5.1 Bentuk Pemanfaatan Air
Air merupakan salah satu sumberdaya yang mutlak dibutuhkan untuk kehidupan manusia. Pemanfaatan air tidak hanya terbatas pada kebutuhan rumah tangga, tetapi hampir mencakup seluruh sektor kehidupan. Menurut Ismanto (2005) dan Ekaprasetya (2008) air dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai sektor kehidupan seperti pertanian, industri, rumah tangga dan infrastruktur.
Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) merupakan daerah resapan air utama dan pemasok bagi pengairan lahan pertanian dan sumber air bersih (BKSDA 2004). Namun, hasil wawancara menunjukkan bahwa kenyataannya sebanyak 19 desa dari total 22 desa mengalami kekurangan air pada musim kemarau. Lokasi desa yang mengalami kekurangan air berada di sekitar kawasan dan sebagian merupakan bagian dari kawasan TNMT (Gambar 21).
Pengamatan langsung di desa yang mengalami kesulitan air menunjukkan adanya sumber air dan areal sawah yang mengalami kekeringan (Gambar 22). Pada musim kemarau, umumnya masyarakat di sekitar TNMT kesulitan untuk mendapatkan sumber air minum. Untuk memenuhi kebutuhan, sebagian masyarakat harus berjalan kaki sejauh 1-3 km agar dapat menemukan mata air yang masih dapat dimanfaatkan.
(a) (b)
Gambar 22 (a) aliran air yang kering (b) sawah di sekitar bukit karst.
Sumber: hasil overlay peta administrasi dan batas kawasan TNMT.
Gambar 21 Peta ketersediaan air masyarakat di sekitar TNMT.
Dari hasil wawancara, potensi air TNMT dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan harian dan pengairan lahan pertanian. Selain itu juga ada pemanfaatan yang direncanakan pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
5.1.1 Kebutuhan harian
Kehidupan masyarakat sangat tergantung dari sumber air untuk kebutuhan harian, termasuk masyarakat di sekitar kawasan TNMT. Berdasarkan hasil wawancara, bentuk kebutuhan air harian masyarakat adalah minum, memasak, mandi dan mencuci. Pemanfaatan air untuk kebutuhan harian sangat dipengaruhi oleh lokasi bermukimnya dan jumlah penduduk yang bermukim pada daerah tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah masyarakat yang berada disekitar TNMT adalah 32.114 orang dan tersebar di 22 desa dalam 7 kecamatan. Masyarakat di sekitar kawasan TNMT dikategorikan sebagai masyarakat pedesaan. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan memerlukan air sebanyak 60 liter/hari/kapita (BSN 2002). Berdasarkan kategori tersebut, maka kebutuhan air masyarakat di desa sekitar TNMT adalah sekitar 703.296.600 liter/tahun (Tabel 9).
Tabel 9 Kebutuhan harian masyarakat di sekitar TNMT
Desa Jumlah Penduduk
(Orang) Hari SNI Kebutuhan Air (liter/ tahun)
Kalembukuni 3.640 365 60 79.716.000
Baliloku 1.323 365 60 28.973.700
Hupumada 1.640 365 60 35.916.000
Katikuloku 1.657 365 60 36.288.300
Beradolu 2.476 365 60 54.224.400
Waimanu 1.196 365 60 26.192.400
Manurara 992 365 60 21.724.800
Malinjak 1.447 365 60 31.689.300
Tanamodu 1.216 365 60 26.630.400
Kondamaloba 2.912 365 60 63.772.800
Umbulanggang 726 365 60 15.899.400
Umbupabal 1.643 365 60 35.981.700
Praikaroku Jangga 875 365 60 19.162.500
Mbilurpangadu 939 365 60 20.564.100
Welukpraimemang 758 365 60 16.600.200
Padiratana 939 365 60 20.564.100
Maradesa 1.236 365 60 27.068.400
Kambatawundut 2.741 365 60 60.027.900
43
Kangeli 1.430 365 60 31.317.000
Watumbelar 775 365 60 16.972.500
Umamanu 921 365 60 20.169.900
Mondulambi 632 365 60 13.840.800
Total 32.114 365 60 703.296.600
Hasil perhitungan menunjukkan beberapa desa dengan tingkat kebutuhan air yang tinggi. Desa tersebut adalah Kalembukuni, Kambatawundut, Beradolu dan Kondamaloba. Tingginya tingkat kebutuhan air disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang menempati wilayah desa. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2002) kebutuhan air harian berbanding lurus dengan jumlah penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin besar penggunaan airnya. Kebutuhan tertinggi berada di Desa Kalembukuni sebesar 79.716.000 liter/tahun. Tingginya tingkat kebutuhan di Desa Kalembukuni disebabkan oleh posisi desa yang berdekatan dengan Kota Waikabubak sehingga jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan desa lainnya.
