REPUBLIK INDONESIA
NOTA KESEPAHAMAN (MOU) ANTARA
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN
KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK FEDERASI JERMAN MENGENAI
KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Federasi Jerman selanjutnya disebut sebagai "Pihak-Pihak ";
Mengingat kemitraan yang saling menguntungkan antara kedua belah Pihak terhadap kerja sama di bidang pertahan pada Nota Kesepahaman ini (MoU) ;
Menyadari bahwa kerja sama dibidang pertahanan merupakan unsur yang penting atas stabilitas dan keamanan;
Berharap dapat mempererat hubungan yang saling menguntungkan antara Republik Federasi Jerman dan Republik Indonesia di bidang pertahanan melalui kerja sama yang baik, menguntungkan dan saling menghormati berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan serta saling menghormati batas teritorial dan kedaulatan kedua negara;
Menjaga konsistensi komitmen berdasarkan hukum internasional dan hukum serta peraturan dari kedua negara;
2 -PASALI TUJUAN
Tujuan dari Neta Kesepahaman ini (MoU) adalah memberikan kerangka kerja untuk memajukan kerja sama bilateral berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan saling menghormati batas teritorial dan kedaulatan kedua negara.
PASAL II
BIDANG-BIDANG KERJA SAMA
Kerja sama antara kedua belah Pihak dapat dilaksanakan pada bidang-bidang sebagai berikut:
1. Kebijakan Pertahanan;
2. Kebijakan Keamanan dan Militer; 3. Pelatihan;
4. Penelitian dan Pengembangan;
5. Bidang-bidang lainnya yang telah disetujui seperti bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana, logistik militer dan pelayanan-pelayanan kesehatan serta misi perdamaian.
PASAL Ill
BENTUK-BENTUK KERJA SAMA
Kerja sama diantara kedua belah pihak akan terselenggara sebagian besar dalam bentuk:
1. Kunjungan-kunjungan resmi dari Para pejabat tinggi, perwakilan-perwakilan baik militer dan sipil dari Kementerian Pertahanan kedua negara;
2. Kunjungan-kunjungan kerja dan belajar;
3. Menjadi peserta kursus dan pelatihan dan latihan bersama angkatan bersenjata antara kedua negara;
4. Hubungan yang setara antara lembaga-lembaga militer kedua negara; 5. Pembicaraan bilateral para ahli;
6. Pertukaran informasi dan pengalaman;dan
7. Bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang berdasarkan prinsip-prinsip timbal balik yang saling menguntungkan.
-3-PASAL IV
PELAKSANAAN PENGATURAN
1. Kerja sama akan direalisasikan berdasarkan pada program-program tahunan masing-masing negara yang telah disepakati bersama sebagai tambahan dalam Nota Kesepahaman ini (MoU). Kedua belah Pihak dapat merubah program-progarmnya setiap waktu dengan kesepakatan bersama. Kedua belah Pihak dapat mendukung program-program yang dilaksanakan secara rutin atau melalui konsultasi-konsultasi sementara seperti yang disebutkan dalam Pasal VI dalam MoU ini;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang timbul dari MoU ini harus di atur dalam pengaturan-pengaturan yang terpisah;
3. Dengan menghormati aturan-aturan yang tercantum dalam Mou ini, kedua belah Pihak dapat melaksanakan pengaturan khusus maupun umum lebih lanjut yang dalam pandangan kedua belah pihak akan mendukung efektifitas pelaksanaan Mou ini. Kedua belah Pihak setuju bahwa pengaturan-pengaturan yang dibuat harus dapat setujui sebelum terlaksananya kunjungan kerja atau kunjungan belajar, keikutsertaan dalam program-program kursus dan pelatihan serta pelaksanaan proyek-proyek bersama;
4. Peraturan-peraturan yang setujui dalam lingkup kerja sama akan dapat dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan negara yang berlaku.
PASAL V
PENGATURAN-PENGATURAN TERPISAH
1. Kedua Pihak dapat secara bersama-sama menentukan pengaturan yang terpisah dalam bentuk tertulis untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerja sama secara khusus dengan memenuhi peraturan dalam Mou ini. 2. Pengaturan yang bersifat khusus akan memerlukan persiapan khusus yang
dibutuhkan guna melaksanakan kegiatan tersebut termasuk yang berhubungan dengan:
a) lnformasi yang bersifat rahasia; dan b) Hak-hak cipta.
-4-PASAL VI
DIALOG PERT AHANAN INDONESIA -JERMAN (IGDD)
1. Kedua Pihak akan menjaga dan melanjutkan dialog pertahanan bilateral mereka yang telah ada melalui suatu Dialog Pertahanan Indonesia - Jerman secara teratur (IGDD; Indonesia - German Defence Dialogue) termasuk pembicaraan militer ke militer kedua negara sebagai bagian dari IGDD.
2. IGDD akan bertindak sebagai forum untuk memonitor, menangani dan mengulas pelaksanaan MoU ini.
3. IGDD harus terdiri atas perwakilan-perwakilan dari kedua belah Pihak dan dan di ketuai oleh masing-masing perwira senior kedua Pihak sebagaimana yang telah ditetapkan oleh setiap Pihak. Jumlah perwakilan dari setiap pihak harus ditentukan bersama oleh kedua belah Pihak sebelum dilaksankannya pertemuan. IGDD akan bertemu secara formal sekali dalam dua tahun. Tanggal, tempat dan agenda rapat harus diatur bersama-sama oleh masing-masing ketua.
4. Tugas-tugas IGDD meliputi:
a. Menemukan bidang-bidang kerja sama yang potensial; b. Mengidentifikasi bidang-bidang kerja sama yang potensial;
c. Merekomendasikan dan memulai kegiatan kerja sama secara khusus; d. Bersama-sama menentukan pendanaan dan alokasi tanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja sama yang bersifat spesifik; e. Mengatur dan melaksanakan kerja sama yang bersifat spesifik, jika
diperlukan;
f. Mengkoordinasikan, memonitor dan mengendalikan kerja sama yang bersifat spesifik;
g. Menemukan pemecahan persoalan yang timbul dari pelaksanaan kerja sama yang yang bersifat spesifik;
h. Mereview efesiensi dari kerja sama yang bersifat spesifik; dan
i. Menyerahkan laporan kegiatan bersama kepada masing-masing Menteri Pertahanan negara.
PASAL VII KERAHASIAAN
Pihak-pihak harus menjamin bahwa informasi dan intelijen yang dicapai sebagai hasil dari kontak bilateral akan dilindungi sesuai dengan peraturan yang ada. Kedua belah Pihak tidak akan menggunakan informasi dan intelijen untuk merusak kepentingan kepentingan Pihak lain. Kedua Pihak berniat memberikan perlindungan terhadap informasi rahasia dalam sebuah pengaturan yang terpisah.
-5-PASAL VIII
PENGATURAN~ENGATURANKEUANGAN
1. Tiap Pihak akan menanggung biaya masing-masing yang terkait dengan pelaksanaan MoU ini. Pengecualian dapat dibicarakan dalam kesepakatan-kesepakatan bersama dimasa mendatang atau yang sesuai dengan pengaturan-pengaturan pelaksanaan atau program-program tahunan yang disebutkan dalam Pasal IV di atas;
2. Pihak yang menerima akan mengganti pembiayaan terhadap pihak penyuplai untuk pelayanan yang disediakan yang diperlukan oleh Pihak lain dalam lingkup pelaksanaan MoU ini sesuai dengan anggaran negara yang disediakan.
PASAL IX
PENYELESAIAN PERSENGKETAAN
Persengketaan yang timbul dari intepretasi atau aplikasi Mou in harus diselesaikan secara tersendiri melalui konsultasi dan negosiasi antara kedua belah Pihak.
PASALX
MASA BERLAKU, RENTANG WAKTU, PERUBAHAN DAN PENGHENTIAN 1. MoU ini mulai berlaku pada tangga! Notifikasi tertulis terakhir oleh kedua belah
Pihak setelah selesainya prosedur-prosedur internal yang diperlukan masing-masing negara untuk pemberlakuan MoU ini;
2. MoU ini sah selama periode lima (5) tahun sejak tangggal pemberlakuan. Selanjutnya, MoU ini secara otomatis berlaku untuk selama lima (5) tahun berikutnya kecuali salah satu Pihak menyatakan keberatan secara tertulis dalam waktu sembilan puluh (90) hari sebelum tanggal jatuh tempo penghentian berlaku. Rentang waktu penghentian harus diterima oleh Pihak lain pada saat pernyataan penghentiannya oleh salah satu pihak. MoU ini dapat dihentikan setiap waktu melalui kesepakatan bersama.
3. MoU ini dapat dirubah atau ditambahkan dalam bentuk tulisan setiap saat melalui persetujuan bersama antara kedua belah Pihak.
4. Berkaitan dengan biaya yang diperlukan sebelum penghentian MoU ini, Pasal VIII ayat 2 selanjutnya akan berlaku hingga semua pembiayaan di selesaikan.
-6-Yang bertanda tangan dibawah ini, yang telah diberi kuasa oleh Pemerintah
masing-masing, telah menandatangani MoU ini.
Dilaksanakan di Berlin pada tanggal 27 Februari 2012 dibuat dalam bahasa
Indonesia, bahasa Jerman, dan bahasa lnggris. Ketiga naskah mempunyai kekuatan
hukum yang sama. Apabila terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah dalam
bahasa lnggris yang berlaku.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
Signed
SJAFRIE SJAMSOEDDIN
WAKIL MENTER! PERTAHANAN
Kementerian Pertahanan Republik Federasi Jerman
Signed
RUDIGER WOLF.. ::\... .._,./:., ~~
-REPUBLIK INDONESIA
Vere in baru ng zwischen
dem Verteidigungsministerium der Republik lndonesien und
dem Bundesministerium der Verteidigung der Bundesrepublik Deutsch land Ober
die Zusammenarbeit im Bereich der Verteidigung
Das Verteidigungsministerium der Republik lndonesien und das Bundesministerium der Verteidigung der Bundesrepublik Deutschland, im Folgenden als ,,Vertragsparteien" bezeichnet,
-in Anerkennung der beiderseitigen Vorteile, die in der Zusammenarbeit der Vertragsparteien dieser Vereinbarung im Bereich der Verteidigung liegen,
in der Erkenntnis, dass die internationale Zusammenarbeit im Bereich der Verteidigung ein wichtiges Element der Sicherheit und Stabilitat ist,
in dem Wunsch, die gegenseitigen Beziehungen im Bereich der Verteidigung zwischen
der Bundesrepublik Deutschland und der Republik lndonesien durch
Kooperationsmaf3,nahmen auf der Grundlage der Prinzipien der Gleichberechtigung, des gegenseitigen Nutzens und der uneingeschrankten Achtung der Souveranitat und territorialen Unversehrtheit weiter zu starken,
in Obereinstimmung mit ihren volkerrechtlichen Verpflichtungen und den jeweiligen Gesetzen und Vorschriften der beiden Lander
2
-ARTIKEL I
GEGENSTAND
Gegenstand dieser Vereinbarung ist die Schaffung eines Rahmens zur Forderung der
bilateralen Zusammenarbeit auf der Grundlage der Prinzipien der Gleichberechtigung,
des gegenseitigen Nutzens und der uneingeschrankten Achtung der Souveranitat und
territorial en U nversehrtheit.
ARTIKEL 11
BEREICHE DER ZUSAMMENARBEIT
Die Zusammenarbeit zwischen den Vertragsparteien kann in folgenden Bereichen
stattfinden:
1. Verteidigungspolitik,
2. Sicherheits-und Militarpolitik, 3. Ausbildung,
4. Forschung und Entwicklung,
5. sonstige Bereiche nach gegenseitiger Abstimmung, wie humanitare Hilfe und
Katastrophenhilfe, Militarlogistik und Sanitatswesen und friedenserhaltende MaBnahmen.
ARTIKEL Ill
FORMEN DER ZUSAMMENARBEIT
Die Zusammenarbeit zwischen den Vertragsparteien erfolgt vornehmlich in Form von
1. offiziellen Besuchen hochrangiger, fOhrender militarischer und ziviler Vertreter
der Verteidigungsministerien,
2. Arbeits- und Studienbesuchen,
3. Teilnahme an Lehrgangen, Ausbildungsvorhaben und Obungen zwischen den
Streitkraften der beiden Lander,
4. Kontakten zwischen vergleichbaren militarischen lnstitutionen,
5. bilateralen Fach- und Expertengesprachen, 6. Informations-und Erfahrungsaustausch und
7. weiteren Formen der Zusammenarbeit auf der Grundlage der Prinzipien der
Gegenseitigkeit, des gegenseitigen Einvernehmens und des beiderseitigen
3 -ARTIKEL IV
DURCHFOHRUNGSVEREINBARUNGEN
1. Die DurchfOhrung der Zusammenarbeit erfolgt auf der Grundlage von gesonderten Jahresprogrammen, die gemeinsam festgelegt werden, um diese Vereinbarung zu erganzen. Die Vertragsparteien konnen diese Programme jederzeit in gegenseitigem Einvernehmen andern. Zur UnterstOtzung der Programme konnen die Vertragsparteien nach Artikel VI dieser Vereinbarung regelma~ig oder ad hoc Konsultationen abhalten.
2. Die DurchfOhrung von Forschungs- und Entwicklungsvorhaben auf der Grundlage dieser Vereinbarung wird in gesonderten Vereinbarungen geregelt.
3. In Bezug auf die durch diese Vereinbarung erfassten Ma~nahmen konnen die Vertragsparteien weitere allgemeine oder besondere Vereinbarungen schlie~en, die nach ihrer Auffassung die wirksame DurchfOhrung dieser Vereinbarung fordern. Die Vertragsparteien sind sich einig, dass solche Vereinbarungen vor der Aufnahme von Arbeits- und Studienbesuchen, vor der Teilnahme an Lehrgangen und Ausbildungsvorhaben und Obungen und vor der DurchfOhrung gemeinsamer Projekte zu schlie~en sind.
4. Die im Rahmen der Zusammenarbeit abgestimmten Ma~nahmen werden nach
Ma~gabe des jeweils geltenden innerstaatlichen Rechts durchgefOhrt.
ARTIKEL V
GESONDERTE VEREINBARUNGEN
1. Die Vertragsparteien konnen gemeinsam gesonderte Vereinbarungen in schriftlicher Form Ober die DurchfOhrung bestimmter Kooperationsma~nahmen nach Mar.igabe dieser Vereinbarung treffen.
2. Solche besonderen Vereinbarungen legen die Bestimmungen for die DurchfOhrung der bestimmten Mar.inahmen fest, einschlier.ilich derjenigen in Zusammenhang mit
a. Verschlusssachen und
-4 -ARTIKEL VI
INDONESISCH - DEUTSCHER VERTEIDIGUNGSDIALOG
1. Beide Vertragsparteien pflegen ihren bestehenden bilateralen Sicherheitsdialog in Form eines regelma~igen lndonesisch-Deutschen Verteidigungsdialogs (IGDD
-Indonesia-Germany Defence Dialogue) und setzen diesen fort, auch durch
Gesprache auf militarischer Ebene als Bestandteil des IGDD.
2. Der IGDD stellt das Forum zur Oberwachung, Steuerung und OberprOfung der DurchfOhrung dieser Vereinbarung dar.
3. Der IGDD setzt sich aus Vertretern beider Vertragsparteien zusammen und wird von durch die jeweilige Vertragspartei ernannten hochrangigen Beamten gemeinsam geleitet. Die Anzahl der Vertreter jeder Vertragspartei wird vor jedem geplanten Treffen gemeinsam von den Vertragsparteien bestimmt. Der IGDD halt alle zwei Jahre ein formelles Treffen ab. Zeitpunkt, Ort und Tagesordnung des IGDD werden von den Ko-Vorsitzenden gemeinsam festgelegt.
4. Der IGDD hat folgende Aufgaben:
a. Untersuchung moglicher Bereiche der Zusammenarbeit, b. ldentifizierung moglicher Bereiche der Zusammenarbeit,
c. Empfehlung und Einleitung bestimmter Kooperationsma~nahmen,
d. gemeinsame Festlegung der Finanzierung und Aufgabenverteilung tor die DurchfOhrung bestimmter Kooperationsma~nahmen,
e. Organisation und DurchfOhrung bestimmter Kooperationsma~nahmen, soweit erforderlich,
f. Koordinierung, Oberwachung und Steuerung bestimmter Kooperationsma~nahmen,
g. Beseitigung von Problemen, die sich aus der DurchfOhrung bestimmter Kooperationsmal?inahmen ergeben,
h. OberprOfung der Effektivitat der KooperationsmaBnahmen und
i. Vorlegen eines gemeinsamen Berichts Ober das Treffen beim jeweiligen Verteidigungsminister.
ARTIKEL VII VERTRAULICHKEIT
Die Vertragsparteien garantieren, dass im Rahmen bilateraler Kontakte erlangte lnformationen und Erkenntnisse in Obereinstimmung mit den einschlagigen Vorschriften geschOtzt werden. Die Vertragsparteien verpflichten sich, diese lnformationen und Erkenntnisse nicht zum Schaden der lnteressen der anderen Vertragspartei zu nutzen. Die Vertragsparteien beabsichtigen, den gegenseitigen Schutz von Verschlusssachen in einer gesonderten Vereinbarung zu regeln.
-5 -ARTI KEL VIII
FINANZIELLE BESTIMMUNGEN
1. Jede Vertragspartei tragt die im Rahmen der DurchfOhrung dieser Vereinbarung anfallenden Kosten selbst. Ausnahmen konnen in kOnftigen Vereinbarungen oder den in Artikel IV genannten DurchfOhrungsvereinbarungen oder Jahresprogrammen geregelt werden.
2. Die im Rahmen der DurchfOhrung dieser Vereinbarung fOr die jeweils andere Vertragspartei erbrachten notwendigen Leistungen werden von der empfangenden
Vertragspartei in Obereinstimmung mit den nationalen Haushaltsbestimmungen der leistenden Vertragspartei erstattet.
ARTIKEL IX
BEILEGUNG VON STREITIGKEITEN
Streitigkeiten Ober die Auslegung oder Anwendung dieser Vereinbarung werden zwischen den Vertragsparteien ausschlie~lich durch Konsultationen und Verhandlungen beigelegt.
ARTIKEL X
INKRAFTTRETEN, LAUFZEIT, ANDERUNGEN UNO BEENDIGUNG
1. Diese Vereinbarung tritt am Tag der letzten schriftlichen Notifikation der Vertragsparteien Ober den Abschluss ihrer jeweiligen fOr das lnkrafttreten dieser
Vereinbarung erforderlichen innerstaatlichen Verfahren in Kraft.
2. Diese Vereinbarung gilt ab lnkrafttreten fOr einen Zeitabschnitt von fOnf Jahren. Sie verlangert sich danach stillschweigend um jeweils fOnf Jahre, es sei denn, dass eine der Vertragsparteien sie neunzig Tage vor Ablauf eines solchen Zeitabschnitts schriftlich kCmdigt. Ma~gebend tor den Beginn der Frist ist der Tag des Eingangs der KOndigung bei der anderen Vertragspartei. Diese Vereinbarung kann jederzeit in gegenseitigem Einvernehmen beendet werden.
3. Diese Vereinbarung kann jederzeit in gegenseitigem Einvernehmen der Vertragsparteien schriftlich geandert oder erganzt werden.
4. Im Hinblick auf die vor der Beendigung dieser Vereinbarung angefallenen Kosten gilt Artikel VIII Absatz 2 bis zur Begleichung aller Kosten fort.
-6
-Die hierzu von ihren Regierungen gehorig befugten Unterzeichneten haben diese Vereinbarung unterschrieben.
Geschehen zu Berlin am 27. Februar 2012 in zwei Urschriften, jede in indonesischer,
deutscher und englischer Sprache, wobei jeder Wortlaut verbindlich ist. Bei unterschiedlicher Auslegung des indonesischen und des deutschen Wortlauts ist der
englische Wortlaut ma~gebend.
Furdas
Verteidigungsministerium der Republik lndonesien
Signed
SJAFRIE SJAMSOEDDIN
VIZE-VERTEIDIGUNGSMINISTER
Furdas
Bundesministerium der Verteidigung
der Bundesrepublik Deutschland
Signed
RUDIGER WOLF
REPUBLIK INDONESIA
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) BETWEEN
THE MINISTRY OF DEFENCE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE FEDERAL MINISTRY OF DEFENCE OF THE FEDERAL REPUBLIC OF GERMANY
CONCERNING
COOPERATION IN THE FIELD OF DEFENCE
The Ministry of Defence of the Republic of Indonesia and the Federal Ministry of Defence
of the Federal Republic of Germany, hereinafter referred to as "the Parties";
Recognizing the mutual benefits of cooperation between the Parties to this MoU in the
field of defence;
Realizing that international cooperation in the field of defence is an important element of
security and stability;
Desiring to further strengthen mutual relations in the field of defence between the Federal
Republic of Germany and the Republic of Indonesia through cooperative activities based on the principles of equality, mutual benefit and full respect of sovereignty and territorial integrity;
Consistent with their commitments under international law and the respective laws and
regulations of the two countries;
-2-ARTICLE I
PURPOSE
The purpose of this MoU is to provide a framework for promoting bilateral cooperation based on the principles of equality, mutual benefit and full respect of sovereignty and territorial integrity.
ARTICLE II
AREAS OF COOPERATION
Cooperation between the Parties may take place in the following areas: 1. Defence policy;
2. Security and military policy; 3. Training;
4. Research and development;
5. Other mutually agreed areas, such as humanitarian assistance and disaster relief, military logistic and medical services and peacekeeping.
ARTICLE Ill
FORMS OF COOPERATION
Cooperation between the Parties shall take place mainly in the form of:
1. Official visits of high-ranking, leading military and civilian representatives of the Defence Ministries;
2. Working and study visits;
3. Participation in courses and training programmes and exercises between the armed forces of the two countries;
4. Contacts between equivalent military institutions; 5. Bilateral specialist and expert talks;
6. Exchange of information and experience; and
7. Other forms of cooperation based on the principles of reciprocity, mutual consent and mutual benefit.
-3
-ARTICLE IV
IMPLEMENTING ARRANGEMENTS
1. Cooperation shall be realized on the basis of individual annual programmes to be jointly determined to supplement this MoU. The Parties may alter these programmes at any time by mutual consent. The Parties may support the programmes by holding regular or ad hoc consultations in accordance with Article VI of this MoU.
2. Implementation of research and development arising under this MoU shall be regulated under separate arrangement.
3. With respect to the measures covered by this MoU, the Parties may conclude further general or special arrangement which, in their view, will support the effective implementation of this MoU. The Parties concur that such arrangements have to be concluded prior to the commencement of working and study visits, the participation in courses and training programmes and exercises, and the execution of joint projects.
4. The measures agreed to within the scope of cooperation shall be implemented according to applicable national law.
ARTICLE V
SEPARATE ARRANGEMENTS
1. The Parties may mutually determine separate arrangements in writing for the conduct of specific cooperative activities pursuant to this MoU.
2. Such particular arrangements will set out the provisions for the conduct of the specific
activities including those relating to:
a. Classified information; and b. Intellectual property rights.
ARTICLE VI
INDONESIA-GERMANY DEFENCE DIALOGUE
1. Both Parties shall maintain and continue their existing bilateral security dialogue through a regular Indonesia-Germany Defence Dialogue (IGDD) including military-to
-military talks as part of the IGDD.
2. The IGDD shall act as the forum to monitor, manage and review the implementation of this MoU.
-4-3. The IGDD shall be composed of representatives from each Party and be co-chaired by senior officials as determined by each Party. The number of representatives from each Party shall be mutually determined by the Parties prior to each scheduled meeting. The IGDD shall have a formal meeting every two years. The date, venue and agenda of the
IGDD shall be mutually arranged by the co-chairpersons.
4. The tasks of the IGDD include:
a. Exploring potential areas of cooperation: b. Identifying potential areas of cooperation;
c. Recommending and initiating specific cooperative activities;
d. Mutually determining the funding and allocation of responsibilities for the conduct of
specific cooperative activities;
e. Organizing and implementing specific cooperative activities if required; f. Coordinating, monitoring and controlling specific cooperative activities;
g. Resolving problems arising out of the implementation of specific cooperative
activities;
h. Reviewing the effectiveness of cooperative activities and
i. Submitting a joint report of the meeting to their respective Defence Ministers.
ARTICLE VII CONFIDENTIALITY
The Parties shall guarantee that information and intelligence obtained as a result of bilateral contacts will be protected in accordance with the pertinent regulations. The Parties shall undertake not to use such information and intelligence to the detriment of the other Party's interests. The Parties intend to regulate the mutual protection of classified information in a separate arrangement.
ARTICLE VIII
FINANCIAL ARRANGEMENTS
1. Each Party shall bear its own costs incurred in connection with the implementation of this MoU. Exceptions may be laid down in future agreements or in accordance with the implementing arrangements or annual programmes mentioned in Article IV above. 2. The receiving Party shall reimburse the supplying Party for necessary services
rendered for the respective other Party within the scope of implementing the provisions of this MoU in accordance with national budgetary provisions.
5
-ARTICLE IX
SETTLEMENT OF DISPUTES
Disputes regarding the interpretation or application of this MoU shall be resolved
exclusively by consultation and negotiation between the Parties.
ARTICLE X
ENTRY INTO FORCE, DURATION, AMENDMENTS AND TERMINATION
1. This MoU shall enter into force on the date of the later written notification by the Parties
on the completion of their respective internal procedures required for giving effect to this
Mou.
2. This MoU shall be valid for a period of five years after entering into force. Thereafter, it
shall be tacitly extended for further periods of five years, unless it is denounced in
writing by either Party ninety days prior to the expiry of any such period. The period of
notice shall commence on the day of receipt of the notice of termination by the other
Party. This MoU may be terminated at anytime by mutual consent.
3. This MoU may by amended or supplemented in writing at any time by mutual consent
between the Parties.
4. Regarding the costs incurred prior to the termination of this MoU. Article VIII paragraph
2 shall continue to apply until all costs have been settled.
The undersigned, being duly authorized thereto by their respective Governments, have
signed this MoU.
Done at Berlin on February 2ih, 2012 in duplicate, in the Indonesian, German and English
languages, all three texts being authentic. In case of divergent interpretations of the
German and Indonesian texts, the English text shall prevail. For the
Ministry of Defence of the
Republic of Indonesia
Signed
SJAFRIE SJAMSOEDDIN
VICE MINISTER OF DEFENCE
For the
Federal Ministry of Defence of the
Federal Republic of G~rmany