• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alkisah sebuah cerita mengenai seorang jenderal wanita yang bernama jenderal Shameela.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alkisah sebuah cerita mengenai seorang jenderal wanita yang bernama jenderal Shameela."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ADIL DAN PENUH KASIH

Alkisah sebuah cerita mengenai seorang jenderal wanita yang bernama jenderal Shameela.

suatu ketika saat ia memimpin sepasukan untuk berperang di perbatasan, komandannya melaporkan bahwa bahan makanan mereka telah dicuri. setelah berpikir cukup lama sang jenderal akhirnya mengambil keputusan kalo pencurinya harus dicari dan dihukum cambuk !

ternyata selidik punya selidik pencurinya adalah ibu sang jenderal.

jenderal Shameela dengan berat tetap memutuskan bahwa hukuman besok akan tetap dilaksanakan. anak buahnya bertambah segan padanya karena jenderal tersebut terkenal dengan keadilannya. besoknya saat upacara hukuman akan dimulai, ia mendekati para algojo dan memberitahu mereka untuk menghukum sesuai dengan peraturan.

saat cambuk itu dilayangkan, sang jenderal memeluk mamanya sehingga jenderal Shameela yang terkena cambukannya itu.

begitulah kasih Kristus buat kita. selain adil, ia juga penuh kasih. apabila manusia tahu berbuat yang terbaik untuk orang yang disayangi apalagi Tuhan kita Yesus Kristus.

saat aku kehilangan pegangan dan kehilangan cinta, cerita ini kembali menguatkan aku !

semoga dengan demikian, para saudara-saudariku dalam Kristus semoga cerita ini dapat menguatkanmu !

(2)

Betapa ...

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000,-waduh, apabila dibawa ke gereja untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama satu jam; namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan); namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan basketball diperpanjang waktunya ekstra; namun kita mengeluh ketika khotbah di gereja lebih lama sedikit dari pada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu perikop dari Kitab Suci; namun betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser; namun lebih senang duduk di bangku paling belakang di gereja.

Betapa sulitnya untuk menyesuaikan jadwal waktu kita, 2 atau 3 minggu sebelumnya untuk suatu acara gerejani; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari suatu bab sederhana dari Injil untuk di sharingkan dengan orang lain;namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain itu.

(3)

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran; namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya, atau berpikir,atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah; betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan membacanya, serta langsung klik pada icon DELETE.

Lucu bukan ?

PELAYAN YANG MEMIMPIN ATAU

PEMIMPIN YANG MELAYANI?

True greatness, true leadership, is

achieved not by reducing men to one’s

service but in giving oneself in selfless

service to them.(Oswald Sanders)

Banyak orang menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin Kristen, baik di kantor, organisasi, kampus, rumah, atau gereja, meskipun konsep dan aksi kepemimpinan mereka sangat berbeda dengan konsep dan aksi kepemimpinan yang pernah diajarkan dan didemonstrasikan oleh Yesus Kristus. Aneh memang, tapi nyata.

(4)

Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.

Konsep Yesus tentang kuasa jelas berbeda. Namun yang penting diingat terlebih dulu adalah bahwa Yesus tidak meniadakan kuasa. Ia sendiri mengatakan bahwa Ia memiliki kuasa. Yang Yesus lakukan adalah membongkar dan memperbaiki pengertian kuasa dan aplikasinya oleh pemimpin. Ajaran Yesus sama sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun kerendahan hati seorang pelayan. Kristus memandang kerajaan-Nya sebagai suatu komunitas individu yang melayani satu sama lain (Galatia 5:13).

Pemimpin adalah Hamba

Dalam Alkitab versi King James, kata “pemimpin” muncul hanya enam kali, yaitu tiga kali dalam bentuk tunggal dan tiga kali dalam bentuk plural. Namun tidak berarti konsep kepemimpinan atau figur pemimpin tidak penting dalam Alkitab. Yang sangat menarik, konsep pemimpin dalam Alkitab muncul dengan terminologi yang berbeda-beda. Yang paling sering dipakai adalah “pelayan” atau “hamba”. Allah tidak menyebut, “Musa, pemimpin-Ku” tetapi “Musa, hamba-Ku”.

Alkitab memakai kata Yunani ‘doulos’ dan ‘diakonos’ yang diterjemahkan sebagai hamba. Meskipun kedua kata tersebut sulit dibedakan dalam penggunaannya, David Bennett dalam bukunya “Leadership Images from the New Testament” menulis bahwa ‘doulos’ mengacu kepada seseorang yang berada di bawah otoritas orang lain, sedangkan ‘diakonos’ lebih menekankan kerendahan hati untuk melayani orang lain.

Kata Yunani ketiga yang sering dipakai Alkitab untuk hamba adalah ‘huperetes’, yang menunjuk secara literal kepada orang-orang yang mendayung di level bagian bawah dari kapal perang Yunani kuno yang memiliki tiga tingkat. Thayer’s Hebrew Dictionary mengartikannya sebagai ‘bawahan’ (underlings, sub-ordinate).

(5)

dapat ditarik adalah bahwa konsep pemimpin di dalam Alkitab adalah hamba. Lebih konkret lagi, hamba yang dengan rela hati mengambil tempat yang terendah, dan bertahan dalam berbagai kesulitan dan penderitaan karena pelayanannya terhadap orang lain.

Betapa kontras dengan konsep kepemimpinan sekuler! Mencermati Pemimpin-Pelayan

Jadi pemimpin Kristen adalah seorang pemimpin-pelayan. Namun pemimpin-pelayan sering kali dianggap sebagai sebuah kontradiksi dalam terminologi (oxymoron). Bagaimana mungkin kita dapat menjadi pemimpin dan pelayan pada saat bersamaan? Untuk mengerti kedalaman dan menghargai keindahan konsep pemimpin- pelayan, kita perlu melihat minimal dua acuan firman Tuhan berikut ini.

Pertama, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Markus 9:30-37).

Dalam konteks Markus 9 di atas, murid-murid Yesus meributkan tentang siapa yang terhebat di antara mereka. Dan mereka meributkan itu persis setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia hendak menuju ke jalan salib. Sungguh ironis! Namun betapa persis! Persis menggambarkan kita manusia yang berambisi terhadap kuasa, dan berani menyebut diri pemimpin Kristen. Ketika Yesus mengkonfrontasi mereka, saya bayangkan betapa malu mereka.

Yesus lalu mengajarkan kepemimpinan yang sejati. Bagi yang ingin di depan haruslah menjadi yang paling belakang. Yang ingin menjadi pemimpin, harus menjadi hamba. Untuk menjelaskan ini, Ia lalu merangkul seorang anak kecil sebagai model. Seorang anak kecil tidak memiliki pengaruh sama sekali, tidak memiliki kuasa. Namun Yesus berkata, siapa yang menyambut sesamanya yang tidak berarti, ia menyambut Tuhan.

Kebesaran seorang pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi pengikutnya, tetapi berapa banyak orang yang dilayaninya. Kebesaran seorang pemimpin Kristen terletak justru pada komitmennya kepada mereka yang tersisih, kecil, marjinal, dan sering terlupakan.

Yesus membalikkan seratus delapan puluh derajat konsep kepemimpinan yang dimiliki kebanyakan orang, termasuk para murid-Nya. Alkitab menulis bahwa tak seorang pun yang kuasanya

(6)

melebihi Dia (Yohanes 13:3). Keempat Injil mencatat segala perbuatan ajaib yang pernah dilakukan-Nya. Namun Yesus tidak pernah sekalipun menggunakan kuasa- Nya untuk kepentingan pribadi. Ia menganggap kuasa-Nya sebagai sesuatu yang dipakai untuk melayani orang lain.

Kedua, “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10:43,44).

Belum lama kejadian di Markus pasal 9 berlalu, murid-murid Yesus kembali menanyakan kemungkinan mereka memperoleh posisi saat suksesi kepemimpinan terjadi. Dan ini terjadi setelah Yesus memberitahukan tentang penderitaan jalan salib yang akan Ia lalui untuk ketiga kalinya! Tragis bukan?

Kita pasti pernah mendengar kutipan terkenal dari Lord Acton yang berkata bahwa “Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely.” Yang mungkin jarang kita dengar adalah kebalikan dari kutipan di atas. Powerlessness juga punya tendensi untuk korup, sebagaimana pernyataan Edgar Friedenberg: “All weakness tends to corrupt and impotence corrupts absolutely.”

Niccolo Machiavelli dalam karyanya yang terkenal “The Prince”, menulis bahwa manusia senantiasa memiliki ambisi terhadap kuasa, dan setelah memiliki kuasa cenderung menyalahgunakan kuasa tersebut. Keinginan tersebut mengkorupsi diri manusia. Untuk kesekian kalinya, Yesus menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah pelayanan. Kata “ingin” dan “hendaklah” dalam ayat 43 dan 44 di atas berasal dari kata “want” dan “must” dalam bahasa Inggris. Jadi yang lebih tepat adalah “ingin” dan “harus”. Yesus mengajukan syarat yang konkret. Ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan. Ingin menjadi terkemuka, harus menjadi hamba.

Kita cenderung berat sebelah, condong kepada sisi “ingin” dan melupakan sisi “harus”. Kita cenderung ingin jadi besar namun tidak mau menjadi pelayan bagi sesama. Kita memilih untuk menjadi yang terkemuka, namun tidak pernah rela menjadi hamba bagi orang lain.

Yesus lalu berkata tentang diri-Nya: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (10:45). Inilah yang disebut Oswald Sanders sebagai “The

(7)

Master’s Master Principle”. Prinsip ini tidak dimengerti oleh Yohanes dan Yakobus yang menginginkan mahkota namun menghindari salib, yang mengejar kemuliaan tapi menjauhkan penderitaan, yang berambisi menjadi tuan dan menolak disebut hamba.

Seorang dosen seminari teologi pernah mengingatkan saya bahwa Yesus tidak mengajarkan konsep pemimpin-pelayan. Terminologi tersebut tidak pernah muncul di Alkitab. Yang ia ajarkan adalah konsep pelayan, dan setiap orang Kristen seharusnya menjadi pelayan. Namun tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin.

Ini masukan yang sangat berharga dan saya setuju dengan sepenuh hati. Tetapi kepadanya saya mengungkapkan bahwa memang benar tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin, namun mereka yang terpanggil menjadi pemimpin haruslah menjadi pemimpin-pelayan. Dosen ini mengangguk setuju.

Namun yang penting untuk digarisbawahi adalah bahwa dalam konsep pemimpin-pelayan, yang menjadi tekanan bukanlah aspek “pemimpin”, namun aspek “pelayan”. Pemimpin-pelayan bukan pemimpin yang melayani, namun pelayan yang memimpin. Ia bukan seorang pemimpin yang lalu merelakan diri untuk melayani orang lain. Namun ia pertama-tama adalah seorang pelayan, seorang hamba Allah yang lalu terpanggil untuk memimpin.

Setelah cukup lama merenungkan ajaran Yesus di atas, ada beberapa kristalisasi pemikiran yang mengemuka:

• Memimpin adalah melayani, namun melayani belum tentu memimpin.

• Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.

• Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin. • Yang tidak rela menjadi pelayan, tidak layak menjadi pemimpin.

Kepemimpinan ala Yesus Kristus sangat sulit dan sangat tidak natural. Namun konsep tersebut senantiasa menantang saya yang terus- menerus diserbu oleh dahsyatnya godaan kuasa. Entah bagaimana dengan Anda, namun saya melihat diri saya persis seperti Yohanes dan Yakobus serta para murid lainnya yang selalu ingin menjadi yang terutama, yang terkemuka, yang terdepan, yang terhebat, dan berbagai predikat superlatif

(8)

lainnya.

Kiranya Allah menolong Anda dan saya untuk melepaskan diri dari jerat kuasa, dan dalam anugerah-Nya dimampukan untuk menjadi pemimpin sejati dengan melayani sesama.

Pencuri Sukacita

Filipi 4:4

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Pencuri datang di saat orang tidur lelap. Pencuri melakukan perbuatannya di kala orang lengah. Tidak diketahui kapan dan bagaimana dia beroperasi. Ada pencuri biasa, ada pencuri luar biasa, yang mampu mencuri perasaan hati yaitu sukacita. Paling tidak, ada empat pencuri sukacita:

Situasi buruk.Kita lebih merasa bahagia kalau segala sesuatu berjalan baik sesuai kehendak kita. Kalau semua berjalan lancar, maka akan terasa lebih mudah menjalankan kehidupan. Tapi, kalau keadaan berubah menjadi buruk, sukacitapun lenyap!

Orang lain.

Tidak ada manusi yang sempurna. Tetapi karena tidak sempurna maka manusia bisa saling mengecewakan, saling merugikan, saling menyakiti, dan seterusnya. Amat sering orang merasa hilang sukacita karena dikecewakan, dirugikan dan disakiti.

Harta benda.

Yesus berkata, “…walaupun seorang berlimpah-limpah

hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaannya itu.” (Lukas 12:15). Ia memberi peringatan

tentang menyimpan harta di dunia, yaitu: tidak aman, tidak tahan lama, dan tidak memuaskan. Harta berkurang, sukacita kurang. Harta lenyap, sukacita menguap!

(9)

Kekuatiran.

Kekuatiran adalah pencuri yang paling jahat. Banyak orang telah dirampas damai sejahtera dan ketenangan hatinya oleh kekuatiran. Kuatir datang, terhapuslah sukacita.

Waspadalah pada keempat hal ini!

Pastikan sukacita tetap tinggal dalam hati anda,

karena iblis selalu memiliki taktik untuk

mencurinya.

Kesempurnaan

Seorang lelaki yg sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia di sebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yg memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang, ia berkata kepada bapak Petani, “Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata, “Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata, “Inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”

(10)

Lalu menikahlah si Lelaki dengan anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya, “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampaan, kenapa anak saya bisa sejelek itu…?”

Petani menjawab, “Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan . Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

Kadangkala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan. Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa.

Mewaspadai Ucapan

Pada masa kekuasaan Tsar Nicolas I di kekaisaran Rusia, pecah sebuah pemberontakan yang dipimpin seorang bernama Kondraty Ryleyev. Namun, pemberontakan itu berhasil ditumpas. Ryleyev, sang pemimpin ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Namun saat tali sudah diikatkan di lehernya dan eksekusi dilaksanakan, tiba-tiba tali gantungan itu putus. Di masa itu, kejadian luar biasa seperti itu biasanya dianggap sebagai bukti bahwa terhukum tidak bersalah dan Tsar mengampuninya. Namun, Ryleyev yang lega dan merasa di atas angin pun menggunakan kesempatan itu untuk tetap mengkritik, “Lihat, di pemerintahan ini sama sekali tidak ada yang betul. Bahkan, membuat talipun tidak becus!”

Seorang pembawa pesan yang melihat peristiwa putusnya tali ini kemudian melaporkan pada Tsar. Sang penguasa Rusia itu bertanya, “Lalu, apa yang Ryleyev katakan?”

Ketika pembawa pesan itu menceritakan komentar Ryleyev di atas, Tsar pun menjawab, “Kalau begitu, mari kita buktikan

(11)

bahwa ucapannya tidak benar.”

Ryleyev pun menjalani hukuman gantung kedua kalinya dan kali ini tali gantungannya tidak putus. Bukan hukuman yang membinasakannya, tapi ucapannya sendiri.

Lidah itu seperti kekang kuda, kemudi sebuah kapal, yang hanya benda kecil tapi bisa mengendalikan Benda raksasa. Lidah dapat menjadi seperti api kecil di tengah hutan, bahkan lebih buas dari segala hewan liar.

Apa yang kita ucapkan sangat sering menentukan arah hidup kita. Apa saja yang kita ucapkan pada orang lain dan pada diri sendiri sangat berpengaruh terhadap kejadian-kajdian yang akan kita alami kemudian.

Apa yang kita ucapkan seringkali menentukan apa yang kemudian kita terima.

” … tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang

mematikan.” ( Yakobus 3 : 2 )

Biarkan Tuhan Menilaimu

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa

ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik.

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman

yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu.

Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang

(12)

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu.

Mother Theresa.

Semangat Melayani

Pembacaan Alkitab : 1 Timotius 4:6-12

Timotius merupakan seorang penginjil yang masih muda, tapi juga ia adalah seorang yang pemalu dan penakut, sehingga ia perlu mendapatkan nasehat dari Paulus. Namun Paulus sangat menyenangi orang muda ini. Timotius yang pada waktu itu masih pemalu dan penakut, terus diberi bimbingan oleh Paulus. Ia menguatkan hati Timotius untuk tidak perlu takut dalam melayani. Jangan sampai orang yang berada disekitar menganggap remeh si Timotius ini. Paulus juga memberi suatu nasihat kepadanya untuk menjadi orang muda yang memberikan contoh atau teladan kepada sesamanya.

Paulus ingin Timotius termotivasi dan memiliki keberanian dalam pelayanan, walaupun dia masih sangat muda tapi bisa diharapkan darinya suatu semangat pelayanan bagi jemaat yang akan menjadi tempat penginjilanya. Menjadi seorang Remaja Kristen tidak akan pernah lepas dari melayani. Namun seringkali kita merasa ragu karena dianggap masih terlalu muda dan masih dianggap remeh orang yang lebih tua. Namun Paulus mengajarkan bahwa dalam pelayanan kita harus berani dalam menghadapi orang-orang seperti itu. Janganlah kita terjerumus dalam dosa, jangan orang memandang enteng terhadap apa yang kita lakukan. Karena tidak semua orang yang lebih tua dari kita akan memberikan contoh yang baik, sehingga tugas kita sebagai Remaja Kristen adalah memberikan suatu teladan bagi orang-orang tersebut. Ada sebuah pepatah: Jadilah seperti pohon yang ditanam di pinggir jalan, yang

dilempari orang dengan batu namun dibalas dengan buah. Melayani akan

menghadapi berbagai cobaan, namun jika kita melayani lebih sungguh dan dengan penuh semangat maka kita dapat menjadi remaja Kristen yang

(13)

mampu memberikan suatu teladan bagi banyak orang. Dengan tersenyum dan memberikan sapaan hangat kepada orang lain, dengan mengucapkan terima kasih kepada supir mikrolet / tukang ojek, ataupun dengan tidak “manyao” (membantah, red.) kepada orang tua, semua itu termasuk bentuk kita mau melayani sesama. Bentuk pelayanan sekecil apapun yang kita perbuat kepada orang lain, itu berarti kita melakukannya untuk TUHAN. Melayanilah, maka hidup akan lebih berarti! Amin.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti dalam menerapkan keterampilan variasi suara, guru belum sepenuhnya melakukan variasi suara pada saat menjelaskan materi essensial, guru belum sepenuhnya

Pada tabel sebelumnya dapat dilihat perhitungan nilai RPN menunjukkan nilai RPN tertinggi dengan bobot 294 adalah Alas mesin molder bergelombang atau tidak rata karena Aus yang

mengambil keputusan dengan bijaksana, maka ia harus memiliki sikap dan disiplin bergantung kepada Tuhan (Mzm. 11 Seorang pemimpin harus menentukan arah

Dalam kepemimpinan kharismatik seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada orang lain dengan dasar kepercayaan dan emosi mereka agar mengidentifikasikan dirinya dengan

Inspeksi pertama setelah proses produksi berjalan lancar, diambil dalam waktu 15 menit dan berjumlah 5 sampel, apabila staf Line Quality Control (LQC) tidak melihat adanya

Hasil dari studi komparatif mengenai penerapan konsep Trias Politica dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia atas Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sebelum

Adapun investor yang ingin menyampaikan minat pencairan dana sebelum jatuh tempo dapat mengikuti langkah berikut: - Mengajukan fasilitas early redemption ke sistem elektronik

1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi acuan pemahaman bagi perusahaan mengenai pengungkapan sustainability report dan pengaruh