Kebutuhan air masyarakat di sekitar TNMT tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk juga mengalami peningkatan pada sebagian besar desa di sekitar kawasan. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat dari desa di sekitar TNMT yang berada di kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah (Tabel 10). Pada tahun 2005 jumlah penduduk hanya 24.676 orang, sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 25.615 orang.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan sumber air, agar masyarakat tidak mengalami kekurangan air.
Tabel 10 Perubahan jumlah penduduk masyarakat di sekitar TNMT
Desa Jumlah Penduduk (orang)
Tahun 2005 Tahun 2008 Peningkatan Penurunan
Kalembukuni 3542 3640 98 -
Baliloku 1302 1323 21 -
Hupumada 1505 1640 135 -
Katikuloku 1606 1657 51 -
Beradolu 2433 2476 43 -
Waimanu 1076 1196 120 -
Manurara 967 992 25 -
Malinjak 1302 1447 145 -
Tanamodu 1054 1216 162 -
Kondamaloba 2963 2912 - 51
Umbulanggang 590 726 136 -
Umbupabal 1654 1643 - 11
Praikaroku Jangga 815 875 60 -
Mbilurpangadu 1212 939 - 273
Welukpraimemang 625 758 133 -
Padiratana 821 939 118 -
Maradesa 1209 1236 27 -
Total 24676 25615 939 -
Sumber: BPS Sumba Barat (2006 dan 2009)
5.1.2 Pengairan lahan pertanian
Masyarakat yang berada disekitar kawasan TNMT pada umumnya memiliki lapangan usaha dibidang pertanian. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur tahun 2009 menunjukan masyarakat yang bertani lebih dari 75 % jumlah penduduknya (Tabel 11). Jenis usaha pertanian yang dilakukan mencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan laut.
Tabel 11 Persentase lapangan pekerjaan masyarakat desa di sekitar TNMT
Lapangan Usaha Sumba Barat dan Tengah Sumba Timur
Pertanian 76,57 87.17
Perdagangan 2,34 5.92
Industri 11,69 *
Pertambangan 0,94 *
Konstruksi 1,00 *
Transportasi dan Komunikasi 1,31 *
PNS/ABRI * 5.74
Pensiunan * 1.16
Keuangan 0,25 *
Jasa 5,90 *
Keterangan: * tidak ada data
Sumber: BPS Sumba barat (2009) dan BPS Sumba Timur (2009).
Perkembangan usaha pertanian akan mengakibatkan kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya air meningkat. Hal ini disebabkan oleh jenis usaha pertanian yang utama memerlukan air untuk kelangsungannya. Jenis usaha pertanian tersebut adalah padi sawah dan peternakan. Padi sawah merupakan usaha tanaman pangan dengan areal tersebar luas di Pulau Sumba. Penanaman padi seringkali hanya dapat dilakukan pada musim hujan. Kondisi ini disebabkan oleh sawah masyarakat disekitar TNMT pada umumnya adalah sawah tadah hujan sehingga tidak memiliki pengairan tetap (Gambar 23).
Sumber: hasil overlay peta tutupan lahan, administrasi dan batas kawasan TNMT
Gambar 23 Tipe Sawah di sekitar TNMT.
Sumberdaya air juga dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan hewan ternak. Hewan yang dipelihara yaitu: sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, itik dan ayam. Total kebutuhan air untuk hewan peliharaan sebesar 177.385.766 liter/tahun. Kebutuhan air tertinggi untuk hewan adalah untuk jenis ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) sebesar 144.759.000 liter/tahun (Tabel 12). Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi karena sebagian dari ternak dibiarkan liar di alam.
Tabel 12 Kebutuhan air untuk ternak masayarakat
Jenis Ternak Jumlah
(ekor) Hari Konsumsi Air
Kebutuhan Air (liter/ tahun)
Sapi/kerbau/kuda 9915 365 40 144.759.000
Babi 12722 365 5 23.217.650
Kambing 1495 365 6 3.274.050
Unggas 28014 365 0.6 6.135.066
5.1.3 Pemanfaatan lain
Bentuk pemanfaatan lain sumberdaya air adalah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pembangunan PLTMH merupakan salah satu bentuk pemanfaatan yang direncanakan oleh pemerintah daerah. Hasil Survey menunjukkan adanya dua lokasi sumber air di TNMT yang memiliki potensi untuk dikembangkan, yaitu sumber air Lapopu dan Matayangu (lihat sub bab 4.2).
Berdasarkan data Balai TNMT, sumber air Lapopu dapat menghasilkan listrik untuk 1.267 kepala keluarga, sedangkan sumber air Matayangu untuk 2.228 kepala keluarga. Namun, sumber air Lapopu memiliki potensi yang lebih besar karena lokasinya berada di dekat pemukiman masyarakat.
5.2 Pemenuhan Kebutuhan Air Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara, terpenuhinya kebutuhan air merupakan salah satu keinginan utama masyarakat di sekitar kawasan TNMT. Penyebab kebutuhan air masyarakat sulit terpenuhi adalah faktor topografi kawasan dan sebaran pemukiman masyarakat. Kawasan TNMT memiliki topografi yang didominasi oleh daerah perbukitan dan membentang di bagian selatan dari arah barat ke timur melintasi Desa Manurara, Hupumada, Waimanu, Malinjak, Kondamaloba, Watumbelar, Mondulabi dan Umamanu, sedangkan dari arah utara melewati Desa Maradesa, Umbupabal, Mbilurpangadu dan Umbulangang (Gambar 24).
47
Dominasi perbukitan di kawasan TNMT mengakibatkan aliran air permukaan menyebar dan mengalir mengikuti daerah lembah diantara perbukitan.
Penyebaran aliran air permukaan dapat terlihat dari banyaknya anak sungai yang berada di kawasan TNMT (lihat gambar 3). Sungai tersebut memiliki lokasi yang berdekatan dengan wilayah perbukitan. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan sumberdaya air taman nasional perlu mempertimbangkan kondisi topografinya.
Permasalahan lain adalah sulitnya mengelola air yang dialirkan untuk masyarakat karena lokasi pemukimannya saling berjauhan. Masyarakat di sekitar kawasan umumnya hidup dalam kelompok kecil dan tersebar, sedangkan pemukiman dalam kelompok yang besar hanya dapat ditemukan pada daerah yang menjadi pusat pemerintahan. Salah satu contohnya adalah hasil identifikasi menggunakan google earth yang dilakukan terhadap masyarakat di bagian barat kawasan TNMT. Pemukiman dalam kelompok besar hanya di temukan pada daerah Waikabubak yang menjadi ibukota Sumba Barat (Gambar 25).
Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dialami masyarakat selama enam bulan pada musim kemarau. Asumsinya, pada musim hujan selama empat bulan masyarakat mendapatkan air dan mampu menyimpannya untuk dua bulan.
Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pembuatan sarana yang dapat menampung air dalam jumlah besar, seperti embung. Menurut Marwonto et al.
(1998), krisis air pada musim kering dapat ditanggulangi dengan pembuatan sarana penampungan air dalam jumlah besar dan pembuatan sarana penampungan air hujan pada setiap rumah. Sistem lain yang dapat diterapkan adalah penampungan sumber air, akan tetapi beberapa sumber air akan kering atau mengalami penurunan debit pada musim kemarau. Untuk itu, sumber air yang mengalami penurunan debit dapat diusahakan dengan meningkatkan debitnya melalui pengelolaan daerah resapan air sehingga dapat memanfaatkan air lebih lama.
Daerah resapan air karst merupakan salah satu wilayah yang perlu dilindungi. Beberapa sumber air karst di TNMT dapat menyediakan air sepanjang tahun. Contohnya adalah sumber air Matayangu yang memiliki debit air yang besar pada musim hujan, namun pada musim kemarau yang tersisa hanya air dari kawasan karst (Gambar 26). Perlindungannya dapat dilakukan dengan
Sumber: hasil identifikasi dengan google earth.
Gambar 25 Sebaran pemukiman masyarakat di sekitar kawasan.
mengelompokkan wilayah karst yang penting sebagai penyedia sumberdaya air ke wilayah karst yang diprioritaskan.
Gambar 26 Sumber air Matayangu pada musim kemarau.