• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN PAOTERE MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN PAOTERE MAKASSAR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI

IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)

YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PAOTERE MAKASSAR

SKRIPSI

MUH.

IMRAN

JAYADI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

(2)

ABSTRAK

MUH. IMRAN JAYADI. L211 07 019. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Dibimbing oleh JOEHARNANI TRESNATI sebagai Pembimbing Ketua dan SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR sebagai Pembimbing Anggota.

Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841 merupakan spesies ikan pari

(Chondrichthyes: Dasyatidae) yang paling umum ditemukan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. banyaknya manfaat dari ikan ini membuatnya rentan akan eksploitasi berlebihan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan pari yang kemudian digunakan sebagai bahan informasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841)

Didapatkan selama penelitian Juni – Juli 2011 ikan pari jantan sebanyak 29 ekor dan ikan pari betina sebanyak 43 ekor dengan nisbah kelamin 1.00 : 1,48. Ikan pari yang telah matang gonad mendominasi hingga >50% dimana ikan pari yang telah matang gonad berjumlah 40 ekor sedangkan 32 ekor untuk ikan pari yang belum matang gonad. Ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan pari jantan adalah 569 (n 29, 506 - 784 mm) dan 617 (n 43, 599 - 784 mm) untuk betina. Ikan pari mempunyai siklus reproduksi pertahun dengan masa kehamilan sembilan bulan dengan jumlah telur bekisar 4 – 9 butir yang akan dilahirkan secara keseluruhan pada satu musim pemijahan.

(3)

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI

IKAN PARI (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841)

YANG DIDARATKAN DITEMPAT PELELANGAN IKAN

PAOTERE MAKASSAR

Oleh

:

MUH. IMRAN JAYADI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii

Muller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar

Nama Mahasiswa : Muh. Imran Jayadi

Nomor Stambuk : L211 07 019

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perikanan

Skripsi telah diperikasa dan disetujui oleh pembimbing:

Ketua Anggota

Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc

NIP. 196509071989032001 NIP. 195902231988111001

Mengetahui :

Dekan, Ketua Program Studi,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan

Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, M.P Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc

NIP. 196112011987032002 NIP. 195902231988111001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Imran Jayadi, dilahirkan di Jayapura pada tanggal 21 Mei 1989. Anak kelima dari lima bersaudara ini merupakan putra dari pasangan H. M. Amir Halim Yahya dan Hj. Asiah. Pada tahun 2001 lulus SD Inpres Mamajang 1 Makassar, tahun 2004 lulus SPMN 24 Makassar, lalu penulis melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu SMAN 03 Makassar dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Universitas Hasanuddin Makassar melalui jalur SPMB dan sejak itu terdaftar sebagai Mahasiswa pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan penulis melaksanakan penelitian dengan judul ”Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Muller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar”.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabill Alamin, tiada kata yang pantas diucapkan selain

mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran nikmat dan karunianya, tak lupa kami panjatkan salawat dan salam bagi junjunganku Muhammad Rasulullah SAW.

Teriring do’a dan syukur yang tiada henti atas segala cinta dan sayang kepada: keluarga besar H. M. Amir Halim Yahya (Ayahanda, Ibunda, dan Saudara-saudaraku), Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA dan Prof. Dr. Ir. H.

Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc selaku pembimbing atas segala bimbingan

dan waktu yang diberikan, Prof. Dr. Ir. Hj. Farida G. Sitepu, MS, Dr. Ir. Dody

Dh. Trijuno, M.App.Msc dan Ir. Suwarni, M.Si selaku penguji atas segala waktu

yang diberikan, Seluruh Staf/Pegawai Fakultas Ilmu Kelutan dan Perikanan atas segala bantuan yang diberikan, Keluarga Besar Manajemen Sumberdaya

Perairan (MSP) khususnya Angkatan Tahun 2007, HMP MSP UH, BEM Jurusan Perikanan, Keluarga Besar Mahasiswa Perikanan khususnya Angktan 2007 ”julung-julung” dan Keluarga Besar Mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan. atas dorongan semangat dan kasih sayang serta

semuanya yang tidak dapat penulis ucapkan satu per-satu.

Begitu banyak kekurangan disadari atas penulisan Skripsi ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran menjadi harapan tersendiri demi perbaikannya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

“Amin Ya Rabbal Alamin”

P e n u l i s,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistematika dan Morfologi Ikan Pari. ... 3

B. Habitat dan Persebaran Ikan Pari . ... 5

C. Aspek Biologi Reproduksi Ikan ... 5

1. Nisbah Kelamin……….. 5

2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)……….. 6

3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad……… 7

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)……… . 8

5. Fekunditas………. 8

6. Diameter Telur……… .. 9

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Metode Pengambilan Sampel ... 11

D. Analisis Data ... 13

1. Nisbah Kelamin……… . 13

2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)……….. 13

3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad……… 14

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)……….. 14

5. Fekunditas……… . 15

6. Diameter Telur………. . 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nisbah kelamin ... 16

B. Tingkat Kematangan Gonad ... 16

C. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad. ... 18

D. Indeks Kematangan Gonad ... 20

E. Fekunditas………... 21

F. Diameter Telur... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... ... 25

(8)

DAFTAR PUSTAKA……….. ... 26

LAMPIRAN……….. 28

(9)

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 Daftar Kontingensi 2x2……… …………...………. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Par (Dasyatis kuhlii

Müller & Henle, 1841)i menurut Eber dan Cowley (2009) …….. Jumlah (ekor) Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan Betina yang diperoleh selama peneliti……….. Persentase Komposis Ikan Pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) Jantan dan Betina Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad……….. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan

kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian ………... Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan tingkat

kematangan gonad dan jenis kelamin………. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan tingkat

kematangan gonad dan jenis kelamin………. Fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada berbagai kisaran panjang total………

13 14 16 17 18 20 21 22

(10)

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 2 3 4 5

Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle,1841)... Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan kisaran

panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian………. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan kisaran

panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian………. Hubungan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan panjang total tubuh………. Histogram sebaran diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan III………. 4 19 20 23 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), panjan klasper (mm), tingkat matang gonad (TKG) dan indeks Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan……….. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), tingkat matang gonad (TKG) dan ideks Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina……….

Uji Chi-square dengan menggunakan Koreksi Yates nisbah

kelamin ikan pari (D.kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makakssar……….. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan ………. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina……….. Uji Statistik indeks kematangan gonad (IKG) berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) jantan………. Uji Statistik indeks kematangan gonad (IKG) berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina……….. Hasil pengukuran panjang tubuh dan fekunditas ikan pari (D.

kuhlii Mülle & Henle, 1841)……….

Persentase diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan kematangan gonad………...

29 30 32 33 35 37 38 39 40

(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan Selat Makassar merupakan salah satu daerah yang memilki potensi sumberdaya laut ikan demersal yang cukup besar, salah satu di antaranya adalah ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841). Ditinjau dari aspek biofisik maupun kimia airnya, perairan Selat Makassar memungkinkan untuk spesies ini dapat hidup dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan spesies ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai sumber pendapatan dan bahan makanan (Anonim, 2011).

Ikan pari merupakan tangkapan utama nelayan di Sulawei Selatan karena ikan ini sangat digemari khususnya masyarakat Kota Makassar. Selain dagingnya yang enak, kulit ikan pari dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan tas bagi sebagian masyarakat di Indonesia sehingga membuat ikan ini benilai ekonomis tinggi. Ikan ini mudah ditangkap dan dapat ditangkap sepanjang tahun (Anonim, 2010). Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan (2009), produksi tangkapan ikan pari dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2009, produksi ikan pari mencapai lebih kurang 5.186 ton.

Untuk memenuhi permintaan ikan pari yang meningkat setiap tahunnya, maka para nelayan sering melakukan penangkapan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya salah satunya yaitu, seringnya nelayan menangkap ikan pari yang masih berukuran kecil atau belum dewasa. Sangat diperlukan sistem pengelolaan pada aspek biologi reproduksi ikan pari guna mempertahankan kelestarian spesies tersebut.

(13)

Informasi tentang biologi reproduksi ikan tersebut merupakan salah satu faktor yang menunjang pengelolaan komoditas perikanan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai aspek biologi reproduksi ikan pari.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan pari (D. kuhlii Muller & Henle, 1841) di perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan, yang meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas, dan diameter telur.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan pari (D. kuhlii Muller & Henle, 1841), yang meliputi informasi data perbandingan jumlah ikan pari jantan dan betina, masa pemijahan berdasarkan data tingkat kematangan gonad (TKG), ukuran terkecil ikan pari yang dapat ditangkap, aktifitas yang terjadi di dalam gonad berdasarkan data IKG, jumlah telur yang akan dikeluarkan dalam kelas umur/ukuran tertentu, dan pola pemijahan telur berdasarkan data diameter telur ikan pari.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan Pari

Sistematika ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) menurut Allen (2000) sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Sub kelas : Elesmobranchii

Kohor : Neoselachii

Ordo : Rajiformes

Famili : Dasyatidae

Genus : Dasyatis

Spesies :

Specific name : kuhlii

Dasyatis kuhlii

Common name in England : Blue Spotted Stingray Common name

Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii. Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu kelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah insang yang terletak di sisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal (Allen, 2000).

in Indonesia : Pari Kukul, Pari Totol, Pari Kotak

Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa ikan pari (rays) termasuk ikan bertulang rawan dalam grup Cartilaginous. Ikan pari mempunyai bentuk

(15)

tubuh gepeng melebar (depressed), sepasang sirip dada (pectoral fins) melebar dan menyatu dengan sisi kiri-kanan kepalanya, sehingga tampak atas atau tampak bawahnya terlihat bundar atau oval. Ikan pari umumnya mempunyai ekor yang sangat berkembang (memanjang) menyerupai cemeti (Gambar 1). Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut

‘sting-rays’. Mata ikan pari umumnya terletak di bagian samping kepala. Posisi

dan bentuk mulutnya adalah terminal dan umumnya bersifat predator. Ikan ini bernapas melalui celah insang (gill openings atau gill slits) yang berjumlah 5-6 pasang. Posisi celah insang adalah dekat mulut di bagian bawah (ventral). Ikan pari jantan dilengkapi sepasang alat kelamin yang disebut “clasper” letaknya di pangkal ekor. Ikan pari betina umumnya memijah secara melahirkan anak (vivipar) dengan jumlah anak antara 5-6 ekor.

(16)

B. Habitat dan Persebaran Ikan Pari

Last dan Stevens (2009) menyatakan bahwa Ikan pari (famili Dasyatidae) mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik. Daerah sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan kadang masuk ke daerah pasang surut. Ikan pari biasa ditemukan di perairan laut tropis. Di perairan tropis Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Papua Nugini) dan Amerika Selatan (Sungai Amazon).

Di perairan laut, ikan pari mempunyai peran ekologis yang sangat penting, terutama sebagai predator bentos. Namun beberapa aspek biologi (misalnya: reproduksi, diet dan fisiologi) ikan pari belum dikaji secara menyeluruh (Allen, 2000).

Jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pari adalah jaring dogol (danish seine), jaring liongbun (big mesh size bottom gillnet) dan pancing senggol (bottom long line without bait). Jaring dogol termasuk alat tangkap yang tidak selektif menangkap ikan pari. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tangkapan yang umumnya (50 % dari total hasil tangkapan) berukuran kecil dan belum dewasa. Jaring liongbun dan pancing senggol tergolong alat tangkap yang selektif terhadap ikan pari yang ditunjukkan dengan 50 % total tangkapan berupa ikan ukuran besar dan telah dewasa (Anonim, 2003).

C. Aspek Biologi Reproduksi Ikan 1. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan jumlah ikan betina yang dinyatakan dalam persen dari jumlah total individu. Nisbah kelamin menunjukkan banyaknya individu yang menyusun suatu populasi (Fonteneau dan Marcilla, 1993 dalam Talaohu, 2003).

(17)

Seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovum (Effendie, 1997).

Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. Testis beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan jantan, sedangkan ovari beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan betina (Effendie, 1997). Menurut Andy Omar (2004), nisbah ikan jantan dan ikan betina diperkirakan mendekati 1 : 1, berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap relatif sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap.

2. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk menentukan perbandingan antara organisme yang telah matang gonad dengan yang belum matang, ukuran atau umur organisme pada saat pertama kali matang gonad, untuk menentukan apakah organisme tersebut sudah memijah atau belum, masa pemijahan, dan frekuensi pemijahan. Effendie (1997) mengemukakan bahwa bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari berbagai tingkat dengan persentase yang tidak sama, dan tingkat kematangan yang tertinggi akan didapatkan pada saat pemijahan akan tiba.

(18)

Sjafei et al. (1991) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah subtropis adalah suhu dan makanan. Pada suhu dibawah optimum maka proses pemijahan tidak dapat berlangsung walaupun kedua induk telah matang gonad.

Eber dan Cowley (2009) menyatakan bahwa TKG untuk ikan pari dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu ikan juvenile (TKG I), ikan muda (TKG II) dan Dewasa (TKG III). Untuk ikan jantan, dianggap juvenile (TKG I) apabila memiliki klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur. Ikan muda (TKG II) adalah ikan yang panjang klasper melampaui tepi posterior sirip dubur, tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan dewasa (TKG III) ketika panjang klasper mencapai 6-9 cm melampaui tepi posterior sirip dubur dan memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal. Ikan betina dianggap juvenile (TKG I) apabila kurang memiliki diferensiasi ovarium atau tidak terlihat jelas, dan kelenjar oviducal tidak terlihat di dalam rahim. Ikan muda (TKG II) memiliki telur yang lebih kecil dan terlihat jelas tetapi tidak memiliki oosit matang. Kelenjar oviducal itu belum berkembang, uteri sempit dan terbatas. Ikan dewasa (TKG III) yaitu terdapat oosit yang berwarna kuning, berdiameter 1,5 - 2,0 cm, kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah

sudah terdapat embrio yang berkembang di dalam rahim.

3. Ukuran pertama kali matang gonad

Ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu parameter yang penting dalam penentuan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap. Awal kematangan gonad biasanya ditentukan berdasarkan umur atau ukuran ketika 50% individu di dalam suatu populasi sudah matang gonad (King, 1995 dalam Andy Omar, 2004).

(19)

Lagler et al. (1977 dalam Syamzam, 2006) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga tempat berpijah yang sesuai.

4. Indeks kematangan gonad

Effendie (1997) mengemukakan bahwa indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan nilai dari perbandingan antara bobot gonad dan bobot ikan dikalikan 100%. Indeks kematangan gonad diperlukan sebagai salah satu pengukuran aktifitas yang terjadi di dalam gonad. Selanjutnya dikatakan bahwa bobot gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah kemudian bobot gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai selesai.

Indeks Kematangan Gonad ikan betina lebih tinggi dari ikan jantan pada TKG yang sama, disebabkan karena IKG sangat dipengaruhi oleh bobot gonad dan bobot tubuh. Gonad yang berisih telur (betina) lebih berat dibandingkan gonad yang berisih sperma (jantan), sehingga IKG ikan betina lebih tinggi dibanding ikan jantan (Galib, 2002).

5. Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Pada umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina. Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin cepat dan fekunditasnya semakin besar (Nikolsky, 1963 dalam Syamzam, 2006).

Effendie (1997) menyatakan bahwa fekunditas secara tidak langsung digunakan untuk menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan

(20)

sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.

Ikan vivipar dan ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman. Sebaliknya ikan ovipar biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya banyak disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim, terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan vivipar dan ovovivipar lebih modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu terjadi pemijahan, ikan ovipar lebih banyak mengeluarkan energi daripada ikan vivipar dan ovovivipar (Effendie, 1997).

6. Diameter telur

Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Effendie (1997) menyatakan bahwa masa pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochronal) yang

berlangsung sampai beberapa hari

.

Tresnati dan Tuwo (1994) mengemukakan bahwa pada ikan maupun avertebrata sering dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus, yaitu modus pertama terdiri dari telur yang matang dan modus kedua terdiri dari telur tidak matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Selanjutnya

(21)

Nikolsky (1963, dalam Syamzam, 2006) menyatakan bahwa frekuensi pemijahan digambarkan dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok telur yang telah matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang terlepas dari kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim pemijahan berikutnya.

Ukuran telur bervariasi tergantung pada jumlah kandungan kuning telur dan fekunditas. Fekunditas pada setiap individu betina tergantung pada umur, ukuran spesies dan kondisi lingkungan (ketersediaan pakan, suhu air dan musim) (Lagler et al., 1977 dalam Syamzam, 2006). Menurut Fujaya (2001), ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat telur dan anak. Ikan yang memiliki telur-telur kecil biasanya memiliki jumlah telur yang banyak, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.

(22)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2011 di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Pengamatan ikan sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar ukur untuk mengukur panjang total tubuh dan klasper ikan, timbangan elektrik untuk menimbang bobot gonad, timbangan gantung (Kg) untuk menimbang bobot ikan, scalpel untuk membedah ikan, botol sampel sebagai wadah telur ikan, jangka sorong yang berketelitian 1 mm untuk mengukur diameter telur, cawan petri sebagai wadah meletakkan telur dan papan preparat untuk meletakkan ikan.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan pari sebagai sampel yang diteliti, larutan Gilson untuk mengawetkan telur, dan kertas label untuk memberi tanda pada gonad.

C. Metode Pengambilan Sampel

Sampel diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di perairan Selat Makassar, Sulawesi Selatan, yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. Pengambilan sampel tersebut dilakukan sebanyak delapan kali dimana tiap minggu dilakukan pengambilan sampel pada saat hasil tangkapan nelayan meningkat selama dua bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh hasil tangkapan nelayan dengan kondisi ikan yang masih segar dan telah mati karena jumlah hasil tangkapan nelayan untuk ikan pari sangat kurang. Jumlah sampel yang diperoleh selama penelitian adalah 72 ekor. Pengukuran sampel dilakukan di laboratorium meliputi bobot

(23)

tubuh dengan menggunakan timbangan gantung (kg) yang berketelitian 10 g dan panjang total tubuh yang diukur dimulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung ekor yang paling belakang dengan menggunakan mistar ukur yang berketelitian 1 mm.

Untuk penentuan jenis kelamin ikan pari yaitu dengan memperhatikan kehadiran klasper pada setiap inividu. Individu yang memiliki klasper digolongkan sebagai ikan jantan sedangkan yang tidak memiliki klasper adalah betina. Nisbah kelamin diduga dengan uji Chi-square menggunakan Koreksi Yates (Sudjana, 1992).

Selanjutnya, ikan dibedah untuk menentukan tingkat kematangan gonad (TKG). Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan metode klasifikasi yang dibuat Eber dan Cowley (2009). Ukuran pertama kali matang gonad dianalisis dengan metode Spearmen-karber (Udupa, 1986). Untuk penentuan indeks kematangan gonad (IKG) dianalisis dengan cara yang dilakukan oleh Johnson (1971 dalam Effendie, 1997).

Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang matang yaitu TKG II dan III. Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode langsung karena jumlah telur relatif sedikit (Effendie, 1997). Gonad ikan diambil kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik, kemudian dimasukkan ke dalam wadah (botol sampel) dan direndam dengan larutan Gilson selama 24 jam. Larutan Gilson ini dapat melarutkan jaringan-jaringan pembungkus telur sehingga butiran telur terlepas satu demi satu. Butiran telur dihitung secara lansung tanpa menggunakan mikroskop karena telur ikan pari berukuran besar sehingga dapat dilihat secara kasat mata.

Diameter telur dihitung dengan mengukur seluruh telur pada setiap gonad. Telur-telur tersebut diletakkan di cawan petri kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong yang berketelitian 1 mm

(24)

D. Analisis Data 1. NIsbah kelamin

Nisbah kelamin ditentukan dengan uji Chi-square menggunakan Koreksi

Yates (Sudjana, 1992). Hasil pengamatan dapat dicantumkan dalam daftar

kontingensi 2x2 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar kontingensi 2x2

Faktor kedua

Taraf 1 Taraf 2 Total

Faktor kesatu Taraf 1 a b a+b Taraf 2 c d c+d Total a+c b+d n 𝑥𝑥2 = 𝑛𝑛 �|𝑎𝑎𝑎𝑎 − 𝑏𝑏𝑏𝑏| − 12𝑛𝑛�2 (𝑎𝑎 + 𝑏𝑏)(𝑎𝑎 + 𝑏𝑏)(𝑏𝑏 + 𝑎𝑎)(𝑏𝑏 + 𝑎𝑎) Hipotesis yang diuji adalah:

• Ho

• H

= Jumlah ikan jantan dan betina tidak berbeda (nisbah kelamin 1:1)

1

Pengambilan Keputusan:

= Jumlah ikan jantan dan betina berbeda (nisbah kelamin bukan 1:1)

• Jika X2

hitung < X2tabel maka terima Ho tolak H

• Jika X

1 2

hitung > X2tabel maka terima H1 tolak Ho

2. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan dan ikan betina ditentukan berdasarkan metode klasifikasi yang di buat Eber dan Cowley. (2009) dapat dilihat pada Tabel 2.

(25)

Tabel 2. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) menurut Eber dan Cowley (2009)

TKG Betina Jantan

I

Ovarium kurang memiliki

diferensiasi atau tidak terlihat jelas dan kelenjar oviducal tidak terlihat dalam rahim.

Memiliki klasper yang pendek yaitu tidak melampaui tepi posterior sirip dubur.

II

Ovarium terlihat jelas tetapi tidak memiliki oosit matang, kelenjar oviducal itu belum berkembang.

Klasper melampaui tepi

posterior sirip dubur (3-6 cm), tetapi tidak memiliki kalsifikasi dari unsur-unsur tulang rawan terminal.

III

Terdapat oosit yang berwarna kuning dan berdiameter 1,5-2,0 cm, kelenjar oviducal yang terlihat jelas, ataukah sudah terdapat embrio yang berkembang di dalam rahim.

Panjang klasper mencapai 6-9 cm melampaui tepi posterior

sirip dubur dan memiliki

kalsifikasi dari unsur-unsur

tulang rawan terminal.

3. Ukuran pertama kali matang gonad

Pendugaan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad menggunakan metode Spearman-Karber (Udupa, 1986) dengan menggunakan rumus sebgai berikut :

Log m = xk + 𝑋𝑋

2 – (𝑋𝑋 ∑ 𝑝𝑝𝑝𝑝)

Dengan selang kepercayaan 95% maka

anti log m = 𝑚𝑚 ± 1,96�𝑥𝑥2∑ �𝑝𝑝𝑝𝑝 −𝑞𝑞𝑝𝑝 𝑛𝑛𝑝𝑝−1�

dimana : xk = logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad, X = selisih logaritma nilai tengah, M = logaritma nilai tengah, pi = ri/ni, ri = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-I, ni = jumlah ikan pada kelas ke-I, qi = 1-pi

(26)

4. Indeks kematangan gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) ditentukan sebagaimana cara yang dilakukan oleh Johnson (1971 dalam Effendie, 1997) dengan rumus:

IKG =𝐵𝐵𝐵𝐵

𝐵𝐵𝐵𝐵× 100%

Dimana, IKG = Indeks kematangan gonad, BG = Berat gonad (gr), BT = Bobot tubuh (gr)

5. Fekunditas

Fekunditas ikan pari (D. kuhlii) dianalisis dengan menggunakan data fekunditas (TKG II dan III) dan dihubungkan dengan panjang dan bobot Ikan (Effendie, 1997).

6. Diameter Telur

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nisbah Kelamin

Jumlah sampel ikan pari yang diperoleh selama penelitian sebanyak 72 ekor yang terdiri dari 29 ekor ikan jantan dan 43 ekor ikan betina, dengan demikian, nisbah kelamin ikan pari jantan dan betina adalah 1,00 : 1,48 dapat dilihat pada Tabel 3, Lampiran 1, dan Lampiran 2. Hasil penelitian Eber dan Cowley (2009) diperoleh 153 ekor ikan pari jantan dan 204 ekor ikan pari betina dengan perbandingan 1,00 : 1,33.

Tabel 3. Jumlah (ekor) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina yang diperoleh selama penelitian

Waktu Pengambilan Sampel Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor)

Juni 2011 14 19 33

Juli 2011 15 24 39

Jumlah 29 43 72

Berdasarkan hasil uji chi-kuadrat diperoleh nisbah kelamin ikan pari jantan dan betina yang tertangkap selama penelitian yaitu 0,01 sedangkan X2(0,05)(1) sebesar 3,84 dan X2(0,1)(1) sebesar 6,63 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil

tersebut maka diketahui nilai X2 hitung < X2 tabel, sehingga dapat dikatakan

bahwa jumlah ikan pari jantan dan betina tidak berbeda nyata pada setiap bulan. Hal ini menunjukkan kemungkinan bagi ikan pari untuk melakukan pembuahan lebih besar karena persaingan untuk memperoleh pasangan jauh lebih besar.

B. Tingkat Kematangan Gonad

Selama penelitian (Juni-Juli 2009) didapatkan ikan-ikan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) I sampai III untuk jantan dan betina. Persentase ikan pari jantan dan betina pada masing-masing TKG dapat dilihat pada Tabel 4.

(28)

Tabel 4. Persentase komposisi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gonad

Waktu pengambilan

sampel TKG

Jantan Betina

n

(ekor) Frekuensi (%) (ekor) n Frekuensi (%) Juni I 7 24.14 9 20.93 II 3 10.34 6 13.95 III 4 13.79 4 9.30 Juli I 4 13.79 12 27.91 II 6 20.69 10 23.26 III 5 17.24 2 4.65 Jumlah 29 100.00 43 100.00

Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa ikan pari jantan yang tertangkap pada saat matang gonad (TKG II dan III) lebih sedikit jika dibandingkan dengan ikan pari betina. Ikan pari betina yang belum matang gonad (TKG I) sebanyak 48.83% dan yang telah matang goonad (TKG II dan III) sebanyak 51.17%, sedangkan ikan pari jantan yang belum matang gonad (TKG I) sebanyak 37,93% dan yang telah matang gonad (TKG II dan III) sebanyak 62,07%. Hal ini menunjukkan ikan pari yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil tangkapan. Sama halnya yang didapatkan oleh Capape (1993) dimana ikan pari yang telah matang gonad mendominasi (>50%) hasil tangkapan pada bulan April, Juni, Juli dan Agustus. Berkaitan dengan kelas Chondrichthtyes, Chavert- Almeida et al. (2005) juga menyatakan Freswater stingrays (Patomatrygonidae) yang telah matang gonad mendominasi (>50%) dari hasil tangkapan pada bulan Juli, Agusutus, September dan Okrober. Berdasarkan hasil analisis ini, pada saat pengambilan sampel (Juni – Juli) ikan pari memasuki musim puncak untuk melakukan pemijahan. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dimana didapatkan ikan yang matang gonad (TKG II dan III) lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam setahun atau saat pemijahannya panjang, akan

(29)

ditandai dengan peningkatan presentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Oleh karena itu, dari segi aspek pengaturan pengelolaannya penangkapan ikan pari sebaiknya dikurangi pada bulan Juni – juli karena telah memasuki musim puncak pemijahan dimana terdapat banyak ikan yang telah matang gonad.

Tingkat kematangan gonad ikan jantan maupun betina pada setiap waktu pengambilan sampel tidak sama atau beragam sehingga memungkinkan ikan pari memijah lebih dari satu kali setahun. Akan tetapi masa kehamilan ikan pari menurut Eber dan Cowley (2009) adalah masa kehamilan sembilan bulan karena ikan pari memerlukan waktu yang cukup lama dalam merawat embrio sehingga embrio berkembang dan dapat dilahirkan. Hal ini berarti ikan pari mempunyai siklus pemijahan tahunan dengan masa mengandung sembilan bulan.

C. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad

Kisaran ukuran ikan pari jantan pertama kali matang gonad yang didapat selama penelitian adalah panjang total tubuh 506 - 784 mm dan panjang total tubuh 599 - 784 mm pada ikan betina (Tabel 5.).

Tabel 5. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian

Panjang total (mm) Jantan Betina

I II III Total I II III Total

320 – 412 4 0 0 4 413 – 505 3 0 0 3 6 0 0 6 506 – 598 5 2 0 7 8 0 0 8 599 – 691 0 1 13 14 3 11 1 15 692 – 784 0 0 5 5 0 5 5 10 Jumlah 8 3 18 29 21 16 6 43

(30)

Berdasarkan analisis metode Spearman-Karber diperoleh ukuran pertama kali matang gonad pada panjang tubuh 569 mm untuk ikan jantan dengan kisaran panjang 506 - 784 mm (Lampiran 4) dan panjang tubuh 617 mm dengan kisaran 599 - 784 mm untuk ikan pari betina (Lampiran 5). Nilai tersebut menunjukkan bahwa ikan pari jantan berukuran lebih kecil pada saat matang gonad dibandingkan ikan betina (Gambar 4. Dan 5). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eber dan Cowley (2009) yang menyatakan ikan pari jantan ukurannya lebih kecil pada saat matang gonad dibanding ikan betina, yaitu Dw 392 - 395

mm pada ikan jantan dan Dw

Dari segi aspek pengaturan pengelolaannya, ukuran terkecil panjang total tubuh ikan pari yang dapat ditangkap dimana untuk jantan adalah 572 mm dan untuk betina 617 mm perlu disesuaikan dengan alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan pari dimana ukuran mata jaring yang digunakan harus disesuakan dengan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap.

500 - 505 mm untuk ikan betina. Hal ini diduga karena ikan betina memerlukan ukuran porsi tubuh lebih besar pada saat matang gonad dikarenakan ukuran diameter telur ikan pari yang besar sedangkan ikan jantan hanya mengikuti panjang klasper sehingga tidak memerlukan ukuran porsi tubuh lebih besar pada saat matang gonad.

Gambar 2. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian

0 20 40 60 80 100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Pa nj an g k la sp er ( mm)

Panjang total tubuh (mm)

TKG I TKG II TKG III

(31)

Gambar 3. Distribusi (ekor) tingkat kematangan gonad ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan kisaran panjang tubuh (mm) yang didapatkan selama penelitian

Hasil penelitian yang menunjukkan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad untuk ikan jantan dan betina berbeda. Hal ini berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin dan pertumbuhan ikan itu sendiri. Lagler et al. (1997) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran, serta sifat-sifat fisiologi individu yang berbeda jenis kelamin dan juga berpijah yang sesuai.

D. Indeks Kematangan Gonad

Kisaran nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari berdasarkan tingkat kematangan gonad (TKG) dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 serta Lampiran 1 dan 2.

Tabel 6. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin.

TKG Jantan

Kisaran Rataan Jumlah

I 0.0455 - 0.5818 0.2085 ± 0.1840 8 II 0.2862 - 0.4079 0.3374 ± 0.0631 3 III 0.2167 - 1,0167 0.3994 ± 0.2261 18 Jumlah 29 0 1 2 3 4 5 6 7 0 200 400 600 800 1000 Bo bo t g on ad (g ra m)

Panjang total tubuh (mm)

TKG I TKG II TKG III

(32)

Tabel 7. Kisaran Nilai Indeks Kematangan Gonad (%) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina berdasarkan tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin.

TKG Betina

Kisaran Rataan Jumlah

I 0.0383 - 0.1393 0.1136 ± 0.0917 21

II 0.0209 - 0.2453 0.1160 ± 0.0709 16

III 0.2417 - 0.5243 0.1398 ± 0.1095 6

Jumlah 43

Berdasarkan Tabel 5 dan 6 diperoleh nilai kisaran IKG ikan pari yang tertinggi pada TKG III yaitu 0,2167 - 1,0467% dengan nilai rataan 0,3994 ± 0,2261 untuk ikan jantan dan 0,2417 – 0.5243% dengan nilai rataan 0,1398 ± 0,1095 untuk ikan betina. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai kisaran IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina pada TKG yang sama. Hai ini sesuai dengan hasil penelitian Chavert-Almeida et al. (2005) dan White (2003) yang menyatakan bahwa, ikan Freshwater stingrays (Patomatrygonidae) dan Nervous shark (Carcharhinus cautus) pada kelas

chondrichthyes, IKG ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina. Diduga

karena oosit yang berada didalam ovari memiliki endapan kuning telur yang sudah sangat tereduksi, disebabkan ketika telur telah dibuahi sperma kemudian menjadi embrio tidak memiliki cadangan makanan dari kuning telur melainkan langsung dari induknya.

E. Fekunditas

Fekunditas ikan pari dianalisis dengan menggunakan data fekunditas (TKG II dan III) dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 8.

(33)

Tabel 8. Fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada berbagai kisaran panjang total.

Kisaran panjang total

ikan (mm) Jumlah ikan (ekor) Kisaran fekunditas (butir) fekunditas (butir) Rataan

570 – 612 4 4 – 6 5,00 ± 1,15

613 – 655 5 4 – 7 5,40 ± 1,34

656 – 698 6 5 – 7 5,67 ± 1,03

699 – 741 3 5 – 8 7,00 ± 1,73

742 – 784 4 7 – 9 8,00 ± 1,15

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat diduga bahwa fekunditas ikan pari berkisar 4 – 9 butir pada kisaran panjang total 570 – 784 mm. Ukuran panjang tubuh cukup mempengaruhi fekunditas suatu individu betina. Pada Gambar 7 dapat dilihat, semakin besar ukuran panjang tubuh maka semakin besar pula fekunditasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Capape (1993) yang menduga fekunditas Thorny stingrays (Dasyatis centroura) berkisar 1 - 13 butir pada kisaran lebar cakram/tubuh Dw 170 – 720 mm. Eber dan Cowley

menyatakan fekuditas ikan pari memiliki kolerasi positif berdasarkan panjang tubuh. Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan, fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada bobot tubuh ikan karena panjang penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti bobot tubuh yang dapat berkurang dengan mudah. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Fujaya (2001) bahwa, ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan berhubungan pula dengan kemampuan merawat telur dan anak.

(34)

Gambar 4. Hubungan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) berdasarkan panjang total tubuh

F. Diameter Telur

Hasil pengukuran diameter telur ikan pari berdasarkan frekuensi jumlah telur dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada histogram menunjukkan bahwa diameter telur ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) berkisar 1,0 – 22,4 mm. Kisaran diameter telur pada TKG II 1,0 – 9.5 mm. Kisaran diameter pada TKG III berkisar antara 5,3 – 22,4 mm. Kisaran diameter telur tersebut menunjukkan bahwa pada fase ini gonad ikan semakin berkembang besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya, sebagian hasil dari hidrasi dan pembentukan butir telur minyak berjalan secara bertahap terliput dalam perkembangan tingkat kematangan gonad.

Berdasarkan Gambar 8 dan 9. dapat dilihat bahwa distribusi diameter telur dalam ovari ikan pari yang telah matang gonad (TKG II dan III) terdapat satu puncak atau mempunyai satu modus. Hasil penelitian Eber dan Cowley (2009) menyatakan bahwa kelahiran ikan pari terjadi seluruhnya di satu musim pemijahan yaitu pada bulan Januari hingga April. dengan demikian dapat dikatakan bahwa ikan pari memijah secara total spawner. Effendie (1997)

y = 0.015x - 4.229 R² = 0.380 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Fe ku nd ita s ( bu tir)

(35)

menyatakan bahwa, pememijahan yang berlangsung sekali atau dua kali dalam satu musim pemijahan disebut total spawner.

Gambar 5. Histogram sebaran diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad (TKG) II dan III

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 - 5.2 5.3 - 9.5 9.6 - 13. 8 13.9 - 18. 1 18.2 - 22.4 Fe ku nd ita s ( bu tir) Diameter telur (mm)

TKG II

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 - 5.2 5.3 - 9.5 9.6 - 13. 8 13.9 - 18. 1 18.2 - 22.4 Fe ku nd ita s ( bu tir) Diameter telur (mm)

TKG III

(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari beberapa aspek biologi ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere

Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa:

• Nisbah kelamin ikan pari (D. kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina yang didaratkan di TPI Paotere Makassar tidak berbeda nyata pada setiap bulan.

• Ikan pari telah memasuki musim puncak pemijahan pada bulan Juni – Juli dan memiliki siklus pemijahan tahunan dimana masa kehamilan sembilan bulan.

• Ukuran pertama kali matang gonad ikan pari jantan adalah 569 mm dengan kisaran panjang total tubuh 506 - 784 mm sedangkan untuk ikan pari betina adalah 617 mm dengan kisaran panjang total tubuh 599 - 784 mm

• Indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya TKG.

• Fekunditas ikan pari semakin meningkat dengan meningkatnya panjang tubuh.

• Ikan pari memijah secara keseluruhan atau satu kali dalam satu musim pemijahan (total spawner).

B. Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang aspek biologi reproduksi ikan pari (D. kuhlii Müller & Henle, 1841) dengan jangka waktu yang lebih lama (satu tahun), guna mengetahui musim pemijahan dan puncak pemijahan.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. 2000. Marine Fishes of South and East Asia. A Field Guide for Anglers and Diversi. Western Australia.

Andy Omar, S. Bin. 2004. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonim.2003.http://www.litbang.kkp.go.id/basisdata/index.php?com=riset&task=v iew&id=452&PHPSESSID=ff918135e2a33928d8cc4453832faba4 (artikel online, 14 Maret 2011).

Anonim. 2010. Dasyatis. http://www.google.com/20g?search=dasyatis (artikel online, 5 Maret 2011).

Anonim. 2011. Potensi Selat Makassar.http.//www.zwani.com/graphics/welcome (artikel online, 3 Maret 2011)

Capape, C. 1993. New data on the reproductive biology of thr thorny stingrays (Dasyatis centroura) from of the Tunisian coasts. Environmental Biology of Fishes, 38:73-80

Chavert-Almeida, P., M. L. G. DE Araujo, and M. P. De Almeida. 2005. Reproducitive aspects of freshwater stingrays (Chondrichthyes : Patamotrygonidae) in the Brazilian Amazon Basin. Journal of Northwest Atlantic Fishery Science, 35:165-171.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan. Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selata. Makassar. Eber. D.A and P.D. Cowley. 2009. Reproduction and embryonic development of

the blue stingray, Dasyatis chrysonotan, in Southern African Waters. Journal of Marine Biological Association of the United Kingdom, 89:80-81.

Effendie, M.I 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusataman. Yogyakarta Fujaya, Y. 2001. Biologi dan Teknologi Reproduksi Teleostei. Program Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Galib, A.S. 2002. Aspek Reproduksi Ikan Kuniran (Upeneus moluccensis) di Sekitar Perairan Pulau Kodingareng. Kecamatan Ujung Tanah. Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Unuversitas Hasanuddin. Makassar.

Last, P.R. & J.D. Stevens. 2009. Sharks and Rays of Australia Second Edition. CSIRO. Victoria Asutralia

(38)

Sjafei, D.S, M.F. Raharjo, R. Affandi, M. Brojo, dan Sulistino. 1991. Fisiologi ikan II Reproduksi Ikan. IPB. Bogor. 210 hal.

Sudjana. 1992. Metode Statistik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Syamzam. 2006. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Kuniran (Upeneus asymmetricus Lachner, 1954) Di Perairan Pulau Kodingareng Kecamatan Ujung tanah Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Talaohu, N. 2003. Analisis Biologi Reproduksi Ikan Layang (Decapterus russelli Ruppel) yang Tertangkap pada Bagan Rambo di Perairan Barru Selat Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tresnati, J. dan A. Tuwo. 1994. Metode Baru Untuk Estimasi Fekunditas (Aplikasi pada Ikan Sebelah (Pleuronectes platessa). Torani. Buletin dan Jurnal Teknologi Kelautan Vol. IV. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin Makassar.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first matury in fishes. Fishbyte, 4(2): 8 – 10.

White, W. T. 2003. Aspect of the Biology of Elasmobranchs in a Subtropical Embayment in Western Australia and of Chondrichthyan Fisheries in Indonesia. Mordoch University, Western Australia

(39)
(40)

Lampiran 1. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot gonad (gram), panjang klasper (mm), tingkat matang gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis

kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan

No Panjang

(mm) Bobot T (gram) P. Klsper (mm) B. Gonad (gram) TKG IKG (%)

1 415 280 20 I 2 415 300 15 0.30 I 0.1000 3 460 440 23 0.20 I 0.0455 4 550 560 15 0.48 I 0.0857 5 515 640 25 0.95 I 0.1484 6 550 440 45 2.56 I 0.5818 7 547 900 35 2.61 I 0.2900 8 548 840 30 1.75 I 0.2083 9 580 660 45 2.10 II 0.3182 10 610 856 58 2.45 II 0.2862 11 580 760 45 3.10 II 0.4079 12 650 1000 70 5.87 III 0.5870 13 660 900 70 5.09 III 0.5656 14 660 900 75 9.15 III 1.0167 15 670 1200 80 5.67 III 0.4725 16 680 1100 75 5.18 III 0.4709 17 600 989 65 2.50 III 0.2528 18 605 1040 75 6.57 III 0.6317 19 610 969 65 2.10 III 0.2167 20 630 1100 65 4.50 III 0.4091 21 655 1000 65 2.65 III 0.2650 22 660 1100 70 7.11 III 0.6464 23 660 1200 70 3.72 III 0.3100 24 660 1220 70 6.03 III 0.4943 25 710 1069 75 2.70 III 0.2526 26 710 1120 90 8.35 III 0.7455 27 730 960 70 3.10 III 0.3229 28 730 1200 72 8.46 III 0.7050 29 755 1240 70 4.31 III 0.3476

(41)

Lampiran 2. Hasil pengukuran panjang tubuh (mm), bobot tubuh (gram), bobot Gonad (gram), tingkat matang gonad (TKG) dan Ideks Kematangan gonad (IKG) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) betina

No Panjang (mm) Bobot T (gram) Bobot G (gram) TKG IKG (%)

1 435 320 I 2 580 1160 I 3 550 1000 I 4 555 1180 I 5 655 1240 I 6 570 1200 I 7 540 1000 I 8 600 1080 1.11 I 0.1028 9 320 400 0.45 I 0.1125 10 340 440 0.50 I 0.1136 11 360 200 0.17 I 0.0850 12 410 460 0.50 I 0.1087 13 450 280 0.39 I 0.1393 14 480 500 0.32 I 0.0640 15 485 380 0.18 I 0.0474 16 490 400 0.27 I 0.0675 17 500 600 0.23 I 0.0383 18 530 560 0.22 I 0.0393 19 550 340 0.36 I 0.1059 20 580 880 1.00 I 0.1136 21 600 1100 0.44 I 0.0400 22 640 1020 1.80 II 0.1765 23 670 1260 2.63 II 0.2087 24 615 800 0.52 II 0.0650 25 640 1110 1.38 II 0.1243 26 640 1200 1.41 II 0.1175 27 645 1000 2.40 II 0.2400 28 665 1100 0.23 II 0.0209 29 670 1200 0.84 II 0.0700 30 680 1060 2.60 II 0.2453 31 685 1110 0.50 II 0.0450 32 690 1340 1.16 II 0.0866 33 720 1600 0.70 II 0.0438 34 700 1160 1.60 II 0.1379 35 710 1260 1.00 II 0.0794 36 720 1800 1.00 II 0.0556 37 700 1220 1.70 II 0.1393 38 670 1260 3.84 III 0.3048 39 770 1120 3.54 III 0.3161

(42)

Lampiran 2. Lanjutan

40 740 1110 5.82 III 0.5243

41 770 1240 3.16 III 0.2548

42 710 1640 5.86 III 0.3573

(43)

Lampiran 3. Uji Chi-square dengan menggunakan Koreksi Yates nisbah kelamin ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) jantan dan betina

yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makakssar

Waktu Pengambilan Sampel Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor)

Juni 2011 14 19 33 Juli 2011 15 24 39 Jumlah 29 43 72 𝑋𝑋2=72 �|(14)(24) − (19)(15)| − 1272� 2 (33)(29)(39)(43) = 0,01

Nilai chi-square X2 (0.05)(1) = 3,84 dan X2(0.01)(1)

Karena X

= 6,63

2

hitung < X2 tabel, maka terima H0 (jumlah ikan jantan dan ikan betina

(44)

Lampiran 4. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad Ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) jantan

Kelas Panjang

Jumlah Tengah kelas tengah Log Belum matang Matang gonad Proporsi ikan matang Xi+1-Xi=X qi=1-pi pixqi/ni-1 sampel

(ni) (mm) kelas (Xi) gonad (ri) gonad (pi)

415 500 3.0000 457.5 2.6604 3 0 0.0000 0.0748 1.0000 0.0000

501 586 7.0000 543.5 2.7352 5 2 0.2857 0.0638 0.7143 0.0340

587 672 13.0000 629.5 2.7990 0 13 1.0000 0.0556 0.0000 0.0000

673 758 6.0000 715.5 2.8546 0 6 1.0000 0.0000 0.0000

(45)

Lampiran 4. Lanjutan Jantan kelas panjang 𝑚𝑚 = 𝑥𝑥𝑥𝑥 +𝑋𝑋2− (𝑋𝑋 × ∑ 𝑝𝑝𝑝𝑝)

𝑚𝑚 = 2,8556 +0,05562 − �(0.0556) × (2,2857)� 𝑚𝑚 = 2,8546 + 0,0278 − 0,1271

𝑚𝑚 = 2,7553

𝑚𝑚 = 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 2,7577 = 569 𝑚𝑚𝑚𝑚 Dengan selang kepercayaan 95% maka: 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 �𝑚𝑚 ± 1,96�𝑋𝑋2� �𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑞𝑞𝑝𝑝 𝑛𝑛𝑝𝑝 − 1 �� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎�2,7553 ± 1,96�0,0031 × 0,0340� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎�2,7553 ± 1,96�0,0001� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7553 ± 1,96 × 0,0103] 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7553 ± 0,0201] Jadi batas atas adalah

𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7553 + 0,0201] = 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 log 2,7753 = 596 𝑚𝑚𝑚𝑚 Batas bawah

(46)

Lampiran 5. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali matang gonad ikan pari (Dasyatis kuhli Müller & Henle, 1841) betina

Kelas Panjang

Jumlah Tengah kelas tengah Log matang Belum Matang gonad Proporsi ikan matang Xi+1-Xi=X qi=1-pi pixqi/ni-1 sampel

(ni) (mm) kelas (Xi) gonad (ri) gonad (pi)

320 432 376.0 2.5752 4 4 0 0.0000 0.1141 1.0000 0.0000

433 545 489.0 2.6893 8 8 0 0.0000 0.0903 1.0000 0.0000

546 658 602.0 2.7796 14 9 5 0.3571 0.0747 0.6429 0.0177

659 771 715.0 2.8543 17 0 17 1.0000 0.0000 0.0000

(47)

Lampiran 5. Lanjutan Betina kelas panjang 𝑚𝑚 = 𝑥𝑥𝑥𝑥 +𝑋𝑋2− (𝑋𝑋 × ∑ 𝑝𝑝𝑝𝑝)

𝑚𝑚 = 2,8543 +0,07472 − �(0.0747) × (1,3571)� 𝑚𝑚 = 2,8443 + 0,0374 − 0,1014

𝑚𝑚 = 2,7903

𝑚𝑚 = 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 2,5650 = 617 𝑚𝑚𝑚𝑚 Dengan selang kepercayaan 95% maka: 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 �𝑚𝑚 ± 1,96�𝑋𝑋2� �𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑞𝑞𝑝𝑝 𝑛𝑛𝑝𝑝 − 1 �� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 �2,7903 ± 1,96�0,0056 × 0,0177� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎�2,7903 ± 1,96�0,0001� 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7903 ± 1,96 × 0,0100] 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7903 ± 0,0195] Jadi batas atas adalah

𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎[2,7903 + 0,0195] = 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑝𝑝 log 2, 8098 = 645 𝑚𝑚𝑚𝑚 Batas bawah

(48)

Lampiran 6. Analisis regresi ikan pari jantan berdasarkan TKG SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,293047532 R Square 0,085876856 Adjusted R Square 0,052020443 Standard Error 0,817363988 Observations 29 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 1,69459607 1,69459607 2,536501922 0,122882329 Residual 27 18,03826501 0,668083889 Total 28 19,73286108

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

Intercept -0,110466711 0,431183685 -0,256194087 0,799742919 -0,995182543 0,774249121 -0,99518254 0,774249121

(49)

Lampiran 7. Analisis regresi ikan pari betina berdasarkan TKG SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,549854819 R Square 0,302340322 Adjusted R Square 0,28182092 Standard Error 0,098783758 Observations 36 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 0,143781316 0,143781316 14,73436299 0,000513076 Residual 34 0,331779849 0,009758231 Total 35 0,475561164

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

Intercept -0,006663494 0,044311922 -0,150376998 0,881355777 -0,096716154 0,083389166 -0,09671615 0,083389166

(50)

Lampiran 8. Hasil pengukuran panjang tubuh dan fekunditas ikan pari (Dasyatis kuhlii Mülle & Henle, 1841)

No L F Log L Log F Log L+LogF Log2 F

1 580 4 2.7634 0.6021 3.3655 7.6365 2 600 4 2.7782 0.6021 3.3802 7.7181 3 615 7 2.7889 0.8451 3.6340 7.7778 4 640 4 2.8062 0.6021 3.4082 7.8746 5 640 6 2.8062 0.7782 3.5843 7.8746 6 645 4 2.8096 0.6021 3.4116 7.8936 7 665 5 2.8228 0.6990 3.5218 7.9683 8 670 5 2.8261 0.6990 3.5250 7.9867 9 680 7 2.8325 0.8451 3.6776 8.0231 10 685 5 2.8357 0.6990 3.5347 8.0411 11 690 5 2.8388 0.6990 3.5378 8.0591 12 725 8 2.8603 0.9031 3.7634 8.1815 13 740 5 2.8692 0.6990 3.5682 8.2325 14 750 7 2.8751 0.8451 3.7202 8.2660 15 775 7 2.8893 0.8451 3.7344 8.3481 16 780 9 2.8921 0.9542 3.8463 8.3642 17 570 6 2.7559 0.7782 3.5340 7.5948 18 595 6 2.7745 0.7782 3.5527 7.6979 19 640 6 2.8062 0.7782 3.5843 7.8746 20 680 7 2.8325 0.8451 3.6776 8.0231 21 710 8 2.8513 0.9031 3.7543 8.1297 22 770 9 2.8865 0.9542 3.8407 8.3318 Jumlah 134 62.2012 16.95585 79.1570 175.8981

(51)

Lampiran 9. Persentase diameter telur ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller & Henle, 1841) pada tingkat kematangan gonad II dan III

Diameter telur Jumlah Frekuensi (%)

1,0-5.2 82 61.1940 5.3-9.5 15 11.1940 9.6-13.8 23 17.1642 13.9-18.1 9 6.7164 18.2-22.4 5 3.7313 Jumlah 134

Gambar

Gambar 1. Morfologi ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller &amp; Henle, 1841)
Tabel 1. Daftar kontingensi 2x2
Tabel 2.  Tingkat kematangan gonad  (TKG)  ikan pari (Dasyatis  kuhlii  Müller &amp;
Tabel 3. Jumlah (ekor) ikan pari (Dasyatis kuhlii Müller &amp; Henle, 1841) jantan dan  betina yang diperoleh selama penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tablet kunyah ekstrak etanol herba pegagan ( Centella asiatica (L.) Urban ) dapat menurunkan kadar kreatinin pada tikus putih jantan

Sakai sambaiyan terlihat dari bait puisi yang berisi nasihat agar selalu melakukan menjadi orang baik dalam menjalani kehidupan. Nilai-nilai kebudayaan yang terdapat dalam

Penyimpanan kekayaan Reksa Dana dihual o l eh Direksi Row Dana dengan Bank K us

- Manfaat langsung (direct benefit); merupakan hasil return yang diperoleh dari kegiatan - kegiatan yang dilaksanakan, dalam hal ini dari penawaran atau penjualan output

lembar observasi aktivitas guru peneliti dapat mengumpulkan data terkait dengan aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media

Sesuai batas-batas hasil review dan penilaian dalam penelitian ini, produk lectora inspire dapat digunakan sebagai media pembelajaran sains berbasis

Guna meningkatkan kualitas evaluasi, penelitian ini akan mengoptimasi prosedur pengaturan instrumen evaluasi, sehingga instrumen evaluasi dapat diubah dan