• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin maju ini Indonesia sebagai Negara berkembang tentunya ikut dalam pengaruh perkembangan zaman yang semakin maju. Seiring

dengan perkembangan zaman tersebut terjadinya perubahan yang berdampak pada perkembangan masyarakat, perilaku, maupun pergeseran budaya dalam

masyarakat. Terlebih lagi pada era sekarang ini kondisi perekonomian yang caruk maruk membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk dan berdampak negatif terhadap perekonomian dan moral bangsa . Hal ini membuat orang melakukan apa

saja untuk memenuhi kehidupan mereka dan tidak segan-segan untuk berbuat jahat. Kejahatan merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan mempunyai modus yang

berbeda-beda.

Sebab terjadinya kejahatan telah menjadi subjek yang cukup banyak

mengundang spekulasi, teoritisasi, penelitian dan perdebatan di antara para ahli maupun masyarakat umum.1

1

I.S. Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, Hal. v

Sekarang ini penyebab terjadinya kejahatan tidak hanya disebabkan oleh masalah ekonomi namun juga bisa disebabkan oleh faktor

yang membuat individu atau kelompok ingin membuktikan diri bahwa merekalah yang terkuat dengan melakukan kejahatan yang membuat pelaku kejahatan tidak

(2)

pelaku kejahatan tidak lagi takut kepada aparat penegak hukum yang mengatur

keamanan dan ketertiban umum.

Kejahatan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan barang

siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar undang- undang maka ia akan dihukum. Selain itu kejahatan juga merupakan suatu bentuk dari pelanggaran kaidah sosial. Pelanggaran ditentukan dalam batas nilai-nilai yang dijunjung

tinggi pada suatu masyarakat. Pada hampir segenap masyarakat dimana hidup dan harta benda dinilai tinggi.2

Permasalahan kejahatan yang terus terjadi patut untuk dikaji dan dibahas lebih dalam lagi. Setiap harinya ada bermacam-macam tindak pidana yang terjadi di negara ini dengan modus yang berbeda-beda. Akhir-akhir ini media massa

heboh memberitakan tentang aksi pencurian sepeda motor yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Kejahatan tentang pencurian sepeda motor ini adalah “Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”.

Adapun beberapa contoh kasus yang pernah terjadi yang diperoleh dari media massa antara lain :

1. Kasus begal kembali terjadi di Medan, kali ini terjadi di jalan Jamin Ginting Padang Bulan Minggu (1/3/2015) sekira pukul 03.00 Wib, kejadian itu bermula saat korban yang bernama Jaya (21) dan Andi (21) melintas dijalan

tersebut, tiba-tiba mereka dipepet 4 orang begal dengan mengenderai 2 sepeda motor yang kemudian menyuruh korban berhenti. Korban yang baru

pulang dari Berastagi itu pun tancap gas, namun para pelaku begal mengejar

2

(3)

mereka lalu menendang sepeda motor korban, kemudian korban terpelanting

ke aspal. Setelah terjatuh para begal mengambil sepeda motor korban dan kabur.3

2. Puswandi (30) seorang pekerja bengkel oyong setelah dipukul pakai balok oleh pelaku begal di di Jalan Irian Barat, Desa Sampali. Kejadian itu bermula saat korban yang baru saja pulang dari rumah kekasihnya dengan

mengenderai sepeda motor jenis Honda Beat warna putih merah yang baru ia beli. Korban yang tinggal di Jalan Irian Barat, Pasar 7, Desa Sampali, Kongsi

6, Percut Sei Tuan ini, saat ia melintas dia diikuti oleh 2 orang dengan menggunakan sepeda motor jenis matik dari belakang, tiba-tiba korban dipepet dan dipukul pakai balok dari belakang, seketika itu juga korban

terjatuh, bahkan dia mengaku sempat oyong. Dalam keadaan tak berdaya kedua pelaku dengan leluasa membawa kabur sepeda motor korban. Selain membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga merampas dompet

korban yang berisi ATM dan surat berharga lainnya.4

3. Medan Polonia. Sekawanan begal motor, Rabu (27/5) malam dilaporkan

bersaksi di depan Kompleks Perumahan Malibu, Jalan DC Barito, Kecamatan Medan Polonia. Dalam aksinya, para pelaku merampas tas seorang wanita yang belum diketahui identitasnya. Informasi diperoleh, sebelum kejadian

korban hendak pulang ke rumahnya. Saat melintas di TKP, sepeda motor korban dipepet oleh pelaku. Saat bersamaan, tas korban langsung ditarik

pelaku. Sambil terus melajukan sepeda motornya, korban memberikan

3

http://infomedan.net/kasus-begal-di-jamin-ginting-medan-merebak.html

4

(4)

perlawanan. Aksi tarik-menarik tas pun terjadi. Kalah tenaga, korban

kemudian terjatuh dari sepeda motornya. Melihat korban terjatuh, para pelaku lalu turun dan mengambil tas dan sepeda motor korban kemudian kabur.

Sementara korban dibiarkan terkapar di aspal dengan luka serius di bagian wajah, tangan dan kakinya.5

4. Medan Baru. 2 orang pelaku begal beraksi di Jalan Jamin Ginting, Padang

Bulan, Medan beberapa hari yang lalu, korbanya adalah Dony Nainggolan (21). Saat itu korban dipepet 2 pelaku begal dengan mengenderai sepeda

motor jenis mio, setelah berhenti pelaku kemudian mengambil kunci kontak korban dan menuduh korban adalah komplotan pembunuh yang sedang dicari polisi. Lalu korban dibawa ke arah citra garden, disana korban diturunkan lalu

membawa kabur sepeda motor korban, sadar menjadi korban begal korban kemudian melapor ke Polsek Medan Baru.6

5. Medan-andalas. Enam anggota kawanan begal motor bersenjata beraksi di

kawasan Pasar 10 Tembung, Kamis (9/4) sore. Dalam aksinya, selain membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga sempat melukai

korban. Kasus tersebut telah dilaporkan korban, Didit (21) ke Polsek Percut Seitun. Dalam laporannya korban mengaku, dirampok enam orang pria berboncengan 3 kereta ketika berada di Pasar 10 Tembung yang tak begitu

jauh dari rumahnya. Karena mencoba melawan korban sempat mendapatkan luka tikaman di bagian kepala, kaki dan perutnya. Menurut pengakuannya,

peristiwa perampokan itu terjadi, Kamis (8/4) sekira pukul 23.00 WIB. Saat

5

http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/kawanan-begal-beraksi-di-medan-polonia

6

(5)

itu, Didit baru saja pulang dari dari rumah keluarganya di Jalan Halat Medan,

karena ada acara makan- makan. Karena merasa hari sudah larut, Didit pun bergegas pulang dengan sepeda motir Honda Beat warna Biru Putih tanpa plat

yang baru seminggu dibelinya secara kredit. Naas, begitu sampai di Pasar 10 Tembung yang tak begitu jauh dari kediamannya, dirinya distop oleh para pelaku begal. Tanpa basa basi, para pelaku langsung menghajar Didit yang

mencoba melawaan saat kawanan Begal mencoba menarik paksa keretanya. Bahkan Didit mengatakan, kalau pelaku juga melukainya dengan senjata

tajam jenis pisau. Karena kalah jumlah dan segalanya, Didit berusaha teriak minta tolong. Sayangnya, lokasi yang sudah sepi memudahkan para begal kabur bersama kereta korban.7

6. Medan Perjuangan. Untuk kesekian kalinya peristiwa perampokan jalanan atau sering dikenal dengan istilah aksi begal kembali terjadi di wilayah hukum Polresta Medan. Kali ini korbannya seorang pria suku tionghoa, Sun

Tjai (66) warga Jalan Solang Saling, Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Medan Perjuangan. Tak hanya dirampok, pria paruh baya ini juga sempat dianiaya

pelaku yang diperkirakan berjumlah delapan orang dan menggunakan senjata tajam (sajam). Peristiwa perampokan yang dialami Sun Tjai ini terjadi di kawasan Jalan Pengobatan Simpang Negara, Kelurahan Bantan Timur,

Kecamatan Medan Tembung, Senin (4/5). Saat itu Sun Tjai yang mengendarai sepeda motor bernomor polisi BK 2267 AEE melintas di TKP.

Tiba-tiba datang para pelaku yang mengendarai empat sepeda motor

7

(6)

masing berboncengan langsung memukul kepala Sun Tjai dengan helm.

Akibat pukulan tersebut, Sun Tjai langsung tersungkur ke badan jalan. Tahu kalau dirinya akan dirampok, korban berusaha bangkit dan meraih kunci

sepeda motornya.8

Dalam masyarakat luas tindak pidana perampasan sepeda motor ini lebih di kenal dengan istilah “Begal”. Pada dasarnya begal sama dengan perampokan /

pencurian / perampasan hak yang dilakukan secara paksa, namun begal hanyalah istilah yang hidup dalam masyarakat untuk karena begal focus pada perampasan

sepeda motor yang dilakukan oleh sekelompok orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata begal adalah begal /be·gal/ /bégal/ n penyamun; membegal /mem·be·gal/ v merampas di jalan; menyamun;

pembegalan /pem·be·gal·an/ n proses, cara, perbuatan membegal; perampasan di

jalan; penyamunan: - sering terjadi sehingga penduduk di daerah itu tidak berani

memakai perhiasan kalau bepergian. 9

Jadi dapat di artikan bahwa pembegalan adalah sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara merampas sepeda motor di tengah jalan dengan

menghentikan pengendaranya. Kejahatan ini merupakan kejahatan jalanan (sreet crime) biasanya aksi begal ini terjadi di jalanan yang jauh dari keraimaian atau ketika jalanan dalam keadaan sepi.

Tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini merupakan modus pencurian yang popular terjadi di berbagai kota-kota besar di Indonesia, pelaku

perampasan paksa sepeda motor ini biasanya melakukan aksinya tidak hanya

8

http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/sun-tjai-dirampok-delapan-begal-bersenjata-tajam

9

(7)

seorang diri namun secara bersekutu melakukan aksinya di jalanan sepi dengan

cara para pelaku menghentikan secara paksa pengendara sepeda motor dengan didahului, disertai kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga membuat korban

panik, dalam melakukan aksinya ini para pelaku tidak segan-segan untuk menganiaya korban sampai mengakibatkan kematian. Adapun dua kasus tindak pidana perampasan paksa sepeda motor yang akan dibahas dalam skripsi ini yang

terjadi di Kota Medan, dimana kasus pertama terjadi di Jl. Sudirman Medan dengan merampas satu unit sepeda motor Honda Beat. Empat tersangka yaitu

Sepri Hamonangan (25) yang merupakan tersangka utama bersama dengan Febri Syahputra (dilakukan penuntutan secara terpisah) serta Kadir dan Hariandi Lesmana (masing-masing belum ditangkap) yang bekerja sebagai karyawan

doorsmeer ini telah berhasil merampas satu unit sepeda motor di jalanan dengan cara memaksa pengendara sepeda motor untuk berhenti yang diancam terlebih dahulu dengan senjata tajam, ke empat tersangka berhasil merampas sepeda motor

milik korban sehingga korban mengalami kerugian sebesar Rp 7.360.000,-

Berdasarkan kasus tersebut diatas penulis tertarik untuk menjadikan

permasalahan tersebut diatas menjadi sebuah judul skripsi “Analisis Kriminologi dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ?

(8)

3. Bagaimana kebijakan terhadap penanggulangan tindak pidana perampasan

paksa sepeda motor ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini ialah :

1. Untuk mengkaji pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.

2. Untuk mengkaji faktor-faktor dan modus terjadinya tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.

3. Untuk mengkaji kebijakan terhadap penanggulangan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.

D. Manfaat Penelitian

Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa :

1. Manfaat Teoritis :

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana perampasan paksa sepeda

motor, wawasan serta literatur dalam pengembangan ilmu hukum tentang tindak pidana ini, serta faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.

2. Manfaat Praktis :

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

(9)

pedoman dan masukan bagi pemerintah dan aparat penegak hukum maupun

masyarakat umum tentang kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah yang dilakukan dalam penanggulangan dan pencegahan tindak pidana perampasan

paksa sepeda motor ini.

E. Keaslian Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan penelitian yang berdasarkan

pada fakta dan sumber yang bersifat otentik. Selain itu penulis juga memperhatikan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menghindari terjadinya duplikasi atau pun plagiasi dari hasil karya penelitian akademisi lainnya. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah melakukan peninjauan terhadap perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

apakah sebelumnya telah ada penelitian dengan objek yang sama dan setelah ditinjau tidak ada penelitian yang sama tentang tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini. Oleh karena itu penelitian ini asli tanpa ada meniru dari skripsi

lain.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengaturan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa

Sepeda Motor

Istilah hukum pidana mulai digunakan pada jaman Jepang sebagai terjemahan dari bahasa Belanda dari kata “strafrecht’, atau “straf” yang

diterjemahkan dengan kata “pidana”, yang artinya “hukuman”, sedangkan “recht” diterjemahkan dengan kata “hukum”, dan pada dasarnya identik dengan perkataan “ius” dalam bahasa Romawi. Perkataan “recht” tersebut mempunyai dua arti,

(10)

objektif jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “hukum”,

sedangakan recht dalam arti subjektif diterjemahkan dengan “hak” maka demikian pula dengan strafrecht. Strafrecht (hukum pidana) dalam arti subjektif ialah “hak

Negara untuk memidanakan atau untuk menjatuhkan pidana (pemidanaan) apabila larangan atau keharusannya untuk bertingkah laku dilanggar. Sementara itu, Hukum pidana dalam arti objektif (bahasa Romawi disebut dengan istilah: “Ius

Puniendi”, sedangkan Strafrecht (hukum pidana) dalam arti objektif ialah: “segala

larangan (verboden) dan keharusan (geboden) apabila dilanggar diancam pidana

oleh undnag-undang, selain hal tersebut hukum pidana dalam arti objektif ini juga mengatur syarat-syarat kapan pidana itu dapat dijatuhkan”. Dalam bahasa Romawi disebut: “Ius Poenale”10

Patut dicatat bahwa hubungan antara hukum pidana dalam arti subjektif dengan hukum pidana dalam arti objektif, adalah hukum pidana dalam arti subjektif itu hanya timbul apabila telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti

objektif.11 Dengan kata lain, hak negara untuk menjatuhkan pidana tersebut dibatasi oleh hukum pidana dalam arti objektif. Hukum Pidana dalam arti objektif

itu dapat diperinci lagi yaitu:12

a. Hukum pidana materiel yang dalam bahas Belanda diistilahkan dengan materieele strafrecht, dan dalam bahasa Inggris hukum pidana materiel

diistilahkan dengan Substantive Criminal Law.

10

Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Setara Press, Malang, 2015, Hal. 1

11

Ibid

12

(11)

b. Hukum Pidana formiel dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan formele

strafrecht, strafrecht, dan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Criminal

Procedure (hukum acara pidana).

Tiga masalah sentral/pokok dalam hukum pidana berpusat kepada apa yang disebut dengan tindak pidana (criminal act, strafbaarfiet,delik,perbuatan pidana), pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) dan masalah pidana

dan pemidanaan. Istilah tindak pidana merupakan masalah yang berhubungan erat dengan masalah kriminalisasi (criminal policy) yang diartikan sebagai proses

penetapan perbuatan orang yang semula bukan merupakan tindak pidana menjadi tindak pidana, proses penetapan ini merupakan masalah perumusan perbuatan-perbuatan yang berada diluar diri seseorang, sedangkan masalah subjek hukum

pidana berkaitan erat dengan penentuan pertanggungjawaban pidana.13

Kriminolog dari Universitas Indonesia

mengatakan dalam

pencurian. Menurut dia, dalam KUHP juga mengatur sanksi berbeda bagi setiap jenis pencurian. Menurut Hamidah, pencurian dalam KUHP dibagi dalam 6 Pasal,

yaitu Pasal 362 sampai 367. Pasal 362, yang merupakan Pasal yang digunakan polisi untuk menjerat pelaku pencurian biasa. Hamidah mengatakan, pencurian dengan unsur pemberatan ialah seperti pencurian ternak, pencurian yang

dilakukan pada waktu kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,

pemberontakan atau bahaya perang, pencurian pada waktu malam dalam sebuah

13

(12)

rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, serta pencurian yang

dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak. Hamidah menuturkan pelaku pembegalan bisa dijerat dengan Pasal

365 karena sebelum mengambil motor milik orang lain, begal memberikan ancaman hingga melakukan kekerasan pada korbannya. Bahkan jika begal tersebut mengakibatkan kematian korbannya maka dia bisa diancam dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun hingga pidana mati atau seumur hidup.14

Mengenai kejahatan pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat dengan (KUHP) , yang dibedakan atas lima macam pencurian, yaitu :

1. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP);

2. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP); 3. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP);

4. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP); 5. Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP).

Pengaturan Pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) antara lain sebagai berikut :

a. Pasal 362

Isinya sebagai berikut :

“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan

14

(13)

hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”15

b. Pasal 363

Isinya sebagai berikut16

Ayat (1) : Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : :

ke-1 pencurian ternak;

ke-2 pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;

ke-3 pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;

ke-4 pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bersekutu;

ke-5 pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu.

Ayat (2) : “Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu tersebut ke-4 dan 5, maka dikenakan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.”

c. Pasal 364

Isinya sebagai berikut :

“Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 ke-4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh rupiah, dikenai, kerena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah”17

15

Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Bumi Aksara, Jakarta, 2008, Hal. 128

16

Ibid

17

(14)

d. Pasal 365

Isinya sebagai berikut18

Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”

:

Ayat (2) : “Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun:

ke-1 jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

Ayat (3) : “Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun”

Ayat (4) : “Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3”

e. Pasal 367

Isinya sebagai berikut19

Ayat (1) : “Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu, tidak mungkin diadakan tuntutan pidana”

:

Ayat (2) : “Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semenda, baik dalam garis lurus, maupun dalam garis menyimpang derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan, jika ada pengaduan yang terkena kejahatan”

18

Ibid, Hal. 130

19

(15)

Ayat (3) : “Jika menurut lembaga matriarkhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari pada bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat di atas, berlaku juga bagi orang itu”

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor

Menurut E. Durkheim, seorang pakar sosiologi menyatakan kejahatan

bukan saja normal, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa suatu kejahatan, karena masyarakat mempunyai ciri yang dinamis maka kejahatan merupakan sesuatu yang diperlukan dan perbuatan yang telah menggerakan masyarakat pada mulanya

disebut sebut sebagai kejahatan.20

Menurut Bonger, kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang

memperoleh tentangan dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan (hukuman dan tindakan).

21

Jadi kejahatan adalah perilaku manusia yang melanggar norma (hukum

pidana/kejahatan, criminal law) merugikan, menjengkelkan, menumbilkan korban-korban,sehingga tidak dapat dibiarkan.22

Kriminologi sebagai bidang pengetahuan ilmiah telah mencapai usia lebih dari satu abad terhitung sejak P.Topinard seorang ahli Antropolog Perancis (1830-1911) memberikan nama bagi ilmu pengetahuan tentang kejahatan ini

sebagai ilmu kriminologi.23

Bila diartikan dari segi etimologi, kriminologi berasal dari kata yakni

Crime = kejahatan dan Logos = ilmu pengetahuan, jadi kalau diartikan secara

20

http://krisnaptik.com/2013/03/29/mencari-faktor-faktor-sebab-kejahatan/

21

Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013, Hal. 79

22

Ibid,

23

(16)

lengkap kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk

beluk kejahatan.24

Menurut E.H Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan

yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang, pelanggaran undang-undang, dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.25 J. Constant, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab-musabab dari terjadinya kejahatan dan penjahat.26

E.H Sutherland dan Donald R. Cressey, kriminologi adalah “a body of knowledge regarding crime as a social phenomenon” ilmu dari berbagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari kejahatan (tindakan jahat) sebagai fenomena

sosial. Kriminologi dibagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu utama, yaitu :

27

1. Sosiologi hukum, mempelajari kejahatan sebagai tindakan yang oleh hukum dilarang dan diancam dengan sanksi. Jadi yang menentukan

bahwa suatu tindakan itu kejahatan adalah aturan hukum

2. Etiologi criminal merupakan cabang kriminologi yang berusaha

melakukan analisis ilmiah mengenai sebab musebab kejahatan. Dalam kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian yang “paling” utama. 3. Penologi pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, namun

Sutherland memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan, baik represif maupun prefentif.

(17)

Wolfgang, Savitz dan Johnston dalam bukunya: The Sosiology of Crime

and Delinquency memberikan defenisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku

kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya. Jadi studi obyek kriminologi melingkupi : 28

1. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan 2. Pelaku kejahatan

3. Reaksi masyarakat yang ditunjukan baik terhadap perbuatan maupun

terhadap pelakunya.

Menurut Bonger ada beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kriminologi (merupakan bagian, ilmu bantu dari kriminologi) yang terdiri dari :

1. Antropologi Kriminal

Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia jahat

(somatic). Ilmu ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

2. Sosiologi Kriminil

Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pokok kejahatan

sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh

28

(18)

bidang ilmu ini adalah sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam

masyarakat. 3. Psikologi Kriminil

Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya. 4. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil

Ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.

5. Penologi

Ialah ilmu yang berkaitan tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

Di samping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa : 29 1. Higieni Kriminil

Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan.

Misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, system jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah

terjadinya kejahatan. 2. Politik Kriminal

Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah terjadi. Disini dilihat sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan. Bila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan

adalah menigkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja, jadi tidak semata-mata penjatuhan sanksi.

29

(19)

3. Kriminalistik (policie scientific)

Yang merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablosnsky dalam bukunya yang berjudul criminology: crime and criminality (1974), kriminologi sebagai studi ilmiah tentang kejahatan dan penjahat mencakup analisa tentang : 30

1. Sifat dan luas kejahatan 2. Sebab-sebab kejahatan

3. Perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan peradilan pidana 4. Ciri-ciri penjahat

5. Pembinaan penjahat

6. Pola-pola kriminalitas dan

7. Akibat kejahatan atas perubahan sosial.

Ruth Shonle Cavan menuangkan 9 (sembilan) golongan atau tipe

penjahat dalam bukunya Criminology, berdasarkan aktivitas para pelanggar hukum31

1. The causal offender

:

2. The occasional criminal

3. The episodic criminal

4. The white-collar criminal

5. The habitual criminal

6. The professional criminal

30

Ibid, Hal. 159

31

(20)

7. Organized crime atau syndicate

8. The mentally abnormal criminal

9. The nonmalicious criminal

Kriminologi Menurut pendapat sarjana : 32

1. Mr. W. A. Bonger: Menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya.

2. Mr. Paul Moedikdo Moeliono: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia.

3. Edwin H. Sutherland: Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala sosial. Jadi kalau kita perhatikan definisi tersebut di atas meyakinkan kita bahwa kejahatan hanya terdapat dalam

masyarakat. Oleh karena itu perlu memperhatikan kondisi masyarakat bila memperlajari masalah kesehatan. Sebab tidak dipungkiri bahwa ada saling pengaruh antara individu dengan masyarakat. Dari uraian di atas Sutherland

meletakkan pendapatnya bahwa Crime berakar pada organisasi masyarakat, dimana kejahatan-kejahatan yang tinggi disebabkan kekacauan masyarakat.

4. Michael dan Adler: Kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang perbuatan lingkungan mereka dan bagaimana mereka diperlakukan oleh godaan-godaan masyarakat dan oleh anggota masyarakat.

5. Wood: Kriminologi mengikuti keseluruhan pengetahuan yang didasarkan pada teori pengalaman yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,

termasuk reaksi-reaksi masyarakat atas kejahatan dan penjahat.

32

(21)

6. Noach: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas kejahatan dan

penyelewengan tingkah laku manusia baik sebagai gejala sosial maupun sebagai gejala psikologis.

7. Prof. Vrij: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala maupun sebagai faktor penyebab dari kejahatan itu sendiri.

Kejahatan merupakan tingkah laku yang menyimpang, siapapun orangnya tetap mempunyai kemungkinan untuk melakukan kejahatan karena,

terdapat faktor-faktor didalam diri dan diluar dari diri seseorang mengapa ia melakukan kejahatan itu. Faktor-faktor tersebut adalah33

1. Faktor Interen

:

Faktor interen adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu seperti Psychise, sex dan jenis kelamin, umur/usia, fisik, flebleminded/ mental, Psycal

Handicaps, twin/anak kembar, ras dan keluarga.

2. Faktor Exteren

Faktor exteren adalah faktor-faktor yang berada diluar individu. Faktor

exteren ini berpokok pangkal pada lingkungan individuseperti : Pendidikan, komunikasi (cultur faktor, ekonomi, politik, social modern, peranan minoritas)dan geografis.

33

(22)

3. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor

Kejahatan atau tindak criminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku

menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat; tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan.34

Secara garis besar, kriminologi mempunyai tiga (3) aliran pemikiran yaitu; aliran kriminologi klasik, aliran kriminologi positif, aliran kriminologi kritis.

a. Kriminologi Klasik

Aliran ini mendasarkan pandangan bahwa intelegensi dan rasionalitas

merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Individu melakukan tindakan berdasarkan pertimbangan kesenangan dan kesusahan. Intelegensi membuat

individu mampu mengarahkan dirinya dalam arti bahwa dia adalah penguasa nasibnya, pemimpin terhadap jiwanya, sebagai makhluk yang mampu memahami

dirinya dan bertindak untuk mencapai kepentingan dan kehendaknya.35

Kejahatan didefinisakan sebagai setiap pelanggaran terhadap setiap perbuatan yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang

yang melakukan kejahatan. Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas dari individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan.36

34

Prakoso, Op.Cit., Hal. 155

35

Ibid. Hal. 48

36

(23)

b. Kriminologi Positif

Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya. Ini berarti, manusia bukan

makhluk yang bebas menuruti keinginannya dan intelegensinya, akan tetapi dibatasi oleh perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya.37

c. Kriminologi Kritis

Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku manusia itu bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarah pada

mempelajari proses-proses manusia dalam membangun dunia dimana dia hidup. Krimonologi kritis berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi social, artinya apabila masyarakat berpendapat tindakan tertentu itu sebagai suatu

kejahatan, maka orang-orang tertentu dan tindakan-tindakan mungkin pada waktu tertentu telah memenuhi batasan sebagai kejahatan. Dengan kata lain, bahwa kejahatan tidak dapat berdiri sendiri, sebab harus ada yang menyatakan sebagai

demikian oleh “masyarakat”.38

Salah satu usaha pencegahan dan pengendalian kejahatan itu ialah

menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana. Menurut Herbert L. Packer, usaha pengendalian perbuatan anti sosial dengan mengenakan pidana pada seseorang yang bersalah melanggar peraturan pidana merupakan

“problem sosial yang mempunyai dimensi hukum yang penting”.39

37

Ibid Hal.7

38

Ibid Hal.10

39

(24)

Secara etimologis, kebijakan adalah terjemahan dari kata policy.

Kebijakan adalah rangkaian rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak40

Kebijakan penanggulangan kejahatan dalam bahasa Hoefnagels disebut Criminal Policy. Istilah ini agaknya kurang pas kalau diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia sebagai “kebijakan criminal”, karena seolah-olah mencari suatu

kebijakan untuk membuat kejahatan (kriminal).

41

Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan

menggunakan sarana ”penal” ( hukum pidana ), maka kebijakan hukum pidana (penal policy) khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/ aplikatif (penegakan hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya

tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa ”social welfare” dan ”social defence”42 Pengertian kebijakan criminal atau politik criminal (criminal plity) merupakan usaha rasional dan terorganisasi dari suatu masyarakat untuk

menanggulangi kejahatan. Menurut Sudarto :43

1. Dalam arti sempit, mempunyai arti keseluruhan asas dan metode yang

menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

40

http://kamusbahasaindonesia.org/kebijakan/mirip

41

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal

Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Bangsa Press, Medan 2008, Hal.

101

42

Ibid, Hal. 88

43

Widiada Gunakaya dan Petrus Irianto, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak

(25)

2. Dalam arti luas, mempunyai pengertian keseluruhan fungsi dari aparat

penegak hukum, termasuk di dalamnya cara bekerja dari pengadilan dan polisi.

3. Dalam arti yang paling luas, mempunyai arti keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.

Kebijakan dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk dalam kebijakan criminal (criminal policy). Kebijakan kriminal tidak

terlepas dari kebijakan sosial (social policy) yang terdiri kebijakan/upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfaren policy) dan kebijakan/upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy), dilihat dari sudut politik

criminal.44

Kebijakan paling strategis adalah melalui sarana non-penal karena lebih bersifat preventif dank arena kebijakan penal sebagai sarana kebijakan criminal,

yaitu:

45

1. Sebab-sebab yang demikian kompleks berada di jangkauan hukum pidana.

2. Hukum pidana hanya merupakan bagain kecil (sub-sistem) dari sarana control sosial yang tidak mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks (sebagai

masalah sosio-psikologi, sosio-politik, sosio-kultural, dsb).

44

Ibid, Hal.22

45

(26)

3. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya

merupakan “kurieren am symptom”, oleh karena itu hanya merupakan “pengobatan simptomatik” dan pengobatan kuasatif.

4. Sanksi hukum pidana merupakan “remidium” yang mengandung sifat kontradiktif/paoksal dan mengandung unsur-unsur serta efek sampingan yang negative.

5. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individu/personal, tidak bersifat structural/fungsional.

6. Keterbatasan jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi pidana yang bersifat kaku dan imperative.

7. Bekerjanya/berfungsinya hukum pidana memerlukan saran pendukung

yang lebih bervariasi dan lebih menuntut biaya tinggi.

Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) setelah kejahatan

terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi. 46

Oleh karena itu dalam skripsi ini upaya penanggulangan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor menggunakan kebijakan antara lain :

1. Kebijakan Penal (Penal Policy)

2. Kebijakan Non-Penal (Non-Penal Policy)

46

(27)

G. Metode Penelitian

Penelitian adalah sebagai usaha untuk mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan

sistematis. Suatu penelitian haruslah menggunakan metode-metode yang tepat dan benar agar orang yang membacanya dapat memahaminya.

Penelitian pada dasarnya merupakan, “suatu upaya pencarian” dan

bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah terpegang, di tangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu

research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan

demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.47

1. Spesifikasi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis normative. Metode penelitian yuridis normatif yaitu metode penelitian hukum yang melihat tentang isi dan penerapan peraturan atau undang-undang yang

dilengkapi dengan studi kasus. .48 2. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatife dalam menyelsaikan penulisan skripsi ini.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Medan Jl. Pengadilan No. 8, Medan, Sumatera Utara.

47

Bambang Sungguno, Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Hal. 27

48

(28)

4. Alat Pengumpulan Data

Pada umumnya para peneliti mempergunakan alat pengumpulan data berupa:49

a. Studi kepustakaan/studi dokumen (Documentary Study) b. Wawancara (Interview)

c. Daftar pertanyaan (Kuisioner angket)

d. Pengamatan (Obeservasi)

Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Tehnik pengumpulan data lewat studi kepustakaan, dimana penulis memperoleh data dengan mengumpulkan dan membahas bahan-bahan penelitian yaitu bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier penelitian ini.50 5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pada penelitian ini prosedur pengumpul dan pengambilan data yang

digunakan adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini

seperti, buku-buku, majalah, makalah, artikel, berita yang diperoleh penulis dari internet maupun pendapat sarjana dan hasil putusan untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan

dengan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini.

49

Ediwarman,Monograf Metodologi Penelitian Hukum (Paduan Penulisan Tesis dan

Disertasi), Medan, 2015,Hal. 109

50

(29)

6. Analisis Data

Metode analisis data ada 2 (dua) yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode analisis kualitatif, yaitu dengan menganalisis melalui data-data skunder yang diperoleh dari pustaka yang diorganisir dalam pendapat atau tanggapan yang kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

Kelembagaan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Tabanan menyangkut 3 (tiga) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan 1 (satu) BUMD yakni : Badan Perencanaan Penelitian dan

Perencanaan Modifikasi Struktur Gedung Apartemen Grand Dhika City Tower Emerald Menggunakan Base Isolator dengan Nonlinear Time History Analysis.

Hasrat untuk mengurangkan kadar jenayah di dalam negara merupakan tanggungjawab seorang pemimpin. Hanya pemimpin yang mempunyai kuasa untuk membuat pindaan dalam mekanisma

Pengaruh Kemampuan Berargumentasi Pada Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Mata Pelajaran Biologi SMA Negeri.. Patikraja Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh

Vitamin adalah substansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena

Pada hari ini Kamis tanggal tujuh bulan Juni tahun dua ribu dua belas di Ruang Rapat Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Ditjen Pengelolaan Utang Lantai 1

Untuk skenario dengan menggunakan kompresor pada Lapangan Y, maka dapat diketahui bahwa skenario yang menghasilkan nilai Recovery Factor yang lebih tinggi sampai

Pemahaman makrokosmos dan mikrokosmos ini oleh orang Jawa memandang Tuhan sebagai pusat makrokosmos diwujudkan dalam bentuk ornamen tugu ataupun bentuk-bentuk yang menjadi