• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN KUPU- KUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN KUPU- KUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN

KUPU-KUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN

TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

LYDIA SARI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(2)

ii

ABSTRAK

LYDIA SARI. Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio memnon sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan DEDY DURYADI SOLIHIN dan TRI HERU WIDARTO.

Dua kubah di plaza kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berpotensi dijadikan taman kupu-kupu sehingga ekoeduturisme di dalam kampus menjadi lebih lengkap. Oleh karena itu kajian tentang cara pengelolaan dan pengaturan pelaksanaannya harus dilakukan. Penelitian ini bertujuan memelihara dan mengembangbiakkan kupu-kupu jenis P. memnon dalam rangka persiapan dan pengelolaan taman kupu-kupu di plaza IPB. Parameter yang diamati meliputi waktu siklus hidup, harapan hidup, rasio seks, sinkronisasi kemunculan imago, dan faktor abiotik. Pemeliharaan berupa kombinasi pengembangbiakan di laboratorium dan kubah. Kisaran hidup F1

P. memnon adalah 30-80 hari sedangkan F2 dengan kisaran hidup 40-101 hari. Kurva ketahanan

hidup menunjukkan angka kematian meningkat dari fase larva instar 5. Perbedaan waktu kemunculan imago menyebabkan baik jantan maupun betina tidak menemukan pasangan yang cocok hingga mati. Penyiapan tanaman pakan dan bunga sangat diperlukan untuk menunjang taman kupu-kupu secara berkelanjutan. Pengendalian beberapa hambatan internal dan eksternal yang harus dilakukan secara intensif, sehingga fungsi ekoeduturisme taman kupu-kupu dapat terwujud.

Kata kunci: Papilio memnon, taman kupu-kupu, siklus hidup, harapan hidup, sinkronisasi kemunculan imago

ABSTRACT

LYDIA SARI. Rearing and Culturing Papilio memnon Butterfly for Preparation of Butterfly Garden at Bogor Agricultural University Plaza. Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN dan TRI HERU WIDARTO.

Two domes at Bogor Agricultural University (BAU) plaza are so potential to create a butterfly garden that ecoeduturisme in campus can be complete. Therefore, a study is needed to before creating the butterfly garden and in managing it. This research is aimed to rear and culture P. memnon butterfly in order to prepare and manage the butterfly garden at plaza BAU. The parameters observed in this research included life cycle, life expectancy, sex ratio, synchronization of imago emergence, and abiotic factors. Rearing activity was a combination method in laboratory and dome Plaza BAU. Life cycle of F1 ranged between 30 and 80 days while F2 ranged between 40

and 101 days. Survivorship curve indicated that the mortality started to increase at the fifth instar larvae. Differences in imago emergence periode have caused difficulties for the butterfly pairs to do mating and they were finally died. Plants for feed and nectar sources must be provided to sustain butterfly garden. Internal and external barriers must be intensively controlled so ecoeduturisme function of butterfly garden can be realized.

Key words: Papilio memnon, butterfly garden, life cycle, life expectancy, synchronization of imago emergence

(3)

PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGBIAKAN

KUPU-KUPU Papilio memnon SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN

TAMAN KUPU-KUPU DI PLAZA INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

LYDIA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

iv

Judul Skripsi : Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio

memnon Sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza

Institut Pertanian Bogor

Nama

: Lydia Sari

NIM

: G34070074

Disetujui

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

Ketua Departemen Biologi

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian yang berjudul Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Kupu-Kupu Papilio memnon Sebagai Upaya Persiapan Taman Kupu-Kupu di Plaza Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2011 hingga Agustus 2012.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Ir. Tri Heru Widarto, M. Sc. selaku pembimbing atas segala dukungan, saran dan doa selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dra. Hilda Akmal, M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran untuk skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heri yang telah banyak membantu dalam teknis di laboratorium dan kubah, serta teman-teman biologi 44 khususnya Mutia, Fibo, Isti, Sri, Kokom, Fery, Dewi, Dini, Ratna, Gita dan Mini atas dukungan semangat dan bantuan selama penelitian. Terima kasih untuk orang tua, adik dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi rujukan bagi pihak yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Februari 2013 Lydia Sari

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 April 1989 dari ayah Senjaya Rusli dan ibu Nurlela. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di Badan Pengawas Himpunan Profesi Himpunan Mahasiswa Biologi (BP HIMPRO HIMABIO) pada tahun 2008-2009. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian dalam maupun luar organisasi.

Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Alga dan Lumut pada tahun 2010/2011 dan 2011/2012 serta Ilmu Lingkungan tahun 2012/2013. Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melaksanakan kegiatan Studi Lapangan di Cangkuang, Sukabumi dengan judul laporan Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Mananase dan IAA. Penulis juga berkesempatan melakukan Praktik Lapangan di Balai Budidaya Ikan Hias, Depok dari bulan Juni-Agustus 2010 dengan judul Pemeliharaan Ikan Arwana di Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

Bahan dan Alat ... 1

Metode ... 1

Tahap Persiapan ... 1

Pemeliharaan Imago di dalam Kubah ... 2

Identifikasi Jenis Kelamin Imago ... 2

Siklus Hidup ... 2

Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago ... 2

Faktor Abiotik ... 3

Model Penangkaran ... 3

HASIL ... 3

Siklus hidup ... 3

Harapan Hidup ... 4

Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago ... 5

Perbanyakan Turunan ... 6 Faktor Abiotik ... 6 PEMBAHASAN ... 7 SIMPULAN ... 8 SARAN ... 8 DAFTAR PUSTAKA ... 8 LAMPIRAN ... 10

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Waktu hidup P P. memnon ... 3

2 Waktu siklus hidup F1 (n = 8) ... 3

3 Waktu siklus hidup F2 (n = 5) ... 3

4 Jumlah individu yang berhasil hidup dari fase telur hingga imago ... 4

5 Tabel kehidupan P. memnon ... 4

6 Rasio seks total ... 5

7 Rasio seks per minggu ... 5

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Identifikasi jenis kelamin imago berdasarkan morfologi sayap imago P. memnon ... 2

2 Kurva ketahanan hidup P. memnon ... 4

3 Mortalitas dan kegagalan pada fase hidup kupu-kupu ... 5

4 Kemunculan imago P ... 6

5 Kemunculan imago F1 ... 6

6 Kemunculan imago F2 ... 6

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kopulasi imago parental ... 11

2 Kopulasi imago filial 1 ... 11

3 Kopulasi imago filial 2 ... 11

4 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 1) ... 12

5 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 2) ... 12

6 Uji t waktu rata-rata kedua siklus dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05) ... 13

7 Faktor abiotik di laboratorium PPSHB bulan Oktober-Desember 2011 ... 14

8 Faktor abiotik di kubah bulan Oktober-Desember 2011 ... 16

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga mempunyai area yang luas (267 ha) dengan didukung oleh vegetasi yang beranekaragam. Berdasarkan hasil penelitian Saputro (2007), kupu-kupu di kawasan kampus IPB sebanyak 77 spesies yang termasuk dalam empat famili. Anggota keempat famili tersebut adalah 9 spesies famili Papilionidae, 13 spesies famili Pieridae, 45 spesies Nymphalidae, dan 10 spesies famili Lycaenidae. Ditemukan juga beberapa spesies endemik di Indonesia yang termasuk famili Nymphalidae, yaitu Ypthimo horsfieldi, Doleschallia polibete, dan Cynitia iapis.

Dua kubah di plaza IPB, merupakan peluang yang baik untuk dimanfaatkan sebagai taman kupu-kupu. Sebagai sebuah institusi akademis, sudah selayaknya IPB dapat memberikan informasi biologi tentang kupu-kupu yang mempunyai daya tarik seperti Papilio memnon, Graphium agamemnon, Graphium doson, Pachliopta aristolochiae, dan Troides helena.

Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh habitatnya. Tanaman pakan untuk larva pada beberapa jenis kupu-kupu umumnya sangat spesifik. Jika akan mengusahakan taman kupu-kupu, tanaman pakan harus ada di tempat tersebut. Pakan larva P. memnon berupa tanaman jeruk (Citrus spp.) (Dewi 2003; Rahman 2003). Nutrisi pada pakan mempengaruhi lama waktu imago dan fekunditas (Shobana et al. 2010).

Tanaman sumber nektar untuk imago juga perlu dipersiapkan. Tanaman sumber nektar untuk imago, yaitu bunga pagoda (Clerodendron paniculatum), soka (Ixora sp.), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima), lolipop merah (Justicia carnea), dan jengger ayam (Celosia cristata) (Gusnenti 2010; Nurjannah 2010; Tresnawati 2010). Nektar tanaman memberikan nutrisi yang baik bagi kehidupan imago Lepidoptera. Nektar tanaman berisi kandungan karbohidrat dan asam amino. Karbohidrat dapat meningkatkan lama waktu hidup imago betina dibandingkan yang hanya diberikan air (Bauerfeind & Fischer 2005). Asam amino pada nektar meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan (Mevi-Schütz & Erhardt 2005).

Ekoturisme berarti melindungi kelestarian alam dan pendidikan lingkungan. Ektoturisme memiliki manfaat untuk konservasi dan pembangunan (ekonomi dan infrastruktur) (Ross & Wall 1999). Semakin menurunnya

populasi kupu-kupu di alam akibat dari penangkapan yang berlebihan dan kerusakan habitat maka salah satu solusi alternatif adalah penangkaran kupu-kupu di habitat semi alami. Kedua kubah di plaza IPB berpotensi dijadi-kan taman kupu-kupu sehingga ekoturisme di dalam kampus menjadi lebih lengkap karena bersifat ekoedutourisme. Namun, hal ini perlu ditindak lanjuti dengan penelitian mengenai cara pengelolaan dan pengaturan pelaksanaan-nya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tantangan tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan memelihara dan mengembangbiakkan kupu-kupu jenis P. memnon dalam rangka persiapan dan pengelolaaan taman kupu-kupu di plaza IPB.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 hingga Agustus 2012 di laboratorium Pusat Penelitian Studi Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) dan kubah plaza Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pupa P. memnon. Selain itu, dipersiapkan juga tanaman jeruk, pagoda, soka, kembang merak, lolipop merah, jengger ayam, pupuk, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan adalah cawan Petri, stoples, kandang pupa, termohigrometer, light meter, kertas label, jaring penangkap serangga, kamera digital, dan mikroskop stereo.

Metode

Tahap Persiapan

Kubah tempat penangkaran imago direnovasi. Renovasi berupa perbaikan bagian-bagian kawat parabola yang berlubang, pintu, kunci dan pemasangan paranet. Setelah itu, dilakukan penanaman dan penataan tanaman sebagai pelindung, sumber nektar, dan pakan. Persiapan kupu-kupu dimulai dengan pembelian pupa P. memnon sebanyak masing-masing 10 buah. Pupa didapatkan dari Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Kemudian, sampel dipelihara di laboratorium. Telur dipelihara dalam stoples dengan cara tangkai daun yang terdapat telur ditancapkan pada spons basah. Telur ditunggu dan diamati hingga menetas menjadi larva. Larva di-pelihara dalam cawan Petri. Setiap satu cawan

(10)

2

Petri hanya diisi 1 ekor larva. Setiap hari dilakukan penggantian pakan dan pem-bersihan kotoran. Ketika larva mencapai instar akhir, larva dipindahkan ke dalam stoples. Setelah larva berubah menjadi pupa, pupa dipindahkan ke dalam kandang pupa. Pupa P. memnon diikatkan pada kayu dengan benang. Setelah pupa menjadi imago (eklosi), di-lakukan identifikasi jenis kelamin kupu-kupu (sexing). Lalu, imago dilepaskan di dalam kubah.

Pemeliharaan Imago di dalam Kubah

Pemeliharaan imago di dalam kubah berupa perawatan tanaman dan pengendalian predator secara berkelanjutan. Perawatan tanaman berupa penyiraman, pemangkasan, pembersihan gulma, dan pemberian pupuk. Pengendalian predator berupa penangkapan laba-laba, kadal, dan cicak. Pengamatan dan pemeliharaan imago dilakukan sampai imago kawin. Telur yang diletakkan imago pada daun tanaman inang dihitung dan diambil untuk dipelihara di laboratorium. Hanya 30 telur yang diamati dan dipelihara. Lalu, telur dirawat hingga terjadi eklosi imago.

Identifikasi Jenis Kelamin Imago

Identifikasi dilakukan dengan pengamatan bagian ujung ventral abdomen. Pada imago jantan terdapat lubang di bagian ujung ventral abdomen sedangkan ujungnya betina tertutup (Gusnenti 2010). Karakteristik lain yaitu sayap pada imago P. memnon betina berwarna hitam dan putih serta sedikit corak merah pada bagian atas sayap depan. Sayap imago P. memnon jantan berwarna hitam dengan garis abu-abu (Gambar 1) (Ni 2005; Syaputra 2011).

Gambar 1 Identifikasi jenis kelamin imago berdasarkan morfologi sayap imago P. memnon (Keterangan: B: betina dan J: Jantan).

Siklus Hidup

Waktu yang dibutuhkan tiap fase diamati dari fase telur hingga imago yaitu dari peletakkan telur hingga menetas, pergantian

kulit pada larva, perubahan larva menjadi pupa, pupa menjadi imago, hingga imago tersebut mati. Pengamatan siklus hidup ini dilakukan selama 2 generasi. Waktu rata-rata kedua siklus hidup diuji menggunakan uji t dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05).

