• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. CABAI BESAR

 Produksi cabai besar segar dengan tangkai tahun 2013 sebesar 17,13 ribu ton. Dibandingkan tahun 2012, terjadi kenaikan produksi sebesar 677 ton (4.11 persen). Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 135 hektar (5,03 persen) meskipun produktivitasnya mengalami penurunan sebesar 0,05 ton per hektar (0,82 persen) dibandingkan tahun 2012.

B. CABAI RAWIT

 Produksi cabai rawit segar dengan tangkai tahun 2013 sebesar 3,23 ribu ton. Dibandingkan tahun 2012, terjadi kenaikan produksi sebesar 910 ton (39,24 persen). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar 181 hektar (25,56 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 0,35 ton per hektar (10,67 persen) dibandingkan tahun 2012.

C. BAWANG MERAH

 Produksi umbi bawang merah dengan daun tahun 2013 sebesar 9,54 ribu ton. Dibandingkan tahun 2012, produksi mengalami penurunan sebesar 2,31 ribu ton (19,52 persen). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan luas panen sebesar 287 hektar (24,32 persen) meskipun produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,63 ton/hektar (6,27 persen) dibandingkan tahun 2012.

No. 46/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014

P

RODUKSI

C

ABAI

B

ESAR

,

C

ABAI

R

AWIT

,

DAN

B

AWANG

M

ERAH

T

AHUN

2013

PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 17,13 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,23 RIBU

TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 9,54 RIBU TON

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura (tanaman hias). Data produksi tanaman hortikultura yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini hanya mencakup produksi dari tiga komoditas strategis yaitu cabai besar, cabai rawit, dan bawang merah. Data produksi yang disajikan

(2)

2. METODOLOGI PENGUMPULAN DATA HORTIKULTURA

Pengumpulan data produksi dan luas panen hortikultura dilakukan oleh Kepala Cabang Dinas (KCD)/Mantri Tani/Petugas Pengumpul Data Tingkat Kecamatan dengan metode perkiraan pengamatan lapang. Pengumpulan data menggunakan daftar register kecamatan dan daftar isian Statistik Pertanian Hortikultura (SPH). Daftar nama kecamatan yang digunakan keadaan pada bulan Desember 2012 dengan jumlah kecamatan sebanyak 78 kecamatan. Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran isian dokumen SPH dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Hasilnya diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk diolah. Validasi data dilakukan dalam forum sinkronisasi hasil pencatatan dan pengolahan baik di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi maupun tingkat nasional.

3. PRODUKSI CABAI BESAR

Produksi cabai besar DIY 2013 sebesar 17,13 ribu ton (Gambar 1), mengalami peningkatan sebesar 677 ton (4,11 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi cabai besar tahun 2013 tersebut terjadi di Kabupaten Sleman sebesar 1,33 ribu ton, Kabupaten Bantul sebesar 95 ton sedangkan Kabupaten Kulonprogo mengalami penurunan sebesar 661 ton dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 92 ton.

Gambar 1

Perkembangan Produksi Cabai Besar Menurut Kabupaten di DIY, Tahun 2011–2013

Persentase produksi cabai besar pada tahun 2013 menurut kabupaten/kota terbesar di Kabupaten Kulonprogo sebesar 63,74 persen, Kabupaten Sleman 24,48 persen, Kabupaten Bantul sebesar 10,30 persen dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 1,48 persen. Dalam periode 2011–2013 (Tabel 1), pada tahun 2013 produksi tertinggi ada di Kabupaten Kulonprogo yaitu sebesar 10,92 ribu ton, sementara pada tahun 2012 produksi tertinggi juga di Kabupaten Kulonprogo sebesar 11,58 ribu

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman DIY

10, 72 0, 53 0,38 2, 79 14, 41 11, 58 1, 67 0, 35 2, 86 16, 46 10, 92 1, 77 0, 25 4, 19 17, 13 Pr oduk si (R ibu ton ) 2011 2012 2013

(3)

ton. Luas panen tertinggi ada di Kabupaten Kulonprogo terjadi pada tahun 2013, yaitu seluas 1,47 ribu hektar. Produktivitas tertinggi DIY juga di Kabupaten Kulonprogo terjadi pada tahun 2012 sebesar 8,07 ton per hektar, sedangkan pada tahun 2013 Kulonprogo mengalami penurunan produktivitas menjadi sebesar 7,43 ton per hektar.

Kenaikan produksi cabai besar pada tahun 2013 terjadi di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sementara itu, penurunan produksi terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul.

Perkembangan produksi cabai besar per triwulan dari tahun 2011 ke tahun 2013 disajikan pada Tabel 2. Pada periode tahun 2012-2013, Kenaikan produksi cabai besar terjadi pada triwulan I , II dan IV, yaitu triwulan I sebesar 1,23 ribu ton (139,52 persen), triwulan II sebesar 0,75 ribu ton (25,89 persen), dan triwulan IV sebesar 1,74 ribu ton (41,81 persen), serta mengalami penurunan pada triwulan III sebesar 3,03 ribu ton (35,52 persen).

Tabel 1

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Besar Menurut Kabupaten di DIY, Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013 2011−2012 Perkembangan 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Kulonprogo 10.722,6 11.581,6 10.920,8 859 8,01 -661 -5,71 Bantul 525,1 1.670,2 1.765,1 1.145 218,07 95 5,68 Gunungkidul 336,9 345,3 253,8 -32 -8,38 -92 -26,50 Sleman 2.785,5 2.859,9 4.193,8 74 2,67 1.334 46,64 DIY 1.441,1 16.457,0 17.133,5 2.047 14,20 677 4,11 Luas Panen (ha)

Kulonprogo 1278 1435 1469 157 12,28 34 2,37 Bantul 279 305 404 26 9,32 99 32,46 Gunungkidul 241 254 150 13 5,39 -104 -40,94 Sleman 823 689 795 -134 -16,28 106 15,38 DIY 2.621 2.683 2.818 62 2,37 135 5,03 Produktivitas (ton/ha) Kulonprogo 8,39 8,07 7,43 -0,32 -3,81 -0,64 -7,93 Bantul 1,88 5,48 4,37 3,60 191,49 -1,11 -20,26 Gunungkidul 1,56 1,36 1,69 -0,20 -12,82 0,33 24,26 Sleman 3,38 4,15 5,28 0,77 22,78 1,13 27,23 DIY 5,50 6,13 0,08 0,63 11,45 -0,05 -0,82

Keterangan: - Bentuk hasil produksi cabai besar adalah buah segar dengan tangkai

(4)

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 2011 394 1 371 1 352 1 066 2012 458 1 047 1 619 1 911 2013 598 1 033 1 525 1 219 250 450 650 850 1 050 1 250 1 450 1 650 1 850 2 050 Lua s P ane n (he kta r) Tabel 2

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Besar Menurut Triwulan, Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013 Perkembangan 2011−2012 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Triwulan I 1.058,4 877,6 2.102,6 -180,8 -17,08 1.225,0 139,52 Triwulan II 4.251,5 2.878,2 3.623,5 -1.373,30 -32,30 745,3 25,89 Triwulan III 6.856 8.541,4 5.507,8 1.685,4 24,58 -3.033,6 -35,52 Triwulan IV 244,2 4.160,2 5.899,6 3.916,0 85,38 1.739,4 41,81

Luas Panen (ha)

Triwulan I 394 458 598 64 16,24 140 30,57 Triwulan II 1.371 1.047 1.033 -324 -23,63 --14 -1,34 Triwulan III 1.352 1.619 1.525 267 19,75 -94 -5,81 Triwulan IV 1.066 1.911 1.219 845 79,27 -692 -36,21 Produktivitas (ton/ha) Triwulan I 2,69 1,92 3,52 -0,77 -28,62 1,60 83,33 Triwulan II 3,10 2,75 3,51 -0,35 -11,29 0,76 27,64 Triwulan III 5,07 5,28 3,61 0,21 4,14 -1,67 -31,63 Triwulan IV 2,11 2,18 4,84 0,07 3,32 2,66 122,02

Keterangan: - Bentuk hasil produksi cabai besar adalah buah segar dengan tangkai

- Cabai besar terdiri dari cabai merah besar, cabai hijau besar, cabai merah keriting, dan cabai hijau keriting

Perkembangan luas panen cabai besar pada tahun 2011 dan 2013 (Gambar 2) menunjukkan pola yang cenderung naik dari triwulan 1 ke triwulan 2 dan triwulan berikutnya mengalami perbedaan, pada tahun 2011 mulai triwulan 3 dan 4 mengalami penurunan, tahun 2012 cenderung naik dari setiap triwulan ke triwulan berikutnya, sementara pada tahun 2013 mengalami penurunan pada triwulan 4.

Gambar 2

(5)

4. PRODUKSI CABAI RAWIT

Produksi cabai rawit tahun 2013 (Gambar 3) sebesar 3,229 ribu ton, mengalami kenaikan sebanyak 910 ton (39,23 persen) dibandingkan tahun 2012. Kenaikan produksi cabai rawit dari tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi di Kabupaten Bantul sebesar 211 ton (105,88 persen), Kabupaten Sleman sebesar 829 ton (62,17 persen), sedangkan di Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul mengalami penurunan yaitu sebesar 115 ton (20,42 persen) dan 15 ton (6,74 persen).

Persentase produksi cabai rawit tahun 2013 sebesar 66,96 persen di Kabupaten Sleman, sedangkan di Kulonprogo sebesar 13,87 persen, Bantul sebesar 12,7 persen dan Gunungkidul sebesar 6,47 persen . Hal ini menunjukkan bahwa sejak tahun 2011–2013, Kabupaten Sleman masih menjadi sentra produksi cabai rawit di DIY (Tabel 3). Produksi cabai rawit tertinggi terjadi pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman yaitu sebesar 2,16 ribu ton, dan produksi tertinggi pada tahun 2012 sebesar 1,33 ribu ton juga di Kabupaten Sleman . Luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2013 seluas 646 hektar di Kabupaten Sleman, dan Luas panen tertinggi selanjutnya terjadi pada tahun 2011 seluas 491 hektar di Kabupaten Sleman. Produktivitas tertinggi di DIY terjadi pada tahun 2013 sebesar 3,63 ton per hektar.

Gambar 3

Perkembangan Produksi Cabai Rawit Menurut Kabupaten di DIY, Tahun 2011–2013

Kenaikan produksi cabai rawit pada tahun 2013 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Sementara penurunan produksi cabai rawit pada tahun 2013 terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul.

0 1 1 2 2 3 3 4

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman DIY

0, 49 0,16 0, 46 1, 06 2, 16 0, 56 0,2 0,22 1, 33 2, 32 0, 45 0, 41 0, 21 2, 16 3, 23 Pr oduk si (R ibu ton ) 2011 2012 2013

(6)

Tabel 3

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Rawit Menurut Kabupaten di DIY, Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013 2011−2012 Perkembangan 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Kulonprogo 493,8 562,7 447,8 69 13,95 -115 -20,42 Bantul 155,0 199,1 409,9 44 28,45 211 105,88 Gunungkidul 456,7 224,1 209,0 -233 -50,93 -15 -6,74 Sleman 1.056,5 1.333,2 2.162,1 277 26,19 829 62,17 DIY 2.162,0 2.319,1 3.228,8 157 7,27 910 39,23 Luas Panen (ha)

Kulonprogo 77,0 70 68 -7 -9,09 -2 -2,86 Bantul 47,0 45 60 -2 -4,26 15 33,33 Gunungkidul 136,0 141 115 5 3,68 -26 -18,44 Sleman 491,0 452 646 -39 -7,94 194 42,92 DIY 751,0 708 889 -43 -5,73 181 25,56 Produktivitas (ton/ha) Kulonprogo 6,41 8,04 6,59 1,63 25,43 -1,45 -18,03 Bantul 3,30 4,42 6,83 1,12 33,94 2,41 54,52 Gunungkidul 3,36 1,59 1,82 -1,77 -52,68 0,23 14,47 Sleman 2,15 2,95 3,35 0,80 37,21 0,40 13,56 DIY 2,88 3,28 3,63 0,40 13,89 0,35 10,67

Keterangan: Bentuk hasil produksi cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai Cabai rawit terdiri dari cabai rawit merah dan cabai rawit hijau

(7)

Tabel 4

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Cabai Rawit Menurut Triwulan, Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013 Perkembangan 2011−2012 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Triwulan I 677,7 524,8 988,3 -153 -22,56 464 88,32 Triwulan II 473,3 594,2 674,5 121 25,54 80 13,51 Triwulan III 594,7 607,1 789,0 12 2,09 182 29,96 Triwulan IV 416,3 593,0 777,0 177 42,45 184 31,03

Luas Panen (ha)

Triwulan I 294 281 357 -13 -4,42 76 27,05 Triwulan II 284 333 321 49 17,25 -12 -3,60 Triwulan III 288 327 371 39 13,54 44 13,46 Triwulan IV 328 277 379 -51 -15,55 102 36,82 Produktivitas (ton/ha) Triwulan I 2,31 1,87 2,77 -0,44 -19,05 0,90 48,13 Triwulan II 1,67 1,78 2,10 0,11 6,59 0,32 17,98 Triwulan III 2,06 1,86 2,13 -0,20 -9,71 0,27 14,52 Triwulan IV 1,27 2,14 2,05 0,87 68,50 -0,09 -4,21

Keterangan: Bentuk hasil produksi cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai Cabai rawit terdiri dari cabai rawit merah dan cabai rawit hijau

Perkembangan produksi cabai rawit per triwulan dari tahun 2011 ke tahun 2013 disajikan pada Tabel 4. Pada periode tahun 2012-2013 mengalami peningkatan di setiap triwulan, terbesar pada triwulan I sebesar 464 ton (88,32 persen), Triwulan IV sebesar 184 ton (31,03 persen), triwulan III sebesar 182 ton (29,96 persen) dan triwulan II sebesar 80 ton (13,51 persen).

Gambar 4 menunjukkan bahwa luas panen cabai rawit selama periode 2011-2013, Pada tahun 2011 dan 2013 memiliki pola cenderung yang sama, yaitu terjadi peningkatan luas panen pada triwulan III , IV dan mengalami penurunan pada triwulan II. Pada tahun 2012, kenaikan terjadi pada triwulan II , dan mengalami penurunan pada triwulan III dan IV.

(8)

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 2011 294 284 288 328 2012 281 333 327 277 2013 357 321 371 379 250 300 350 400 Lua s P ane n (he kta r) Gambar 4

Pola Luas Panen Cabai Rawit, 2011–2013

5. PRODUKSI BAWANG MERAH

Produksi bawang merah tahun 2013 sebesar 9,54 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 2,23 ribu ton (19,52 persen) dibandingkan pada tahun 2012. Penurunan produksi tersebut secara keseluruhan disebabkan menurunnya luas panen di semua kabupaten . Secara absolut penurunan terbesar di Kabupaten Bantul sebesar 189 hektar dan Kabupaten Gunungkidul sebesar 50 hektar (Gambar 5).

Persentase produksi bawang merah DIY tahun 2013 menurut kabupaten/kota terbesar di Kabupaten Bantul 76,8 persen dan Kabupaten Kulonprogo sebesar 22,54 persen. Produksi dan luas panen tertinggi di DIY dicapai pada tahun 2011 dan mengalami penurunan sampai tahun 2013, dimana pada tahun 2011 produksi mencapai 14,44 ribu ton dan luas panen mencapai 1,3 ribu hektar. Sedangkan pada tahun 2013 produksi mencapai 9,54 ribu ton dan luas panen mencapai 893 hektar. Sementara produktivitas tertinggi DIY dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 11,36 ton per hektar, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 10,68 ton per hektar (Tabel 5).

(9)

Gambar 5

Perkembangan Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten di DIY, Tahun 2011–2013

Persentase penurunan produksi bawang merah pada tahun 2013 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman.

Perkembangan produksi bawang merah per triwulan dari tahun 2011 ke tahun 2013 ditunjukkan pada Tabel 6. Pada periode 2012-2013, Peningkatan produksi terjadi pada triwulan I sebesar 103 ton (13,06 persen), Sementara itu, penurunan produksi terjadi pada triwulan II sebesar 72 ton (2,38 persen), triwulan III sebesar 1,49 ribu ton (23,25 persen) dan triwulan IV sebesar 851 ton (53,07 persen). 0 2 4 6 8 10 12 14 16

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman DIY

2, 55 11, 79 0, 06 0, 03 14, 44 2, 47 9, 22 0, 12 0, 04 11, 86 2, 15 7, 33 0, 05 0, 02 9, 54 Pr oduk si (R ibu ton ) 2011 2012 2013

(10)

Tabel 5

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Kabupaten, Tahun 2011–2013

Uraian 2011 2012 2013 Perkembangan 2011−2012 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Kulonprogo 2.552,3 2.472,2 2.150,5 -80 -3,14 -322 -13,01 Bantul 11.794,7 9.219,1 7.327,0 -2.576 -21,84 -1.892 -20,52 Gunungkidul 61,1 123,8 45,0 63 102,62 -79 -63,65 Sleman 29,5 39,9 18,1 10 35,25 -22 -54,64 DIY 14.347,0 11.855,0 9.540,6 -2.656 -17,89 -2.314 -19,52 Luas Panen (ha)

Kulonprogo 308 304 259 -4 -1,30 -45 -14,80 Bantul 939 791 602 -148 -15,76 -189 -23,89 Gunungkidul 20 80 30 60 300,0 -50 -62,50 Sleman 4 5 2 1 25,0 -3 -60,00 DIY 1.271 1.180 893 -91 -7,16 -287 -24,32 Produktivitas (ton/ha) Kulonprogo 8,29 8,13 8,30 -0,16 -1,93 0,17 2,09 Bantul 12,56 11,65 12,17 -0,91 -7,25 0,52 4,46 Gunungkidul 3,06 1,55 1,50 -1,51 -49,35 -0,05 -3,23 Sleman 7,38 7,98 9,05 0,60 8,13 1,07 13,41 DIY 11,36 10,05 10,68 -1,31 -11,53 0,63 6,27

(11)

Tabel 6

Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Triwulan, Tahun 2011–2013

Uraian 2011 2012 2013 Perkembangan 2011−2012 2012−2013 Absolut % Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Produksi (ton) Triwulan I 953,9 787,8 890,7 -166 -17,41 103 13,06 Triwulan II 3.104,1 3.037,5 2.965,2 -67 -2,15 -72 -2,38 Triwulan III 9.783,2 6.425,9 4.932,0 -3.357 -34,32 -1.494 -23,25 Triwulan IV 566,4 1.603,8 752,7 1.037 183,16 -851 -53,07

Luas Panen (ha)

Triwulan I 113 107 122 -6 -5,31 15 14,02 Triwulan II 334 297 287 -37 -11,08 -10 -3,37 Triwulan III 752 548 377 -204 -27,13 -171 -31,20 Triwulan IV 72 228 107 156 216,67 -121 -53,07 Produktivitas (ton/ha) Triwulan I 8,44 7,36 7,30 -1,08 -12,80 -0,06 -0,82 Triwulan II 9,29 10,23 10,33 0,94 10,12 0,10 0,98 Triwulan III 13,01 11,73 13,08 -1,28 -9,84 1,35 11,51 Triwulan IV 7,87 7,03 7,03 -0,84 -10,67 0,00 0,00

Keterangan: Bentuk hasil produksi bawang merah adalah umbi kering panen dengan daun

Perkembangan luas panen bawang merah sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan peningkatan pada triwulan II dan III , serta mengalami penurunan pada triwulan IV (Gambar 6).

(12)

Gambar 6

Pola Luas Panen Bawang Merah, Tahun 2011–2013

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

2011 113 334 752 72 2012 107 297 548 228 2013 122 287 377 107 60 160 260 360 460 560 660 760 Lua s P ane n (he kta r)

(13)

Tabel 7

Perkembangan Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah Menurut Kabupaten Tahun 2012-2013 (Ton)

Kabupaten Cabe Besar Cabe Rawit Bawang Merah

2012 2013 Absolut 2012-2013 (%) 2012 2013 Absolut 2012-2013 (%) 2012 2013 Absolut 2012-2013 (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Kulonprogo 11.582 10.921 -661 -5,71 563 448 -115 -20,42 2.472 2.151 -322 -13,01 Bantul 1.670 1.765 95 5,68 199 410 211 105,88 9.219 7.327 -1.892 -20,52 Gunungkidul 345 254 -92 -26,5 224 209 -15 -6,74 124 45 -79 -63,65 Sleman 2.860 4.194 1.334 46,64 1.333 2.162 829 62,17 39,9 18 -22 -54,64 DIY 16.457 17.134 677 4,11 2.319 3.229 910 39,23 11.855 9.541 -2.314 -19,52

Keterangan: Bentuk hasil produksi cabai besar adalah buah segar dengan tangkai Bentuk hasil produksi cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai Bentuk hasil produksi bawang merah adalah umbi kering panen dengan daun

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengujian data sampel minat baca dan data sampel kemampuan menulis cerita pendek dapat disimpulkan bahwa data sampel yang diperoleh diambil secara

Perlakuan dosis penyiraman berbeda nyata pada tinggi tanaman ,jumlah daun, diameter batang, bobot kering akar, panjang akar, jumlah akar, bobot kering tajuk. Namun tidak berbeda

Hubungan Antara Waist-Hip Ratio dengan Derajat Nyeri Penyakit Osteoartritis Lutut pada Pasien di RSUP.H.Adam Malik.. NAMA :

Ari matéri poko mangrupa poko bahasan jeung subpoko bahasan tina kompeténsi dasar (KD) anu kudu dipimilik ku murid. Éta sababna, matéri pokok basa Sunda patali jeung

Mampu mengelola riset yang hasilnya berpotensi untuk diaplikasikan untuk menyelesaikan permasalahan manusia (khususnya permasalahan perkotaan) dengan menggunakan

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu individu, keadaan, gejala atau

Berdasarkan uraian pada sebelumnya maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pelaksanaan Promosi terhadap Pengambilan Keputusan

Penelitian ini dilakukan pada PT.Bank BRI Syariah Pekanbaru dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan