0
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
KALURAHAN BLULUKAN, COLOMADU KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
LEGI RETNO PALUPI DWI ANDARI
J 410 070 058
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ST]RAT PERI\TYATAANI
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
B ismillahirrahmanirrohim
Yang bertandatangan di bawatr
ini, saya
]$ama
NI},T/NIK/NIP Jenis
ftdul
"HUBUNGAI\I AI\ITARA KEBIASAAIT
HIIlt
p
DENGAI\t KEJADIAN
INSOMIIIA
PADA
LAltSrA
DI
POSYAI\IDU
LAITSIA KALURAIIAN
BLULUKAI\I,
COLOMADU
KARANGAI\IYAR-Dengan ini rnenyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1'
Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiatr saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.2'
Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/
mengalih formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistibusikannya, ser&a menampilkannya dalam benhlk softcopy unttrk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu me'lrrinta
ijin dari
saya selamateirap mercaotumkan n:rma saya sebagai penulis/
pencipta.3'
Bersedia dan menjaminuntuk
menanggung secara pribadi tanpa melibatlcan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yangtimbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah ini.Demikian
prnyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.Legi Retno Palupi Dwi Andari
I
4t0 070 058Skripsi
Surakarta, Juli 2014
1
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN BLULUKAN,
COLOMADU KARANGANYAR
Legi Retno Palupi Dwi A*
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).** Farid Setyo Nugroho, SKM.***
ABSTRAK
Gangguan tidur sering terjadi pada Lansia meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada masing-masing individu, mengeluhkan sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang, dan sering terbangun lebih awal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menggunakan layanan Posyandu yang berdomisili di Desa Blulukan, Colomadu, Karanganyar yang berjumlah
225 orang. Pemilihan sampel dengan acidentalsampling dengan jumlah sampel sebanyak
70 orang. Uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan signifikan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian insomnia pada lansia (p
= 0,005), tidak ada hubungan antara makan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia
(p = 0,523), ada hubungan signifikan antara merokok dengan kejadian insomnia pada
lansia (p = 0,012), dan tidak ada hubungan antara kegiatan sosial dengan kejadian
insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar (p
= 0,179).
Kata Kunci : Kebiasaan hidup, insomnia.
ABSTRACT
Sleep disorders, happen in the elderly often, despite different levels of difficulty sleeping on each individual, complained of difficult to get to sleep, difficult to resist sleep, restless sleep, and often woke up early. The purpose of this study to determine the relationship between living habits with the incidence of insomnia in elderly Posyandu elderly. Methods this study used an observational design with cross-sectional approach. The population in this study is the elderly who use Posyandu services who live in the village Blulukan, Colomadu, Karanganyar totaling 225 people. Selection of samples with acidentalsampling with a total sample of 70 people. Test using chi-square statistics. The results showed no significant association between exercise habits with the incidence of insomnia in the elderly p = 0,005, there was no association between regular meals with the incidence of insomnia in the elderly p = 0,523, there is a significant association between smoking and the incidence of insomnia in the elderly p = 0,012, and there is no relationship between social events with an incidence of insomnia the elderly in the village of Posyandu elderly Blulukan, Colomadu Karanganyar p = 0,179.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkat-nya usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Depkes (2012) penduduk lanjut usia
mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan diperkirakan meningkat
menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (Depkes,
2012).
Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan 21% dari total populasi dunia dan sekitar 80% diantaranya hidup di negara berkembang.
Populasi lansia di Indonesia terus
berkembang dan dikhawatirkan akan
meningkatkan angka beban ketergantungan
atau dependency ratio (Depkes, 2012).
Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Amelia dan Endang, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Menkokesra, 2013).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Di Jawa Tengah pertumbuhan Lansia sama
dengan pertumbuhan tingkat nasional. Data Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan jumlah penduduk dengan struktur tua (Lansia) mencapai 9,36%. Daerah lain yang juga masih tujuh besar diantaranya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,48%, Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan Jawa Barat 7,09%. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat setiap tahun lantaran tingkat harapan hidup di Jawa Tengah tergolong
tinggi (49%) sehingga pembangunan
infrastruktur harus mempertimbangkan
keramahan bagi lansia. Peningkatan proporsi penduduk lansia merupakan imbas dari peningkatan ekonomi, pendidikan, sistem kesehatan, sanitasi dan nutrisi (Ivan, 2012).
Pada saat ini, gaya hidup penduduk Lanjut Usia (Lansia) sudah mengalami perubahan, lansia harus menyesuaikan diri karena berkurangnya fungsi alat indera dan anggota tubuh secara alamiah, baik fisik, mental maupun emosional. Menurunnya kemampuan lansia akibat adanya cacat tubuh dan berbagai penyakit degeneratif yang
diderita, sehingga lansia mempunyai
ketergantungan yang besar pada keluarga dan orang lain serta pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik
fisik, mental, maupun sosial ekonomi
(Hardywinoto, 2005).
Perubahan fisik dan kemampuan
fungsional yang dimiliki lansia, tidak banyak
melakukan aktivitas fisik, sehingga
memerlukan tidur yang lebih sedikit daripada remaja. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan homeostatik untuk tidurpun berkurang. Pada lansia perempuan
lebih banyak mengalami insomnia
dibandingkan laki-laki yang lebih banyak
3
lainnya yang dapat mengganggu tidur (Rizema, 2011). Insomnia atau gangguan sulit tidur merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kuantitas dan kualitas tidur (Lanywati, 2001).Masalah tidur mungkin memiliki dampak negatif pada kualitas hidup yang terkait
kesehatan dengan peningkatan resiko
kecelakaan, antibodi menjadi lemah, rentan terserang diabetes dan kelelahan kronis. Kualiats tidur yang buruk dikaitkan dengan penurunan memori dan konsentrasi, dan gangguan kinerja dalam uji psikomotorik. Gangguan tidur juga dikaitkan dengan peningkatan resiko jatuh, penurunan kognitif, dan tingkat kematian lebih tinggi (Poppy, 2011). Untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia, hal yang perlu dilakukan melakukan
kebiasaan hidup sehat. Orang yang
senantiasa menerapkan kebiasaan hidup sehat akan memperoleh tingkat kesehatan yang menjanjikan, artinya bahwa lansia yang melakukan kebiasaan hidup sehat akan terpelihara kesehatannya (Arifin, 2012).
Wilayah Jawa Tengah tercatat
2.336.115 jiwa merupakan Lansia dari total
penduduk 32.864.563 (Susenas, 2009).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia).
Data Departemen Sosial (Depsos)
menyebutkan jumlah penduduk dengan
struktur tua (lansia) mencapai 9,36%.
Menurut data statistik tahun 2011, jumlah lansia di Kabupaten Karanganyar sebanyak 821.694 orang dengan 408.585
orang laki-laki dan 413.109 orang
perempuan. Kecamatan Colomadu terdiri dari 14 kelurahan, yang diantaranya adalah
kelurahan Blulukan. Kelurahan Blulukan
mempunyai jumlah penduduk sekitar 3.832 jiwa. Dari data kependudukan Kelurahan Blulukan tahun 2013, terdapat lanjut usia
diatas 60 tahun mencapai 225 jiwa.
Berdasarkan studi pendahuluan pada Lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras kelurahan Blulukan, bahwa lansia pernah mengalami kesulitan tidur, meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada masing-masing individu. Lansia juga mengeluhkan sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang, dan sering terbangun lebih awal. Tiga dari lima lansia mengatakan bahwa setiap hari sulit untuk tertidur kembali setelah terbangun ditengah malam, adapun kegiatan dikala bangun dan sulit tidur diantaranya adalah menghisap rokok dan menonton televisi sampai pagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013), tentang hubungan antara perilaku merokok dan
kejadian insomsia pada mahasiswa,
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan resiko terjadinya insomnia pada mahasiswa perokok di Fakultas Kesehatan Universitas Lampung.
Menurut Rosmalawati dan Jupriyono (2008) yang meneliti tentang hubungan gangguan tidur dengan gangguan efek pada individu usia 50 tahun ke atas, di Kabupaten
Purworejo, Propinsi Jawa Tengah,
menunjukkan hasil bahwa prevalensi
gangguan tidur pada individu usia 50 tahun ke atas lebih besar dibandingkan dengan prevalensi gangguan tidur menurut WHO; dan gangguan tidur mempunyai hubungan yang
bermakna dengan gangguan affektif,
maksudnya bahwa gangguan tidur
4
affektif baik pada laki-laki maupun perempuan pada usia 50 tahun ke atas.Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis ingin meneliti tentang
”Hubungan antara kebiasaan hidup dengan
kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia desa Blulukan, Colomadu,
Kaanganyar.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia
di Posyandu Lansia desa Blulukan,
Colomadu, Kaanganyar
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian
observasional dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di Posyandu Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu Karanganyar, Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang terdaftar di Posyandu Desa
Blulukan Colomadu, Karanganyar yang
berjumlah 225 orang dan diambil sampel
sebanyak 70 orang dengan teknik accidental
sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan hidup (olahraga teratur, makan teratur, dan merokok, dan kegiatan sosial). Adapun Variabel terikat kejadian insomnia.
Dalam penelitian ini untuk menguji dan menganalisa data yang telah diperoleh,
penulis menggunakan uji Chi-Square ( 2).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Univariate
1. Kegiatan Olahraga
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui mayoritas Lansia Usia 55-60
Tahun di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar dilihat dari
olahraga tergolong tidak baik (65,7%) dan
yang tergolong baik hanya 34,3%.
Responden yang tergolong kegiatan
olahraga tidak baik disebabkan karena
saat ini tidak mesti seminggu sekali
mengikuti senam jantung sehat di
Posyandu, mereka juga jarang mengikuti senam Lansia setiap minggu. Namun
demikian, apabila mereka diajak teman
untuk berolahraga mereka baru
menyetujuinya.
Sebagaimana penelitian nyang
dilakukan oleh Sumedi, dkk (2010), bahwa
dengan hanya berolahraga ringan seperti berjalan kaki saja dapat membantu tubuh
mencegah penurunan daya kerja otak pada wanita lanjut usia. Semakin lama
dan seringnya kegiatan berjalan kaki ini dilakukan maka ketajaman pikiran juga
akan semakin membaik. Kegiatannya
tidak perlu terlalu tinggi intensitasnya, cukup dengan berkeliling saja, yang
penting daya pacu jantung dapat
meningkat sehingga akan berdampak
pada penurunan insomnia pada lansia (Sumedi, dkk, 2010).
2. Makan Teratur
Berdasarkan hasil penelitian
dike-tahui responden yang termasuk makan
teratur lebih dari separuh (62,9%) dan
lansia yang tergolong makan tidak teratur
hanya 26 orang (37,1%). Makan tidak
teratur merupakan salah satu contoh
perilaku atau gaya hidup yang tidak
5
adalah suatu kebiasaan yang rutindilakukan seseorang dan dapat
mengganggu kesehatan.
Kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh
lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan
antara lain sangat menyukai makan
makanan asin, mereka suka makanan
berlemak seperti gorengan, jeroan, daging
kambing, daging sapi dan mereka juga
biasa makan makanan berlemak asal
tidak berlebihan dalam memakannya.
Namun demikian, mereka secara rutin
setiap kali makan selalu ada sayur dan
lauk serta terbiasa makan 3 kali sehari.
Namun demikian, makan teratur yang
dilakukan oleh lansia belum tentu akan
berdampak pada terjadinya Insomnia. Hal
ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ernawati dan Agus (2012)
yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Insomnia
pada Lanjut Usia di Desa Gayam
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan makan teratur dengan
kejadian insomnia pada Lansia di Desa
Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin baik gaya hidup lansia
seperti makan teratur maka semakin
rendah tingkat insomnianya.
3. Merokok
Gambaran merokok responden
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
Blulukan, Colomadu Karanganyar dapat
diketahui bahwa responden yang
termasuk merokok sebanyak 28 orang
(40,0%) dan kategori tidak merokok
sebanyak 42 orang (60,0%). Hal ini berarti
responden kebanyakan tidak merokok,
namun demikian mereka dulu pernah
merokok dan mau merokok jika ditawari
rokok secara gratis, dan bagi yang
merokok mereka mempunyai alasan
karena menambah kenikmatan setelah
makan dan memang bagi yang merokok
mereka sudah ketagihan dan sulit
ditinggalkan. Merokok yang ada pada
lansia akan berdampak pada terjadinya
insomnia, hal ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013),
tentang hubungan antara perilaku
merokok dan kejadian insomsia pada
mahasiswa, menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan resiko terjadinya insomnia
pada mahasiswa perokok di Fakultas
Kesehatan Universitas Lampung.
4. Kegiatan Sosial
Gambaran kegiatan sosial pada
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
responden yang mempunyai kegiatan
sosial baik sebanyak 38 orang (54,3%)
dan kategori kegiatan sosial tidak baik
sebanyak 32orang (45,7%). Menurut hasil
jawaban responden diketahui bahwa
kegiatan sosial yang ada pada Lansia
sebagian besar tergolong baik, hal ini
6
mengikuti kegiatan sosial seperti
mengikuti kerja bhakti kampung, mereka
selalu berusaha untuk mengunjungi
tetangga yang sakit, dan apabila di
kampung diadakan rekreasi bersama
mereka selalu mengikutinya. Namun
demikian bagi yang mempunyai kegiatan
sosial tidak baik karena mereka kurang
bisa mengikuti pengajian setiap sepekan
sekali untuk mengurangi kebosanan hidup
sendiri dan mereka kurang mengetahui
agar hidupnya berarti mereka berusaha
untuk membantu saudara lain yang
sedang membutuhkan. Oleh karena itu
menurut Abdulrohman (2011) bahwa
peningkatan gejala insomnia dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
adalah aktivitas sosial yang berkurang.
5. Kejadian Insomnia
Gambaran kejadian insomnia pada
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
lansia termasuk kategori tidak insomnia
sebanyak 29 orang (41,4%) dan sebanyak
41 orang (58,6%) termasuk terjadi
insomnia. Hal ini ditunjukkan bahwa
mereka waktu untuk tidur kurang dari 7-8
jam per hari dan mereka saat terbangun
merasa kurang bersemangat, dan mereka
terbangun terbangun lebih ari 2 kali
sepanjang malam, dengan kejadian
tersebut maka akan berdampak pada
terjadinya insomnia pada lansia.
Insomnia merupakan suatu
gangguan tidur yang dialami oleh
penderita dengan gejala-gejala selalu
merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh
hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau
selalu terbangun di tengah malam dan
tidak dapat kembali tidur. Di samping itu
kondisi fisik dan psikologis responden
seiring dengan terjadinya proses penuaan
berdampak pada terjadinya insomnia pada
lansia. Berkurangnya kemampuan
adaptasi lansia terhadap
perubahan-perubahan merupakan hal yang normal
pada lansia. Perubahan-perubahan ini
bersamaan dengan perubahan fisik dan
lain. Pada lansia, umumnya dorongan
homeostatistik untuk tidur lebih dulu
menurun, baru diikuti oleh dorongan irama
sirkandian untuk terjaga (Rafknowledge,
2004).
Penelitian menunjukkan sebagian
besar responden mengalami insomnia, hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Amir (2007), yang menyatakan bahwa
setiap tahun diperkirakan sekitar
20%-50% orang dewasa melaporkan adanya
gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius,
sedangkan prevalensi gangguan tidur
pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
7
2. Tidak ada hubungan signifikan antaramakan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan, Colomadu Karanganyar.
3. Ada hubungan signifikan antara merokok dengan kejadian insomnia pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar.
4. Tidak ada hubungan signifikan antara kegiatan sosial dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan, Colomadu Karanganyar.
Saran
1. Bagi Lansia. Diharapkan lansia berupaya memperbaiki gaya hidupnya yaitu dengan lebih banyak mengkonsumsi air putih, rajin berolahraga dan juga menjaga jam tidur yang teratur dan seimbang.
2. Bagi peneliti berikutnya. Hasil penelitian dapat menjadi acuan untuk dikembangkan pada penelitian yang lebih luas, misalnya dengan menambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi insomnia pada lansia misalnya faktor motivasi, umur, gangguan medis dan lingkungan.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Diharapkan dapat menfasilitasi gangguan tidur yang terjadi pada lansia dengan memanfaatkan posyandu lansia yang sudah ada, sehingga keluhan yang dihadapi lansia yang berhubungan dengan tidurnya dapat tercakup.
4. Bagi Masyarakat. Diharapkan dapat
membentuk perkumpulan lansia misalnya
“Bina Keluarga Lansia” yang merupakan
organisasi para lanjut usia dan sebagai tempat saling bercerita antara para lansia. Bina Keluarga Lansia merupakan salah
satu wadah di masyarakat yang
memberikan pelayanan dalam bentuk upaya promotif dan preventif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2012. Hubungan antara Kebiasaan
Hidup Sehat dengan Kebugaran
Jasmani Lansia Kelompok Elderly pada
Persatuan Olahraga Pernafasan
Indonesia. Jurnal Olahraga dan
Kesehatan.
Pkr-ikor.com/artikel/243-jurnal.doc. Diakses tanggal Oktober 2012.
Amelia, WS dan Endang SI. 2011. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah.
Jurnal Psikologi UNDIP. Vol. 9. No. 1
April. 2011. Semarang: Undip.
Carpenito, L.J,. 1998. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Damayanti, P, Rompas dan Engka. 2012.
Dampak Merokok terhadap Pola Tidur.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Depkes, 2006. Panduan Pelaksanaan Posyandu
Lansia. Jakarta: Depkes.
Depkes. 2012. Penduduk Lanjut Usia.
BPS-Susenas, 2007.
Effendi, Nasrul, 2009. Dasar-Dasar Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.
Erliana, Haroen dan Susanti. 2009. Perbedaan
Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan
Sesudah Latihan Relaksasi Otot
Progresif (Profressive Muscle
Relaxation) di BPSTW Cipary Bandung.
Ernawati dan Agus S. 2012. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya
Insomnia pada Lanjut Usia di Desa
Gayam Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Keperawatan UMS. Surakarta: UMS
8
Ivan, A. 2012. Jumlah Lansia Akan Terus
Bertambah.
http://kedaulatan-rakyat.co.id/read/149636/jumlah Lansia akan terus bertambah.kr,13. Diakses tanggal 13 November 2012.
Laniwati, E. 2001. Insomnia, Gangguan Sulit
Tidur. Yogyakarta: Kanesius.
Marchira, Curla R. 2007. Insomnia pada Lansia
dan Penatalaksanaannya. Jurnal
Fakultas Ilmu Kedokteran. FK UGM/RS.
Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Menkokesra, 2013. Jumlah Lansia Indonesia,
Lima Besar Terbanyak di Dunia. Dari
http://www.menkokesra.go.id/content/ju
mlah-lansia-indonesia-lima-besar-terbanyak-di-dunia. Diakses tanggal 10 November 2013.
Mushoffa, Annari, Huesin, dan Bakhriansyah.
2013. Hubungan antara Perilaku
Merokok dan Kejadian Insomnia pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal
Fakultas Kedokteran. Universitas
Lambung Mangkurat.
Notoadmojo. S. 2008. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Rineka cipta: Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poppy. 2011. Penyakit Geriatric.
http://poppyherlianty.com/2011/01/ penyakit Geriatric.html. Diakses tanggal 09 November 2012.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada
Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Jiwa. FK. Universitas Trisakti.
Republika. 2012. Wah, Lansia Indonesia Masuk
Lima Besar Dunia.
http://www.republika.co.id/berita/nasional /umum/12/05/30/m4tiuu-wah-lansia-indonesia-masuk-lima-besar-dunia. Diakses tanggal 30 Mei 2012.
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan
Tidur Lainnya. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Rosmalawati, Dwi, Jupriyono. 2008. Hubungan
Gangguan Tidur dengan Gangguan Affek pada Individu Usia 50 Tahun Ke atas di Kabupaten Purworejo, Propinsi
Jawa Tengah. Poltikes Dekpes Malang.
Sadock B, Greb J. Kaplan dan Sadock. 2007.
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Silitonga, R. 2007. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kualitas Hidup.
Semarang: Undip Press.
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yulia, Vaora, Sabrian. 2011. Hubungan
Kebiasaan Merokok Remaja dengan
Gangguan Pola Tidur. Program Studi
Keperawatan Universitas Riau.
* Legi Retno Palupi Dwi A: Cantel Wetan RT 01/XV Sragen.
** Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).
Dosen Keperawatan FIK UMS Jln. A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
*** Farid Setyo Nugroho, SKM. Dosen