• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Pada Bank Umum Syari’ah Di Indonesia Periode 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Pada Bank Umum Syari’ah Di Indonesia Periode 2011-2014"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Stakeholder

Perusahaan merupakan suatu entitas yang tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, melainkan harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun external yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Menurut Freeman (2013:1) defenisi Stakeholder adalah ―Any group or individual who can affect or is affected by the achievement of the firm’s objectives”. Artinya, Stakeholder adalah kelompok atau individu yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.

Hadi (2011:93) menyatakan ―Perusahaan tidak hanya

bertanggungjawab terhadap para pemilik (Shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas yaitu pada ranah sosial kemasyarakatan (Stakeholder). Fenomena ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat Negative Externalities yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi‖. Ghozali dan Chariri (2007) dalam teori

(2)

14 kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut‖.

Anis dalam Tamba (2011) menyatakan ―Stakeholder mampu untuk mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan beraksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder saat stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan‖. Dalam kaitannya dengan bank, terutama bank syari’ah yang berada dalam lingkungan Dual Banking

System, nasabah dan bank-bank pesaing menjadi stakeholder primer dan sekunder yang keberadaannya sangat berpengaruh bagi jalannya operasi bank. Bagi bank, nasabah merupakan keberadaan yang vital, karena bank membutuhkan dana dari deposan sebagai salah satu fungsi operasional bank untuk Going Concern dalam bentuk tabungan, deposito dan giro. Hal tersebut mengakibatkan setiap bank (bank syari’ah ataupun bank

konvensional) untuk bersaing memperoleh pangsa pasar nasabah, dimana bank konvensional menggunakan suku bunga dan bank syari’ah dengan sistem bagi hasilnya untuk menarik nasabah.

Karim (2005) menyatakan ―Tipe nasabah di Indonesia sebesar 70%

(3)

15 (2012), ―Dalam segmen ini ada kemungkinan nasabah akan memidahkan

dananya pada bank lain (Displacement Fund) karena perbedaan return antara bank konvensional dan bank syari’ah‖. Jika bank konvensional

yang mengacu pada suku bunga (BI rate) memiliki tingkat return yang lebih tinggi, maka bank syari’ah terpaksa (Forced) melakukan Profit

Distribution Management (PDM) yang mengacu pada suku bunga (BI rate), sehingga tingkat return bagi hasil bank syari’ah tidak kalah bersaing. Oleh karena itu, Profit Distribution Management (PDM) menjadi salah satu langkah yang digunakan bank syari’ah dalam memanage

stakeholdernya dan bersaing dengan bank lain dalam hal tingkat bagi hasil.

2.1.2 Bank

2.1.2.1 Pengertian Bank

(4)

16 Pengertian Bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai berikut: Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2.2 Klasifikasi Bank di Indonesia

Menurut Lubis (2012:30) Bank di Indonesia diklasifikasikan kedalam lima bagian, yaitu:

1. Bank Menurut Kegiatannya

Bank menurut kegiatannya dapat dibedakan berdasarkan periode penerapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebelum Undang-Undang tersebut berlaku maka jenis bank berdasarkan kegiatannya dikategorikan kepada tiga jenis. Namun setelah Undang-Undang tersebut berlaku maka hanya dikategorikan kepada dua jenis saja.

Tabel 2.1

Bank Berdasarkan Kegiatannya

Sebelum Berlaku UU No. 7 Tahun 1992

Sesudah Berlaku UU No. 7 Tahun 1992

Bank Tabungan Bank Pembangunan Bank Ekspor-Impor

Bank Umum

(5)

17 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pemerintah telah melakukan tindakan penyederhanaan institusi bank berdasarkan kegiatannya. Tujuan penyederhanaan ini adalah:

a. Memudahkan bank dalam memilih kegiatan perbankan yang paling sesuai dengan karakter masing-masing bank.

b. Menyederhanakan dan memudahkan dalam urusan mendapatkan izin operasi.

2. Bank Menurut Target Pasar

Sebagian bank memberi pelayanan secara terfokus pada kelompok nasabah tertentu. Dengan kebijakan ini bank akan lebih menguasai dan memahami karakter nasabah dan kegiatan usaha dapat dilaksanakan lebih efisien dan menguntungkan, sebab manajer dan pegawai bank akan lebih terbiasa dan berpengalaman dalam berinteraksi dengan nasabah. Salah satu fokus pelayanan bank ini dapat ditinjau berdasarkan target pasar yang menjadi sasaran. Berdasarkan target pasar, bank dibagi kepada:

1)Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk koperasi. Namun dalam hal ini tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.

(6)

18 jasa pinjaman kredit yang diberikan oleh bank yang termasuk dalam kategori ini tidak lebih Rp 20 Milyar.

3)Retail Corporate bank adalah bank yang memberi pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan-perusahaan besar. Dengan kata lain jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun nasabah kecil. Biasanya pihak perbankan yang memiliki target seperti ini bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal.

3. Bank Menurut Kepemilikannya

Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank yang ada dibedakan kepada:

1)Bank milik pemerintah adalah jenis bank dimana akta pendirian dan modal bank tersebut adalah milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah seperti BNI 46, BRI, BTN.

2)Bank milik pemerintah daerah adalah bank dimana pemiliknya adalah pemerintah daerah tertentu misalnya BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, Bank Sumut.

(7)

19 4)Bank milik swasta nasional adalah jenis bank dimana seluruh atau sebagian bank tersebut dimiliki swasta nasional karena akte pendiriannya dilakukan oleh pihak swasta. Misalnya Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Niaga dll.

5)Bank milik asing adalah bank milik swasta asing atau milik pemerintah asing yang beroperasi di Indonesia. Bank ini biasanya merupakan cabang dari bank induknya yang ada diluar negeri. Misalnya American Express Bank, Hongkong Bank, City Bank.

6)Bank milik campuran adalah jenis bank dimana sahamnya mayoritas dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sisanya dimiliki oleh pihak asing. Misalnya Bank Sakura Swadarma, Mitsubishi Buana Bank.

4. Bank menurut Status atau Kedudukannya

Pembagian ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal dan kualitas pelayanan. Menurut status atau kedudukannya, bank diklasifikasikan kepada:

(8)

20 letter of credit untuk perdagangan ekspor-impor dan

sebagainya.

2)Bank Non Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank ini melakukan aktivitas yang lebih terbatas baik ditinjau dari jasa dan produk yang ditawarkan maupun luas geografi yang mungkin dilayani.

5. Bank menurut Prinsip Operasinya

Jika eksistensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada sekarang dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok yaitu: 1)Bank berdasarkan Prinsip Konvensional adalah bank-bank

yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan Fee Based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. 2)Bank berdasarkan Prinsip Sya’riah merupakan lembaga

(9)

21 mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari’ah jual beli dan

bagi hasil sehingga bank ini sering juga dipersamakan dengan bank tanpa bunga.

2.1.3 Bank Syari’ah

2.1.3.1Mekanisme Penghimpunan Dana Bank Syari’ah

Dalam penghimpunan dana, bank syari’ah melakukan

mobilisasi dan investasi tabungan dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial ekonomi Islam. Berkaitan dengan hal diatas, maka prinsip yang dianut bank syari’ah dalam penghimpunan dana adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Prinsip Produk Dana

No Produk Prinsip Return untuk Nasabah 1 bank bagi hasil, dengan nisbah

(10)

22 Dalam hal ini, bank syari’ah melakukannya tidak dengan

prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam, terutama Mudha rabah (bagi hasil) dan Wadi’ah (titipan) Sumber dana bank syari’ah selain dari kegiatan

penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga keseluruhan sumber dana bank syari’ah dapat dibagi menjadi:

a. Modal disetor: Bagian besar dari sumber dana bank syari’ah berasal dari modal karena bank syari’ah pada dasarnya adalah

sistem Islam yang berorientasi modal. Bentuk penyertaan modal dapat dilakukan dengan Musyarakah Fi Sahm Asy-Syarikah atau Equity Participation.

b. Rekening Giro: Bank syari’ah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro (Current Account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip Al-Wadiah Yad-Dhamanah (singkatnya Wadi’ah) atau titipan.

c. Rekening Tabungan: Bank syari’ah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (Savings Account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidak se-fleksibel rekening giro karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek.

(11)

23 Mudharabah Al-Muthlaqah. Investasi umum ini sering disebut

juga sebagai investasi tidak terikat.

e. Rekening Investasi Khusus: Rekening investasi khusus biasanya ditujukan kepada para nasabah/investor besar dan institusi. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat.

f. Obligasi Syari’ah: Bank syari’ah dapat pula melakukan pengerahan dana dengan menerbitkan obligasi syari’ah. Dengan

obligasi syari’ah, bank mendapatkan alternatif sumber dana

berjangka panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.

2.1.3.2 Mekanisme Penyaluran Dana Bank Syari’ah

Dalam menyalurkan dana, bank syari’ah dapat memberikan

berbagai bentuk skema pembiayaan yaitu Skema Jual Beli, Skema Bagi Hasil dan Skema Sewa.

1. Skema Jual Beli

(12)

24 harga jual barang kepada nasabah. Dalam skema ini terdiri atas tiga, yaitu Murabahah, Salam dan Istishna.

a. Murabahah, menurut Nurhayati dkk., (2009:160) ―Transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai (Bai’naqdan) atau tangguh (Bai’muajjal/Ba’i Bi’tsaman Ajil)‖.

b. Salam, menurut Nurhayati dkk., (2009:188) ―Transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari‖.

c. Istishna, menurut Nurhayati dkk., (2009:202) ―Transaksi atau akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (Pembeli/Mustashni’) dan penjual (Pembuat/Shani’)‖.

2. Skema Bagi Hasil

Skema Bagi hasil dalam pembiayaan oleh bank syari’ah terdiri atas skema bagi hasil Mudha rabah dan Musyarakah.

(13)

25 Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik dana/modal (Shahibul Mal), menyediakan modal (100%) kepada pengusaha sebagai pengelola (Mudharib) untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha dan bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Apabila terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola bertanggungjawab sepenuhnya.

b. Musyarakah, menurut Rifai dkk., (2007:772) menyatakan bahwa

Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik dana/modal turut serta sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha pihak lain. Pembiayaan tambahan diberikan kepada mitra usaha yang memiliki sebagian pembiayaan investasi. Proporsi keuntungan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad yang dapat berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan. Apabila terjadi kerugian, akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan modal masing-masing.

3. Skema Sewa

Dalam syariat islam , Skema sewa dibedakan berdasarkan akad yaitu terdiri atas, skema Ijarah dan skema Ijarah muntahiya bittamlik.

(14)

26 b. Ijarah muntahiya bittamlik, menurut Nurhayati dkk., (2009:218) ―Merupakan ijarah dengan wa’ad (janji) dari

pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu yang dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa‖.

2.1.4 Profit Distribution Management (PDM)

Menurut Bank Indonesia Profit Distribution (PD) adalah pembagian keuntungan bank syari’ah kepada deposan berdasarkan nisbah

yang disepakati setiap bulannya. Pihak manajemen bank syari’ah harus

memperhatikan betul tingkat Profit Distribution melalui pengelolaannya (Profit Distribution Management). Profit Distribution Management (PDM) merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank syari’ah

kepada nasabahnya. Profit Distribution diatur berdasarkan produk yang menjadi pilihan deposan terhadap bank, serta persetujuan nisbahnya. Menurut Iqbal dan Mirakhor (2007) ―Laba didistribusikan antara deposan

dan bank berdasarkan rasio yang telah ditentukan sebelumnya‖

Muhammad (2005) dalam Saputra (2013) menyatakan bahwa ―Pada mekanisme distribusi bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku

(15)

27 terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebut tadi harus melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal‖.

Sundararajan (2005) dalam Farook dkk., (2009) menyatakan ―Bank

Syari’ah melakukan PDM berdasarkan hubungan yang kuat antara suku

bunga pasar dan distribusi bagi hasil deposannya dalam sampel penelitiannya‖. Untuk menghitung PDM yang mengacu pada suku bunga

dapat digunakan Asset Spread. Asset Spread adalah Absolute Spread antara Return On Asset (ROA) dan average Return On Investment Account Holder (ROIAH) yang merupakan rata-rata return bagi hasil bagi nasabah.

2.1.5 Kecukupan Modal

Kecukupan Modal menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Untuk melihat kecukupan modal dalam suatu bank dapat menggunakan rasio CAR atau Capital Adequacy Ratio. Menurut Harahap (1997:307) Rasio CAR ini menunjukkan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada dibawah pengawasan pemerintah, misalnya Bank dan Asuransi. Rasio ini dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi modal pemiliknya‖.

Achmad dan Kusuno (2003) menyatakan ―Semakin besar rasio

CAR akan semakin baik posisi modal‖. Menurut Peraturan Bank Indonesia

(16)

28 modal minimum sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank (PBI, 2008).

2.1.6 Efektifitas Dana Pihak Ketiga

Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998, Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk tabungan, deposito, giro atau bentuk lainnya. Efektivitas Dana Pihak Ketiga atau disebut juga Effectiveness of Depositors Funds merupakan cerminan dari fungsi intermediasi bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga kepembiayaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik tingkat kesehatan bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank semakin meningkat.

Menurut Antonio (2001: 170) ―Dalam perbankan syari’ah lebih

dikenal istilah pembiayaan (Financing) bukan kredit (Loan). Pembiayaan (Financing) merupakan penyaluran dana kepada pihak ketiga, bukan bank dan bukan Bank Indonesia yang dikeluarkan dalam bentuk produk bank‖.

Menurut Al-Harran (1999) dalam Ascarya (2007:122) ―Dikenal tiga pembiayaan dalam perbankan syari’ah yaitu Return bearing financing,

(17)

29 2.1.7 Resiko Pembiayaan

Menurut Rifai (2009:798) ―Risiko Pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (Counter Party) memenuhi kewajiban‖. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktifitas fungsional bank seperti pembiayaan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan dana pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam banking book maupun trading book.

Risiko Pembiayaan digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syari’ah. Bank dalam

memberikan pembiayaan harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur dalam membayar kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Suatu pembiayaan harus dikelola dengan baik untuk meminimalisasi risiko yang ada.

2.1.8 Proporsi Dana Pihak Ketiga

Menurut Farook (2012) ―Proporsi Dana Pihak Ketiga adalah

proporsi atas dana yang diperoleh oleh bank yang dihimpun oleh bank syari’ah tersebut, dimana dana tersebut merupakan dana uang masuk ke

bank syari’ah, yang berasal dari nasabah selain dana dari pemodal maupun peminjam‖. PDPK juga merupakan salah satu faktor yang memberikan

informasi, dimana dapat menggambarkan seberapa besar bank syari’ah itu

(18)

30 syari’ah tidak mampu melakukan kegiatan operasionalnya dengan

maksimal atau bahkan menjadi tidak berfungsi sama sekali. Kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bank, baik itu penghimpunan dalam skala kecil ataupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Dana deposan merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Farook (2012) juga mengatakan ―Dana

deposan mampu memengaruhi anggaran (budget) sebuah bank, budget akan bertambah seiring bertambahnya dana deposan‖.

2.1.9 Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Riyadi (2004) ―Biaya Operasional per Pendapatan

Operasional (BOPO) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya‖. Rasio BOPO merupakan rasio yang menunjukkan

besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu.

(19)

31 operasional. Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23 /DPNP tanggal 31 Mei 2004 berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.

2.1.10 Ukuran Bank

Ukuran bank adalah suatu skala yang dapat diklasifikasi besar kecil bank menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran bank merupakan salah satu penentu internal karena ekspansi perusahaan adalah tanggung jawab manajemen bank. Ukuran bank menurut Boyd dan Runkle (1993) adalah ―Ukuran bank sering dikaitkan dengan konsep Economic of Scale. Teori ekonomi menjelaskan bahwa jika suatu industri yang mengalami Economic of Scale, institusi bisa lebih efisien untuk menghasilkan biaya yang lebih

rendah. Diharapkan bahwa ekonomi skala atau ukuran bank yang positif berkaitan dengan profitabilitas bank‖.

(20)

32

Proporsi Dana Pihak Ketiga (X4)

(21)

33

Proporsi Dana Pihak Ketiga (X1)

Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (X2)

BOPO (X3)

Net Interest Margin (X4)

Tingkat Inflasi (X5)

Dari ke lima variable menunjukkan bahwa

Tingkat Inflasi (X4)

Pertumbuhan

Effective Rate Of Return (X3)

Tingkat Bunga Pinjaman (X4)

Investasi (X5)

Tingkat Inflasi (X5)

(22)

34 2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel independen Kecukupan Modal, Effektivitas Dana Pihak Ketiga, Risiko Pembiayaan, Proporsi Dana Pihak Ketiga, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional dan Ukuran Bank dalam melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Pada Bank umum Syari’ah.

Profit Distribution Management merupakan aktivitas yang dilakukan bank syari’ah dalam mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi

hasil bank syariah kepada deposannya. Rasio Kecukupan Modal adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung kemungkinan resiko kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan operasional bank. Efektifitas Dana Pihak Ketiga merupakan cerminan dari fungsi intermediasi bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga kepembiayaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik tingkat kesehatan bank karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank semakin meningkat. Resiko Pembiayaan digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syari’ah. Proporsi dana pihak ketiga merupakan salah satu faktor yang memberikan informasi yang dapat menunjukkan seberapa besar bank syari’ah membutuhkan

(23)

35 besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu dan Ukuran Bank adalah rasio yang digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecil nya bank berdasarkan jumlah asset yang dimiliki oleh bank tersebut.

Berdasarkan landasan teori diatas, maka perumusan hipotesis yang akan diteliti dapat ditunjukkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

(X7) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (X1)

KECUKUPAN MODAL

(X2)

EFEKTIFITAS DANA PIHAK KETIGA

(X3)

RESIKO PEMBIAYAAN (Y)

PROFIT DISTRIBUTION MANAGEMENT

(X5)

BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL

(X4)

PROPORSI DANA PIHAK KETIGA

(24)

36 2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. H1 : Kecukupan Modal berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management.

2. H2 : Efektivitas Dana Pihak Ketiga berpengaruh negatif terhadap Profit Distribution Management.

3. H3 : Risiko Pembiayaan berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management.

4. H4 : Proporsi Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management.

5. H5 : Biaya Operasional per Pendapatan Operasional berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management.

6. H6 : Ukuran Bank Syari’ah berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management.

Gambar

Tabel 2.2 Prinsip Produk Dana
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu bahan sejenis polyethelene keras yang digunakan sebagai kulit kabel optik berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dari pengaruh mekanis pada saat

Juliasih, S.U., dan teman-teman sejawat di Ju- rusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, serta segenap mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W4, 2015 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles

perumusan kebijakan pengelolaan, penerbitan izin, dan pemanfaatan ruang laut di luar minyak dan gas bumi, pengelolaan penangkapan ikan di wilayah laut, dan

Pengetahuan tentang Kangaroo Mother Care diharapkan dapat menjadikan ibu memiliki sikap yang baik mengenai perawatan bayi dengan berat badan rendah baik dirumah ataupun dirumah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pengaruh struktur kepemilikan institutional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, debt

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pada malam hari ini, yang juga adalah Hari Sumpah Pemuda kita dapat hadir bersama pada acara dengan

hal tertentu ini berpuas hati, mengikut pemeriksaanya sendiri atau laporan seorang pegawai diberi kuasa, bahawa apa-apa premis makanan, atau apa-apa perkakas