Harapan Hidup

Jumlah individu yang berhasil hidup dari fase telur hingga imago dihitung dan dicatat. Nilai persentasi dihitung dengan rumus

% = ∑ x 100% .

Kemudian, dibuat tabel kehidupan dan kurva kelangsungan hidup (Barbault 1981). Nilai nx, lx, dx, qx, Lx, dan ex dihtung dengan rumus sebagai berikut: nx = ∑ individu F1 + ∑ individu F2 2 lx = n" x 100n # dx = l"− l("&') qx = dxlx Lx = l"+ l2("&') Tx = , Lx "-"-# ex = Txlx

x: fase atau kelas umur

nx: rata-rata jumlah individu yang hidup pada fase tersebut

lx: jumlah individu yang hidup pada masing-masing interval waktu (densitas awal cohort dibuat 100)

dx: jumlah yang mati pada usia antara x ke x+1

q: proporsi kematian pada fase tersebut Lx: jumlah individu yang hidup antara fase

tersebut dengan fase berikutnya

Tx: jumlah total individu yang hidup mulai fase tersebut hingga individu punah

ex: harapan hidup pada awal interval umur tersebut

F1: filial atau turunan 1

F2: filial atau turunan 2

Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago

Identifikasi jenis kelamin imago dilakukan dengan pengamatan morfologi. Lalu dicatat jenis kelamin, tanggal eklosi, dan rasio seks. Rasio seks dihitung dengan rumus R = 01. M: jumlah jantan dan F: jumlah betina Rasio seks total dihitung dari awal individu pertama eklosi hingga individu akhir eklosi. Dihitung juga rasio seks per minggu.

B

(11)

Faktor Abiotik

Pengukuran faktor abiotik berupa pengukuran suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Pengukuran ini dilakukan di laboratorium dan kubah pada pukul 09.00; 12.00; dan 16.00 WIB. Suhu dan kelembapan diukur dengan termohigrometer. Intensitas cahaya diukur dengan light meter.

Model Penangkaran

Model penangkaran yang dilakukan untuk taman kupu-kupu di kubah IPB adalah kombinasi antara kehidupan di dalam kubah dan pengembangbiakan tahapan hidup di laboratorium. Foto kubah di Plaza IPB disajikan pada Lampiran 9.

HASIL

Siklus hidup

Jumlah imago parental (P) P. memnon adalah 8 ekor terdiri atas 4 ekor jantan dan 4 ekor betina. Waktu hidup imago P paling lama adalah 22 hari. Waktu hidup imago paling singkat adalah 1 hari (Tabel 1).

Tabel 1 Waktu hidup P P. memnon Tanggal eklosi Jenis kelamin Kondisi imago Lama hidup (hari) 25 Okt 2011 Betina 1 Cacat 7 26 Okt 2011 Betina 2 Cacat 6 Jantan 1 Baik 1 Jantan 2 Baik 1 27 Okt 2011 Jantan 3 Baik 19 Betina 3 Baik 22 Betina 4 Baik 20 28 Okt 2012 Jantan 4 Baik 3 Keterangan: 2 pupa gagal menjadi imago karena terkena serangan mikroorganisme (pupa berwarna hitam).

Rata-rata waktu satu siklus hidup F1 P.

memnon adalah 50.63±17.92 hari. Kisaran lamanya hari yang diperlukan untuk satu siklus hidup P. memnon adalah 30-80 hari. (Tabel 2). Fase paling singkat adalah prepupa dengan waktu rata-rata 1.13±0.35 hari. Fase paling lama adalah larva dengan waktu total rata-rata 27.39±9.12 hari (Tabel 2 dan Lampiran 4).

Tabel 2 Waktu siklus hidup F1 (n = 8)

Fase Rata-rata (hari) Kisaran (hari)* Telur 5.25± 2.38 3-10 Larva (L) L. instar 1 4.00± 1.51 2- 6 L. instar 2 4.63± 1.69 3- 8 L. instar 3 2.63± 0.74 2- 4 L. instar 4 3.38± 1.19 2- 6 L. instar 5 12.75± 3.99 6-17 Prepupa 1.13± 0.35 1- 2 Pupa 12.00± 1.31 10-14 Imago 4.88± 4.76 1-13 Imago betina (n = 5) 5.40± 6.07 2- 6 Imago jantan (n = 3) 4.00± 2.00 1-13 Total (telur-imago) 50.63±17.92 30-80 *nilai di dalam tabel merupakan nilai minimum dan maksimum.

Dibandingkan dengan F1, F2 mengalami

siklus hidup lebih lama. Rata-rata waktu satu siklus hidup F2 P. memnon adalah

68.00±27.01 hari. Kisaran lamanya hari yang diperlukan untuk satu siklus hidup Papilio memnon adalah 40-101 hari. Fase tersingkat adalah prepupa dengan waktu rata-rata 1.20±0.45 hari. Fase terlama adalah larva dengan waktu total rata-rata 42.20±22.54 hari (Tabel 3 dan Lampiran 5).

Tabel 3 Waktu siklus hidup F2 (n = 5)

Fase Rata-rata (hari) Kisaran (hari)* Telur 5.80± 0.84 5- 7 Larva (L) L. instar 1 4.00± 1.22 3- 6 L. instar 2 4.80± 3.56 2- 10 L. instar 3 7.20± 4.44 4- 15 L. instar 4 8.20± 4.15 2- 12 L. instar 5 18.00± 9.17 7- 25 Prepupa 1.20± 0.45 1- 2 Pupa 13.80± 0.84 13- 15 Imago 5.00± 2.35 3- 9 Imago betina (n = 2) 3.50± 0.71 3- 4 Imago jantan (n = 3) 6.00± 2.65 4- 9 Total (telur-imago) 68.00±27.01 40-101 *nilai di dalam tabel merupakan nilai minimum dan maksimum.

(12)

4

Rata-rata waktu siklus hidup F1 dan F2

diuji dengan uji nilai tengah. Uji ini dapat menentukan perbedaan waktu yang terjadi antara dua generasi sama atau berbeda. Hasil uji menunjukkan bahwa rata-rata waktu hidup total (telur hingga imago) F1 dan F2 tidak

berbeda nyata pada taraf uji (P < 0.01). Pada taraf uji (P < 0.05) rata-rata waktu hidup total F1 dan F2 tidak berbeda nyata kecuali fase

pupa (Lampiran 6).

Jumlah individu yang berhasil hidup mengalami penurunan setiap fasenya. Angka kematian meningkat dari fase larva instar 5 hingga imago betina. Kurva ketahanan hidup ini disajikan pada Gambar 2. Foto mortalitas dan kegagalan fase hidup kupu-kupu disajikan pada Gambar 3.

Tabel 4 Jumlah individu yang berhasil hidup dari fase telur hingga imago

Fase Jumlah individu Rata-rata jumlah individu

(nx) F1 % F2 % Telur 30 30 30 Larva (L) L. instar 1 30 100.00 30 100.00 30 L. instar 2 29 96.67 23 76.67 26 L. instar 3 29 100.00 19 82.61 24 L. instar 4 29 100.00 17 89.47 23 L. instar 5 27 93.10 17 100.00 22 Prepupa 23 85.18 10 58.82 16.5 Pupa 19 82.61 8 80.00 13.5 Imago 8 42.10 5 62.50 6.5 Imago betina 5 2 3.5 Imago jantan 3 3 3

Tabel 5 Tabel kehidupan P. memnon x nx lx dx qx Lx Tx ex log lx Telur 30 100.00 0.00 0.00 100.00 578.36 5.78 2 Larva (L) L. instar 1 30 100.00 13.33 0.13 93.34 478.36 4.78 2 L. instar 2 26 86.67 6.67 0.08 83.34 385.02 4.44 1.94 L. instar 3 24 80.00 3.33 0.04 78.34 301.68 3.77 1.90 L. instar 4 23 76.67 3.34 0.04 75.00 223.34 2.91 1.88 L. instar 5 22 73.33 18.33 0.25 64.16 148.34 2.02 1.86 Prepupa 16.5 55.00 10.00 0.18 50.00 84.18 1.53 1.74 Pupa 13.5 45.00 33.33 0.74 28.34 34.18 0.76 1.65 Imago betina 3.5 11.67 11.67 1.00 5.84 5.84 0.50 1.07 Sisa 0 0 0 0 0 0 Total 100.00 Harapan Hidup

Pada F1 kegagalan terbanyak terjadi ketika

perubahan fase pupa menjadi imago sedangkan pada F2 kegagalan terbanyak

terjadi ketika perubahan larva instar 1 menjadi larva instar 2. Rata-rata jumlah individu dengan kegagalan terbanyak terjadi pada perubahan fase pupa menjadi imago (Tabel 4). Mortalitas tertinggi terjadi pada fase pupa sebesar 0.74 atau 74%. Sedangkan mortalitas atau kegagalan terendah terjadi pada fase telur sebesar 0.00 atau 0%. Kelangsungan hidup

imago betina adalah 11.67% (Tabel 5). Gambar 2 Kurva ketahanan hidup P. memnon (ins: instar dan I: imago).

1 1,5 2 T el u r L . in s 1 L . in s 2 L . in s 3 L . in s 4 L . in s 5 P re p u p a P u p a I. b et in a lo g l x x log lx

(13)

a b

c d

Gambar 3 Mortalitas dan kegagalan pada fase hidup kupu-kupu: a. larva P. memnon mati; b. Prepupa yang gagal menjadi pupa; c. pembukaan pupa yang gagal menjadi imago; d. imago mati diserang predator.

Rasio Seks dan Sinkronisasi Kemunculan Imago

Rasio seks total dengan jumlah jantan lebih banyak dibandingkan betina ketika F2.

Sebaliknya, jumlah betina lebih banyak daripada jantan ketika F1 (Tabel 5). Rasio seks

per minggu dengan jumlah betina lebih banyak daripada jantan terjadi pada 15-21 Desember 2011 dan 22-28 Februari 2012. Ada jantan atau betina yang tidak memiliki pasangan kawin selama periode seminggu pada F1 dan F2. Tidak ada imago yang eklosi

pada periode 8 sampai 14 Februari 2012 dan

15 sampai 21 Februari 2012 (Tabel 6). Terjadi perbedaan waktu kemunculan imago jantan dan betina. Pada P, kemunculan imago diawali oleh imago betina hingga pertengahan periode sedangkan imago jantan pada pertengahan hingga akhir periode (Gambar 4). Pada F1, kemunculan imago jantan pada awal

dan pertengahan periode. Imago betina muncul pada pertengahan dan akhir (Gambar 5).

Tabel 5 Rasio seks total Rasio P R = 4/4 F1 R = 3/5

F2 R = 3/2

Tabel 6 Rasio seks per minggu

Periode eklosi Rasio

P 22-28 Oktober 2011 R = 4 4⁄ F1 1-7 Desember 2011 R = 1 0⁄ 8-14 Desember 2011 R = 1 0⁄ 15-21 Desember 2011 R = 1 2⁄ 22-28 Desember 2011 R = 0 3⁄ F2 1-7 Februari 2012 R = 1 0⁄ 22-28 Februari 2012 R = 1 2⁄ 29 Februari-6 Maret 2012 R = 1 0⁄

(14)

6

Pada F2 kemunculan imago jantan pada

awal dan akhir periode. Imago betina muncul pada akhir periode (Gambar 6).

Perbanyakan Turunan

Dari empat pasangan induk awal, kopulasi terjadi pada dua pasangan imago betina dengan satu jantan yang sama. Ketiga ekor imago ini eklosi pada hari yang sama. Kedua imago betina ini menghasilkan total sebanyak 200 telur (Lampiran 1). Pada F1, hanya ada

satu pasangan kawin dengan perbedaan waktu eklosi imago selama satu hari. Satu imago betina ini menghasilkan 80 telur (Lampiran 2). Tidak terjadi perkawinan pada imago F2

hingga imago tersebut mati (Lampiran 3).

Faktor Abiotik

Telur sampai pupa P. memnon terdapat pada ruangan dengan kisaran suhu 27-30 oC, kelembapan 63-83%, dan intensitas cahaya 30-317 lux ketika pagi hari. Suhu siang hari sekitar 28-33 oC, kelembapan 56-81%, dan intensitas cahaya 64-401 lux. Suhu sore hari berkisar 28-31 oC, kelembapan 63-90%, dan intensitas cahaya 7-278 lux (Lampiran 7). Jika

kelembapan tinggi dan intensitas cahaya rendah, dilakukan penambahan intensitas lampu berkisar 100-200 lux. Pengukuran faktor abiotik di kubah dilakukan pada dua titik yaitu bagian kanan dan kiri kubah. Imago hidup di kubah dengan kisaran suhu 27-31

oC, kelembapan 65-88%, dan intensitas

cahaya 207-10 090 lux di bagian kiri kubah saat pagi hari. Bagian kanan kubah dengan kisaran suhu 28-31 oC, kelembapan 66-89%, dan intensitas cahaya 267-8 530 lux. Suhu 28-34 oC, kelembapan 57-91%, dan intensitas cahaya 1 766-19 990 lux pada siang hari di bagian kiri. Suhu 20-34 oC, kelembapan 57-91%, intensitas cahaya 1 968-19 990 lux di bagian kanan. Suhu 28-32 oC, kelembapan 65-92%, dan intensitas cahaya 16-14 660 lux di bagian kiri ketika sore hari. Bagian kanan kubah dengan kisaran suhu 28-32 oC, ke-lembapan 64-91%, dan intensitas cahaya 7-15 080 lux (Lampiran 8). 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 25 26 27 28 Ju m la h i m ag o ( ek o r)

Oktober 2011 (hari ke-) Jantan Betina Gambar 4 Kemunculan imago P.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1 25 29 Ju m la h i m ag o ( ek o r)

Februari 2012 (hari ke-) Jantan Betina Gambar 6 Kemunculan imago F2.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 7 14 18 21 22 23 25 Ju m la h i m ag o ( ek o r)

Desember 2011 (hari ke-) Jantan Betina

(15)

PEMBAHASAN

Kupu-kupu P. memnon berhasil hidup selama pemeliharaan di kubah. Waktu tiap stadia P. memnon bervariasi dalam satu siklus hidup. Waktu tercepat terjadi pada stadia prepupa. Waktu terlama terjadi pada stadia larva. Hal ini terjadi karena stadia larva mengalami beberapa kali ganti kulit. Lama siklus hidup kupu-kupu pohon jeruk dari stadia telur sampai pupa adalah 41-54 hari (Dewi 2003) sedangkan penelitian Rouly (2001) adalah 31-38 hari. Siklus hidup P. memnon di penangkaran adalah selama 73 hari (Rahman 2003). Rata-rata lama siklus hidup F1 P. memnon pada penelitian ini adalah

50.63±17.92 hari dengan kisaran hidup 30-80 hari. Rata-rata lama siklus hidup F2 P.

memnon adalah 68.00±27.01 hari dengan kisaran hidup 40-101 hari. Rata-rata waktu hidup F1 dan F2 dari telur hingga imago tidak

berbeda nyata pada taraf uji (P < 0.01) sedangkan fase pupa berbeda nyata pada taraf uji (P < 0.05). Adanya perbedaan lama siklus hidup dengan beberapa penelitian lain diduga karena jumlah pakan yang dikonsumsi dan kondisi lingkungan yang berbeda.

Kurva ketahanan hidup P. memnon pada penelitian ini bertipe I. Kurva ini menunjuk-kan angka kematian rendah pada permulaan dan meningkat pada kohort yang lebih dewasa (Barbault 1981; Campbell et al. 2004). Se-lama pemeliharaan di laboratorium dan kubah terjadi kematian atau kegagalan dari fase larva hingga imago. Kematian pada larva dimulai dengan kurang aktif makan hingga hilangnya nafsu makan pada larva. Kemudian, muncul cairan berwarna hitam di sekitar tubuh larva. Semakin lama, tubuh larva menjadi lunak dan hitam. Hal ini diduga karena perubahan suhu dan kelembapan yang fluktuatif, pakan, dan kebersihan selama pemeliharaan.

Kegagalan prepupa menjadi pupa diduga karena stres dan lepasnya prepupa dari serat sutera yang menyangga tubuh prepupa. Beberapa pupa sudah terbentuk imago di dalamnya namun imago tidak keluar dari pupa. Hal tersebut diduga karena dipengaruhi pakan dan karena serangan mikroorganisme. Ciri pupa yang terserang mikroorganisme adalah perubahan warna pupa menjadi hitam dan berbau busuk.

Lama hidup imago juga ditentukan oleh adanya predator dan kandungan nutrisi nektar bunga dan pakan ketika larva. Cicak dan kadal pada umumnya memakan seluruh tubuh imago kecuali sayap atau bagian abdomennya. Laba-laba umumnya menjerat kupu-kupu

dengan jaringnya dan mengisap cairan bagian abdomen. Ketersediaan pakan sangat diperlu-kan dalam pemeliharaan larva secara intensif di laboratorium sehingga dapat menunjang taman kupu-kupu. Ketersediaan nektar bunga juga dibutuhkan untuk memperpanjang umur imago.

Terjadi perbedaan jumlah telur yang dihasilkan antara P dengan F P. memnon. Rata-rata telur yang dihasilkan betina P berjumlah 100 telur per ekor sedangkan pada F1 sebanyak 80 telur. Penurunan jumlah telur

yang dihasilkan diduga karena perbedaan jumlah konsumsi pakan ketika larva, kualitas nutrisi pakan, dan kompetisi imago dalam mengisap nektar.

Kopulasi imago terjadi secara alami di kubah. Faktor penghambat kopulasi imago adalah rasio seks, sinkronisasi kemunculan imago, dan kematian imago baik jantan maupun betina terlebih dahulu. Sinkronisasi kemunculan imago menentukan perbedaan umur imago yang dapat ditoleransi untuk terjadinya perkawinan. Kematian imago jantan atau betina mempengaruhi rasio seks. Saran rasio jantan dengan betina adalah 1:2. Jumlah jantan lebih banyak akan mengakibat-kan betina stres, sedangmengakibat-kan jumlah betina lebih banyak mengakibatkan betina meng-hasilkan telur infertil (Nurjannah 2010). Perbedaan waktu ini menyebabkan baik jantan maupun betina tidak menemukan pasangan yang cocok (couple) hingga akhir hidupnya. Hal ini akan menentukan proses penangkaran selanjutnya. Calabrese et al. (2008) menge-mukakan bahwa ketidaksinkronan reproduksi mengakibatkan betina tidak memiliki pasangan kawin sehingga terjadi penurunan kepadatan populasi.

Cuaca memiliki efek pada populasi kupu-kupu (Roy et al. 2001). Waktu perkembangan serangga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu, waktu perkembangan lebih cepat (Régnière et al. 2012). Semakin meningkatnya suhu, rentang kehidupan kupu-kupu menurun dan masa bertelur lebih pendek (Karlsson &

Wiklund 2005).

Beberapa hambatan lain yang dialami selama pemeliharaan adalah banyaknya kawat parabola kubah yang rusak, kesulitan pen-carian sampel di lapangan, predator, dan ketersediaan pakan untuk larva secara berkelanjutan. Usaha pengelolaan taman kupu-kupu dapat dilakukan dengan pengendalian hambatan tersebut secara intensif sehingga fungsi ekoedutourisme taman kupu-kupu dapat terwujud.

(16)

8

SIMPULAN

Kupu-kupu jenis P. memnon cukup prospektif untuk menjadi jenis andalan dari taman kupu-kupu di plaza IPB. Penyiapan tanaman pakan dan bunga sangat diperlukan sehingga menunjang taman kupu-kupu secara berkelanjutan. Usaha pengelolaan taman kupu-kupu dapat dilakukan dengan pengen-dalian beberapa hambatan internal dan eksternal yang harus dilakukan secara intensif, sehingga fungsi ekoedutourisme taman kupu-kupu dapat terwujud.

SARAN

Jika akan melakukan penelitian serupa, nilai kisaran faktor abiotik di laboratorium dikontrol supaya tetap sehingga dapat di-ketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kupu-kupu. Jika IPB akan mewujudkan taman kupu-kupu di plaza IPB diperlukan laboratorium khusus di dekat kubah untuk menunjang taman kupu-kupu. Renovasi kubah secara menyeluruh sangat diperlukan. Peran dan komitmen organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) dalam membuat dan mengelola taman kupu-kupu sangat di-perlukan sehingga taman kupu-kupu dapat terwujud secara berkelanjutan. Pembukaan taman kupu-kupu untuk publik saat populasi kupu-kupu sedang meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Barbault R. 1981. Ecologie des populations et des peuplements. Paris: Masson. hlm 26-30.

Bauerfeind SS, Fischer K. 2005. Effects of adult-derived carbohydrates, amino acids, and micronutrients on female reproduction in a fruit-feeding butterfly. J Ins Physiol 5:545-554.

Calabrese JM et al. 2008. Reproductive asynchrony in natural butterfly

populations and its consequences for femalematelessness. J Anim Ecol 77:746-756.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi. Ed ke-5. Manalu W, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Biology. hlm 337-339. Dewi R. 2003. Studi teknik penangkaran

kupu-kupu di Wana Wisata Curug Cilember dan Taman Mini Indonesia Indah [skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Gusnenti AD. 2010. Penangkaran kupu Pachliopta aristolochiae (Papilionidae: Lepidoptera) di screen house dan laboratorium [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Karlsson B, Wiklund C. 2005. Butterfly life history and temperature adaptations; dry

open habitats select for increased

fecundity and longevity. J. Anim Ecol 74:99-104.

Mevi-Schütz J, Erhardt A. 2005. Amino acids in nectar enhance butterfly fecundity: a long-awaited link. Am Nat 165: 411-419. Ni NW. 2005. External Morphology of adult

citrus butterfly, Papilio memnon (Linnaeus, 1758) and Seasonal Abundance of the Species. J. Myan. Acad. Arts & Sci 3: 145-152.

Nurjannah ST. 2010. Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di penangkaran [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rahman DF. 2003. Penggunaan model simulasi pertumbuhan populasi untuk pengelolaan kupu-kupu ekor walet (Papilio memnon Linnaeus, 1758) di penangkaran: studi kasus penangkaran kupu-kupu di Wana Wisata Curug Cilember KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Régnière J, Powell J, Bentz B, Nealis V. 2012. Effects of temperature on development, survival and reproduction of insects: Experimental design, data analysis and modeling. J. Ins Physiol 58:634-647. Ross S, Wall G. 1999. Ecotourism: towards

congruence between theory and practice. Tour Management 20:123-132.

Rouly H. 2001. Studi siklus hidup dan teknik pemeliharaan kupu-kupu pada pohon jeruk (Citrus sp.) dalam kandang [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Roy DB, Rothery P, Moss D, Pollard E, Thomas JA. 2001. Butterfly numbers and weather: predicting historical trends in abundance and the future effects of climate change. J Anim Ecol 70:201-217.

Saputro NA. 2007. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(17)

Shobana K, Murugan K, Kumar AN. 2010. Influence of host plants on feeding, growth, and reproduction of Papilio polytes (the common mormon). J Ins Physiol 56:1065-1070.

Syaputra M. 2011. Pengelolaan penangkaran kupu-kupu di PT. Ikas Amboina dan Bali Butterfly Park Tabanan Bali [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Tresnawati E. 2010. Siklus hidup dan pertumbuhan kupu-kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae:Lepidoptera) dengan pakan daun cempaka dan daun sirsak [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(18)

10

(19)

Lampiran 1 Kopulasi imago parental Tanggal

eklosi Jantan Betina

Tanggal

kawin Pasangan Jumlah telur Keterangan

25 Okt 2011 0 1 - - Betina mati tanggal

1 Nov 2011

26 Okt 2011 2 1 - - Betina mati 1 Nov

2011. Kedua jantan mati 27 Okt 2011. 27 Okt 2011 1 2 31 Okt 2011 1 ekor jantan mengawini 2 ekor betina (3 ekor ini eklosi pada tanggal 27 Okt 2011) Dua imago betina menghasilkan sebanyak 200 telur

Jantan mati tanggal 15 Nov 2011. Betina

1 mati tanggal 18 Nov 2011. Betina 2 mati tanggal 16 Nov

2011

28 Okt 2011 1 0 - - Jantan mati tanggal

31 Okt 2011 Lampiran 2 Kopulasi imago filial 1

Tanggal

eklosi Jantan Betina

Tanggal

kawin Pasangan Jumlah telur Keterangan

7 Des 2011 1 0 - - Jantan mati tanggal

9 Des 2011 14 Des 2011 1 0 16 Des 2011 Imago betina eklosi tanggal 13 Des 2011 di kubah Satu imago betina menghasilkan 80 telur

Imago jantan kawin dengan imago betina yang eklosi

di kubah (13 Des 2011). Jantan mati

tanggal 20 Des 2011

18 Des 2011 1 1 - - Jantan mati tanggal

22 Des 2011 sedangkan betina mati tanggal 19 Des

2011

21 Des 2011 0 1 - - Betina mati tanggal

22 Des 2011

22 Des 2011 0 1 - - Betina mati tanggal

23 Des 2011

23 Des 2011 0 1 - - Betina mati tanggal

3 Jan 2012

25 Des 2011 0 1 - - Betina mati tanggal

7 Jan 2012 Keterangan: Perkawinan yang terjadi antara hasil laboratorium dengan imago di kubah tetapi masih berasal dari parental sebelumnya.

Lampiran 3 Kopulasi imago filial 2

Tanggal eklosi Jantan Betina Tanggal kawin Pasangan Keterangan

1 Feb 2012 1 - - Jantan mati tanggal 6 Feb 2012

25 Feb 2012 1 2 - - Seekor betina mati tanggal 28

Feb 2012. Seekor jantan dan betina mati tanggal 29 Feb 2012

(20)

12

Lampiran 4 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 1)

No. Telur Waktu larva (hari) Waktu prepupa Waktu pupa Waktu kupu-kupu

Total Jenis kelamin

(hari) Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4 Instar 5 (hari) (hari) (hari)

1 P. memnon 1 3 6 5 3 4 12 1 11 1 Betina 2 P. memnon 2 7 3 6 2 3 10 1 12 6 Jantan 3 P. memnon 3 6 3 4 2 3 17 1 12 1 Betina 4 P. memnon 4 10 2 3 3 3 11 1 14 11 Betina 5 P. memnon 5 4 4 4 3 3 17 1 13 13 Betina 6 P. memnon 6 4 3 4 4 6 12 1 11 4 Jantan 7 P. memnon 7 3 6 8 2 3 17 1 13 1 Betina 8 P. memnon 8 5 5 3 2 2 6 2 10 2 Jantan Rata-rata 5.25 4.00 4.63 2.63 3.38 12.75 1.13 12.00 4.88 50.63 Simpangan baku 2.38 1.51 1.69 0.74 1.19 3.99 0.35 1.31 4.76 17.92 Waktu minimum 3 2 3 2 2 6 1 10 1 30 Waktu maksimum 10 6 8 4 6 17 2 14 13 80

Lampiran 5 Rincian siklus hidup kupu-kupu Papilio memnon per individu (filial 2)

No. Telur Waktu larva (hari) Waktu prepupa Waktu pupa Waktu kupu-kupu

Total Jenis kelamin

(hari) Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4 Instar 5 (hari) (hari) (hari)

1 P. memnon 1 5 3 2 4 6 9 1 14 5 Jantan 2 P. memnon 2 7 3 2 6 10 24 1 14 3 Betina 3 P. memnon 3 6 4 10 6 2 25 1 13 4 Jantan 4 P. memnon 4 5 4 3 5 12 25 1 13 4 Betina 5 P. memnon 5 6 6 7 15 11 7 2 15 9 Jantan Rata-rata 5.80 4.00 4.80 7.20 8.20 18.00 1.20 13.80 5.00 68.00 Simpangan baku 0.84 1.22 3.56 4.44 4.15 9.17 0.45 0.84 2.35 27.01 Waktu minimum 5 3 2 4 2 7 1 13 3 40 Waktu maksimum 7 6 10 15 12 25 2 15 9 101

(21)

Lampiran 6 Uji t waktu rata-rata kedua siklus dengan (P < 0.01) dan (P < 0.05)

Fase F1 F2

t Stat P(T<=t) two-tail t Critical two-tail t Stat P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

Telur -0.59819 0.56446 3.24984 -0.59819 0.56446 2.26216 Larva (L) L. instar 1 0 1 3.16927 0 1 2.22814 L. instar 2 -0.10285 0.92208 4.03214 -0.10285 0.92208 2.57058 L. instar 3 -2.28487 0.08433 4.60409 -2.28487 0.08433 2.77644 L. instar 4 -2.53725 0.06417 4.60409 -2.53725 0.06417 2.77644 L. instar 5 -1.21111 0.27997 4.03214 -1.21111 0.27997 2.57058 Prepupa -0.31800 0.75976 3.49948 -0.31800 0.75976 2.36462 Pupa -3.02410 0.01157 3.10581 -3.02410 0.01157 2.20098 Imago -0.06300 0.95090 3.10581 -0.06300 0.95090 2.20098 Imago betina 0.68875 0.52885 4.60409 0.68875 0.52885 2.77644 Imago jantan -1.04447 0.35523 4.60409 -1.04447 0.35523 2.77644

(22)

14

Lampiran 7 Faktor abiotik di laboratorium PPSHB bulan Oktober-Desember 2011

Tanggal Pagi Siang Sore

t RH Int. Cahaya Int. Lampu K t RH Int. Cahaya Int. Lampu K t RH Int. Cahaya Int. Lampu K

5 Okt 2011 28 72 316 93 C 32 62 349 104 C 30 69 50 94 B 6 Okt 2011 28 63 117 95 C 31 58 244 92 C 30 64 54 166 B 8 Okt 2011 27 78 30 112 H 28 81 351 80 C 29 81 53 171 B 10 Okt 2011 28 77 152 172 C 30 72 213 154 C 30 68 24 109 B 12 Okt 2011 28 80 132 89 C 30 71 167 154 C 28 90 34 111 H 17 Okt 2011 29 73 94 109 C 31 64 188 111 C 31 67 16 109 B 20 Okt 2011 29 68 314 96 C 31 68 287 149 C 30 68 23 146 B 21 Okt 2011 29 71 232 198 C 30 71 310 113 C 30 63 195 148 B 25 Okt 2011 28 83 126 255 C 31 69 262 90 C 30 74 7 167 H 27 Okt 2011 30 70 176 89 C 30 70 214 138 C 30 69 114 146 C 29 Okt 2011 29 69 233 105 C 31 67 251 118 C 30 69 162 144 C 31 Okt 2011 29 70 237 169 C 31 67 223 86 C 28 75 39 109 B 3 Nov 2011 28 76 246 100 C 30 70 319 181 C 29 74 119 174 C 5 Nov 2011 29 65 305 195 C 32 56 302 190 C 30 63 30 189 B 10 Nov 2011 28 74 308 175 C 32 65 396 291 C 29 71 32 230 B 14 Nov 2011 28 72 193 160 C 28 72 251 196 C 29 70 9 234 B 16 Nov 2011 29 72 235 157 C 31 68 328 178 C 29 75 134 161 C 17 Nov 2011 29 75 236 135 C 33 64 239 139 C 29 80 11 154 H 18 Nov 2011 28 76 202 141 C 33 59 270 165 C 30 75 42 156 B 21 Nov 2011 30 76 303 167 C 31 67 347 170 C 29 70 134 168 C 29 Nov 2011 29 78 252 175 C 30 73 280 247 C 30 72 278 165 C 1 Des 2011 29 80 245 134 C 29 76 401 174 C 29 78 74 145 B 2 Des 2011 29 79 317 157 C 31 70 383 136 C 29 78 78 132 B

(23)

Lampiran 7 Faktor abiotik di laboratorium PPSHB bulan Oktober-Desember 2011 (lanjutan)

Tanggal Pagi Siang Sore

t RH Int. Cahaya Int. Lampu K t RH Int. Cahaya Int. Lampu K t RH Int. Cahaya Int. Lampu K

5 Des 2011 28 80 123 134 C 29 72 250 161 C 29 73 124 157 C 6 Des 2011 28 78 289 146 C 30 72 234 165 C 29 72 47 153 B 8 Des 2011 28 73 235 160 C 30 68 280 173 C 30 70 121 194 C 9 Des 2011 28 80 264 147 C 33 56 193 161 C 30 67 81 161 B 12 Des 2011 28 77 156 137 C 29 76 263 170 C 29 69 47 155 B 15 Des 2011 28 79 186 134 C 31 68 274 129 C 28 84 23 122 B 19 Des 2011 28 78 280 128 C 29 75 288 179 C 28 80 122 171 C 20 Des 2011 28 81 239 118 C 28 81 64 200 H 28 82 80 187 B Rata-rata 28 75 218 141 30 69 272 155 29 73 76 156 Simpangan baku 1 5 74 38 1 6 71 46 1 6 62 32 Minimum 27 63 30 89 28 56 64 80 28 63 7 94 Maksimum 30 83 317 255 33 81 401 291 31 90 278 234

Keterangan: Int. Cahaya: intensitas cahaya dari sinar matahari tanpa tambahan intensitas cahaya lampu K: keterangan cuaca, C: cerah, B: berawan, dan H: hujan

(24)

16

Lampiran 8 Faktor abiotik di kubah bulan Oktober-Desember 2011

Tanggal

Pagi Siang Sore

t (oC) RH (%) Int Chy. (lux) t (oC) RH (%) Int Chy. (lux) t (oC) RH (%) Int Chy. (lux)

Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka 5 Okt 2011 29 30 70 70 3190 3000 31 32 69 68 9360 8330 30 30 72 71 1551 1619 6 Okt 2011 30 30 65 66 7200 7370 31 31 66 65 8950 8320 31 31 65 67 4120 5740 8 Okt 2011 27 28 88 89 1643 1291 28 28 91 91 4950 4460 29 29 92 91 2110 2050 10 Okt 2011 28 28 70 71 3000 2990 30 20 74 74 10260 7890 31 31 69 69 709 703 12 Okt 2011 30 30 87 84 8450 5240 34 34 63 62 9220 8080 28 28 79 81 160 180 17 Okt 2011 29 29 69 70 3470 4940 32 32 67 69 6500 5380 31 31 68 68 700 645 20 Okt 2011 29 29 71 71 4020 3780 31 32 69 68 16960 9460 31 31 65 64 4080 4080 21 Okt 2011 29 29 75 75 2800 3000 33 33 57 57 19990 15090 30 30 77 79 3140 3180 25 Okt 2011 29 29 71 71 4470 4680 30 31 75 72 7550 7450 29 29 78 79 200 190 27 Okt 2011 29 29 73 73 4080 3970 30 30 65 66 10610 8730 29 29 74 76 2400 2910 29 Okt 2011 29 29 73 72 3380 3310 30 30 75 75 8510 8880 32 32 70 70 3570 6640 31 Okt 2011 29 29 71 74 4620 3330 31 32 61 61 13800 10630 30 29 72 73 1700 1500 3 Nov 2011 29 29 75 73 4420 4240 32 32 70 66 19990 9580 30 30 75 72 14660 15080 5 Nov 2011 30 30 75 77 4730 3920 31 32 64 58 19860 15430 31 31 66 68 1741 1448 10 Nov 2011 30 30 70 70 4550 3690 32 32 68 66 17040 19990 29 29 74 76 343 297 14 Nov 2011 30 30 75 75 2980 2470 33 33 60 64 19990 19990 31 31 66 68 1741 1448 16 Nov 2011 30 30 75 75 3500 3330 32 32 67 67 10010 11740 31 31 74 74 3220 3230 17 Nov 2011 30 30 75 75 2980 2470 32 33 70 67 19990 19990 29 29 76 77 48 45 18 Nov 2011 30 30 72 72 207 267 32 33 65 61 19990 19990 30 30 81 81 16 7 21 Nov 2011 31 31 78 74 2450 2860 32 33 64 70 7490 5580 29 29 78 80 2220 2170 29 Nov 2011 29 29 78 76 2050 2320 30 30 79 78 7230 6050 30 30 74 74 3300 2690 1 Des 2011 29 29 80 82 2860 2250 32 32 75 71 12100 11480 30 30 80 83 1660 1411

(25)

Lampiran 8 Faktor abiotik di kubah bulan Oktober-Desember 2011 (lanjutan)

Tanggal

Pagi Siang Sore

t (oC) RH (%) Int Chy. (lux) t (oC) RH (%) Int Chy. (lux) t (oC) RH (%) Int Chy. (lux)

Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka Ki Ka 2 Des 2011 30 30 76 76 2930 3050 30 30 71 79 10720 7400 28 28 80 85 388 231 5 Des 2011 28 29 73 76 2090 1580 32 32 70 70 19990 19990 30 30 85 86 883 764 6 Des 2011 29 30 75 75 2750 2260 30 30 75 75 5810 4590 28 28 82 83 724 588 8 Des 2011 31 31 65 67 10090 8530 32 32 67 68 19990 5850 30 30 81 79 1467 1820 9 Des 2011 30 30 71 71 1477 1619 30 31 70 69 19990 19990 30 30 73 74 217 203 12 Des 2011 28 28 83 84 4100 3810 30 31 77 77 19990 13030 28 28 83 85 507 541 15 Des 2011 29 29 80 80 2840 2260 32 32 75 76 8690 7750 28 28 85 85 225 217 19 Des 2011 30 30 75 74 2760 2280 30 30 78 76 5910 6020 30 30 80 82 934 826 20 Des 2011 29 29 83 84 3200 2830 29 30 73 72 1766 1968 28 28 85 87 2340 2180 Rata-rata 29 29 75 75 3654 3321 31 31 70 70 12684 10616 30 30 76 77 1970 2084 Simpangan baku 1 1 6 5 1957 1644 1 2 6 7 5932 5497 1 1 7 7 2663 2908 Minimum 27 28 65 66 207 267 28 20 57 57 1766 1968 28 28 65 64 16 7 Maksimum 31 31 88 89 10090 8530 34 34 91 91 19990 19990 32 32 92 91 14660 15080

Keterangan: Int. Cahaya: intensitas cahaya dari sinar matahari tanpa tambahan intensitas cahaya lampu K: keterangan cuaca, C: cerah, B: berawan, dan H: hujan

(26)

18

Lampiran 9 Kubah di plaza IPB

Gambar

Gambar  1    Identifikasi  jenis  kelamin  imago  berdasarkan  morfologi  sayap  imago  P
Gambar  3    Mortalitas  dan  kegagalan  pada  fase  hidup  kupu-kupu:  a.  larva  P.  memnon  mati;  b

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien Pengaruh Persepsi tentang Penerapan Strategi Modelling The Way terhadap Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Negeri Kuok Kabupaten

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ogroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi

Dalam rangka penegakan peraturan daerah, dalam hal ini kewenagan tersebut di emban oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Satuan Polisi Pamong Praja

Segala puji dan syukur hanya bagi Alah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang dijabarkan kedalam Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru ini adalah

Peningkatan kejadian penyakit periodontal seiring dengan peningkatan usia pasien dan kerusakan jaringan gigi yang menyebabkan daerah edentulous pada pasien dewasa,

Dalam pelaksanaannya, pembangunan Kota Medan telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik, namun tidak diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota