• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI

TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Eka Pratiwi

1001807

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

Oleh

Eka Pratiwi

Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Eka Pratiwi

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini Tidak Boleh Diperbanyak Seluruhnya atau Sebagian, dengan Dicetak

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

EKA PRATIWI

PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN

REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN

KELAS DI KELAS VIII E SMP NEGERI 12 BANDUNG)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

PEMBIMBING I,

Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP: 19590714 198601 1 001

PEMBIMBING II,

Dra. Neiny Ratmaningsih, M.Pd NIP: 19611215 198603 2 003

Diketahui oleh

Ketua Prodi Pendidikan IPS,

(4)

Skripsi ini diuji pada

Hari/ Tanggal : Selasa, 26 Agustus 2014

Tempat : Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia ujian terdiri atas :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001

3. Penguji 3.1 : Dr. Hj. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 19580105 198002 1 002

3.2 : Dr. Nana Supriatna, M. Ed NIP. 19611014 198601 1 001

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. . Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA MELALUI TAYANGAN REALITY SHOW DALAM PEMBELAJARAN IPS A. Belajar dan Pembelajaran, Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 11

B. Tinjauan Tentang Perilaku Prososial ... 18

C. Tinjauan Tentang Tayangan Reality Show ... 23

D. Penelitian yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian... 37

D. Definisi Operasional... 38

E. Instrumen Penelitian... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Lokasi Penelitian ... 57

2. Setting Kelas... 57

3. Deskripsi Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 12 Bandung .. 58

4. Profil Guru Mitra ... 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Pelaksanaan Wawancara dan Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 60

a. Hasil Wawancara dengan Guru Mitra ... 60

b. Hasil Observasi Awal Pembelajaran Pembelajaran IPS di Kelas VIII E ... 63

c. Refleksi Temuan Awal Penelitian ... 65

d. Rencana Tindakan Siklus Pertama ... 66

2. Paparan Siklus Pertama ... 67

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 67

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 76

c. Deskripsi Hasil Belajar ... 90

d. Refleksi ... 95

e. Rencana Tindakan Siklus Kedua ... 95

3. Paparan Siklus Kedua ... 97

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 97

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 106

c. Deskripsi Hasil Belajar ... 120

d. Refleksi ... 125

e. Rencana Tindakan Siklus Ketiga ... 125

4. Paparan Siklus Ketiga ... 127

a. Deskripsi Hasil Observasi Tindakan ... 127

b. Deskripsi Hasil Angket Siswa ... 136

(7)

d. Deskripsi Hasil Belajar ... 151

e. Refleksi ... 156

C. Peningkatan Hasil Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 157

D. Analisis Hasil Pembelajaran IPS Melalui Tayangan

Reality Show untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa ... 179

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 190

B. Saran ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 194

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Eka Pratiwi, 2014

ABSTRAK

Peningkatan Perilaku Prososial Siswa Melalui Tayangan Reality Show dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS dikelas, dibuktikan dengan banyak siswa yang mengeluh karena tidak mau satu kelompok dengan teman yang tidak dekat dengannya, pembelajaran tidak menggunakan media yang menarik, sumber belajar yang digunakan hanya dari buku, serta siswa tidak peduli dengan teman dan lingkungan kelasnya. Oleh karena itu, penggunaan tayangan reality show diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan prilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung. Dengan mengacu pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kontribusi penggunaan tayangan

reality show dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan perilaku prososial?.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Hasil dari penelitian yang diperoleh dengan penggunaan tayangan

reality show dalam pembelajaran IPS adalah meningkatnya perilaku prososial

siswa, karena siswa telah mampu bekerjasama dengan baik terhadap siapapun dalam kelompoknya, siswa mau membantu teman-teman, serta siswa mau berbagi dengan teman dan orang lain yang membutuhkan.

(9)

Eka Pratiwi, 2014

ABSTRACT

The Increasing of Prosocial Student Behavior through Reality Shows program in Social Studies Learning (Classroom Action Research in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung)

This research is background by the low of the prosocial behavior of students in learning social studies class, proved by many students who complain because they do not want a group with friends who are not close to him/her, the learning education do not use interesting media, learning resources are used only from books, and the students do not care with friends and class environment. Therefore, the use of reality show program applied in teaching social studies to increase the prosocial behavior of students in grade VIII E SMP Negeri 12 Bandung. With reference to the background above, the formulation of the problem in this research is how the contribution of the use reality show program in social studies learning can increase prosocial behavior?. The approach that used in this study is a qualitative and quantitative approach. The method that used in this study is classroom action research method. The results of the study were obtained with the use of reality show program in social studies learning is increasing prosocial behavior of students, because the students have been able to work well with anyone in the group, the students want to help each other, and students want to share with friends and other people who need.

(10)

Eka Pratiwi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk

individu, manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya. Namun disisi lain,

manusia juga adalah makhluk sosial, yang tidak terlepas dari orang lain dan

lingkungan sosialnya. Dimana dalam lingkungan sosial tersebut manusia akan

saling berinteraksi satu sama lain, karena pada dasarnya manusia memiliki

kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut selaras dengan

pernyataan Effendi (2011: 32) bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial

dikarenakan beberapa alasan, yaitu: manusia tunduk pada aturan dan norma sosial,

perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki

kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan potensi manusia akan

berkembang bila ia hidup ditengah-tengah manusia.

Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena sejatinya manusia

membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia akan saling memberikan

pertolongan satu sama lain untuk membantu meringankan beban sesamanya.

Dengan saling berinteraksi dalam lingkungan sosial, maka keterampilan sosial

yang dimiliki individu akan terus berkembang. Dengan demikian, agar manusia

mampu berkembang dengan optimal diperlukan usaha-usaha untuk

mengoptimalkan kemampuannya, dan salah satu usahanya adalah pendidikan,

baik yang bersifat formal maupun non formal.

Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang

ada dalam setiap individu yang mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif

dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut menjadi tujuan utama dalam pencapaian

tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1, ayat 1

tentang SISDIKNAS yang mengemukakan tentang Tujuan Pendidikan Nasional

(11)

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menumbuhkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Salah satu prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan adalah bahwa

pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dimana dalam proses tersebut

diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun motivasi, serta

mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Sekolah dalam hal ini

merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu mengembangkan

potensi yang ada pada setiap individu secara optimal. Selaras dengan Djahiri 1985

(Meisendi 2013 : 1) yang mengemukakan bahwa : Sekolah merupakan salah satu

lembaga pendidikan tempat belajar, dimana anak akan berusaha membina,

mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan

masa depannya. Dengan demikian, sekolah merupakan tempat dimana peserta

didik dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan baik,

tentunya dengan mengikuti berbagai rangkaian atau program-program pengajaran.

Dimana program pengajaran tersebut di tuangkan dalam berbagai bentuk mata

pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang ada

ditingkat sekolah yang merupakan suatu wadah pengembang keterampilan sosial

bagi masyarakat, terutama bagi para siswa-siswi yang masih duduk dibangku

sekolah. Materi pelajaran yang kompleks dan mencakup berbagai disiplin ilmu

dalam mata pelajaran IPS, sebenarnya membuat IPS menjadi kaya dan berwarna,

karena secara langsung kita bisa mengkaji suatu masalah melalui berbagai disiplin

ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi hingga politik. Namun,

salah satu hal yang menjadi tantangan dalam pembelajaran IPS saat ini adalah

bagaimana materi IPS yang telah dipelajari dan dipahami secara mendalam akan

mampu memunculkan perilaku yang “pro” terhadap kehidupan masyarakat dan

(12)

Mewujudkan suatu pembelajaran bermakna dan diterapkan dalam perilaku

sehari-hari dapat dilakukan dengan memfokuskan aktivitas pembelajaran pada

peserta didik, karena pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang

terfokus pada peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga

peserta didik sepenuhnya akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar merupakan jantung pendidikan, karena belajar

mengajar adalah kegiatan utama yang menentukan kelancaran pelaksanaan

pendidikan itu sendiri. Melalui kegiatan belajar mengajar, peserta didik

diharapkan mampu memahami materi pelajaran dan mewujudkannya dalam

perilaku sosial yang diharapkan masyarakat. Hal tersebut akan terwujud manakala

setiap aspek pendidikan saling mendukung, dari mulai guru, peserta didik, sarana

prasarana (termasuk media pembelajaran) hingga model atau metode

pembelajaran yang digunakan, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang

telah tercantum dalam UU. Dan ketika siswa memiliki perilaku sosial yang

diharapkan masyarakat, yaitu perilaku prososial, dimana menurut Baron dan

Byrne (2005), menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan

menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu

keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin

bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Hal tersebut

merupakan salah satu bentuk perwujudan dari tujuan pembelajaran IPS itu sendiri,

yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah

sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Puskurbuk, 2006:7).

Salah satu anggapan tentang IPS yang mengemukakan bahwa IPS adalah

mata pelajaran yang sulit dan kurang menarik minat siswa, membuat kondisi ideal

dalam proses pembelajaran seperti diatas masih belum terlaksana. Pembelajaran

yang monoton, membosankan dan belum berorientasi pada penerapan perilaku

sosial siswa sehari-hari sebagai akibat dari kurangnya variasi dalam proses

(13)

menyebabkan sikap manusia menjadi semakin individualis dan perilaku sosial

yang dimiliki individu semakin luntur. Permasalahan tersebut menarik untuk

dicarikan sebuah solusi konkrit, sehingga penulis merealisasikannya dalam suatu

bentuk penelitian. Adapun jenis penelitian yang dipilih adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), karena disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan

yang terjadi di dalam kelas.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis di kelas VIII E SMP

Negeri 12 Bandung ini, memfokuskan kajian mengenai upaya guru untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa. Fokus kajian tersebut diambil berdasarkan

pertimbangan dari data yang penulis temukan pada saat melakukan observasi awal

dilapangan yang dilakukan bersama guru mata pelajaran IPS. Penulis akan

menjabarkan keadaanya sebagai berikut: Pertama, pembelajaran yang monoton

atau masih berpusat pada guru. Disini yang lebih berperan aktif adalah guru bukan

siswa, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika dilihat dari karakteristik materi pelajaran

IPS itu sendiri memang sebagian besar menekankan pada aspek kognitif, yaitu

dengan menghafal konsep, sehingga membuat siswa jenuh hanya duduk diam

mendengarkan penjelasan guru. Banyak siswa yang mengantuk dan lebih memilih

mengobrol dengan teman dari pada memperhatikan guru yang sedang

menerangkan materi pelajaran di depan kelas.

Kedua, siswa terlihat kurang peduli terhadap keadaan kelasnya. Hal ini

Nampak pada kondisi kelas yang kurang bersih dan kondusif, hampir dibawah

setiap meja dan kursi siswa terdapat sampah yang berupa bungkus permen, kertas,

tisue dan plastik-plastik pembungkus makanan. Mereka menganggap bahwa

sampah-sampah tersebut bukanlah tanggung jawabnya melainkan tanggung jawab

petugas piket atau petugas kebersihan. Disamping itu, kurangnya sarana untuk

membersihkan sampah seperti sapu juga ikut menjadi pemicu malasnya siswa

untuk membersihkan meja dan kursi tempat duduknya. Keadaan tersebut

menggambarkan bahwa minimnya sikap saling membantu dan tolong menolong

(14)

Ketiga, pada saat diskusi dengan menggunakan metode jigsaw, siswa

terlihat kurang begitu nyaman dengan teman kelompoknya, ada yang mengerjakan

sendiri, ada yang mengobrol dengan teman kelompok lain, sehingga proses

diskusi tidak berjalan dengan baik dan kondusif. Hal ini mengindikasikan bahwa

masih sulit bagi siswa-siswi untuk melakukan kerjasama dengan teman yang

lainnya, serta masih sulit untuk saling berbagi tentang pengetahuan yang telah

mereka miliki.

Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS, memberikan

informasi bahwa beberapa permasalahan yang penulis kemukakan diatas memang

benar adanya. Dan penulis mengindikasikan bahwa materi pelajaran IPS hanya

pada tahap pengetahuan dan belum tercermin dalam sikap atau perilaku siswa

sehari-hari.

Ketertarikan penulis untuk meneliti permasalahan terkait minimnya

perilaku prososial yang dimiliki siswa dikelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung

dikarenakan penulis ingin memberikan suatu model pembelajaran dengan media

baru sebagai contoh perilaku yang mengembangkan perilaku prososial pada siswa.

Penyelesaian masalah yang terjadi di kelas VIII E ini adalah masalah yang sangat

penting untuk diselesaikan, karena pengembangan perilaku prososial ini

berlandaskan konsepsi yang dikemukakan oleh Banks (Sapriya,2007 : 3) bahwa

social studies merupakan bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah

yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan

dalam hidup bernegara dilingkungan masyarakatnya. Berdasarkan teori tersebut,

sikap atau perilaku menjadi suatu indikator untuk menilai ketercapaian suatu

pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran IPS yang basic pengetahuannya

berangkat dari masyarakat dan akan bermuara ke dalam masyarakat pula, yaitu

melalui sikap atau perilaku yang dilakukan siswa saat mereka menghadapi

(15)

Perilaku prososial merupakan wujud tertanamnya hasil dari pembelajaran

IPS pada siswa, dimana Einsenberg (Saripah, 2006) menyatakan bahwa

perkembangan perilaku prososial remaja yang berada dalam fase pubertas, berada

pada tingkat emphatic of traditional atau strongly internalized. Pada tahap

emphatic of traditional, remaja sudah mulai menunjukkan respon simpatik,

merasa bersalah atas kegagalan memberi respon, merasa nyaman apabila telah

melakukan sesuatu yang benar, mengambil rujukan-rujukan mengenai

prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu. Sedangkan

pada tahap strongly internalized, remaja memiliki justifikasi untuk membantu

didasarkan pada nilai-nilai, norma, pengaruh dan tanggung jawab yang

diinternalisasikan secara kuat. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip seseorang

yang terinternalisasikan akan merusak rasa hormat terhadap diri sendiri.

Siswa kelas VIII E merupakan anak pada tahap usia remaja yang

umumnya belajar berperilaku prososial dengan jalan melakukan peniruan atau

imitasi terhadap teman-temannya, bila remaja mampu berperilaku menyenangkan

orang lain maka akan mendapatkan reward atau hadiah atas perilaku yang telah

dilakukan yang dapat diberikan dalam bentuk pujian dan penerimaan dari anggota

kelompok terhadap kehadiran remaja. Pada masa remaja perilaku prososial

dilakukan lebih berorientasi pada hubungan remaja dengan orang lain. Remaja

ingin ikut serta aktif melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial dan

mempunyai harapan untuk bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi

oleh orang lain, Hurlock (dalam Frisnawati : 2012).

Perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi menyebabkan sikap

manusia menjadi semakin individualis dan sikap sosial yang dimiliki individu

semakin luntur. Dan remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah terkena

pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih

mementingkan diri sendiri dari pada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan

apabila di kota-kota besar nilai-nilai pengabdian, kepedulian, kesetiakawanan dan

tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah

(16)

orang tidak lagi memperdulikan orang lain dengan kata lain enggan untuk

melakukan tindakan prososial.

Pengalaman dengan model prososial dalam kehidupan nyata dan dalam

media memiliki kemungkinan membawa pengaruh positif pada tingkah laku

prososial siswa. Dalam hal ini, televisi adalah suatu media yang digunakan untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa. Televisi dipilih sebagai media

pembelajaran karena penulis menafsirkan bahwa sebagian besar waktu siswa

dihabiskan dengan menonton televisi dan ini akan memudahkan siswa dalam

meningkatkan perilaku prososialnya. Televisi saat ini banyak menayangkan

berbagai program, dan salah suatu program televisi yang menurut peneliti baik

untuk meningkatkan perilaku prososial adalah reality show. Acara realitas (reality

show) adalah acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan

benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak

umum biasa, bukan pemeran atau artis. Acara dokumenter dan acara seperti berita

dan olahraga tidak termasuk acara realitas, Hermandini (dalam Frisnawati : 2012).

Ketertarikan individu terhadap program televisi, dalam hal ini adalah

program reality show, akan menarik perhatian individu karena aktifitas tersebut

sesuai dengan minat yaitu kegemaran menonton televisi. Kegemaran menonton

televisi pada siswa akan jauh lebih kuat dan efektif untuk meningkatkan perilaku

prososial dibandingkan dengan aktifitas yang tidak sesuai dengan minatnya. Hal

ini sejalan dengan Frisnawati dalam penelitiannya yang berjudul “HUBUNGAN

ANTARA INTENSITAS MENONTON REALITY SHOW DENGAN

KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA”

membuktikan bahwa variabel intensitas menonton reality show memberi

sumbangan efektif sebesar 9,9 % terhadap kecenderungan perilaku prososial pada

remaja. Semakin terpusat perhatian dan semakin sering pengamatan dilakukan

oleh model, maka semakin memungkinkan suatu perilaku model ditiru penonton

dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, peneliti dalam hal ini termotivasi

untuk melakukan penelitian tentang peningkatan perilaku prososial siswa melalui

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan

menggunakan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan

perilaku prososial siswa?

b. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan

memanfaatkan tayangan reality show sebagai upaya untuk meningkatkan

perilaku prososial siswa?

c. Apakah yang menjadi kendala dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh

guru untuk mengatasi kendala dalam penggunaan tayangan reality show

dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?

d. Bagaimanakah kontribusi penggunaan tayangan reality show dalam

pembelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan perilaku prososial siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan

yang dikemukakan seperti diatas, maka tujuan secara umum dari penelitian ini

adalah untuk meningkatkan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality

show dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.

Adapun secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS dengan

menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan perilaku

prososial siswa di kelas VIII E.

2. Memaparkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui tayangan

reality show sebagai upaya untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

3. Mengkaji kendala yang ditemui pada saat mengembangkan pembelajaran

melalui tayangan reality show dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi

(18)

4. Mendeskripsikan bagaimana kontribusi penggunaan tayangan reality show

dalam pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan perilaku prososial

siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru

terkait pengembangan media pembelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam mata

pelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.

b. Diharapkan dapat meningkatkan perilaku prososial siswa dalam

bergaul di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas.

c. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata

pelajaran IPS.

d. Diharapkan dapat merubah paradigma dan iklim belajar IPS kearah

yang lebih positif dan penuh makna.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini secara garis besar memuat tentang latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang pemaparan konsep-konsep yang mendukung

(19)

yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan

penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh oleh

penulis untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur

pelaksanaan PTK, analisis data yang mencakup sumber data, teknik

pengumpulan dan alat pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang didasarkan pada data,

fakta dan informasi yang ditemukan dilapangan yang dikolaborasikan dengan

beberapa literatur yang menunjang.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang

(20)

Eka Pratiwi, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 12 Bandung yang terletak di jalan

Dr. Setiabudhi no 195, Telp 2013947 Bandung. Alasan peneliti melakukan

penelitian di lokasi tersebut karena dalam pelaksanaan belajar mengajar dikelas,

terlihat bahwa tingkat perilaku prososial siswa sangat kurang. Hal ini tergambar

melalui kegiatan diskusi kelompok, banyak siswa yang mengeluh tidak bisa

bekerjasama dengan anggota kelompok lainnya dan memilih untuk pindah ke

kelompok lain yang sama dengan teman akrabnya. Sehingga peneliti tertarik

untuk menggunakan tayangan reality show sebagai contoh bagi siswa untuk

meningkatkan perilaku prososialnya.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah guru mata

pelajaran IPS dan siswa-siswi di SMPN 12 Bandung kelas VIII E. dengan jumlah

siswa 39 orang, yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.

B. Desain Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan mengacu pada

model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart. Mereka mengatakan bahwa

penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi yang

selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral berikutnya apabila masih belum ada

(21)

Prosedur atau alur penelitian dalam PTK, ini digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi masalah

Rumusan masalah

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Spiral

Kemmis Dan Mc Taggart.

a. Refleksi Awal

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan awal untuk mengidentifikasi

kesulitan-kesulitan siswa dalam meningkatkan perilaku prososial dalam proses

pembelajaran.

Penyusunan rencana tindakan

Observasi Pelaksanaan

tindakan

Penyusunan rencana tindakan Refleksi

Penyusunan rencana tindakan

Pelaksanaan tindakan

Refleksi Observasi

Observasi Pelaksanaan

tindakan Refleksi

(22)

b. Penyusunan Perencanaan (plan)

Setelah dilakukan penyusunan perencanaan dari hasil pengamatan awal dan

menemukan kesulitan-kesulitannya, lalu diadakan perencanaan dengan menyusun

instrumen penelitian berupa : Rencana Program Pembelajaran (RPP), membuat

media pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show, lembar kegiatan

siswa (LKS), angket dan lembar observasi.

c. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan di

laksanakan pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan

tayangan reality show , mulai dari tindakan 1, 2, 3 dst.

d. Observasi (pengamatan)

Kegiatan observasi dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan data tambahan

bagi peneliti. Dalam kegiatan ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari

tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan

menggunakan tayangan reality show, peneliti menemukan kelebihan dan

kekurangan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, kemudian

mengklasifikasikannya kedalam tiap indikator penilaian untuk menjadi

pertimbangan dalam perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Pada gambar siklus pembelajaran tersebut tampak bahwa di dalamnya

terdiri atas tiga siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat

tergantung pada materi dan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, jumlah siklus

pada model tersebut bisa lebih dari tiga siklus, melihat dari hasil yang telah

(23)

C. Metode penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan sesuai

dengan metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan

atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis

sehingga dapat dirumuskan sebuah teori atau proses gejala sosial. Penelitian juga

bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat

untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya, Kunandar

(2011: 42).

Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif

maupun kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik, maupun

matematik yang sering disebut sebagai analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan

pendekatan kualitatif lebih mendasarkan pada penalaran logis (logical reasoning),

pemahaman interpretasi terhadap obyek penelitian. Menurut (Creswell dalam

Wiriaatmadja 2012: 8) menjabarkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah

proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan

tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang

kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini

para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang

alamiah atau wajar (natural setting).

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian

Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research) ini

bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru, meningkatkan kualitas belajar

(24)

berdampak pada peningkatan perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS

melalui tayangan reality show. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) merupakan suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru, untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu

mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Seperti yang dijelaskan oleh

Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2012: 12) mengemukakan bahwa penelitian tindakan

kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek

pendidikan oleh sekelompk guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan

tersebut.

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan

secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk

meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau

pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek

pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek

ini. Sedangkan menurut Hopkins (dalam Komalasari 2011: 271) merumuskan

bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang mengkombinasikan

prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan

dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang

sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah prosedur perbaikan dan perubahan.

Secara umum, langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi : tahap

persiapan, diagnostik, perencanaan tindakan kelas untuk memecahkan masalah,

dan teurapeutik. Sedangkan prosedur penelitian tindakan kelas meliputi : 1.

Perencanaan (planning), 2. Pelaksanaan tindakan kelas (action), 3. Observasi

(observation) dan refleksi (reflection) dalam setiap siklus.

Dalam penelitian tindakan kelas, secara partisipatif peneliti dan guru mata

pelajaran akan bekerja sama, mulai dari tahap orientasi, dilanjutkan dengan

menyusun perencanaan berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan

(25)

D. Definisi Operasional 1. Perilaku Prososial

Perilaku prososial dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan

sebagai bentuk perilaku positif siswa Kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung yang

dapat memberikan keuntungan dan manfaat kepada teman-temannya tanpa

mengharapkan imbalan.

Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial menurut Eisenberg (dalam

Triardhila, 2013: 3) merupakan:

„perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu: berbagi

(memberikan barang ataupun cerita), menolong (melakukan sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan (memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta

kerjasama‟.

Sejalan dengan pendapat tersebut, bentuk perilaku yang dikembangkan pada

siswa dalam penelitian ini adalah kerjasama, menolong dan berbagi rasa.

1. Kerjasama adalah melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama

berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula. Adapun

indikator dari aspek kerjasama adalah menunjukkan sikap kesediaan untuk

bekerja secara berkelompok, menghargai masukan atau tanggapan orang

lain, dan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok.

2. Menolong adalah membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik

atau psikologis orang tersebut. Adapun indikator dari aspek menolong

adalah menunjukkan sikap mau menolong orang yang kesusahan, menolong

siapapun yang memerlukan bantuan, menunjukkan perilaku suka menolong,

dan menolong tanpa mengharapkan imbalan.

3. Berbagi rasa adalah kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan

orang lain. Adapun indikator dari aspek berbagi rasa adalah mampu

merasakan penderitaan orang lain, menunjukkan perilaku suka memberi dan

(26)

2. Tayangan Reality Show

Kegiatan pembelajaran IPS meliputi tentang segala aktivitas dan fenomena

yang terjadi dimasyarakat. Reality Show adalah acara yang menampilkan

orang-orang biasa secara aktual, bukan aktor, dalam situasi terbatas. Vivian (2008: 244).

Acara reality show seringkali menampilkan “realitas” yang sudah dipengaruhi dan

dimodifikasi, yang dirancang sedemikian rupa agar menarik pemirsa dan pada

akhirnya menarik pengiklan. Dalam pembelajaran IPS, tayangan reality show

merupakan suatu media pembelajaran yang mengangkat kisah hidup seseorang

yang dijalani secara nyata dan apa adanya.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam kurikulum 2006, pembelajaran IPS diarahkan pada Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan IPS adalah sebagai berikut :

“Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam

proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di

masyarakat”. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan memperoleh

pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan”.

Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik

dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai

berikut :

1. Siswa sentris, dimana faktor siswa yang lebih diutamakan.

2. Kemasyarakatan sentris, dimana masalah kehidupan nyata dan

kemasyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta temapat

pembelajaran.

3. Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budayanya selalu

dijadikan pertimbangan pembelajaran IPS.

4. Bersifat meluas, dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu dan

(27)

5. Menggunakan teknik inquiry dan menunjukkan student active learning

(siswa belajar dengan aktif) sebagai media pembelajaran utama dan

sekaligus akan melahirkan cara mengajar guru aktif.

6. Tujuan, maksudnya program dan pelaksanaan pembelajarannya berfokus

pada tujuan yang telah ditentukan.

7. Integrated, menelaah suatu permasalahan sosial dari berbagai konsep dan

sudut pandang ilmu-ilmu sosial lainnya.

8. Efisien dan efektif. Efisien dari segi tenaga/biaya, dari segi waktu dengan

hasil yang maksimal.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Nasution (dalam Sugiyono, 2012: 306) mengemukakan

bahwa :

„Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan. Itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya‟.

Disamping itu, Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dan dalam

penelitian kualitatif ini disamping peneliti sebagai instrumen utama dalam

penelitian, ada beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya :

1. Wawancara.

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui lebih lanjut terhadap

data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data lainnya. Lembar

wawancara berisi pertanyaan yang akan digunakan dalam tanya jawab terhadap

(28)

2. Lembar pengamatan atau panduan observasi.

Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi

dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada

kegiatan belajar mengajar dikelas. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2012: 196)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologisi.

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang

kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa.

3. Angket (questioner).

Untuk mengetahui sejauh mana perhatian dan pemahaman siswa mengenai

pembelajaran dengan menggunakan tayangan reality show untuk meningkatkan

perilaku prososial siswa. Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang

terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau

hal-hal yang diketahuinya.

Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui

oleh responden, mengenai pendapat atau sikap.

4. Lembar Catatan Lapangan.

Lembar catatan lapangan merupakan rekaman kejadian yang dilakuakn oleh

observer atau peneliti sendiri untuk menuliskan hal-hal yang belum terekam

melalui lembar observasi. Dalam penelitian ini, lembar catatan lapangan

digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap keterlaksanaan pembelajaran IPS

menggunakan tayangan reality show agar terlihat adanya perkembangan perilaku

prososial siswa.

Keempat instrument diatas dapat dilihat dalam kisi-kisi berikut :

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

(29)
(30)

dapat memberikan jawaban

atau pendapat sedikitpun

9.Saya memilih mengerjakan

tugas kelompok sendiri agar

tidak terjadi perdebatan

1.2 Berbagi + (5) Angket 10.Saya membagi makanan

milik saya kepada teman

yang sedang kelaparan

11.Saya meluangkan waktu

untuk memberi penjelasan

kepada teman tentang

materi yang kurang

dimengertinya

12.Saya mendengarkan

curhat/keluhan teman yang

sedang ada masalah

13.Saya suka menghibur

teman yang sedang sedih

14.Saya selalu menyisihkan

uang saku untuk membantu

(31)

- (5) Angket 15.Saya menolak

bawah meja dan kursi saya,

dan membuangnya

ketempat sampah

21.Saya suka membantu orang

(32)

mengambilkan

26.Saya tertawa saat melihat

teman terjatuh dan

+ (8) Angket 28.Melalui tayangan reality

(33)

untuk bertahan hidup

31.Melalui tayangan reality

show, saya sangat

bersyukur atas nikmat yang

diberikan oleh Tuhan YME

kepada saya

32.Melalui tayangan reality

show, saya mendapatkan

banyak pelajaran tentang

nilai moral

33.Melihat tayangan reality

show, saya ikut merasakan

penderitaan yang dialami

oleh orang-orang yang

kesusahan

34.Dengan melihat tayangan

reality show, saya menjadi

peduli terhadap nasib

orang-orang yang kurang

beruntung

35.Melalui tayangan reality

show, saya belajar

menghargai apa yang saya

punya dan memahami

(34)

- (5) Angket 36.Tayangan reality show

reality show “Derai harap Bocah Penjual Baso”

c. Siswa mampu

mengidentifikasi

permasalahan yang ada

(35)

d.Siswa mampu menganalisis

e. Siswa dapat aktif dalam

kelompok

j. Siswa dapat memberikan

(36)

Tayangan

b. Guru mampu menarik minat

belajar siswa melalui

tayangan reality show yang

disajikan

c. Guru membimbing siswa

(37)

masalah yang ada dalam

(38)

mengikuti pembelajaran

IPS?

3.Bagaimana pendapat kalian

tentang pembelajaran

menggunakan tayangan

reality show?

4.Nilai moral apa saja yang

kalian peroleh setelah

melihat tayangan reality

show?

5.Bagaimana aplikasi perilaku

prososial dalam kehidupan

sehari-hari, seperti dalam

keluarga, dikelas, atau di

masyarakat?

Sumber : Dokumen Peneliti 2014

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam suatu

penelitian, karena tujuan utama penelitian yaitu untuk mendapatkan data.

Sugiyono (dalam Bone: 2008) mengatakan bahwa: pemilihan teknik pengumpulan

data hendaknya disesuaikan dengan ciri khas data yang perlu dikumpulkan untuk

mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi data yang

sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

Menurut Creswell (dalam Bone: 2008) mengemukakan bahwa prosedur

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari empat tipe dasar, yaitu

observasi, wawancara, dokumentasi dan audio visual. Adapun teknik pengumpul

data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

(39)

Observasi berperanserta merupakan pengamatan yang dilakukan secara

langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan informasi atau data yang

dibutuhkan dalam penelitiandan peneliti terlibat langsung didalamnya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal

kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan

tentang hal-hal yang dibutuhkan. Dalam hal ini yang menjadi reponden adalah

guru mitra dan siswa kelas VIII E yang akan ditanyakan mengenai penggunaan

tayangan reality show dalam pembelajaran IPS.

3. Angket

Menurut Suherman (dalam Dameria, 2012) angket adalah sebuah daftar

pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi

(responden). Angket dalam penelitian ini berfungsi sebagai pengumpul data yang

berupa data diri pribadi, pengetahuan, keadaan, pendapat mengenai suatu hal,

sikap serta perilaku. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show.

4. Catatan Lapangan

Catatan Lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk

memperkaya data yang dimuat secara deskriptif tentang berbagai kegiatan,

suasana dan keadaan kelas, iklim sekolah dan berbagai bentuk interaksi sosial

lainnya.

G. Analisis Data a. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

analisis data kualitatif dan kuantitatif.

(40)

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan

fokus penelitian, kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah

dikumpulkan. Ada beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap awal, yaitu :

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus

2. Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, analisis data telah dilakukan sejak awal

penelitian dimulai, yaitu sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian,

Nasution (dalam Sugiyono, 2012 : 333). Menurut Moleong (dalam Bone, 2008)

Analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam

suatu penelitian. Data-data yang ada perlu dianalisis secara deskriptif supaya

dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan penelitian,

yakni keterampilan guru dalam meningkatkan perilaku prososial siswa melalui

tayangan reality show dalam pembelajaran IPS. Dalam penelitian kualitatif,

analisis data harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan analisis.

Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi, 2010) mengemukakan bahwa

kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi

secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin merupakan proses

siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data

dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang terinci.

Data ini akan terus bertumpuk jika tidak segera dianalisis sejak awal, namun

data-data ini perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dikendalikan. Data

(41)

serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data ( Display Data)

Alur kedua yang terpenting dalam kegiatan analisis dalam penelitian

kualitatif adalah penyajian data atau display data, yaitu sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan, dalam hal ini tindakan untuk melanjutkan ke siklus

berikutnya atau tidak. Data yang bertumpuk akan menyulitkan peneliti untuk

melihat bagaimana keterhubungan antara data-data tersebut, oleh karena itu, untuk

dapat melihat gambaran secara keseluruhannya maka harus diusahakan membuat

berbagai macam matriks, grafik dan chart. Semuanya dirancang untuk

menggabungkan informasi yang ditemukan dilapangan kedalam suatu bentuk

yang padu dan mudah dimengerti atau dipahami.

c. Menarik Kesimpulan/ verifikasi

Sejak awal peneliti berusaha mencari makna data yang telah

dikumpulkannya, maka dari itu peneliti mencari pola, tema, hubungan persamaan

hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh sejak awal

peneliti mencoba mengambil kesimpulan, akan tetapi dengan bertambahnya data

maka kesimpulan itu lebih bersifat sementara. Jadi kesimpulan harus senantiasa di

verifikasi selama penelitian berlangsung. Ketiga macam kegiatan tersebut diatas

saling berkaitan satu sama lain selama penelitian masih berlangsung.

3. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat perilaku

prososial siswa dalam kehidupan sehari-hari yang dilihat dari hasil angket yang

telah diisi oleh para siswa, kemudian dihitung melalui data kuantitatif yaitu

(42)

Analisis data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket yaitu

dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100%, seperti yang

dikemukakan oleh Sudjana (dalam Dameria: 2012) adalah sebagai berikut :

P= f x 100%

n

b. Validasi Data

Validasi data berguna untuk membuktikan bahwa apa yang telah diamati

peneliti sesuai dengan sesungguhnya yang ada dalam dunia nyata. Ada beberapa

bentuk validasi data yang dapat peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas.

Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012:168 ), bentuk-bentuk validasi data

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi data, yaitu memeriksa kebenaran dan kesahihan data tentang

pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan atau membandingkan data

yang diperoleh dari sumber lain (guru, peserta didik, guru lain,) atau

membandingkan antara data yang diperoleh melalui wawancara dengan data

yang diperoleh dengan observasi, sehingga diperoleh derajat atau tingkat

kepercayaan yang maksimal.

b. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi

data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber

siapapun juga (guru, teman sejawat, peserta didik dan yang lainya sesuai

dengan kebutuhan). Apakah keterangan, informasi atau penjelasan itu sifatnya

tetap, sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa

kebenarannya.

c. Audit Trail, yaitu upaya untuk mencek atau memeriksa kesalahan-kesalahan

didalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan di dalam mengambil

kesimpulan. Audit trail juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh

peneliti atau pengamat mitra peneliti lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara

(43)

d. Expert Opinion, yaitu meminta nasihat kepada pakar. Yang disebut expert

opinion dalam hal ini adalah pengecekan terakhir terhadap kesahihan data yang

terkumpul kepada para pakar yang profesional, dalam kaitan dengan penelitian

(44)

Eka Pratiwi, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Peningkatan perilaku prososial siswa melalui tayangan reality show dalam

pembelajaran IPS di kelas VIII E SMP Negeri 12 Bandung dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Perencanaan guru dalam mempersiapkan pembelajaran menggunakan

tayangan reality show dalam pembelajaran IPS disusun dengan berlandaskan

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan

SK KD dengan tayangan reality show yang akan digunakan serta menyusun

LKS (Lembar Kerja Siswa). Setiap rancangan kegiatan pembelajaran, siswa

menonton tayangan reality show yang berbeda, membagi siswa dalam

beberapa kelompok yang berbeda-beda pada tiap siklusnya, mendiskusikan

LKS dan presentasi kelompok serta menyusun lembar observasi untuk melihat

aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran.

2. Perilaku prososial siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah guru

melaksanakan setiap tahap pembelajaran IPS meggunakan tayangan reality

show dengan baik, dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan

rencana awal dan rencana yang telah disusun oleh peneliti melalui bimbingan

dengan guru mitra dan dosen pembimbing skripsi setiap akan melaksanakan

siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan

tayangan reality show, Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus

yang terdiri dari tiga tindakan. Tindakan pertama diawali dengan

menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu, kemudian menugaskan siswa

untuk mengamati tayangan reality show (Derai Harap Bocah Penjual Bakso),

tindakan kedua mengamati tayangan reality show (Indonesiaku: Belenggu

Kemiskinan Jawa Timur), dan siklus ketiga siswa mengamati tayangan reality

(45)

saat proses pembelajaran berlangsung. Kemudian memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengemukakan tanggapannya terhadap tayangan reality

show dan menugaskan siswa untuk mendiskusikan isi tayangan tersebut secara

berkelompok, dan terkhir memberikan kesempatan siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

3. Mengatasi kendala yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran IPS

menggunakan tayangan reality show yaitu diantaranya pertama peneliti

melakukan diskusi dan bimbingan yang intensif dengan guru mitra dan dosen

pembimbing untuk menentukan jenis tayangan reality show yang akan

digunakan dalam pembelajaran. Kedua guru perlu lebih tegas lagi saat

mengajar siswa dikelas terutama tegas kepada siswa yang mengganggu

ketertiban pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

memberikan sanksi jika ada yang ingin mengobrol silahkan diluar dan

mengurangi nilai kelompok siswa agar kelompok dapat bertanggungjawab

kepada anggotanya yang membuat keributan. Hal ini cukup memberikan efek

jera pada sebagian siswa meskipun efek jera ini hanya efektif untuk sementara

saja. Solusi yang ketiga yaitu intonasi suara guru yang cukup kecil dapat

diatasi dengan cara guru melakukan mobilitas saat menjelaskan materi dan

ketika menyuruh siswa untuk tertib guru tidak perlu berteriak-teriak cukup

memberikan sanksi yang tegas kepada siswa yang bersangkutan yang

membuat keributan. Keempat guru perlu mempersiapkan kebutuhan media

pendukung proses pelaksanaan pembelajaran secara matang sehingga tidak

akan menghabiskan banyak waktu diawal pembelajaran untuk mempersiapkan

media. Dan terakhir, guru perlu mempersiapkan rencana kedua bilamana

waktu yang diperlukan untuk proses pelaksanaan siklus pembelajaran tidak

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan karena hal-hal yang tidak

diinginkan.

4. Tingkat perilaku prososial siswa dalam pembelajaran IPS melaui tayangan

reality show meningkat baik pada tiap siklus pelaksanaannya. Dilihat dari

(46)

berbagi dan menolong. Pada siklus pertama perilaku prososial siswa masih

sangat rendah karena masih banyak siswa yang belum mampu bekerjasama

dilihat dari presentase untuk pernyataan positif sebesar 12% dan negatif 17%

siklus kedua sebesar 55% dan 47%, serta siklus ketiga sebesar 54% dan 70%.

Aspek berbagi pada siklus pertama untuk pernyataan positif sebesar 10% dan

pernyataan negatif sebesar 16%, siklus kedua sebesar 51% dan 56% serta

siklus ketiga sebesar 58% dan 59%, aspek menolong pada siklus pertama

untuk pernyataan positif sebesar 19% dan pernyataan negatif sebesar 16%,

siklus kedua 31% dan 40%, pada siklus ketiga sebesar 50% dan 56%. Dengan

demikian penerapan pembelajaran IPS menggunakan tayangan reality show

dapat meningkatkan perilaku prososial siswa kelas VIII E SMP Negeri 12

Bandung.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan

menggunakan tayangan reality show dalam pembelajaran IPS untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi

saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Bagi pihak sekolah

Peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

tayangan reality show dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS

khususnya di SMP Negeri 12 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran

yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu

sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh

siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan,

sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan

kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.

(47)

Peneliti berharap metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih

inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat

mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik

lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari

mata pelajaran IPS.

3. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan

tidak bermain-main selam pembelajaran, dan memperhatikan penjelasan

dari guru.

b. Siswa harus mampu membaur, berteman dan menjalin kerjasama yang baik

dengan siapapun.

c. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat

berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru

tidak bisa diselesaikan tepat waktu.

d. Siswa harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

4. Bagi Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari

kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar penelitian mengenai

pembelajaran IPS dengan menggunakan tayangan reality show dapat dilakukan

dengan lebih baik, dengan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum

melakukan penelitian.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga

pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap

peningkatan perilaku prososial siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi

landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan

(48)

Eka Pratiwi, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. dkk. (2010). Pembelajaran Studi Sosial. Bandung : Alfabeta

Anggraeni, Dian. (2009). Program Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Siswa SMPN 9 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ariani, Niken dan Haryanto, Dany. (2010). Pembelajaran Miltimedia di Sekolah.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Baron, Robert A dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Terj. Ratna Djuwita et al. Jakarta : Erlangga

Bone, M P. (2008), Upaya Pengembangan Aktivitas Belajar Peserta Didik

Melalui Strategi Belajar Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS (penelitian

tindakan kelas di SDK. Don Bosko 4 Kupang-NTT). Tesis Pada Sekolah

Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Dameria, G. (2013). Implementasi Metode Inquiry Berbasis Isu-Isu Sosial

Kontemporer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VIII-H SMP Negeri 40

Bandung). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial

(49)

Frisnawati, A. (2012). Hubungan Antara Intensitas menonton Reality Show

Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Remaja. Jurnal

Psikologi. Vol. 1. No.1 Desember 2012.

Giri, Putu Agus Semara Putra. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui

Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis

Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gross, Richard. (2013). Psychology The Science of Mind and Behavior. Edisi Keenam, Buku Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Komalasari, K. (2011). Media Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Meisendi, Dena Yemin. (2013). Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa untuk

Mengembangkan Pemahaman Konsep Pembelajaran IPS (PTK di kelas

VIII A SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan

Indonesia). Skripsi Prodi Pendidikan IPS FPIPS UPI Bandung: Tidak

duterbitkan

McQuail, D. (2011) Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta : Salemba Humanika

Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba Humanika

Nashori, F. (2008) Psikologi Sosial Islami. Bandung : PT. Refika Aditama

Purba, Maya Rosanti Br. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Skripsi Sarjana PPB UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Purnamasari, dkk. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN dan MAN di

Yogyakarka. Indonesian Psychologycal Journal. 1, (1), 32-42.

(50)

Raven, Betram H. (1983). Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Ruhimat, Toto. 2009. Kurikulum Pembelajaran. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Sapriya., Sadjarudin., dan Susilawati. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek

Saripah, Ipah. (2006). Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak (Studi Pengembangan Trehadap bimbingan Para

Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan

Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, kba Bandung). Tesis Jurusan

PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sears, D.O., Freedman, J.L., dan Anne-Peplau,L. (1985) Psikologi Sosial Edisi

Kelima. Jakarta : Erlangga

Silalahi, Ulber (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2012), Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung :

Alfabeta.

Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Thok, Tugino. (2013). Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran. [Online]. Tersedia : mastugino.blogspot.com/2013/06/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran.html. Diakses 31 Mei 2014

Triardhila, Widhadirane. (2007). Perilaku Prososial Anak TK A Lab. UM Kota

Blitar. Journal UNM.

Tukiman. (2013). Efektivitas Pembelajaran CTL (Contextual Teching And

Learning) Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Dan Perilaku Prososial Siswa Kelas IX SMPN 2 Ponjong Gunung Kidul.

Jurnal Psikologi. Vol. 1. No.1 Agustus 2013.

(51)

Wilis, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Erlangga

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Yusup, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas diadaptasi dari Model Spiral

Referensi

Dokumen terkait

To find out about the students interest in reading novel, the writer analyze the Sixth Semester Students as sample, in this step the research is trying to find out about the

Kesadaran hokum masyarakat mengenai pernikahan di bawah umur terhadap hak anak menurut uu no 23 tahun 2002.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hubungan antara Persepsi Pasien Terhadap Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung,

Penulis meramalkan hasil penjualan karcis pada stasiun kemayoran yang mana data-data didapat dari bulan Januari sampai dengan Maret 2006, dengan menggunakan metode index musim dan

Proses pembinaan nilai toleransi dan peduli sosial melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan di lingkungan sekolah dalam upaya

Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1- Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, bagi Dokter, Rumah Sakit atau Lembaga rehabilitasi lainnya yang sedang melakukan rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial

Berdasarkan uraian di atas, untuk membuktikan daun sirsak dapat mengatasi efek samping gentamisin maka diperlukan pengujian efek ekstrak daun sirsak terhadap kadar kreatinin dan