• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Konsep Pendapatan di Sektor Informal

Pendapatan adalah penghasilan yang diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa barang dan jasa. Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang memilikinya kepada sektor produksi. Sektor produksi membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input produksi dengan harga yang berlaku di pasar produksi ditentukan oleh kekuatan tarik-menarik antara penawaran dan permintaan (Samuelson dan Nordhaus, 1994).

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001), pendapatan menunjukkan jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan dan penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial. Menurut Asianto (2014), pendapatan yang akan diperoleh di sektor informal sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mempengaruhi pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Pendapatan yang diterima di sektor informal juga berbeda, hal ini yang menyebabkan perbedaan pendapatan tersebut adalah tidak sama besarnya modal kerja yang dimilikinya, juga berbeda jam usaha yang dipergunakan untuk berdagang, serta bedanya pengalaman

(2)

15

(lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk) yang digelarkannya.

Hafsah (2003; 70), dalam bukunya menyatakan yang dimaksud dengan pendapatan usaha yaitu semua output yang dihasilkan dari suatu kegiatan tertentu, dalam prakteknya, mengusahakan pekerjaan tertentu menggunakan berbagai macam cara dengan demikian maka hasil usaha yang di peroleh juga merupakan penjumlahan dari seluruh output yang dihasilkan. Sedangkan Nasution (2002: 216), memberikan batasan bahwa pendapatan usaha dinilai dari besarnya volume usaha (omzet) yang di indikasikan dari nilai tambah bagi usahawan sebagai keikutsertaan dalam suatu kegiatan usaha atau pekerjaan tertentu.

2.1.2 Teori Permintaan dan Penawaran

Menurut Nopirin (dalam Sri Pramana, 2013), dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya perdagangan, yakni faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, adapun aktivitas tersebut terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Permintaan dan penawaran merupakan suatu kekuatan yang membuat ekonomi pasar bekerja dengan baik. Dalam hal ini, permintaan dan penawaran menentukan jumlah barang yang akan diproduksi dan harga jual dari barang tersebut.

2.1.2.1 Teori Permintaan

Jumlah permintaan dari suatu barang merupakan jumlah barang atau komoditi yang rela dan mampu dibayar oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari permintaan yang ada akan menentukan jumlah barang yang akan diproduksi serta menetapkan harga dari barang tersebut yang nantinya

(3)

16

akan dipasarkan. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu produsen karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh produsen dari penjualan produknya. Perubahan dari harga akan mempengaruhi permintaan suatu komoditi (Chhapra, 2013). Hubungan antara harga dan jumlah permintaan berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam perekonomian, faktanya hal ini begitu umum sehingga para ekonom menyebutnya sebagai hukum permintaan (law of demand): jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah permintaannya akan menurun, dan ketika harganya turun, maka jumlah permintaannya akan naik (Mankiw, 2006:80).

Sumber : Sugiyanto, 2008

Kurva permintaan menunjukkan jumlah suatu barang yang diminta bergantung pada harganya. Menurut hukum permintaan (law of demand), apabila harga barang turun, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, kurva permintaan semakin ke kanan semakin turun. Selain harga, faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap

P

Po P1 O Qo Q1 Q A B D

(4)

17

suatu barang diantaranya pendapatan, harga barang-barang substitusi dan komplementer, selera, harapan, dan jumlah konsumen.

2.1.2.2 Teori Penawaran

Penawaran merupakan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu atau jumlah barang yang mampu dijual atau dipasarkan oleh produsen. Jumlah penawaran suatu barang akan mengalami peningkatan dan penurunan yang dipengaruhi secara positif dengan harga. Menurut Mankiw (2006 : 87), hubungan antara harga dan jumlah penawaran ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang di dalam perekonomian sehingga disebut hukum penawaran (law of supply): jika semua hal dibiarkan sama, ketika suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan meningkat, dan ketika harganya turun maka jumlah penawarannya ikut menurun.

Sumber : Sugiyanto, 2008

Kurva penawaran menunjukkan jumlah suatu barang yang ditawarkan bergantung pada harganya. Menurut hukum penawawaran (law of supply), jika suatu harga barang yang ditawarkan mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, dan jika harga suatu barang mengalami

PA

Po

P1

O Qo Q1 QA

(5)

18

penurunan maka jumlah barang yang ditawarkan akan menurun. Oleh karena itu, kurva penawaran semakin ke kanan akan semakin naik. Rahardja (2010 : 28) berpendapat bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah :

1) Harga barang itu sendiri

Jika suatu barang naik maka produsen akan cenderung menambah jumlah barang yang akan diproduksi.

2) Harga barang lain yang terkait

Barang-barang substitusi dapat berpengaruh terhadap penawaran suatu barang. Misalkan, kenaikan biaya produksi di luar negeri atau kenaikan tarif impor, baju yang diimpor akan mengalami kenaikan harga, jadi para konsumen akan beralih pada baju buatan dalam negeri, sehingga permintaan terhadap baju produksi dalam negeri akan mengalami peningkatan. Kenaikan permintaan ini akan mendorong para produsen dalam negeri untuk meningkatkan hasil produksinya, sehingga penawaran baju akan meningkat.

3) Harga faktor produksi

Kenaikan harga faktor produksi seperti tingkat upah yang lebih tinggi, kenaikan harga barang baku, atau tingkat bunga modal meningkat akan menyebabkan produsen akan memproduksi barang lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap.

4) Biaya produksi

Apabila biaya produksi mengalami peningkatan, maka produsen akan mengurangi hasil produksinya sehingga penawaran akan berkurang.

(6)

19 5) Teknologi produksi

Kemajuan teknologi akan menyebabkan penurunan pada biaya produksi dan menciptakan barang-barang baru. Dengan kemajuan teknologi akan menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang.

6) Jumlah pedagang atau penjual

Jika jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran akan bertambah.

7) Tujuan perusahaan

Meningkatkan laba dan bukan memaksimumkan hasil produksi merupakan tujuan dari perusahaan. Produsen tidak akan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, namun akan menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum.

8) Kebijakan pemerintah

Hal ini dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi dalam negeri untuk mencapai swasembada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu yang dapat memberikan hasil yang banyak setiap panennya.

2.1.3 Tinjauan Tentang Pasar Tradisional

Menurut Yustika (2000), pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual, dimana pedagang berfungsi menyediakan barang atau jasa untuk di jual sehingga terjadi pemindahan milik. Pengertian lain disebutkan

(7)

20

bahwa pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh pembeli-pembeli potensial. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.

Pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.

Pasar tradisional adalah khasanah publik (public sphere) yang melukiskan adanya gagasan dan konsep abstrak budaya. Di dalamnya terjadi interaksi antara pembeli dan penjual melalui transaksi tawar-menawar untuk menentukan harga. Model transaksi yang dilakukan juga menggunakan komunikasi lokal dengan simbol sosial seperti bahasa setempat, murah senyum, saling menyapa, terbuka, dan penuh keakraban. Dengan langkah-langkah pendekatan budaya, masyarakat

(8)

21

pasar tradisional memiliki memorable experience yang sangat demokratis dan kedekatan secara emosional, sehingga mudah terwujudnya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi sesama pelaku pasar tradisional.

Sangatlah penting untuk mengembalikan kebijakan ekonomi pada pasar tradisional yang telah terbukti mampu menjadi penyangga (buffer) terhadap perekonomian nasional. Dalam posisi seperti itu, pasar tradisional secara kultural mampu menjadi ruang publik yang mendekatkan secara informal bahkan secara progresif mampu memperkuat kemandirian ekonomi dan menghindari eksploitasi ketergantungan.

2.1.4 Tinjauan Tentang Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dibangun dalam bentuknya berupa pusat perbelanjaan, seperti mall, plaza, dan shopping centre serta sejenisnya dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Menurut Sinaga (2004), pasar modern adalah pasar yang dikelola dikelola oleh manajemen modern yang umumnya terdapat diperkotaan, dimana sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu pelayanan yang baik kepada konsumen pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shoppingcentre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya.

Pasar modern menjual barang yang memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang

(9)

22

impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, penataan barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara professional. Rantai distribusi pada pasar ini adalah produsen – distributor – pengecer/konsumen (Sinaga, 2008:4).

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Keunggulan dari pasar modern ini adalah memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur,ventilasi dan sanitasi yang baik, kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM center, toilet, tempat cuci dan pemotongan

Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut data yang diperoleh dari Euromonitor tahun 2004 dalam

(10)

23

Amin (2012), hypermarket merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi (25 persen), koperasi (14.2 persen), minimarket/convenience stores (12,5 persen), independent grocers (8.5 persen), dan supermarket (3.5persen). Selain mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2.4 persen pertahun terhadap pasar tradisional.

Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.

2.1.5 Tinjauan Tentang Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang

2.1.5.1 Volume Penjualan

Secara sederhana, penjualan adalah proses perpindahan hak milik akan suatu barang atau jasa dari tangan pemiliknya kepada calon pemilik baru (pembeli) dengan suatu harga tertentu, dan harga tersebut diukur dengan satuan uang. Tujuan penjualan oleh suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan volume penjualan sehingga dapat diperoleh laba yang maksimal. Dengan keuntungan yang diperoleh maka suatu perusahaan dapat menjalankan operasional perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai yang diharapkan. Total penjualan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu disebut volume penjualan.

(11)

24

Basu dan Irawan (2009), menyatakan bahwa volume penjualan merupakan penjulan bersih dari laporan laba perusahaan. Penjulan bersih diperoleh dari hasil penjulan seluruh produk (produk lain) selama jangka waktu tertentu, dan hasil penjualan yang dicapai dari market share (pangsa pasar) yang merupakan penjulan potensial, yang dapat terdiri dari kelompok territorial dan kelompok pembeli selama jangka waktu tertentu.

Menurut Kotler (2000) volume penjualan adalah barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :

1) Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen melihatnya. 2) Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan

menarik perhatian konsumen. 3) Mengadakan analisa pasar.

4) Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial. 5) Mengadakan pameran.

6) Mengadakan discount atau potongan harga.

Volume penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari pembayaran atas barang yang dibeli konsumen. Nilainya adalah sama dengan harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli oleh pembeli. Kalau harga berubah maka otomatis volume penjualan dengan sendirinya akan berubah (Sukirno, 2000).

(12)

25

Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga menurun.

Volume penjualan digunakan untuk mengukur efektifitas penjualan, menilai biaya, kontribusi keuntungan, tingkat pengembalian modal, dan sisa dari keuntungan. Volume penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan terutama manajer pemasaran dalam hal pemasaran produknya. Selain itu meningkatnya volume penjualan bisa menandakan bahwa kebutuhan masyarakat akan produk tersebut meningkat. Menurut Swasta (2005), beberapa tahapan penjualan untuk memperoleh hasil penjualan yang maksimal antara lain:

1) persiapan sebelum penjualan.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan. 2) penentuan lokasi pembeli potensial.

Penentuan lokasi merupakan langkah awal untuk membuat daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.

(13)

26

berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya.

4) melakukan penjualan.

penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka, sehingga pada akhirnya penjual melakukan penjualan produknya kepada pembeli.

5) pelayanan sesudah penjualan

pada tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai mavam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang-barang yang dibelinya bermanfaat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada pelayanan sesudah penjualan.

2.1.5.2 Lokasi Usaha

Merencanakan suatu usaha perlu memilih lokasi usaha yang strategis, karena letak lokasi usaha akan berhubungan dengan masalah efisiensi transportasi dan kemudahannya untuk mencapai konsumen. Menurut Swastha (2002:24),

(14)

27

lokasi usaha adalah tempat dimana suatu usaha atau aktivitas usaha dilakukan. Faktor penting dalam pengembangan suatu usaha adalah letak lokasi terhadap daerah perkotaan, cara pencapaian, dan waktu tempuh lokasi ke tujuan. Faktor lokasi yang baik adalah relatif untuk setiap jenis usaha yang berbeda.

Menurut Kotler (2008:51), salah satu kunci suksesnya usaha adalah lokasi yang dimulai dengan memilih komunitas. Lamb et al.,(2001:63) menyatakan bahwa memilih tempat atau lokasi yang baik merupakan keputusan penting, karena :

1) tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan usaha.

2) lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipiluh haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup usaha.

3) lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup.

Oleh karena itu, lokasi menentukan pendapatan para pedagang itu sendiri, baik pedagang di dalam pasar maupun pedagang yang ada di pelataran pasar. Sehingga para pedagang harus pintar dalam memilih lokasi yang strategis untuk berdagang.

2.1.5.3 Jam Operasional

Selain faktor volume penjualan dan lokasi usaha, tingkat pendapatan pedagang juga ditentukan oleh lamanya waktu operasi atau jam operasional. Menurut Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), jam operasional pedagang

(15)

28

adalah banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Satuan variabel jam operasional adalah jam per hari. Jam operasional merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak persiapan sampai usaha tutup. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan.

Jam operasional pedagang pasar tradisional sangat bervariasi. Setiap kios atau lapak pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang tidak sama. Jika ingin memperoleh pendapatan yang tinggi maka diperlukan jam operasional yang tinggi pula. Pada daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa, pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan seterusnya, sedangkan di daerah perkotaan tidak dikenal adanya hari pasaran dan jam operasional pedagang pasar relatif cukup panjang antara 12 – 15 jam per hari (Asmie,2008 dalam Wicaksono, 2014). Analisis jam operasional merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan pengahasilan yang seharusnya ia dapatkan. Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam operasional panjang atau pendek adalah merupakan keputusan individu Nicholson dalam Wicaksono (2011). Jam operasional dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang dipergunakan untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani konsumen setiap harinya.

(16)

29

2.1.6 Hubungan Antara Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang

2.1.6.1 Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang

Menurut Astuti (2005), menyatakan bahwa semakin besar volume penjualan suatu produk, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pedagang. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Pengaruh volume penjualan dengan pendapatan pedagang telah dibuktikan dalam penelitian Rasyid (2012), dengan hasil penelitian nilai koefisien regresi untuk variabel volume penjualan (X2) sebesar 14563,925. Artinya bahwa volume penjualan memberikan

pengaruh yang searah, dimana jika volume penjualan bertambah 1 ekor maka pendapatan pendapatan pedagang pengumpul meningkat Rp. 14.563,925 per bulan dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien korelasi (r) variabel volume penjualan (X2) sebesar 0,947 menunjukkan bahwa volume penjualan memiliki

keeratan hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap variabel pendapatan pedagang pengumpul (Y). Nilai koefisien determinannya (r2) yaitu sebesar 0,896

yang berarti bahwa parsial kontribusi variabel volume penjualan (X2) sebesar 89,6

persen terhadap naik turunnya pendapatan pedagang pengumpul. Nilai thitung

variabel volume penjualan (X2) yaitu sebesar 18,833 dan nilai ttabel sebesar 1,680.

Karena thitung > t tabel (18,833 > 1,680), maka variabel volume penjualan ayam

potong memberi pengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang pengumpul di Kota Makassar.

(17)

30

2.1.6.2 Pengaruh Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang

Pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang telah dibuktikan dalam penelitian Chintya dan Darsana (2013) meneliti tentang “Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran”. Dalam hasil penelitian ini di dapat bahwa lokasi usaha secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di pasar Jimbaran. Hasil uji t menghasilkan nilai thitung sama dengan 3,257 dan ttabel dengan tingkat keyakinan 10

persen sebesar 1,671, dikarenakan thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima. Menurut Alcacer (2003), dengan lokasi yang berdekatan

dengan pesaing usaha, perusahaan dapat melakukan strategi kompetisi total baik dalam kepemimpinan harga atau jasa lain yang diberikan. Seorang pengusaha harus mengenali jumlah dan ukuran usaha lain serta situasi persaingan yang ada di daerah tersebut.

2.1.6.3 Jam operasional Terhadap Pendapatan Pedagang

Menurut Wicaksono (2011), jam operasional memiliki hubungan langsung dengan pendapatan pedagang, dimana setiap penambahan waktu operasional yang dipengaruhi jumlah hasil produksi, akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya pendapatan dari hasil penjualan. Hasil penelitian Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), telah membuktikan adanya hubungan langsung antara jam operasional pedagang dengan tingkat pendapatan. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bertambahnya omzet penjualan. Pengaruh jam operasional terhadap pendapatan pedagang telah dibuktikan dalam penelitian Chintya dan Darsana (2013), yang meneliti tentang “Analisis

(18)

31

Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran” dengan hasil penelitian jam operasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Analisis dengan uji t menghasilkan nilai thitung sebesar 8,221

dan ttabel pada tingkat keyakinan 5 persen sebesar 1,671. Hasil ini memperlihatkan

bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

2.2 Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian yang sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) diduga bahwa modal volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.

2) diduga bahwa volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.

Referensi

Dokumen terkait

Bila diatas jalur penggalian terdapat tiang-tiang listrik, telepon, atau sarana lainnya, maka Instalatur agar mengamankannya dengan mengadakan dan memasang

Sehubungan dengan hal tersebut prinsip umum yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk mendorong diversifikasi pangan adalah: (1) dari sisi konsumsi, diversifikasi

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Desa-Desa yang telah ada dalam Kecamatan yang baru dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) sepanjang

KWA’LIPP merupakan usaha penyedia layanan perencanaan acara, baik untuk acara pribadi ataupun acara kejutan.Jasa yang ditawarkan adalah membuat sebuah acara menjadi

Seburuk apapun hari saya, saya mau tunjukkan bahwa saya akan tetap menghadiri komsel dengan sepenuh hati dan tidak ada yang bisa menghalangi saya untuk berkumpul dan

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) mata diklat program produktif di SMK Negeri 1 Petang adalah (1) Keterlambatan dana pelaksanaan

Setelah medium membeku, masing-masing isolat bakteri diinokulasikan ke dalam Medium Lipid Agar dan diinkubasi pada suhu 25-27°C selama 24 jam.. Hasil uji

Penelitian Laksminy menjelaskan strategi transfer bahasa dari orang tua kepada anak, bahasa mana yang akan dipilih dalam lingkungan keluarganya, namun dalam