• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bentuk penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Kemmis (1998) (dalam Wina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bentuk penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Kemmis (1998) (dalam Wina"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain dan Prosedur Penelitian

Desain peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Kemmis (1998) (dalam Wina Sanjaya, 2009: 24), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.

Adapun menurut Hasley (1972) (dalam Wina Sanjaya, 2009: 24-25), seperti dikutip Cohen (1994) penelitian tindakan adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap pengaruh yang timbul dari intervensi tersebut. Menurut Elliot (1982), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya.

Definisi lainnya menyebutkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.

Dari beberapa definisi seperti tersebut yang telah dikemukakan diatas, maka ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. Elliot (1982)

(2)

mengatakan, “The fundamental aim of action research is to improve practice rather than to produce knowledge”.

Definisi Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Menurut Hopkins (1993 : 15), menyebutkan penelitian tindakan kelas sebagai studi yang sistematis (penelitian) yang dilakukan oleh pelaku pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran melalui tindakan yang terencana dan dampak dari tindakan (aksi) yang telah dilakukan. Pelaku utama dalam hal ini adalah guru, dimana dengan peranannya pada proses pembelajaran akan menentukan pencapaian hasil belajar. Peran guru dipandang sebagai perpaduan yang baik dalam merencanakan tindakan dan sebagai pelaku penelitian.

Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 11, (Mulyasa, 2009 : 10-11), menjelaskan PTK dengan memisahkan kata – kata yang tergabung di dalanya, yakni : Penelitian Tindakan Kelas, dengan paparan sebagai berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

(3)

2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelopok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Berdasarkan pemahaman terhadap tiga kata kunci tersebut, dapat disimpulkan bahwa : penelitian tindakan kelas erupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Arikunto, 2009: 16, (dalam Dimyati, 2013: 124), memberi penjelasan bahwa para ahli mengemukakan model penelitian tindakan kelas pada garis besarnya terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yakni :

1. Perencanaan (planning). 2. Pelaksanaan (acting).

3. Pengamatan/observasi (observing). 4. Refleksi (reflecting).

(4)

Selanjutnya perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menyusun rencana tindakan/perencanaan (planning).

Pada tahap pertama, peneliti menyusun rencana kerja penelitian dengan memberi penjelasan tentang apa, mengapa, kapan dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Peneliti tindakan yang ideal mestinya harus ada koordinasi antara peneliti dengan pihak yang dipercaya untuk melakukan pengamatan (obsever). Kolaborasi ini sangat dianjurkan bagi guru yang belum pernah atau masih sedikit pengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian. Pada penelitian kolaborasi, pohak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri (guru kelas), sedangkan yang diminta melakukan pengalaman terhadap proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan, atau bisa sebaliknya. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yaitu dengan cara bergantian mengamati proses tindakan yang dilakukan masing – masing. Ketika sedang mengajar, ia berstatus sebagai guru, ketika sedang mengamati, ia sebagai seorang peneliti.

2. Melakukan tindakan (action).

Pada tahap kedua ini, peneliti melakukan kagiatan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Hal penting yang perlu diingat dalam tahap pelaksanaan ini ialah guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan semua hal yang telah

(5)

direncanakan, dengan catatan guru harus tetap bersikap wajar, jangan dibuat – buat.

3. Pengamatan (observing).

Pada tahap ketiga, yakni melakukan pengamatan oleh peneliti terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan guru. Guru yang sedang melakukan tindakan disebut sebagai guru pelaksana, dan pengamatan yang mengadakan observasi terhadap proses tindakan disebut peneliti. Sebaiknya guru pelaksana pada saat yang berbeda melakukan pengamatan sendiri terhadap kinerjanya. Pada saat yang bersamaan pelaksana melakukan pengamatan balik terhadap dirinya agar dapat memperoleh data yang lebih akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4. Refleksi (reflecting).

Pada tahap keempat, merupakan kesempatan untuk mengemukakan potret atau gambaran secara utuh jalannya tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris reflection, yang berarti pemantulan. Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan observasi. Pada kegiatan refleksi pengamat membeberkan segala hal yang berkaitan dengan jalannya tindakan pada pertemuan yang telah dilaksanakan. Demikian seterusnya, setiap melakukan tindakan dan telah diadakan observasi maka data yang diperoleh direfleksikan dalam forum resmi yang diadakan untuk membahas hasil tindakan.

(6)

Model penelitian tindakan kelas ini seperti tampak pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas

Rincian prosedur penelitian setiap siklus sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menentukan langkah – langkah pengembangan meliputi:

a) Menetapkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran sains digunakan kegiatan membuat jamu.

b) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH). c) Membuat dan melengkapi alat media pembelajaran.

d) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik, aktivitas guru dan kegiatan pembelajaran.

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

(7)

e) Mendesain alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik (tambahan teknik) pembelajaran yang telah ditetapkan bersama pengembang.

Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2jam 30menit. Waktu tersebut terbagi dalam 4 bagian kegiatan meliputi kegiatan awal 30menit, kegiatan inti 60menit, istirahat 30menit, dan kegiatan akhir 30menit. Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan atau kegiatan yang sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Adapun pelaksanaan tindakan selengkapnya sebagai berikut: a. Siklus I

1) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 1

Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 1

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

1.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

(8)

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kencur), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu beras kencur, peneliti membawa jamu kunyit asam, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu beras kencur dari awal hingga akhir.

3. Kegiatan istirahat + 30 menit.

1. Bermain.

2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang. 2) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 2

Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 2

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

2.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti kembali mengulas tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kunyit), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu kunyit asam, peneliti membawa jamu beras kencur, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

(9)

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu kunyit asam dari awal hingga akhir.

3. Kegiatan istirahat + 30 menit.

1. Bermain.

2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang.

3) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 3

Tabel 3.4 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 3

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

3.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kencur dan kunyit), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu beras kencur dan jamu kunyit asam, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu beras kencur dan jamu kunyit asam dari awal hingga akhir.

(10)

menit. 2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang.

b. Siklus II

1) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 1

Tabel 3.5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 1

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

4.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti kembali mengulas tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kencur), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu beras kencur, peneliti membawa jamu kunyit asam, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu beras kencur dari awal hingga akhir.Peneliti kembali bercakap – cakap tentang tanaman jamu beserta ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kegiatan istirahat + 30 menit.

1. Bermain.

2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang.

(11)

2) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 2

Tabel 3.6 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 2

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

5.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti kembali mengulas tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kunyit), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu kunyit asam, peneliti membawa jamu beras kencur, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu kunyit asam dari awal hingga akhir.

3. Kegiatan istirahat + 30 menit.

1. Bermain.

2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang.

(12)

3) Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 3

Tabel 3.7 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 3

No Waktu Kegiatan Langkah – langkah Kegiatan 1.

6.

Kegiatan awal selama + 30 menit.

1. Peneliti memotivasi anak atau mengkondisikan anak sebelum kegiatan dimulai.

2. Peneliti memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan bersama.

2. Kegiatan inti selama + 60 menit.

1. Peneliti tanya jawab tentang benda – benda di lingkungan sekitar (tanaman jamu : kencur, kunyit, sirih).

2. Peneliti menunjukkan tanaman (kencur dan kunyit), menjelaskan ciri – ciri dan manfaatnya.

3. Kemudian anak membuat jamu beras kencur dan jamu kunyit asam, lalu memberi perintah kepada anak untuk membedakan warna dan rasa jamu kunyit asam dan jamu beras kencur.

4. Anak menceritakan proses pembuatan jamu beras kencur dan jamu kunyit asam dari awal hingga akhir.

3. Kegiatan istirahat + 30 menit.

1. Bermain.

2. Cuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan.

4. Kegiatan akhir + 30 menit.

1. Mengulas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Evaluasi hasil karya anak. 3. Berdo’a, salam, pulang.

3. Melakukan Pengamatan

Pada tahap ini pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan lembar observasi. Disamping menggunakan lembar observasi peneliti juga menggunakan metode tanya jawab secara

(13)

langsung kepada anak didik untuk mengetahui perkembangan sains melalui kegiatan membuat jamu selama kegiatan berlangsung.

4. Refleksi

Dari hasil masukan observer pada siklus I, peneliti memperbaiki untuk rencana tindakan siklus II. Pada siklus II ini, anak terlihat senang, merespon dengan aktif dan paham tentang sains melalui Kegiatan Membuat Jamu. Dengan demikian maka hasil akhir sudah menunjukkan ada peningkatan sehingga perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II. B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak didik TK Bustanul Athfal Purbalingga Kidul dengan jumlah 20 anak terdiri dari 11 laki – laki dan 9 perempuan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Bustanul Athfal Purbalingga Kidul yang beralamatkan di Jl. Komisaris Noto Sumar Sono Purbalingga Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga. b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

(14)

Siklus I yang dilaksanakan selama 3 hari dilaksanakan pada: tanggal 21, 22, 23 April 2015.

Siklus II yang dilaksanakan selama 3 hari akan dilaksanakan pada: tanggal 4, 5, 6 Mei 2015.

Siklus I : tanggal 21, 22, 23 April 2015 Siklus II : tanggal 4, 5, 6 Mei 2015

Tabel 3.8 Jadwal Penelitian

No Uraian Waktu Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 1. Perencanaan 2. Observasi 3. Pelaksanaan 5. Penulisan PTK C. Sumber Data

1. Pengertian Sumber Data

Dimyati (2013: 39), mengatakan bahwa sumber data adalah. Apabila peneliti di dalam mengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, maka sumber data disebut responden. Jadi pengertian sumber data ialah subjek atau objek penelitian di mana darinya akan diperoleh data.

Menurut Riduwan (2007: 24), sumber data adalah pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber data primer sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber data sekunder.

Lebih lanjut menurut Arikunto (2010: 171) mengemukakan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data dapat dieproleh. Apabila peneliti

(15)

menggunakan kuosioner atau wawancara dalam pengumpulan datanyam maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan – pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Peneliti yang mengamati tumbuhan jagung, sumber data nya adalah jagung, sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatatan yang menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek penelitiannya atau variabel penelitiannya. Secara garis besar sumber data menurut Arikunto adalah dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Dari pengertian sumber data diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber data adalah dari mana data itu diperoleh. Data itu diperoleh dari subjek dan objek dari suatu penelitian.

2. Jenis – jenis Sumber Data a. Data Primer

Sumber data primer (dalam Dimyati, 2013: 39-40), ialah sumber data yang pertama. Dari subjek atau objek penelitianlah data penelitian langsung diambil.

Data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian, yaitu siswa kelompok B TK Bustanul Athfal Purbalingga. Data primer ini berupa observasi, hasil wawancara atau tanya jawab, pemberian tugas.

(16)

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder (dalam Dimyati, 2013: 40), ialah sumber data yang bisa diambil dari pihak mana saja yang bisa memberikan tambahan data guna melengkapi kekurangan dari data yang diperoleh melalui sumber data primer.

Data sekunder dari penelitian ini adalah data yang tidak diambil secara langsung dari subjek penelitian, melainkan diperoleh dari dokumen – dokumen terkait seperti profil TK, data anak didik, dan buku laporan perkembangan. 3. Sumber Data Penelitian

a. Sumber data primer / pokok : sumber data primer yaitu, peserta didik TK Bustanul Athfal Purbalingga Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 20 anak.

b. Sumber data sekunder/pelengkap, dapat diambil dari pihak mana saja yang bisa memberikan tambahan data guna melengkapi kekurangan dari data yang diperoleh dari data primer, yaitu profil TK, biodata anak, riwayat hasil belajar anak dan lainnya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui sumber data primer, yaitu data yang secara langsung diperoleh dari subjek penelitian yaitu anak didik Kelompok B TK Bustanul Athfal Purbalingga Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015. Dari data primer ini berupa data tentang kemampuan siswa dalam merespon terhadap suatu pertanyaan. Data tersebut diperoleh dari observasi yang dilakukan guru Kelompok B TK Bustanul Athfal Purbalingga Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015.

(17)

D. Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel Penelitian

Sarwono (2006: 53) mendefiniskan variabel penelitian adalah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi kedua simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai – nilai.

Sutrisno Hadi (dalam Arikunto, 2010: 159), mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala merupakan objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif.

Lebih lanjut menurut Hadari Nawawi (1953: 56-58), (dalam Dimyati, 2013: 41-43), mengemukakan ada lima jenis variabel penelitian. Kelima jenis variabel penelitian tersebut :

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah sejumlah faktor atau unsur yang menentukan atau memengaruhi adanya atau munculnya faktor lain. Tanpa adanya variabel bebas tidak mungkin kita akan muncul adanya variabel terikat. Bila variabel bebas berubah, maka akan memunculkan adanya variabel terikat yang lain, dan atau bahkan mungkin tidak muncul adanya pengaruh variabel bebas terhadap faktor lain yang diperkirakan akan muncul akibat dari variabel bebas tersebut.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang muncul karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Muncul atau tidaknya variabel terikat sangat tergantung kepada ada atau tidak adanya variabel bebas.

(18)

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang ada di sekitar gejala yang akan diteliti tetapi diupayakan agar tidak ikut memengaruhi terhadap gejala variabel terikat yang akan muncul dari adanya pengaruh variabel bebas. Variabel ini dengan sengaja dikendalikan agar tidak memengaruhi kemurnian variabel bebas memengaruhi munculnya variabel terikat. Usaha untuk mengendalikan variabel kontrol ini dengan tetap memperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel terikat, sehingga akan diperoleh adanya variabel antara.

d. Variabel antara

Variabel antara merupakan variabel yang ada di sekitar gejala variabel terikat, tetapi tidak dapat dikendalikan pengaruhnya terhadap variabel terikat tersebut. Oleh karena variabel antara ini berpengaruh terhadap variabel terikat, berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak murni.

e. Variabel ekstrane

Variabel ekstrane merupakan variabel yang ada di sekitar gejala yang diteliti tetapi tidak dikontrol dan tidak dapat diperhitungkan, serta tidak dapat dieliminasi atau ditiadakan.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang variabel penelitian, dapat disimpulkan variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh suatu treatment terdapat penyebab (X) atau variabel bebas, dan variabel akibat (Y) atau variabel terikat.

(19)

a. Variabel bebas

Menurut Sarwono (2006: 54), mendefiniskan variabel bebas adalah merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabel nya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.

Menurut Dimyati (2013: 50), mengatakan bahwa variabel bebas adalah variabel penelitian yang dalam posisi netral, yang akan dijadikan sebagai faktor peubah yang akan diuji pengaruhnya terhadap faktor yang lain.

Lebih lanjut menurut Hadari Nawawi (1983: 56-58), (dalam Dimyati, 2013:14), mengatakan bahwa variabel bebas adalah sejumlah faktor atau unsur yang menentukan atau memengaruhi adanya atau munculnya faktor yang lain. Tanpa adanya varibel bebas tidak mungkin akan muncul adanya variabel terikat. Apabila variabel bebas berubah, maka akan memunculkan adnya variabel terikat yang lain, dan atau bahkan mungkin tidak muncul adanya variabel terikat sama sekali, karena tidak terjadi adanya pengaruh variabel bebas terhadap faktor lain yang diperkirakan akan muncul akibat dari variabel bebas tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya dapat memengaruhi variabel yang lain pada suatu penelitian. Apabila variabel bebas berubah, maka akan memunculkan adnya variabel terikat yang lain, dan atau bahkan mungkin tidak muncul adanya variabel terikat sama sekali, karena tidak terjadi adanya

(20)

pengaruh variabel bebas terhadap faktor lain yang diperkirakan akan muncul akibat dari variabel bebas tersebut.

b. Variabel terikat

Menurut Azwar (2007: 62), mengatakan bahwa variabel terikat adalah variabel yang tergantung dengan variabel lainnya, variabel ini diukur untuk mengetahui besarnya efek ataupun pengaruh variabel lainnya.

Menurut Hadari Nawawi (1983: 56-58), (dalam Dimyati, 2013: 41-42), variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang muncul karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Munculnya atau tidak munculnya variabel terikat sangat tergantung kepada ada atau tidaknya variabel bebas.

Lebih lanjut menurut Sarwono (2006: 54), mendefinisikan variabel terikat merupakan variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel dari variabel terikat ini diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.

Dari beberapa pendapat tentang variabel terikat diatas, maka dapat diambil kesimpulan variabel terikat adalah suatu variabel yang akan dikenai atau mendapatkan pengaruh dari variabel bebas.

3. Variabel dalam penelitian

Variabel dalam penelitian ini, yaitu : a. Variabel bebas (X)

Melalui penelitian ini variabel bebas adalah Kegiatan Membuat Jamu.

b. Variabel terikat

(21)

E. Metode Pengumpulan Data

1. Pengertian Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005: 100), mengatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara – cara untuk mengumpulkan data. Cara menunjukkan pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujdukan dalam benda yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunanya. Menurut Arikunto, metode pengumpulan data dapat dieroleh dari angket, wawancara, obseravsi, ujian atau tes, dokumentasi, dan lainnya.

Menurut Sugiyono (2013: 224-225), mendefinisikan tentang metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan, dan lain – lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer (sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data) dan sumber sekunder (sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan melewati orang lain atau dokumen). Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumppulan data dapat dilakukan dengan observasi, interview atau wawancara, kuosioner atau angket, dokumentasi, dan gabungan atau triangulasi.

(22)

Lebih lanjut Kerlinger (dalam Suharsimi Arikunto, 2006: 177), (dalam Dimyati, 2013: 69-70), mengatakan bahwa metode atau kegiatan pengumpulan data bukan hanya melihat objek. Agar data bisa dikumpulkan secara baik dan benar, maka langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah menyusun instrumen sebagai alat bantu dalam kegiatan pengumpulan data.

Dari beberapa pengertian tentang metode pengumpulan data diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pengumpulan data adalah metode yang dapat digunakan sebagai cara melakukan kegiatan penelitian terhadap masalah yang akan diteliti. Metode pengumpulan data data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data bisa dengan cara observasi, interview atau wawancara, angket/kuosioner, metode tes, dan dokumentasi.

2. Jenis – jenis Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh data, ada beberapa cara atau teknik atau metode pengumpulan data. Antara lain, yaitu :

a. Tes

Menurut Riduwan (2011: 30), mengatakan bahwa tes adalah instrumen pengumpul data yang berisi serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ada beberapa jenis tes, yaitu tes kepribadian, tes bakat, tes prestasi, tes inteligensi, dan tes sikap.

(23)

Kerlinger (1986), (dalam Sukardi, 2003: 138), tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes dipresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka. Subjek dalam hal ini, harus bersedia mengisi item – item dalam tes yang sudah direncanakan sesuai dengan pilihan hati dan pikiran guna menggambarkan respons subjek terhadap item yang diberikan. Respons yang telah diberikan oleh subjek, kemudian diolah oleh si peneliti atau tester secara sistematis menuju arah kesimpulan yang menggambarkan tingkah laku subjek tersebut. Sesuai jenis penelitian yang hendak digunakan, respons subjek pada umumnya melalui angka untuk penelitian kuantitatif, dan tidak melalui angka jika pilihan melalui penelitian kualitatif. Macam tes menurut Kerlinger, yaitu tes psikologi, tes prestasi, dan tes inteligensi.

Lebih lanjut menurut Arikunto (2010: 193-194), mengatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Macam – macam jenis tes menurut Arikunto, yaitu tes kepribadian, tes bakat, tes inteligensi, tes sikap, teknik proyeksi, tes minat, dan tes prestasi.

b. Angket atau Kuosioner

Menurut Arikunto, (2010: 194), mengatakan bahwa angket atau kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

(24)

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui.

Menurut Sugiyono (2013: 142), mengatakan bahwa kuosioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Teknik atau metode pengumpulan data ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneiti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Menurut Riduwan (2007: 25-26), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan dari penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

c. Wawancara atau interview

Menurut J.Moleong (2007: 186), mengatakan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaannya itu.

Menurut Arikunto (2010: 198), wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai

(25)

keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Lebih lanjut menurut Sugiyono (2013: 138), mengatakan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal – hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.

d. Observasi

Menurut Arikunto (2010: 199-200), mengatakan bahwa observasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan menggunakan panca indra (mata), di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan permuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba,dan pengecap.

Sutrisno Hadi (1986), (dalam Sugiyono,2013: 145) mengatakan observasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan.

Lebih lanjut menurut Riduwan (2007: 30), observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila kegiatan objek

(26)

penelitian tersebut bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja, dan penggunaan responden kecil.

e. Dokumentasi

Menurut Riduwan (2013: 31), mengatakan bahwa dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku – buku yang relevan, peraturan – peraturan, laporan kegiatan, foto – foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.

Menurut Arikunto (2010: 201), berpendapat bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang – barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku – buku, majalah, dokumen, peraturan – peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Lebih lanjut pengertian dokumentasi menurut Dimyati (2013: 97-98), merupakan teknik pengumpulan data penelitian mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger nilai, dan lain – lain.

(27)

3. Metode Pengumpulan Data Penelitian

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Observasi

Pada saat penelitian dilakukan peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan kegiatan Membuat Jamu di TK Bustanul Atfhal Purbalingga Kidul dilakukan untuk mengungkap dan mengkuantitatifkan proses pelaksanaan kegiatan Membuat Jamu sebagai salah satu cara meningkatkan kemampuan sains pada anak didik saat terjadinya perlakuan dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat peneliti. Indikator observasi yang digunakan untuk mengukur seberapa baik dapat mengikuti setiap tahap kegiatan Membuat Jamu sehingga tujuan diadakannya pembelajaran tersebut dapat diukur.

(28)

Lembar observasi yang dibuat oleh peneliti ada 3 yaitu :

a. Lembar observasi siswa, yaitu untuk mengukur kemampuan sains

Nama :

Tanggal : Kelompok :

Tabel 3.9 Lembar Observasi Kemampuan Sains Anak

No Indikator

Hasil Observasi

1. Anak dapat menyebutkan tiga macam tanaman dan ciri – ciri warna tanaman tersebut (kencur-putih, kunyit-kuning, sirih-hijau).

2. Anak dapat menyebutkan tiga macam rasa yang terdapat dalam jamu (manis, pahit, asam).

3. Anak dapat mengenal dua macam warna dalam jamu yang dibuatnya (beras kencur (coklat), kunyit asam (kuning)).

4. Anak mampu memecahkan masalah sederhana dalam membuat dua macam jamu (melakukan percobaan tanaman (kencur dan kunyit) diubah menjadi minuman (jamu).

Keterangan :

: Anak yang belum berkembang (BB). : Anak yang sudah mulai berkembang (MB).

: Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH). : Anak yang berkembang sangat baik (BSB).

(29)
(30)

Tabel 3.11 Kriteria penilaian perkembangan dalam penelitian No Kriteria Pencapaian

penilaian Keterangan

1

 Ketika anak mencapai pada 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 3 indikator dari 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 2 indikator dan pada 2 indikator lainnya.

2

 Ketika anak mencapai pada 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 3 indikator dari 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 2 indikator dan pada 2 indikator lainnya.

3

 Ketika anak mencapai pada 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 3 indikator dari 4 indikator.

 Ketika anak mencapai pada 2 indikator dan pada 2 indikator lainnya.

4

 Ketika anak mencapai pada 4 indikator.  Ketika anak mencapai pada 3 indikator dari

4 indikator. Keterangan :

: Anak yang belum berkembang (BB). : Anak yang sudah mulai berkembang (MB).

: Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH). : Anak yang berkembang sangat baik (BSB).

(31)

b. Lembar observasi siswa dikelas yaitu untuk mengukur keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran Membuat Jamu.

Nama :

Tanggal : Kelompok :

Tabel 3.12 Lembar Observasi Keterlibatan Anak

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Anak mampu mengikuti instruksi guru selama kegiatan pembelajaran.

2. Anak mampu mendengarkan guru selama proses pembelajaran.

3. Keterlibatan anak selama proses pembelajaran. 4. Keaktifan anak selama proses pembelajaran. 5. Perhatian/ ketertarikan anak selama proses

pembelajaran.

Keterangan : Berilah tanda Chek (√) apabila anak mengikuti dan kosongkan jika anak tidak mengikuti.

(32)

c. Lembar observasi guru, untuk mengukur seberapa baik guru dalam menyampaikan dan melakukan pembelajaran Mambuat Jamu.

Tabel 3.13 Lembar Observasi Kinerja Guru

No Aspek Sikap Yang Diamati Keterangan

Ya Tidak 1. Guru membuat rencana pembelajaran hari ini.

2. Guru telah menyiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan untuk pembelajaran hari ini sebelum pembelajaran dimulai.

3. Guru menyiapkan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan lengkap.

4. Guru menyampaikan salam sebelum pembelajaran.

5. Guru memimpin doa sebelum pelajaran dimulai. 6. Guru menyampaikan program pembelajaran pada

hari ini saat pembukaan.

7. Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tema dan rencana pembelajaran.

8. Guru mengajar dengan suara yang nyaring.

9. Guru melakukan pengamatan dengan kinerja anak didik.

10. Guru mampu melibatkan semua anak dalam pembelajaran.

11. Guru mengadakan pengawasan saat istirahat, makan dan bermain.

12. Guru memberikan motivasi pada untuk berusaha. 13. Guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang

telah dilakukan hari ini.

14. Guru membimbing anak dan mengamati anak saat doa selesai belajar.

15. Guru mengamati anak setelah selesai pembelajaran hari ini dan saat pulang.

Keterangan : Berilah tanda Chek (√) pada sikap yang dilakukan oleh guru.

2) Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data dokumentasi berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang digunakan pada saat penelitian, lembar observasi, lembar keaktifan siswa, lembar observasi kinerja guru, serta hasil

(33)

karya anak melalui lembar kerja yang diselesaikan tentang kegiatan membuat jamu dan foto kegiatan selama kegiatan pembelajaran membuat jamu berlangsung.

F. Metode Analisis Data

1. Pengertian Metode Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen, 1982, (dalam Moleong, 2005: 248), analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Supardi (2006: 131) analisis data adalah pengumpulan data sesudah tahapan telah dikumpulkan lengkap dan valid. Jika peneliti tidak mampu mengenalisisnya maka data tidak akan memiliki nilai ilmiah yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Winata (2009 : 106), menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian formal, biasanya analisis diarahakan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya hubungan, perbedaan atau pengaruh variabel satu atau variabel X terhadap variabel yang lain atau variabel Y dalam taraf signifikansi tertentu. Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari

(34)

dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

2. Jenis – jenis Metode Analisis Data

Menurut Dimyati (2013:105), membedakan jenis analisis data ada dua jenis yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data penelitian kualitatif adalah data penelitian yang berbentuk kualitas atau mutu dari sesuatu. Data kuantitatif merupakan data penelitian yang diwujudkan dalam bentuk jumlah atau angka-angka dari hasil suatu pengukuran.

Menurut Arikunto (2006:131) ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu :

a. Data kuantitatif, data yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif.

b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (efektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif.

Lebih lanjut menurut Sanjaya (2012:117) membedakan analisis data menjadi dua jenis yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru, sedangkan analisis

(35)

data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis metode analisis data yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data hasil pengukuran yang diteliti berdasarkan kualitas atau mutunya, informasi dalam data ini diinformasikan dalam bentuk kalimat. Data kuantitatif adalah data yang diwujudkan dalam bentuk jumlah atau angka - angka dari hasil suatu pengukuran.

3. Metode Analisis Data Yang Digunakan

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis diskriptif. Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Analisis data dilakukan pada saat proses pengumpulan data sedang berlangsung dan saat data telah terkumpul seluruhnya. Bersamaan pengumpulan data, dilakukan pula analisis data yang didapatkan. Proses ini dilakukan dengan maksud mempertajam fokus atau pokok persoalan.

Dalam analisis data peneliti menggunakan perhitungan prosentase ketuntasan siswa berkisar 75%-80%. Sudjana (dalam Dimyati, 2013: 105) menyebutkan bahwa biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar 75%-80%. Artinya siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75%-80% dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai dan jika nilai yang dicapai kurang dari kriteria tersebut dinyatakan

(36)

belum berhasil. Prosentase ini dilakukan untuk mempertegas peningkatan kemampuan penjumlahan dalam kondisi awal. Siklus I dan Siklus II. Selanjutnya ketuntasan atau keberhasilan siswa pada setiap siklusnya dideskripsikan melalui kata – kata atau kalimat secara menyeluruh pada subjek penelitian. Kriteria keberhasilan ini berdasarkan hasil kolaborasi atau kesepakatan tujuan antara guru dan peneliti.

Gambar

Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 1
Tabel 3.3 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 2
Tabel 3.4 Rencana Kegiatan Harian (RKH) ke 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah urutan proses (tahap-tahap) pembuatan roti sampai dengan pengedalian mutu yaitu: Tahapan proses produksi roti Nusa Indah Bakery; Cara

Di bawah ini disajikan kunci jawaban dan petunjuk penyelesaian soal latihan Anda. 1) Untuk membedakan suatu bangun datar itu segibanyak atau bukan, Anda lihat apakah

Hal ini dapat dilihat dari berbagai sosialisasi yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang dan juga BPJS Kesehatan Kota Semarang yang terlibat dalam

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PENETAPAN BIAYA SERTA PENGANGKATAN PERSONALIA KEGIATAN PENDIDIKAN KEGIATAN ILMIAH PADA PROGRAM STUDI PROGRAM

“[B]etapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan

Perasaan rendah diri berlaku apabila (a) individu mempunyai tanggapan yang salah ten tang diri dan persekitaran, Ian taran mempunyai matlamat dan gaya hidup yang salah; (b)

The Freundlich parameter for adsorption of MB onto Ca-bentonite and bentonite titanium dioxide composite without UV irradiations at various temperature.. The Langmuir parameter

Bila kita uraikan wewenang Kejaksaan sebagai Penuntut Umum, yang terdapat dalam KUHAP adalah 9 , menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai