BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang semakin maju ini Indonesia sebagai Negara berkembang tentunya ikut dalam pengaruh perkembangan zaman yang semakin maju. Seiring
dengan perkembangan zaman tersebut terjadinya perubahan yang berdampak pada perkembangan masyarakat, perilaku, maupun pergeseran budaya dalam
masyarakat. Terlebih lagi pada era sekarang ini kondisi perekonomian yang caruk maruk membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk dan berdampak negatif terhadap perekonomian dan moral bangsa . Hal ini membuat orang melakukan apa
saja untuk memenuhi kehidupan mereka dan tidak segan-segan untuk berbuat jahat. Kejahatan merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan mempunyai modus yang
berbeda-beda.
Sebab terjadinya kejahatan telah menjadi subjek yang cukup banyak
mengundang spekulasi, teoritisasi, penelitian dan perdebatan di antara para ahli maupun masyarakat umum.1
1
I.S. Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, Hal. v
Sekarang ini penyebab terjadinya kejahatan tidak hanya disebabkan oleh masalah ekonomi namun juga bisa disebabkan oleh faktor
yang membuat individu atau kelompok ingin membuktikan diri bahwa merekalah yang terkuat dengan melakukan kejahatan yang membuat pelaku kejahatan tidak
pelaku kejahatan tidak lagi takut kepada aparat penegak hukum yang mengatur
keamanan dan ketertiban umum.
Kejahatan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan barang
siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar undang- undang maka ia akan dihukum. Selain itu kejahatan juga merupakan suatu bentuk dari pelanggaran kaidah sosial. Pelanggaran ditentukan dalam batas nilai-nilai yang dijunjung
tinggi pada suatu masyarakat. Pada hampir segenap masyarakat dimana hidup dan harta benda dinilai tinggi.2
Permasalahan kejahatan yang terus terjadi patut untuk dikaji dan dibahas lebih dalam lagi. Setiap harinya ada bermacam-macam tindak pidana yang terjadi di negara ini dengan modus yang berbeda-beda. Akhir-akhir ini media massa
heboh memberitakan tentang aksi pencurian sepeda motor yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Kejahatan tentang pencurian sepeda motor ini adalah “Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”.
Adapun beberapa contoh kasus yang pernah terjadi yang diperoleh dari media massa antara lain :
1. Kasus begal kembali terjadi di Medan, kali ini terjadi di jalan Jamin Ginting Padang Bulan Minggu (1/3/2015) sekira pukul 03.00 Wib, kejadian itu bermula saat korban yang bernama Jaya (21) dan Andi (21) melintas dijalan
tersebut, tiba-tiba mereka dipepet 4 orang begal dengan mengenderai 2 sepeda motor yang kemudian menyuruh korban berhenti. Korban yang baru
pulang dari Berastagi itu pun tancap gas, namun para pelaku begal mengejar
2
mereka lalu menendang sepeda motor korban, kemudian korban terpelanting
ke aspal. Setelah terjatuh para begal mengambil sepeda motor korban dan kabur.3
2. Puswandi (30) seorang pekerja bengkel oyong setelah dipukul pakai balok oleh pelaku begal di di Jalan Irian Barat, Desa Sampali. Kejadian itu bermula saat korban yang baru saja pulang dari rumah kekasihnya dengan
mengenderai sepeda motor jenis Honda Beat warna putih merah yang baru ia beli. Korban yang tinggal di Jalan Irian Barat, Pasar 7, Desa Sampali, Kongsi
6, Percut Sei Tuan ini, saat ia melintas dia diikuti oleh 2 orang dengan menggunakan sepeda motor jenis matik dari belakang, tiba-tiba korban dipepet dan dipukul pakai balok dari belakang, seketika itu juga korban
terjatuh, bahkan dia mengaku sempat oyong. Dalam keadaan tak berdaya kedua pelaku dengan leluasa membawa kabur sepeda motor korban. Selain membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga merampas dompet
korban yang berisi ATM dan surat berharga lainnya.4
3. Medan Polonia. Sekawanan begal motor, Rabu (27/5) malam dilaporkan
bersaksi di depan Kompleks Perumahan Malibu, Jalan DC Barito, Kecamatan Medan Polonia. Dalam aksinya, para pelaku merampas tas seorang wanita yang belum diketahui identitasnya. Informasi diperoleh, sebelum kejadian
korban hendak pulang ke rumahnya. Saat melintas di TKP, sepeda motor korban dipepet oleh pelaku. Saat bersamaan, tas korban langsung ditarik
pelaku. Sambil terus melajukan sepeda motornya, korban memberikan
3
http://infomedan.net/kasus-begal-di-jamin-ginting-medan-merebak.html
4
perlawanan. Aksi tarik-menarik tas pun terjadi. Kalah tenaga, korban
kemudian terjatuh dari sepeda motornya. Melihat korban terjatuh, para pelaku lalu turun dan mengambil tas dan sepeda motor korban kemudian kabur.
Sementara korban dibiarkan terkapar di aspal dengan luka serius di bagian wajah, tangan dan kakinya.5
4. Medan Baru. 2 orang pelaku begal beraksi di Jalan Jamin Ginting, Padang
Bulan, Medan beberapa hari yang lalu, korbanya adalah Dony Nainggolan (21). Saat itu korban dipepet 2 pelaku begal dengan mengenderai sepeda
motor jenis mio, setelah berhenti pelaku kemudian mengambil kunci kontak korban dan menuduh korban adalah komplotan pembunuh yang sedang dicari polisi. Lalu korban dibawa ke arah citra garden, disana korban diturunkan lalu
membawa kabur sepeda motor korban, sadar menjadi korban begal korban kemudian melapor ke Polsek Medan Baru.6
5. Medan-andalas. Enam anggota kawanan begal motor bersenjata beraksi di
kawasan Pasar 10 Tembung, Kamis (9/4) sore. Dalam aksinya, selain membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga sempat melukai
korban. Kasus tersebut telah dilaporkan korban, Didit (21) ke Polsek Percut Seitun. Dalam laporannya korban mengaku, dirampok enam orang pria berboncengan 3 kereta ketika berada di Pasar 10 Tembung yang tak begitu
jauh dari rumahnya. Karena mencoba melawan korban sempat mendapatkan luka tikaman di bagian kepala, kaki dan perutnya. Menurut pengakuannya,
peristiwa perampokan itu terjadi, Kamis (8/4) sekira pukul 23.00 WIB. Saat
5
http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/kawanan-begal-beraksi-di-medan-polonia
6
itu, Didit baru saja pulang dari dari rumah keluarganya di Jalan Halat Medan,
karena ada acara makan- makan. Karena merasa hari sudah larut, Didit pun bergegas pulang dengan sepeda motir Honda Beat warna Biru Putih tanpa plat
yang baru seminggu dibelinya secara kredit. Naas, begitu sampai di Pasar 10 Tembung yang tak begitu jauh dari kediamannya, dirinya distop oleh para pelaku begal. Tanpa basa basi, para pelaku langsung menghajar Didit yang
mencoba melawaan saat kawanan Begal mencoba menarik paksa keretanya. Bahkan Didit mengatakan, kalau pelaku juga melukainya dengan senjata
tajam jenis pisau. Karena kalah jumlah dan segalanya, Didit berusaha teriak minta tolong. Sayangnya, lokasi yang sudah sepi memudahkan para begal kabur bersama kereta korban.7
6. Medan Perjuangan. Untuk kesekian kalinya peristiwa perampokan jalanan atau sering dikenal dengan istilah aksi begal kembali terjadi di wilayah hukum Polresta Medan. Kali ini korbannya seorang pria suku tionghoa, Sun
Tjai (66) warga Jalan Solang Saling, Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Medan Perjuangan. Tak hanya dirampok, pria paruh baya ini juga sempat dianiaya
pelaku yang diperkirakan berjumlah delapan orang dan menggunakan senjata tajam (sajam). Peristiwa perampokan yang dialami Sun Tjai ini terjadi di kawasan Jalan Pengobatan Simpang Negara, Kelurahan Bantan Timur,
Kecamatan Medan Tembung, Senin (4/5). Saat itu Sun Tjai yang mengendarai sepeda motor bernomor polisi BK 2267 AEE melintas di TKP.
Tiba-tiba datang para pelaku yang mengendarai empat sepeda motor
7
masing berboncengan langsung memukul kepala Sun Tjai dengan helm.
Akibat pukulan tersebut, Sun Tjai langsung tersungkur ke badan jalan. Tahu kalau dirinya akan dirampok, korban berusaha bangkit dan meraih kunci
sepeda motornya.8
Dalam masyarakat luas tindak pidana perampasan sepeda motor ini lebih di kenal dengan istilah “Begal”. Pada dasarnya begal sama dengan perampokan /
pencurian / perampasan hak yang dilakukan secara paksa, namun begal hanyalah istilah yang hidup dalam masyarakat untuk karena begal focus pada perampasan
sepeda motor yang dilakukan oleh sekelompok orang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata begal adalah begal /be·gal/ /bégal/ n penyamun; membegal /mem·be·gal/ v merampas di jalan; menyamun;
pembegalan /pem·be·gal·an/ n proses, cara, perbuatan membegal; perampasan di
jalan; penyamunan: - sering terjadi sehingga penduduk di daerah itu tidak berani
memakai perhiasan kalau bepergian. 9
Jadi dapat di artikan bahwa pembegalan adalah sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara merampas sepeda motor di tengah jalan dengan
menghentikan pengendaranya. Kejahatan ini merupakan kejahatan jalanan (sreet crime) biasanya aksi begal ini terjadi di jalanan yang jauh dari keraimaian atau ketika jalanan dalam keadaan sepi.
Tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini merupakan modus pencurian yang popular terjadi di berbagai kota-kota besar di Indonesia, pelaku
perampasan paksa sepeda motor ini biasanya melakukan aksinya tidak hanya
8
http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/sun-tjai-dirampok-delapan-begal-bersenjata-tajam
9
seorang diri namun secara bersekutu melakukan aksinya di jalanan sepi dengan
cara para pelaku menghentikan secara paksa pengendara sepeda motor dengan didahului, disertai kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga membuat korban
panik, dalam melakukan aksinya ini para pelaku tidak segan-segan untuk menganiaya korban sampai mengakibatkan kematian. Adapun dua kasus tindak pidana perampasan paksa sepeda motor yang akan dibahas dalam skripsi ini yang
terjadi di Kota Medan, dimana kasus pertama terjadi di Jl. Sudirman Medan dengan merampas satu unit sepeda motor Honda Beat. Empat tersangka yaitu
Sepri Hamonangan (25) yang merupakan tersangka utama bersama dengan Febri Syahputra (dilakukan penuntutan secara terpisah) serta Kadir dan Hariandi Lesmana (masing-masing belum ditangkap) yang bekerja sebagai karyawan
doorsmeer ini telah berhasil merampas satu unit sepeda motor di jalanan dengan cara memaksa pengendara sepeda motor untuk berhenti yang diancam terlebih dahulu dengan senjata tajam, ke empat tersangka berhasil merampas sepeda motor
milik korban sehingga korban mengalami kerugian sebesar Rp 7.360.000,-
Berdasarkan kasus tersebut diatas penulis tertarik untuk menjadikan
permasalahan tersebut diatas menjadi sebuah judul skripsi “Analisis Kriminologi dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ?
3. Bagaimana kebijakan terhadap penanggulangan tindak pidana perampasan
paksa sepeda motor ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini ialah :
1. Untuk mengkaji pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.
2. Untuk mengkaji faktor-faktor dan modus terjadinya tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.
3. Untuk mengkaji kebijakan terhadap penanggulangan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.
D. Manfaat Penelitian
Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa :
1. Manfaat Teoritis :
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana perampasan paksa sepeda
motor, wawasan serta literatur dalam pengembangan ilmu hukum tentang tindak pidana ini, serta faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perampasan paksa sepeda motor.
2. Manfaat Praktis :
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
pedoman dan masukan bagi pemerintah dan aparat penegak hukum maupun
masyarakat umum tentang kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah yang dilakukan dalam penanggulangan dan pencegahan tindak pidana perampasan
paksa sepeda motor ini.
E. Keaslian Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyajikan penelitian yang berdasarkan
pada fakta dan sumber yang bersifat otentik. Selain itu penulis juga memperhatikan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menghindari terjadinya duplikasi atau pun plagiasi dari hasil karya penelitian akademisi lainnya. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah melakukan peninjauan terhadap perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
apakah sebelumnya telah ada penelitian dengan objek yang sama dan setelah ditinjau tidak ada penelitian yang sama tentang tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini. Oleh karena itu penelitian ini asli tanpa ada meniru dari skripsi
lain.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengaturan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa
Sepeda Motor
Istilah hukum pidana mulai digunakan pada jaman Jepang sebagai terjemahan dari bahasa Belanda dari kata “strafrecht’, atau “straf” yang
diterjemahkan dengan kata “pidana”, yang artinya “hukuman”, sedangkan “recht” diterjemahkan dengan kata “hukum”, dan pada dasarnya identik dengan perkataan “ius” dalam bahasa Romawi. Perkataan “recht” tersebut mempunyai dua arti,
objektif jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “hukum”,
sedangakan recht dalam arti subjektif diterjemahkan dengan “hak” maka demikian pula dengan strafrecht. Strafrecht (hukum pidana) dalam arti subjektif ialah “hak
Negara untuk memidanakan atau untuk menjatuhkan pidana (pemidanaan) apabila larangan atau keharusannya untuk bertingkah laku dilanggar. Sementara itu, Hukum pidana dalam arti objektif (bahasa Romawi disebut dengan istilah: “Ius
Puniendi”, sedangkan Strafrecht (hukum pidana) dalam arti objektif ialah: “segala
larangan (verboden) dan keharusan (geboden) apabila dilanggar diancam pidana
oleh undnag-undang, selain hal tersebut hukum pidana dalam arti objektif ini juga mengatur syarat-syarat kapan pidana itu dapat dijatuhkan”. Dalam bahasa Romawi disebut: “Ius Poenale”10
Patut dicatat bahwa hubungan antara hukum pidana dalam arti subjektif dengan hukum pidana dalam arti objektif, adalah hukum pidana dalam arti subjektif itu hanya timbul apabila telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti
objektif.11 Dengan kata lain, hak negara untuk menjatuhkan pidana tersebut dibatasi oleh hukum pidana dalam arti objektif. Hukum Pidana dalam arti objektif
itu dapat diperinci lagi yaitu:12
a. Hukum pidana materiel yang dalam bahas Belanda diistilahkan dengan materieele strafrecht, dan dalam bahasa Inggris hukum pidana materiel
diistilahkan dengan Substantive Criminal Law.
10
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Setara Press, Malang, 2015, Hal. 1
11
Ibid
12
b. Hukum Pidana formiel dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan formele
strafrecht, strafrecht, dan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Criminal
Procedure (hukum acara pidana).
Tiga masalah sentral/pokok dalam hukum pidana berpusat kepada apa yang disebut dengan tindak pidana (criminal act, strafbaarfiet,delik,perbuatan pidana), pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) dan masalah pidana
dan pemidanaan. Istilah tindak pidana merupakan masalah yang berhubungan erat dengan masalah kriminalisasi (criminal policy) yang diartikan sebagai proses
penetapan perbuatan orang yang semula bukan merupakan tindak pidana menjadi tindak pidana, proses penetapan ini merupakan masalah perumusan perbuatan-perbuatan yang berada diluar diri seseorang, sedangkan masalah subjek hukum
pidana berkaitan erat dengan penentuan pertanggungjawaban pidana.13
Kriminolog dari Universitas Indonesia
mengatakan dalam
pencurian. Menurut dia, dalam KUHP juga mengatur sanksi berbeda bagi setiap jenis pencurian. Menurut Hamidah, pencurian dalam KUHP dibagi dalam 6 Pasal,
yaitu Pasal 362 sampai 367. Pasal 362, yang merupakan Pasal yang digunakan polisi untuk menjerat pelaku pencurian biasa. Hamidah mengatakan, pencurian dengan unsur pemberatan ialah seperti pencurian ternak, pencurian yang
dilakukan pada waktu kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,
pemberontakan atau bahaya perang, pencurian pada waktu malam dalam sebuah
13
rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, serta pencurian yang
dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak. Hamidah menuturkan pelaku pembegalan bisa dijerat dengan Pasal
365 karena sebelum mengambil motor milik orang lain, begal memberikan ancaman hingga melakukan kekerasan pada korbannya. Bahkan jika begal tersebut mengakibatkan kematian korbannya maka dia bisa diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun hingga pidana mati atau seumur hidup.14
Mengenai kejahatan pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat dengan (KUHP) , yang dibedakan atas lima macam pencurian, yaitu :
1. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP);
2. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP); 3. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP);
4. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP); 5. Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP).
Pengaturan Pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) antara lain sebagai berikut :
a. Pasal 362
Isinya sebagai berikut :
“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan
14
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”15
b. Pasal 363
Isinya sebagai berikut16
Ayat (1) : Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : :
ke-1 pencurian ternak;
ke-2 pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
ke-3 pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;
ke-4 pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bersekutu;
ke-5 pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu.
Ayat (2) : “Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu tersebut ke-4 dan 5, maka dikenakan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.”
c. Pasal 364
Isinya sebagai berikut :
“Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 ke-4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh rupiah, dikenai, kerena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah”17
15
Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Bumi Aksara, Jakarta, 2008, Hal. 128
16
Ibid
17
d. Pasal 365
Isinya sebagai berikut18
Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”
:
Ayat (2) : “Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun:
ke-1 jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;
ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;
ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
Ayat (3) : “Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun”
Ayat (4) : “Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3”
e. Pasal 367
Isinya sebagai berikut19
Ayat (1) : “Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu, tidak mungkin diadakan tuntutan pidana”
:
Ayat (2) : “Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semenda, baik dalam garis lurus, maupun dalam garis menyimpang derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan, jika ada pengaduan yang terkena kejahatan”
18
Ibid, Hal. 130
19
Ayat (3) : “Jika menurut lembaga matriarkhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari pada bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat di atas, berlaku juga bagi orang itu”
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor
Menurut E. Durkheim, seorang pakar sosiologi menyatakan kejahatan
bukan saja normal, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa suatu kejahatan, karena masyarakat mempunyai ciri yang dinamis maka kejahatan merupakan sesuatu yang diperlukan dan perbuatan yang telah menggerakan masyarakat pada mulanya
disebut sebut sebagai kejahatan.20
Menurut Bonger, kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tentangan dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan (hukuman dan tindakan).
21
Jadi kejahatan adalah perilaku manusia yang melanggar norma (hukum
pidana/kejahatan, criminal law) merugikan, menjengkelkan, menumbilkan korban-korban,sehingga tidak dapat dibiarkan.22
Kriminologi sebagai bidang pengetahuan ilmiah telah mencapai usia lebih dari satu abad terhitung sejak P.Topinard seorang ahli Antropolog Perancis (1830-1911) memberikan nama bagi ilmu pengetahuan tentang kejahatan ini
sebagai ilmu kriminologi.23
Bila diartikan dari segi etimologi, kriminologi berasal dari kata yakni
Crime = kejahatan dan Logos = ilmu pengetahuan, jadi kalau diartikan secara
20
http://krisnaptik.com/2013/03/29/mencari-faktor-faktor-sebab-kejahatan/
21
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013, Hal. 79
22
Ibid,
23
lengkap kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk
beluk kejahatan.24
Menurut E.H Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan
yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang, pelanggaran undang-undang, dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang.25 J. Constant, kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab-musabab dari terjadinya kejahatan dan penjahat.26
E.H Sutherland dan Donald R. Cressey, kriminologi adalah “a body of knowledge regarding crime as a social phenomenon” ilmu dari berbagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari kejahatan (tindakan jahat) sebagai fenomena
sosial. Kriminologi dibagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu utama, yaitu :
27
1. Sosiologi hukum, mempelajari kejahatan sebagai tindakan yang oleh hukum dilarang dan diancam dengan sanksi. Jadi yang menentukan
bahwa suatu tindakan itu kejahatan adalah aturan hukum
2. Etiologi criminal merupakan cabang kriminologi yang berusaha
melakukan analisis ilmiah mengenai sebab musebab kejahatan. Dalam kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian yang “paling” utama. 3. Penologi pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, namun
Sutherland memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan, baik represif maupun prefentif.
Wolfgang, Savitz dan Johnston dalam bukunya: The Sosiology of Crime
and Delinquency memberikan defenisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu
pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku
kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya. Jadi studi obyek kriminologi melingkupi : 28
1. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan 2. Pelaku kejahatan
3. Reaksi masyarakat yang ditunjukan baik terhadap perbuatan maupun
terhadap pelakunya.
Menurut Bonger ada beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kriminologi (merupakan bagian, ilmu bantu dari kriminologi) yang terdiri dari :
1. Antropologi Kriminal
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia jahat
(somatic). Ilmu ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
2. Sosiologi Kriminil
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pokok kejahatan
sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh
28
bidang ilmu ini adalah sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam
masyarakat. 3. Psikologi Kriminil
Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya. 4. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil
Ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.
5. Penologi
Ialah ilmu yang berkaitan tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.
Di samping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa : 29 1. Higieni Kriminil
Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan.
Misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, system jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah
terjadinya kejahatan. 2. Politik Kriminal
Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah terjadi. Disini dilihat sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan. Bila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan
adalah menigkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja, jadi tidak semata-mata penjatuhan sanksi.
29
3. Kriminalistik (policie scientific)
Yang merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.
Menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablosnsky dalam bukunya yang berjudul criminology: crime and criminality (1974), kriminologi sebagai studi ilmiah tentang kejahatan dan penjahat mencakup analisa tentang : 30
1. Sifat dan luas kejahatan 2. Sebab-sebab kejahatan
3. Perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan peradilan pidana 4. Ciri-ciri penjahat
5. Pembinaan penjahat
6. Pola-pola kriminalitas dan
7. Akibat kejahatan atas perubahan sosial.
Ruth Shonle Cavan menuangkan 9 (sembilan) golongan atau tipe
penjahat dalam bukunya Criminology, berdasarkan aktivitas para pelanggar hukum31
1. The causal offender
:
2. The occasional criminal
3. The episodic criminal
4. The white-collar criminal
5. The habitual criminal
6. The professional criminal
30
Ibid, Hal. 159
31
7. Organized crime atau syndicate
8. The mentally abnormal criminal
9. The nonmalicious criminal
Kriminologi Menurut pendapat sarjana : 32
1. Mr. W. A. Bonger: Menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya.
2. Mr. Paul Moedikdo Moeliono: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia.
3. Edwin H. Sutherland: Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala sosial. Jadi kalau kita perhatikan definisi tersebut di atas meyakinkan kita bahwa kejahatan hanya terdapat dalam
masyarakat. Oleh karena itu perlu memperhatikan kondisi masyarakat bila memperlajari masalah kesehatan. Sebab tidak dipungkiri bahwa ada saling pengaruh antara individu dengan masyarakat. Dari uraian di atas Sutherland
meletakkan pendapatnya bahwa Crime berakar pada organisasi masyarakat, dimana kejahatan-kejahatan yang tinggi disebabkan kekacauan masyarakat.
4. Michael dan Adler: Kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang perbuatan lingkungan mereka dan bagaimana mereka diperlakukan oleh godaan-godaan masyarakat dan oleh anggota masyarakat.
5. Wood: Kriminologi mengikuti keseluruhan pengetahuan yang didasarkan pada teori pengalaman yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,
termasuk reaksi-reaksi masyarakat atas kejahatan dan penjahat.
32
6. Noach: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas kejahatan dan
penyelewengan tingkah laku manusia baik sebagai gejala sosial maupun sebagai gejala psikologis.
7. Prof. Vrij: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala maupun sebagai faktor penyebab dari kejahatan itu sendiri.
Kejahatan merupakan tingkah laku yang menyimpang, siapapun orangnya tetap mempunyai kemungkinan untuk melakukan kejahatan karena,
terdapat faktor-faktor didalam diri dan diluar dari diri seseorang mengapa ia melakukan kejahatan itu. Faktor-faktor tersebut adalah33
1. Faktor Interen
:
Faktor interen adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu seperti Psychise, sex dan jenis kelamin, umur/usia, fisik, flebleminded/ mental, Psycal
Handicaps, twin/anak kembar, ras dan keluarga.
2. Faktor Exteren
Faktor exteren adalah faktor-faktor yang berada diluar individu. Faktor
exteren ini berpokok pangkal pada lingkungan individuseperti : Pendidikan, komunikasi (cultur faktor, ekonomi, politik, social modern, peranan minoritas)dan geografis.
33
3. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor
Kejahatan atau tindak criminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku
menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat; tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan.34
Secara garis besar, kriminologi mempunyai tiga (3) aliran pemikiran yaitu; aliran kriminologi klasik, aliran kriminologi positif, aliran kriminologi kritis.
a. Kriminologi Klasik
Aliran ini mendasarkan pandangan bahwa intelegensi dan rasionalitas
merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Individu melakukan tindakan berdasarkan pertimbangan kesenangan dan kesusahan. Intelegensi membuat
individu mampu mengarahkan dirinya dalam arti bahwa dia adalah penguasa nasibnya, pemimpin terhadap jiwanya, sebagai makhluk yang mampu memahami
dirinya dan bertindak untuk mencapai kepentingan dan kehendaknya.35
Kejahatan didefinisakan sebagai setiap pelanggaran terhadap setiap perbuatan yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang
yang melakukan kejahatan. Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas dari individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan.36
34
Prakoso, Op.Cit., Hal. 155
35
Ibid. Hal. 48
36
b. Kriminologi Positif
Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya. Ini berarti, manusia bukan
makhluk yang bebas menuruti keinginannya dan intelegensinya, akan tetapi dibatasi oleh perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya.37
c. Kriminologi Kritis
Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku manusia itu bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarah pada
mempelajari proses-proses manusia dalam membangun dunia dimana dia hidup. Krimonologi kritis berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi social, artinya apabila masyarakat berpendapat tindakan tertentu itu sebagai suatu
kejahatan, maka orang-orang tertentu dan tindakan-tindakan mungkin pada waktu tertentu telah memenuhi batasan sebagai kejahatan. Dengan kata lain, bahwa kejahatan tidak dapat berdiri sendiri, sebab harus ada yang menyatakan sebagai
demikian oleh “masyarakat”.38
Salah satu usaha pencegahan dan pengendalian kejahatan itu ialah
menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana. Menurut Herbert L. Packer, usaha pengendalian perbuatan anti sosial dengan mengenakan pidana pada seseorang yang bersalah melanggar peraturan pidana merupakan
“problem sosial yang mempunyai dimensi hukum yang penting”.39
37
Ibid Hal.7
38
Ibid Hal.10
39
Secara etimologis, kebijakan adalah terjemahan dari kata policy.
Kebijakan adalah rangkaian rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak40
Kebijakan penanggulangan kejahatan dalam bahasa Hoefnagels disebut Criminal Policy. Istilah ini agaknya kurang pas kalau diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai “kebijakan criminal”, karena seolah-olah mencari suatu
kebijakan untuk membuat kejahatan (kriminal).
41
Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan
menggunakan sarana ”penal” ( hukum pidana ), maka kebijakan hukum pidana (penal policy) khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/ aplikatif (penegakan hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya
tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa ”social welfare” dan ”social defence”42 Pengertian kebijakan criminal atau politik criminal (criminal plity) merupakan usaha rasional dan terorganisasi dari suatu masyarakat untuk
menanggulangi kejahatan. Menurut Sudarto :43
1. Dalam arti sempit, mempunyai arti keseluruhan asas dan metode yang
menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.
40
http://kamusbahasaindonesia.org/kebijakan/mirip
41
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal
Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Bangsa Press, Medan 2008, Hal.
101
42
Ibid, Hal. 88
43
Widiada Gunakaya dan Petrus Irianto, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak
2. Dalam arti luas, mempunyai pengertian keseluruhan fungsi dari aparat
penegak hukum, termasuk di dalamnya cara bekerja dari pengadilan dan polisi.
3. Dalam arti yang paling luas, mempunyai arti keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.
Kebijakan dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk dalam kebijakan criminal (criminal policy). Kebijakan kriminal tidak
terlepas dari kebijakan sosial (social policy) yang terdiri kebijakan/upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfaren policy) dan kebijakan/upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy), dilihat dari sudut politik
criminal.44
Kebijakan paling strategis adalah melalui sarana non-penal karena lebih bersifat preventif dank arena kebijakan penal sebagai sarana kebijakan criminal,
yaitu:
45
1. Sebab-sebab yang demikian kompleks berada di jangkauan hukum pidana.
2. Hukum pidana hanya merupakan bagain kecil (sub-sistem) dari sarana control sosial yang tidak mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks (sebagai
masalah sosio-psikologi, sosio-politik, sosio-kultural, dsb).
44
Ibid, Hal.22
45
3. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya
merupakan “kurieren am symptom”, oleh karena itu hanya merupakan “pengobatan simptomatik” dan pengobatan kuasatif.
4. Sanksi hukum pidana merupakan “remidium” yang mengandung sifat kontradiktif/paoksal dan mengandung unsur-unsur serta efek sampingan yang negative.
5. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individu/personal, tidak bersifat structural/fungsional.
6. Keterbatasan jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi pidana yang bersifat kaku dan imperative.
7. Bekerjanya/berfungsinya hukum pidana memerlukan saran pendukung
yang lebih bervariasi dan lebih menuntut biaya tinggi.
Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) setelah kejahatan
terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi. 46
Oleh karena itu dalam skripsi ini upaya penanggulangan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor menggunakan kebijakan antara lain :
1. Kebijakan Penal (Penal Policy)
2. Kebijakan Non-Penal (Non-Penal Policy)
46
G. Metode Penelitian
Penelitian adalah sebagai usaha untuk mengemukakan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan
sistematis. Suatu penelitian haruslah menggunakan metode-metode yang tepat dan benar agar orang yang membacanya dapat memahaminya.
Penelitian pada dasarnya merupakan, “suatu upaya pencarian” dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah terpegang, di tangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu
research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan
demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.47
1. Spesifikasi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis normative. Metode penelitian yuridis normatif yaitu metode penelitian hukum yang melihat tentang isi dan penerapan peraturan atau undang-undang yang
dilengkapi dengan studi kasus. .48 2. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatife dalam menyelsaikan penulisan skripsi ini.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Medan Jl. Pengadilan No. 8, Medan, Sumatera Utara.
47
Bambang Sungguno, Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Hal. 27
48
4. Alat Pengumpulan Data
Pada umumnya para peneliti mempergunakan alat pengumpulan data berupa:49
a. Studi kepustakaan/studi dokumen (Documentary Study) b. Wawancara (Interview)
c. Daftar pertanyaan (Kuisioner angket)
d. Pengamatan (Obeservasi)
Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Tehnik pengumpulan data lewat studi kepustakaan, dimana penulis memperoleh data dengan mengumpulkan dan membahas bahan-bahan penelitian yaitu bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier penelitian ini.50 5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pada penelitian ini prosedur pengumpul dan pengambilan data yang
digunakan adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mengumpulkan berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini
seperti, buku-buku, majalah, makalah, artikel, berita yang diperoleh penulis dari internet maupun pendapat sarjana dan hasil putusan untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan
dengan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini.
49
Ediwarman,Monograf Metodologi Penelitian Hukum (Paduan Penulisan Tesis dan
Disertasi), Medan, 2015,Hal. 109
50
6. Analisis Data
Metode analisis data ada 2 (dua) yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode analisis kualitatif, yaitu dengan menganalisis melalui data-data skunder yang diperoleh dari pustaka yang diorganisir dalam pendapat atau tanggapan yang kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan