahiri 1985
(Meisendi 2013 : 1) yang mengemukakan bahwa : Sekolah merupakan salah satu
lembaga pendidikan tempat belajar, dimana anak akan berusaha membina,
mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan
masa depannya. Dengan demikian, sekolah merupakan tempat dimana peserta
didik dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan baik,
tentunya dengan mengikuti berbagai rangkaian atau program-program pengajaran.
Dimana program pengajaran tersebut di tuangkan dalam berbagai bentuk mata
pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang ada
ditingkat sekolah yang merupakan suatu wadah pengembang keterampilan sosial
bagi masyarakat, terutama bagi para siswa-siswi yang masih duduk dibangku
sekolah. Materi pelajaran yang kompleks dan mencakup berbagai disiplin ilmu
dalam mata pelajaran IPS, sebenarnya membuat IPS menjadi kaya dan berwarna,
karena secara langsung kita bisa mengkaji suatu masalah melalui berbagai disiplin
ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi hingga politik. Namun,
salah satu hal yang menjadi tantangan dalam pembelajaran IPS saat ini adalah
bagaimana materi IPS yang telah dipelajari dan dipahami secara mendalam akan
mampu memunculkan perilaku yang “pro” terhadap kehidupan masyarakat dan
Mewujudkan suatu pembelajaran bermakna dan diterapkan dalam perilaku
sehari-hari dapat dilakukan dengan memfokuskan aktivitas pembelajaran pada
peserta didik, karena pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang
terfokus pada peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga
peserta didik sepenuhnya akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar merupakan jantung pendidikan, karena belajar
mengajar adalah kegiatan utama yang menentukan kelancaran pelaksanaan
pendidikan itu sendiri. Melalui kegiatan belajar mengajar, peserta didik
diharapkan mampu memahami materi pelajaran dan mewujudkannya dalam
perilaku sosial yang diharapkan masyarakat. Hal tersebut akan terwujud manakala
setiap aspek pendidikan saling mendukung, dari mulai guru, peserta didik, sarana
prasarana (termasuk media pembelajaran) hingga model atau metode
pembelajaran yang digunakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang
telah tercantum dalam UU. Dan ketika siswa memiliki perilaku sosial yang
diharapkan masyarakat, yaitu perilaku prososial, dimana menurut Baron dan
Byrne (2005), menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan
menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu
keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin
bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk perwujudan dari tujuan pembelajaran IPS itu sendiri,
yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Puskurbuk, 2006:7).
Salah satu anggapan tentang IPS yang mengemukakan bahwa IPS adalah
mata pelajaran yang sulit dan kurang menarik minat siswa, membuat kondisi ideal
dalam proses pembelajaran seperti diatas masih belum terlaksana. Pembelajaran
yang monoton, membosankan dan belum berorientasi pada penerapan perilaku
sosial siswa sehari-hari sebagai akibat dari kurangnya variasi dalam proses
menyebabkan sikap manusia menjadi semakin individualis dan perilaku sosial
yang dimiliki individu semakin luntur. Permasalahan tersebut menarik untuk
dicarikan sebuah solusi konkrit, sehingga penulis merealisasikannya dalam suatu
bentuk penelitian. Adapun jenis penelitian yang dipilih adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), karena disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan
yang terjadi di dalam kelas.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis di kelas VIII E SMP
Negeri 12 Bandung ini, memfokuskan kajian mengenai upaya guru untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa. Fokus kajian tersebut diambil berdasarkan
pertimbangan dari data yang penulis temukan pada saat melakukan observasi awal
dilapangan yang dilakukan bersama guru mata pelajaran IPS. Penulis akan
menjabarkan keadaanya sebagai berikut: Pertama, pembelajaran yang monoton
atau masih berpusat pada guru. Disini yang lebih berperan aktif adalah guru bukan
siswa, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika dilihat dari karakteristik materi pelajaran
IPS itu sendiri memang sebagian besar menekankan pada aspek kognitif, yaitu
dengan menghafal konsep, sehingga membuat siswa jenuh hanya duduk diam
mendengarkan penjelasan guru. Banyak siswa yang mengantuk dan lebih memilih
mengobrol dengan teman dari pada memperhatikan guru yang sedang
menerangkan materi pelajaran di depan kelas.
Kedua, siswa terlihat kurang peduli terhadap keadaan kelasnya. Hal ini
Nampak pada kondisi kelas yang kurang bersih dan kondusif, hampir dibawah
setiap meja dan kursi siswa terdapat sampah yang berupa bungkus permen, kertas,
tisue dan plastik-plastik pembungkus makanan. Mereka menganggap bahwa
sampah-sampah tersebut bukanlah tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab
petugas piket atau petugas kebersihan. Disamping itu, kurangnya sarana untuk
membersihkan sampah seperti sapu juga ikut menjadi pemicu malasnya siswa
untuk membersihkan meja dan kursi tempat duduknya. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa minimnya sikap saling membantu dan tolong menolong
Ketiga, pada saat diskusi dengan menggunakan metode jigsaw, siswa
terlihat kurang begitu nyaman dengan teman kelompoknya, ada yang mengerjakan
sendiri, ada yang mengobrol dengan teman kelompok lain, sehingga proses
diskusi tidak berjalan dengan baik dan kondusif. Hal ini mengindikasikan bahwa
masih sulit bagi siswa-siswi untuk melakukan kerjasama dengan teman yang
lainnya, serta masih sulit untuk saling berbagi tentang pengetahuan yang telah
mereka miliki.
Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS, memberikan
informasi bahwa beberapa permasalahan yang penulis kemukakan diatas memang
benar adanya. Dan penulis mengindikasikan bahwa materi pelajaran IPS hanya
pada tahap pengetahuan dan belum tercermin dalam sikap atau perilaku siswa
sehari-hari.
Ketertarikan penulis untuk meneliti permasalahan terkait minimnya
perilaku prososial yang dimiliki siswa dikelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung
dikarenakan penulis ingin memberikan suatu model pembelajaran dengan media
baru sebagai contoh perilaku yang mengembangkan perilaku prososial pada siswa.
Penyelesaian masalah yang terjadi di kelas VIII E ini adalah masalah yang sangat
penting untuk diselesaikan, karena pengembangan perilaku prososial ini
berlandaskan konsepsi yang dikemukakan oleh Banks (Sapriya,2007 : 3) bahwa
social studies merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah
yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan
dalam hidup bernegara dilingkungan masyarakatnya. Berdasarkan teori tersebut,
sikap atau perilaku menjadi suatu indikator untuk menilai ketercapaian suatu
pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran IPS yang basic pengetahuannya
berangkat dari masyarakat dan akan bermuara ke dalam masyarakat pula, yaitu
melalui sikap atau perilaku yang dilakukan siswa saat mereka menghadapi
Perilaku prososial merupakan wujud tertanamnya hasil dari pembelajaran
IPS pada siswa, dimana Einsenberg (Saripah, 2006) menyatakan bahwa
perkembangan perilaku prososial remaja yang berada dalam fase pubertas, berada
pada tingkat emphatic of traditional atau strongly internalized. Pada tahap
emphatic of traditional, remaja sudah mulai menunjukkan respon simpatik,
merasa bersalah atas kegagalan memberi respon, merasa nyaman apabila telah
melakukan sesuatu yang benar, mengambil rujukan-rujukan mengenai
prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu. Sedangkan
pada tahap strongly internalized, remaja memiliki justifikasi untuk membantu
didasarkan pada nilai-nilai, norma, pengaruh dan tanggung jawab yang
diinternalisasikan secara kuat. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip seseorang
yang terinternalisasikan akan merusak rasa hormat terhadap diri sendiri.
Siswa kelas VIII E merupakan anak pada tahap usia remaja yang
umumnya belajar berperilaku prososial dengan jalan melakukan peniruan atau
imitasi terhadap teman-temannya, bila remaja mampu berperilaku menyenangkan
orang lain maka akan mendapatkan reward atau hadiah atas perilaku yang telah
dilakukan yang dapat diberikan dalam bentuk pujian dan penerimaan dari anggota
kelompok terhadap kehadiran remaja. Pada masa remaja perilaku prososial
dilakukan lebih berorientasi pada hubungan remaja dengan orang lain. Remaja
ingin ikut serta aktif melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial dan
mempunyai harapan untuk bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi
oleh orang lain, Hurlock (dalam Frisnawati : 2012).
Perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi menyebabkan sikap
manusia menjadi semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki individu
semakin luntur. Dan remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah terkena
pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih
mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan
apabila di kota-kota besar nilai-nilai pengabdian, kepedulian, kesetiakawanan dan
tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah
orang tidak lagi memperdulikan orang lain dengan kata lain enggan untuk
melakukan tindakan prososial.
Pengalaman dengan model prososial dalam kehidupan nyata dan dalam
media memiliki kemungkinan membawa pengaruh positif pada tingkah laku
prososial siswa. Dalam hal ini, televisi adalah suatu media yang digunakan untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa. Televisi dipilih sebagai media
pembelajaran karena penulis menafsirkan bahwa sebagian besar waktu siswa
dihabiskan dengan menonton televisi dan ini akan memudahkan siswa dalam
meningkatkan perilaku prososialnya. Televisi saat ini banyak menayangkan
berbagai program, dan salah suatu program televisi yang menurut peneliti baik
untuk meningkatkan perilaku prososial adalah reality show. Acara realitas (reality
show) adalah acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan
benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak
umum biasa, bukan pemeran atau artis. Acara dokumenter dan acara seperti berita
dan olahraga tidak termasuk acara realitas, Hermandini (dalam Frisnawati : 2012).
Ketertarikan individu terhadap program televisi, dalam hal ini adalah
program reality show, akan menarik perhatian individu karena aktifitas tersebut
sesuai dengan minat yaitu kegemaran menonton televisi. Kegemaran menonton
televisi pada siswa akan jauh lebih kuat dan efektif untuk meningkatkan perilaku
prososial dibandingkan dengan aktifitas yang tidak sesuai dengan minatnya. Hal
ini sejalan dengan Frisnawati dalam penelitiannya yang berjudul “HUBUNGAN
ANTARA INTENSITAS MENONTON REALITY SHOW DENGAN
KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA”
membuktikan bahwa variabel intensitas menonton reality show memberi
sumbangan efektif sebesar 9,9 % terhadap kecenderungan perilaku prososial pada
remaja. Semakin terpusat perhatian dan semakin sering pengamatan dilakukan
oleh model, maka semakin memungkinkan suatu perilaku model ditiru penonton
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, peneliti dalam hal ini termotivasi
untuk melakukan penelitian tentang peningkatan perilaku prososial siswa melalui
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaimana langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan
menggunakan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa?
b. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan
memanfaatkan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa?
c. Apakah yang menjadi kendala dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh
guru untuk mengatasi kendala dalam penggunaan tayangan reality show
dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?
d. Bagaimanakah kontribusi penggunaan tayangan reality show dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan perilaku prososial siswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan
yang dikemukakan seperti diatas, maka tujuan secara umum dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality
show dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.
Adapun secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan
menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan perilaku
prososial siswa di kelas VIII E.
2. Memaparkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui tayangan
reality show sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.
3. Mengkaji kendala yang ditemui pada saat mengembangkan pembelajaran
melalui tayangan reality show dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi
4. Mendeskripsikan bagaimana kontribusi penggunaan tayangan reality show
dalam pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan perilaku prososial
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru
terkait pengembangan media pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam mata
pelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.
b. Diharapkan dapat meningkatkan perilaku prososial siswa dalam
bergaul di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas.
c. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran IPS.
d. Diharapkan dapat merubah paradigma dan iklim belajar IPS kearah
yang lebih positif dan penuh makna.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini secara garis besar memuat tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pemaparan konsep-konsep yang mendukung
yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan
penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh
penulis untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur
pelaksanaan PTK, analisis data yang mencakup sumber data, teknik
pengumpulan dan alat pengumpulan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang didasarkan pada data,
fakta dan informasi yang ditemukan dilapangan yang dikolaborasikan dengan
beberapa literatur yang menunjang.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang
Eka Pratiwi, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 12 Bandung yang terletak di jalan
Dr. Setiabudhi no 195, Telp 2013947 Bandung. Alasan peneliti melakukan
penelitian di lokasi tersebut karena dalam pelaksanaan belajar mengajar dikelas,
terlihat bahwa tingkat perilaku prososial siswa sangat kurang. Hal ini tergambar
melalui kegiatan diskusi kelompok, banyak siswa yang mengeluh tidak bisa
bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya dan memilih untuk pindah ke
kelompok lain yang sama dengan teman akrabnya. Sehingga peneliti tertarik
untuk menggunakan tayangan reality show sebagai contoh bagi siswa untuk
meningkatkan perilaku prososialnya.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah guru mata
pelajaran IPS dan siswa-siswi di SMPN 12 Bandung kelas VIII E. dengan jumlah
siswa 39 orang, yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.
B. Desain Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan mengacu pada
model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart. Mereka mengatakan bahwa
penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi yang
selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral berikutnya apabila masih belum ada
Prosedur atau alur penelitian dalam PTK, ini digambarkan sebagai berikut :
Identifikasi masalah
Rumusan masalah
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Spiral
Kemmis Dan Mc Taggart.
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan awal untuk mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan siswa dalam meningkatkan perilaku prososial dalam proses
pembelajaran.
Penyusunan rencana tindakan
Observasi Pelaksanaan
tindakan
Penyusunan rencana tindakan Refleksi
Penyusunan rencana tindakan
Pelaksanaan tindakan
Refleksi Observasi
Observasi Pelaksanaan
tindakan Refleksi
b. Penyusunan Perencanaan (plan)
Setelah dilakukan penyusunan perencanaan dari hasil pengamatan awal dan
menemukan kesulitan-kesulitannya, lalu diadakan perencanaan dengan menyusun
instrumen penelitian berupa : Rencana Program Pembelajaran (RPP), membuat
media pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show, lembar kegiatan
siswa (LKS), angket dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini, rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan di
laksanakan pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan
tayangan reality show , mulai dari tindakan 1, 2, 3 dst.
d. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan data tambahan
bagi peneliti. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan
menggunakan tayangan reality show, peneliti menemukan kelebihan dan
kekurangan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, kemudian
mengklasifikasikannya kedalam tiap indikator penilaian untuk menjadi
pertimbangan dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Pada gambar siklus pembelajaran tersebut tampak bahwa di dalamnya
terdiri atas tiga siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat
tergantung pada materi dan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, jumlah siklus
pada model tersebut bisa lebih dari tiga siklus, melihat dari hasil yang telah
C. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan sesuai
dengan metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan
atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis
sehingga dapat dirumuskan sebuah teori atau proses gejala sosial. Penelitian juga
bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat
untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya, Kunandar
(2011: 42).
Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik, maupun
matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan
pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada penalaran logis (logical reasoning),
pemahaman interpretasi terhadap obyek penelitian. Menurut (Creswell dalam
Wiriaatmadja 2012: 8) menjabarkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah
proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan
tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang
kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini
para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang
alamiah atau wajar (natural setting).
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research) ini
bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru, meningkatkan kualitas belajar
berdampak pada peningkatan perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS
melalui tayangan reality show. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru, untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Seperti yang dijelaskan oleh
Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2012: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompk guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan
tersebut.
Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan
secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau
pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek
pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek
ini. Sedangkan menurut Hopkins (dalam Komalasari 2011: 271) merumuskan
bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan.
Secara umum, langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi : tahap
persiapan, diagnostik, perencanaan tindakan kelas untuk memecahkan masalah,
dan teurapeutik. Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas meliputi : 1.
Perencanaan (planning), 2. Pelaksanaan tindakan kelas (action), 3. Observasi
(observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas, secara partisipatif peneliti dan guru mata
pelajaran akan bekerja sama, mulai dari tahap orientasi, dilanjutkan dengan
menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan
D. Definisi Operasional 1. Perilaku Prososial
Perilaku prososial dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan
sebagai bentuk perilaku positif siswa Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung yang
dapat memberikan keuntungan dan manfaat kepada teman-temannya tanpa
mengharapkan imbalan.
Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial menurut Eisenberg (dalam
Triardhila, 2013: 3) merupakan:
„perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu: berbagi
(memberikan barang ataupun cerita), menolong (melakukan sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan (memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta
kerjasama‟.
Sejalan dengan pendapat tersebut, bentuk perilaku yang dikembangkan pada
siswa dalam penelitian ini adalah kerjasama, menolong dan berbagi rasa.
1. Kerjasama adalah melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Adapun
indikator dari aspek kerjasama adalah menunjukkan sikap kesediaan untuk
bekerja secara berkelompok, menghargai masukan atau tanggapan orang
lain, dan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.
2. Menolong adalah membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik
atau psikologis orang tersebut. Adapun indikator dari aspek menolong
adalah menunjukkan sikap mau menolong orang yang kesusahan, menolong
siapapun yang memerlukan bantuan, menunjukkan perilaku suka menolong,
dan menolong tanpa mengharapkan imbalan.
3. Berbagi rasa adalah kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain. Adapun indikator dari aspek berbagi rasa adalah mampu
merasakan penderitaan orang lain, menunjukkan perilaku suka memberi dan
2. Tayangan Reality Show
Kegiatan pembelajaran IPS meliputi tentang segala aktivitas dan fenomena
yang terjadi dimasyarakat. Reality Show adalah acara yang menampilkan
orang-orang biasa secara aktual, bukan aktor, dalam situasi terbatas. Vivian (2008: 244).
Acara reality show seringkali menampilkan “realitas” yang sudah dipengaruhi dan
dimodifikasi, yang dirancang sedemikian rupa agar menarik pemirsa dan pada
akhirnya menarik pengiklan. Dalam pembelajaran IPS, tayangan reality show
merupakan suatu media pembelajaran yang mengangkat kisah hidup seseorang
yang dijalani secara nyata dan apa adanya.
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Dalam kurikulum 2006, pembelajaran IPS diarahkan pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan IPS adalah sebagai berikut :
“Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat”. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan”.
Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik
dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
1. Siswa sentris, dimana faktor siswa yang lebih diutamakan.
2. Kemasyarakatan sentris, dimana masalah kehidupan nyata dan
kemasyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta temapat
pembelajaran.
3. Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budayanya selalu
dijadikan pertimbangan pembelajaran IPS.
4. Bersifat meluas, dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu dan
5. Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan student active learning
(siswa belajar dengan aktif) sebagai media pembelajaran utama dan
sekaligus akan melahirkan cara mengajar guru aktif.
6. Tujuan, maksudnya program dan pelaksanaan pembelajarannya berfokus
pada tujuan yang telah ditentukan.
7. Integrated, menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan
sudut pandang ilmu-ilmu sosial lainnya.
8. Efisien dan efektif. Efisien dari segi tenaga/biaya, dari segi waktu dengan
hasil yang maksimal.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 306) mengemukakan
bahwa :
„Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan. Itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya‟.
Disamping itu, Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan dalam
penelitian kualitatif ini disamping peneliti sebagai instrumen utama dalam
penelitian, ada beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya :
1. Wawancara.
Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui lebih lanjut terhadap
data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data lainnya. Lembar
wawancara berisi pertanyaan yang akan digunakan dalam tanya jawab terhadap
2. Lembar pengamatan atau panduan observasi.
Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi
dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada
kegiatan belajar mengajar dikelas. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012: 196)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologisi.
Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang
kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa.
3. Angket (questioner).
Untuk mengetahui sejauh mana perhatian dan pemahaman siswa mengenai
pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa. Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang
terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau
hal-hal yang diketahuinya.
Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui
oleh responden, mengenai pendapat atau sikap.
4. Lembar Catatan Lapangan.
Lembar catatan lapangan merupakan rekaman kejadian yang dilakuakn oleh
observer atau peneliti sendiri untuk menuliskan hal-hal yang belum terekam
melalui lembar observasi. Dalam penelitian ini, lembar catatan lapangan
digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap keterlaksanaan pembelajaran IPS
menggunakan tayangan reality show agar terlihat adanya perkembangan perilaku
prososial siswa.
Keempat instrument diatas dapat dilihat dalam kisi-kisi berikut :
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
dapat memberikan jawaban
atau pendapat sedikitpun
9.Saya memilih mengerjakan
tugas kelompok sendiri agar
tidak terjadi perdebatan
1.2 Berbagi + (5) Angket 10.Saya membagi makanan
milik saya kepada teman
yang sedang kelaparan
11.Saya meluangkan waktu
untuk memberi penjelasan
kepada teman tentang
materi yang kurang
dimengertinya
12.Saya mendengarkan
curhat/keluhan teman yang
sedang ada masalah
13.Saya suka menghibur
teman yang sedang sedih
14.Saya selalu menyisihkan
uang saku untuk membantu
- (5) Angket 15.Saya menolak
bawah meja dan kursi saya,
dan membuangnya
ketempat sampah
21.Saya suka membantu orang
mengambilkan
26.Saya tertawa saat melihat
teman terjatuh dan
+ (8) Angket 28.Melalui tayangan reality
untuk bertahan hidup
31.Melalui tayangan reality
show, saya sangat
bersyukur atas nikmat yang
diberikan oleh Tuhan YME
kepada saya
32.Melalui tayangan reality
show, saya mendapatkan
banyak pelajaran tentang
nilai moral
33.Melihat tayangan reality
show, saya ikut merasakan
penderitaan yang dialami
oleh orang-orang yang
kesusahan
34.Dengan melihat tayangan
reality show, saya menjadi
peduli terhadap nasib
orang-orang yang kurang
beruntung
35.Melalui tayangan reality
show, saya belajar
menghargai apa yang saya
punya dan memahami
- (5) Angket 36.Tayangan reality show
reality show “Derai harap Bocah Penjual Baso”
c. Siswa mampu
mengidentifikasi
permasalahan yang ada
d.Siswa mampu menganalisis
e. Siswa dapat aktif dalam
kelompok
j. Siswa dapat memberikan
Tayangan
b. Guru mampu menarik minat
belajar siswa melalui
tayangan reality show yang
disajikan
c. Guru membimbing siswa
masalah yang ada dalam
mengikuti pembelajaran
IPS?
3.Bagaimana pendapat kalian
tentang pembelajaran
menggunakan tayangan
reality show?
4.Nilai moral apa saja yang
kalian peroleh setelah
melihat tayangan reality
show?
5.Bagaimana aplikasi perilaku
prososial dalam kehidupan
sehari-hari, seperti dalam
keluarga, dikelas, atau di
masyarakat?
Sumber : Dokumen Peneliti 2014
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam suatu
penelitian, karena tujuan utama penelitian yaitu untuk mendapatkan data.
Sugiyono (dalam Bone: 2008) mengatakan bahwa: pemilihan teknik pengumpulan
data hendaknya disesuaikan dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi data yang
sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.
Menurut Creswell (dalam Bone: 2008) mengemukakan bahwa prosedur
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar, yaitu
observasi, wawancara, dokumentasi dan audio visual. Adapun teknik pengumpul
data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
Observasi berperanserta merupakan pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan informasi atau data yang
dibutuhkan dalam penelitiandan peneliti terlibat langsung didalamnya.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
tentang hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini yang menjadi reponden adalah
guru mitra dan siswa kelas VIII E yang akan ditanyakan mengenai penggunaan
tayangan reality show dalam pembelajaran IPS.
3. Angket
Menurut Suherman (dalam Dameria, 2012) angket adalah sebuah daftar
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi
(responden). Angket dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengumpul data yang
berupa data diri pribadi, pengetahuan, keadaan, pendapat mengenai suatu hal,
sikap serta perilaku. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show.
4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk
memperkaya data yang dimuat secara deskriptif tentang berbagai kegiatan,
suasana dan keadaan kelas, iklim sekolah dan berbagai bentuk interaksi sosial
lainnya.
G. Analisis Data a. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan
fokus penelitian, kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah
dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap awal, yaitu :
a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus
2. Analisis Data Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, analisis data telah dilakukan sejak awal
penelitian dimulai, yaitu sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum
terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian,
Nasution (dalam Sugiyono, 2012 : 333). Menurut Moleong (dalam Bone, 2008)
Analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam
suatu penelitian. Data-data yang ada perlu dianalisis secara deskriptif supaya
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan penelitian,
yakni keterampilan guru dalam meningkatkan perilaku prososial siswa melalui
tayangan reality show dalam pembelajaran IPS. Dalam penelitian kualitatif,
analisis data harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis.
Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi, 2010) mengemukakan bahwa
kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi
secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses
siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang terinci.
Data ini akan terus bertumpuk jika tidak segera dianalisis sejak awal, namun
data-data ini perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dikendalikan. Data
serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian Data ( Display Data)
Alur kedua yang terpenting dalam kegiatan analisis dalam penelitian
kualitatif adalah penyajian data atau display data, yaitu sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan, dalam hal ini tindakan untuk melanjutkan ke siklus
berikutnya atau tidak. Data yang bertumpuk akan menyulitkan peneliti untuk
melihat bagaimana keterhubungan antara data-data tersebut, oleh karena itu, untuk
dapat melihat gambaran secara keseluruhannya maka harus diusahakan membuat
berbagai macam matriks, grafik dan chart. Semuanya dirancang untuk
menggabungkan informasi yang ditemukan dilapangan kedalam suatu bentuk
yang padu dan mudah dimengerti atau dipahami.
c. Menarik Kesimpulan/ verifikasi
Sejak awal peneliti berusaha mencari makna data yang telah
dikumpulkannya, maka dari itu peneliti mencari pola, tema, hubungan persamaan
hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh sejak awal
peneliti mencoba mengambil kesimpulan, akan tetapi dengan bertambahnya data
maka kesimpulan itu lebih bersifat sementara. Jadi kesimpulan harus senantiasa di
verifikasi selama penelitian berlangsung. Ketiga macam kegiatan tersebut diatas
saling berkaitan satu sama lain selama penelitian masih berlangsung.
3. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku
prososial siswa dalam kehidupan sehari-hari yang dilihat dari hasil angket yang
telah diisi oleh para siswa, kemudian dihitung melalui data kuantitatif yaitu
Analisis data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket yaitu
dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100%, seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana (dalam Dameria: 2012) adalah sebagai berikut :
P= f x 100%
n
b. Validasi Data
Validasi data berguna untuk membuktikan bahwa apa yang telah diamati
peneliti sesuai dengan sesungguhnya yang ada dalam dunia nyata. Ada beberapa
bentuk validasi data yang dapat peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas.
Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012:168 ), bentuk-bentuk validasi data
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Triangulasi data, yaitu memeriksa kebenaran dan kesahihan data tentang
pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan atau membandingkan data
yang diperoleh dari sumber lain (guru, peserta didik, guru lain,) atau
membandingkan antara data yang diperoleh melalui wawancara dengan data
yang diperoleh dengan observasi, sehingga diperoleh derajat atau tingkat
kepercayaan yang maksimal.
b. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi
data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber
siapapun juga (guru, teman sejawat, peserta didik dan yang lainya sesuai
dengan kebutuhan). Apakah keterangan, informasi atau penjelasan itu sifatnya
tetap, sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa
kebenarannya.
c. Audit Trail, yaitu upaya untuk mencek atau memeriksa kesalahan-kesalahan
didalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan di dalam mengambil
kesimpulan. Audit trail juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh
peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara
d. Expert Opinion, yaitu meminta nasihat kepada pakar. Yang disebut expert
opinion dalam hal ini adalah pengecekan terakhir terhadap kesahihan data yang
terkumpul kepada para pakar yang profesional, dalam kaitan dengan penelitian
Eka Pratiwi, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Peningkatan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality show dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Perencanaan guru dalam mempersiapkan pembelajaran menggunakan
tayangan reality show dalam pembelajaran IPS disusun dengan berlandaskan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan
SK KD dengan tayangan reality show yang akan digunakan serta menyusun
LKS (Lembar Kerja Siswa). Setiap rancangan kegiatan pembelajaran, siswa
menonton tayangan reality show yang berbeda, membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang berbeda-beda pada tiap siklusnya, mendiskusikan
LKS dan presentasi kelompok serta menyusun lembar observasi untuk melihat
aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran.
2. Perilaku prososial siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah guru
melaksanakan setiap tahap pembelajaran IPS meggunakan tayangan reality
show dengan baik, dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan
rencana awal dan rencana yang telah disusun oleh peneliti melalui bimbingan
dengan guru mitra dan dosen pembimbing skripsi setiap akan melaksanakan
siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan
tayangan reality show, Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus
yang terdiri dari tiga tindakan. Tindakan pertama diawali dengan
menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu, kemudian menugaskan siswa
untuk mengamati tayangan reality show (Derai Harap Bocah Penjual Bakso),
tindakan kedua mengamati tayangan reality show (Indonesiaku: Belenggu
Kemiskinan Jawa Timur), dan siklus ketiga siswa mengamati tayangan reality
saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan tanggapannya terhadap tayangan reality
show dan menugaskan siswa untuk mendiskusikan isi tayangan tersebut secara
berkelompok, dan terkhir memberikan kesempatan siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
3. Mengatasi kendala yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran IPS
menggunakan tayangan reality show yaitu diantaranya pertama peneliti
melakukan diskusi dan bimbingan yang intensif dengan guru mitra dan dosen
pembimbing untuk menentukan jenis tayangan reality show yang akan
digunakan dalam pembelajaran. Kedua guru perlu lebih tegas lagi saat
mengajar siswa dikelas terutama tegas kepada siswa yang mengganggu
ketertiban pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan sanksi jika ada yang ingin mengobrol silahkan diluar dan
mengurangi nilai kelompok siswa agar kelompok dapat bertanggungjawab
kepada anggotanya yang membuat keributan. Hal ini cukup memberikan efek
jera pada sebagian siswa meskipun efek jera ini hanya efektif untuk sementara
saja. Solusi yang ketiga yaitu intonasi suara guru yang cukup kecil dapat
diatasi dengan cara guru melakukan mobilitas saat menjelaskan materi dan
ketika menyuruh siswa untuk tertib guru tidak perlu berteriak-teriak cukup
memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang bersangkutan yang
membuat keributan. Keempat guru perlu mempersiapkan kebutuhan media
pendukung proses pelaksanaan pembelajaran secara matang sehingga tidak
akan menghabiskan banyak waktu diawal pembelajaran untuk mempersiapkan
media. Dan terakhir, guru perlu mempersiapkan rencana kedua bilamana
waktu yang diperlukan untuk proses pelaksanaan siklus pembelajaran tidak
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan karena hal-hal yang tidak
diinginkan.
4. Tingkat perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS melaui tayangan
reality show meningkat baik pada tiap siklus pelaksanaannya. Dilihat dari
berbagi dan menolong. Pada siklus pertama perilaku prososial siswa masih
sangat rendah karena masih banyak siswa yang belum mampu bekerjasama
dilihat dari presentase untuk pernyataan positif sebesar 12% dan negatif 17%
siklus kedua sebesar 55% dan 47%, serta siklus ketiga sebesar 54% dan 70%.
Aspek berbagi pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 10% dan
pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua sebesar 51% dan 56% serta
siklus ketiga sebesar 58% dan 59%, aspek menolong pada siklus pertama
untuk pernyataan positif sebesar 19% dan pernyataan negatif sebesar 16%,
siklus kedua 31% dan 40%, pada siklus ketiga sebesar 50% dan 56%. Dengan
demikian penerapan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show
dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12
Bandung.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan
menggunakan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS untuk
meningkatkan perilaku prososial siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi
saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Bagi pihak sekolah
Peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
tayangan reality show dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS
khususnya di SMP Negeri 12 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran
yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu
sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh
siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan,
sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan
kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.
Peneliti berharap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih
inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat
mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik
lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari
mata pelajaran IPS.
3. Bagi siswa
a. Siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan
tidak bermain-main selam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan
dari guru.
b. Siswa harus mampu membaur, berteman dan menjalin kerjasama yang baik
dengan siapapun.
c. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat
berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru
tidak bisa diselesaikan tepat waktu.
d. Siswa harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
4. Bagi Penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari
kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar penelitian mengenai
pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show dapat dilakukan
dengan lebih baik, dengan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
melakukan penelitian.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga
pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap
peningkatan perilaku prososial siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi
landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan
Eka Pratiwi, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. dkk. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung : Alfabeta
Anggraeni, Dian. (2009). Program Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Siswa SMPN 9 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ariani, Niken dan Haryanto, Dany. (2010). Pembelajaran Miltimedia di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Baron, Robert A dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Terj. Ratna Djuwita et al. Jakarta : Erlangga
Bone, M P. (2008), Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Didik
Melalui Strategi Belajar Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS (penelitian
tindakan kelas di SDK. Don Bosko 4 Kupang-NTT). Tesis Pada Sekolah
Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI
Bandung. Tidak diterbitkan.
Dameria, G. (2013). Implementasi Metode Inquiry Berbasis Isu-Isu Sosial
Kontemporer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VIII-H SMP Negeri 40
Bandung). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak
diterbitkan
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial
Frisnawati, A. (2012). Hubungan Antara Intensitas menonton Reality Show
Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Jurnal
Psikologi. Vol. 1. No.1 Desember 2012.
Giri, Putu Agus Semara Putra. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui
Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis
Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Gross, Richard. (2013). Psychology The Science of Mind and Behavior. Edisi Keenam, Buku Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Meisendi, Dena Yemin. (2013). Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa untuk
Mengembangkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS (PTK di kelas
VIII A SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan
Indonesia). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak
duterbitkan
McQuail, D. (2011) Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba Humanika
Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Humanika
Nashori, F. (2008) Psikologi Sosial Islami. Bandung : PT. Refika Aditama
Purba, Maya Rosanti Br. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Skripsi Sarjana PPB UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Purnamasari, dkk. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN dan MAN di
Yogyakarka. Indonesian Psychologycal Journal. 1, (1), 32-42.
Raven, Betram H. (1983). Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Sapriya., Sadjarudin., dan Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek
Saripah, Ipah. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku
Prososial Anak (Studi Pengembangan Trehadap bimbingan Para
Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan
Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, kba Bandung). Tesis Jurusan
PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Anne-Peplau,L. (1985) Psikologi Sosial Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga
Silalahi, Ulber (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.
Sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :
Alfabeta.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Thok, Tugino. (2013). Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia : mastugino.blogspot.com/2013/06/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran.html. Diakses 31 Mei 2014
Triardhila, Widhadirane. (2007). Perilaku Prososial Anak TK A Lab. UM Kota
Blitar. Journal UNM.
Tukiman. (2013). Efektivitas Pembelajaran CTL (Contextual Teching And
Learning) Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Dan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX SMPN 2 Ponjong Gunung Kidul.
Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.1 Agustus 2013.
Wilis, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga
Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Yusup, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: