• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki, terutama remaja laki-laki SMP,mempunyai masa depan yang suram disebabkan karena mengkonsumsi minuman beralkohol. Misalnya saja, di salah satu media cetak, Kompas, 16 februari 2014 memberitakan bahwa beberapa puluhan remaja dirazia ketika sedang asyik mengkonsumsi minuman keras.

Perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol sendiri disebabkan para remaja mempunyai keinginan mencoba-coba dan berbuat iseng di dalam lingkungannya.

Hal ini mendorong mereka mencoba minum-minuman keras dengan alasan ingin menghilangkan stres sekaligus mempertahankan gengsi di lingkungan bermainnya. Namun sayangnya, perilaku mengkonsumsi minuman alkohol itu malah membuat mereka terjerumus kearah pergaulan yang salah.

(Kurmalatyas,2011).

Remaja laki-laki di atas merupakan gambaran dari komformitas compliance.

(Sumarlin Rahayu, 2007). Konsep konformitas menunjukkan bahwa besarnya pengaruh lingkungan atau kelompok tersebut sampai kepada pemberian norma tingkah laku oleh kelompok (Evert, 1999). Sebab para remaja laki-laki itu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani dan memilih ajakan dari lingkungannya. Lingkungan yang tidak sehat tersebut, cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stres atau depresi. Dalam kondisi

(2)

2 seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar dan bahkan amoral, seperti kriminalitas, meminum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas. (Kurmalatyas, 2011).

Hal ini ternyata sama ketika peneliti melakukan observasi dan wawancara di lingkungan sekitar SMPN 3 Kradenan pada 14 September 2013. Menurut salah satu informan peneliti, di lingkungan tersebut, para remaja laki-lakinya mengkonsumsi minum-minuman beralkohol. Salah satu faktor pendukung lingkungan disekitar membuka usaha pembuatan miras dan menjadikan mata pencarian utama. Hal ini sesuai dengan (Hananto ,2009) yang menyebutkansalah satu faktor penyebab adalah berasal dari lingkungan tempat tinggal di lingkungan peredaran atau pemakaian narkotika.

Selain melakukan wawancara dan observasi, peneliti juga menyebarkan angket guna mengukur kadar penggunaan alkoholke SMPN 3 Keradenan dan diperolah hasil seperti dalam tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Mengkomsumsi Alkohol

No Kategori Alkoholisme Intreval Frekuensi Presentase (%)

1 Rendah 0-11 8 30,3%

2 Sedang 12-23 10 33,3%

3 Tinggi 24-35 12 36,4%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan hasil angket alkoholisme yang peneliti sebarkan di SMPN 3 Kradenan hasil menunjukkan bahwa masalah yang berkaitan dengan alkohol sangat terlihat. Dari angket tersebut pula, dinyatakan 6 remaja yang semuanya sering mengkonsumsi minum-minuman keras. Ketika peneliti melakukan

(3)

3 wawancara, mereka beralasan bahwa mereka minum karena lingkungan yang memunculkan keinginan untuk mencoba minum-minuman beralkohol.

Gambar 1.1 Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Seminggu

Wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti selama seminggu mendapatkan hasil sesuai dengan gambar di atas yang memperlihatkan mengkonsumsi minuman beralkohol dalam waktu seminggu. Dari gambar 1.1 dapat terlihat perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol seminggu pada siswa laki-laki untuk siswa A terlihat mengkonsumsi minuman beralkohol dalam seminggu hanya 3 kali, siswa B pada saat mengkonsumsi minuman beralkohol selama seminggu mengkonsumsi 2 kali, kemudian siswa C mengkonsumsi minuman beralkohol dalam seminggu terlihat 3 kali, siswa D termasuk siwa yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu dalam seminggu terdapat 5 kali mengkonsumsi minuman keras, siswa E dalam seminggu mengkonsumsi 4 kali, Siswa F mengkonsumsi minuman keras 2 kali dalam seminggu.

Pengonsumsian minuman beralokohol ini membuat menjadi kecanduan. Hal ini senada dengan (Kurmalaningtyas,2011) yang menyatakan bahwa pemakaian

0 1 2 3 4 5 6 7

Axis Title

Frekuensi Mengkonsumsi Miras

Frekuensi Mengkonsumsi Miras

(4)

4 alkohol dapat menyebabkan ketagihan sehingga termasuk dalam zat adiktif. Hal ini disebabkan karena kandungan alkohol zal metanol dan etanol kadar tinggi dalam minuman keras. Dari dua sampel yang diperiksa, kandungan metanol pada jirigen warna putih menyebutkan kandungan metanolnya sebesar 38,14 persen dan etanol sebesar 0,16 persen. Sedangkan pada sampel minuman keras yang diambil dari jirigen warna biru, kandungan metanol 64,59 persen dan etanolnya 0,26 persen.

Padahal Joyce (1999) menerangkan bahwa perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol bisa membuat sistem organ tubuh terganggu. Zat alkohol yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh. Dari sana, akan menyebabkan terganggunya beberapa sistem yang ada di dalam tubuh. Selain itu, di media massa, televisi maupun internet, minuman alkohol, utamanya yang oplosan,dapat merenggut belasan nyawa bagaikan mesin pembunuh.

Berkenaan dengan permasalahan remaja di SMPN 3 Kradenan yang mengkonsumsi minuman beralkohol, peneliti memandang perlu adanya layanan bimbingan konseling terutama bentuk layanan analisis perubahan tingkah laku dengan teknik belief pada remaja penyalahgunaan alkohol dan teknik aversion therapy.

Teknik Belief merupakan seperangkat keyakinan, pandangan, penilaian individu terhadap suatu peristiwa atau perilaku. Belief merupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku. Belief mempunyai subjek yaitu behavioral belief, normative belief, dan control belief. Belief subjek mengenai perilaku

(5)

5 penyalahgunaan alkohol cenderung bersifat irasional, sehingga memunculkan dampak perilaku yang tidak produktif. (Humaidah,2013).

Selain itu, dalam sebuah studi. Humaidah (2013) mengatakan bahwa belief pada remaja merupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku, penyalahgunaan alkohol mengatakan bahwa belief pada remaja merupakan dasar penggerak seseorang dalam berperilaku, subyek penelitian 2 orang remaja yang berusia 14-15 tahun yang merupakan penyalahguna alkohol dimana perilaku penyalahgunaan alkoholnya berada pada tahap instrumental. Berdasarkan dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa faktor penggerak subyek melakukan penyalahgunaan alkohol adalah adanya belief.

Sedangkan Aversion therapy sendiri merupakan yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.Jadi Aversion Therapy yaitu Therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus

dilakukan. Therapy ini memberikan stimulus yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive yang dilakukan klien. Teknik ini diterapkan untuk mengatasi gangguan perilaku (Fauzan,2009)

Dari pemaparan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan studi eksperimen.

Untuk mengurangi perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol dengan menggunakan teknik belief dan aversion therapy pada perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol yang dilakukan oleh remaja laki-laki di SMPN 3 Kradenan.

(6)

6 1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah mengkonsumsi minuman beralkohol remaja laki-laki di SMPN 3 Kradenan dapat dikurangi secara signifikan melalui analisis perubahan tingkah laku teknik belief dan aversion therapy?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikan pengurangan mengkonsumsi minuman berakohol remaja laki-laki di SMP N 3 melalui analisis perubahan tingkah laku dengan teknik belief dan aversion therapy ?”

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritik

Secara teoritis, peneliti berharap agar penelitian ini bisa menjadi sumbangsih studi mengenai terapi tentang pengurangan mengkonsumsi minuman berakohol yang dilakukan oleh remaja

1.4.2 Manfaat praktis

Secara praktis, peneltiti berharap agar penelitian ini dapat memberi masukan bagi masyarakat terutama bagi orang tua dalam rangka upaya mengurangi kebiasaan mengkonsumsi minuman keras pada remaja di SMP N 3 Kradenan Desa Plumpungan melalui analisis perubahan tingkah laku, orangtua mampu menaruh perhatian lebih terhadap anak-anaknya dan memberikan situasi rumah yang nyaman tampa tekanan yang berlebih sehingga remana tidak melakukan tindakan yang menyimpang seperti mengkonsumsi minuman keras.

(7)

7

1.5

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi dibagi atas lima (5) bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisi: Minuman Beralkohol, Pengertian Alkoholisme, Pengertian Analisis Perubahan Tingkah laku, Teknik Belief, Averson therapy, Hipotesis.

Bab III Metode Penelitian, berisi: jenis penelitian, Prosedur Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, bahan Perlakuan, instrumen pengumpulan data alat ukur penelitian, uji coba instrumen dan realibilitas instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: Izin penelitian, gambaran penelitian, pengumpulan data, analisis hasil penelitian pre test, pelaksanaan eksperimen, hasil post test, analisis man whitney, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Penutup, berisi: kesimpulan, dan saran.

Gambar

Gambar 1.1 Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Seminggu

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara harga diri dan penggunaan minuman beralkohol pada remaja?”. 1.4

Implikasi BK yang dirumuskan berupa layanan bimbingan dan konseling bagi para remaja di sekolah dalam kontrol diri sehingga dapat mencegah terjadinya kenakalan remaja...

Tetapi pada kenyataannya di SMPN Muara Lakitan menunjukkan bahwa peran guru kelas dan guru bimbingan konseling pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling belum

Didalam layanan bimbingan konseling tersebut meliputi empat bidang bimbingan konseling yakni bidang pribadi, sosial, belajar dan karier.. layanan bimbingan konseling yang

Dengan kegiatan bimbingan konseling Islam yang menggunakan pendekatan konseling eklektik dalam mengatasi kecemasan (anxiety) seorang remaja , maka hasil penelitian ini

pengetahuan yang berkaitan dengan keilmuan bimbingan dan konseling dan secara spesifik pada efektifitas layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik diskusi

7 dapat ditingkatkan lagi, sehingga kesiapan guru Bimbingan dan Konseling terkondisikan dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, layanan

Layanan bimbingan dan konseling melalui teknik sosiodrama dipandang dapat menjadi salah satu media alternatif untuk membantu siswa dalam mendapatkan bimbingan dan