• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Indonesia yang begitu luas memiliki 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang menyebar disekitar tropis.†

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Inilah yang membuat Indonesia memiliki pesona alam yang luar biasa menakjubkan dan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri untuk datang ke Indonesia dan mengeksplornya. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan itu merupakan kegiatan pariwisata.

Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai penghasil devisa negara di samping sektor minyak dan gas.

(2)

Selama 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 miliar atau setara dengan Rp 136 triliun.§ Ditahun 2015 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar Rp 144 triliun.** Ditahun 2016 sektor pariwisata yang awalnya ditargetkan akan menyumbang devisa 11% dibandingkan tahun lalu atau sebesar Rp 172 triliun, ternyata meningkat menjadi 11,5% dari target awal yang akan mencapai Rp 184 triliun.††

Adapun bidang usaha yang terdapat dalam sektor pariwisata berdasarkan pasal 14 ayat (1) Undang – undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah ;

a. daya tarik wisata; b. kawasan pariwisata; c. jasa transportasi wisata; d. jasa perjalanan wisata; e. jasa makanan dan minuman; f. penyediaan akomodasi;

g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;

h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i. jasa informasi pariwisata;

j. jasa konsultan pariwisata;

2017.

diakses pada tanggal 1 April 2017.

(3)

k. jasa pramuwisata; l. wisata tirta; dan m. spa.‡‡

Namun seperti diketahui bahwa daya saing pariwisata Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain terutama dengan negara – negara

Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya. Serta memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Selain itu juga meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

Dalam tujuan di atas, jelas terlihat bahwa industri pariwisata dikembangkan di Indonesia dalam rangka mendatangkan dan meningkatkan devisa negara (state revenue). Dengan kata lain, segala usaha yang berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial dengan tujuan utama mendatangkan devisa negara. Di samping itu, pengembangan kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut.

‡‡

(4)

tetangga, hingga kini masih lemah. Kelemahan tersebut menyangkut masalah manajemen produk, kurangnya sajian atraksi pariwisata dan budaya, kondisi infrastruktur, sumber daya manusia, pengolaan destinasi wisata, pemasaran dan regulasi. Kelemahan lain, termasuk pula masalah bencana alam, keamanan dan kesehatan. Bagi wisatawan, ancaman teror sangat diperhitungkan dalam rencana liburan mereka.§§

Kekhawatiran – khawatiran tentang keselamatan dan keamanan, terutama kerugian bisnis karena terorisme. Kekuatiran lain adalah karena Indonesia tertinggal di belakang dibandingkan Singapura (peringkat 11), Malaysia (peringkat 25) dan Thailand (peringkat 35) dalam pemeringkatan Travel & Tourism Competitiveness Report 2015.***

Kurangnya infrastruktur yang layak di Indonesia adalah masalah yang berkelanjutan, bukan hanya karena hal ini sangat meningkatkan biaya-biaya logistik sehingga membuat iklim investasi kurang menarik namun juga mengurangi kelancaran perjalanan untuk pariwisata. Infrastruktur di Bali luar biasa dan di Jakarta cukup layak (kecuali untuk kemacetan lalu lintas yang sangat besar) namun di luar Bali dan Jakarta kebanyakan infrastruktur di negara ini kurang layak, terutama di wilayah Timur Indonesia karena kurangnya bandara, pelabuhan, jalan, dan hotel. Kurangnya konektivitas di dalam dan antar pulau

§§

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20081104054945 diakses pada tanggal 10 Maret 2017.

***

(5)

berarti ada sejumlah besar wilayah di Indonesia dengan potensi pariwisata yang tidak bisa didatangi dengan mudah.†††

Selain infrastruktur, pendidikan juga menjadi halangan. Meskipun di Pulau Bali dan hotel-hotel mewah di Jakarta kebanyakan penduduk asli yang bekerja di sektor pariwisata cukup fasih berbahasa Inggris (dan bahkan bahasa-bahasa asing lainnya), di wilayah-wilayah yang lebih terpencil penduduk asli kesulitan untuk berkomunikasi dengan para turis, bahkan ikon kawasan pariwisata Sumatera Utara, Danau Toba yang sudah bukan termasuk tempat terpencil saja penduduk aslinya masih sulit untuk berkomunikasi dengan para turis karena mereka menggunakan bahasa daerahnya yaitu batak toba. Oleh karena itu, fokus dalam mempelajari Bahasa Inggris akan membantu mengatasi keadaan ini.‡‡‡

Halangan bahasa ini adalah alasan mengapa sejumlah warga Singapura lebih memilih Malaysia ketimbang Indonesia sebagai tempat tujuan wisata mereka. Kebanyakan turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari Singapura, diikuti oleh Malaysia dan Australia.§§§

†††

Ibid., ‡‡‡

Ibid., §§§

Ibid.,

(6)

Kelemahan-kelemahan tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia membutuhkan keterlibatan asing dalam pengelolaan sektor pariwisata melalui kegiatan penanaman modal asing secara langsung.

Bentuk kegiatan penanaman modal asing secara langsung dinilai dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas tenaga kerja, mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa, mendorong ekspor non-migas untuk menambah devisa, alih teknologi, membangun prasarana, dan mampu mengembangkan daerah tertinggal.****

Ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) menyebutkan bahwa “Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

Hal tersebut juga senanda dengan maksud Indonesia menyelenggarakan kegiatan penanaman modal sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

††††

****

Erman Radjagukguk. Hukum Investasi Di Indonesia: Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 19.

††††

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 3.

(7)

Penanaman modal secara langsung sering diartikan sebagai kegiatan penanaman modal yang melibatkan : pengalihan dana (transfer of funds), proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long-term project), tujuan memperoleh pendapatan regular (the purpose of regular income), partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana (the participation of the person transferring the funds), dan suatu resiko usaha (business risk).‡‡‡‡

Begitu juga dengan bunyi pasal 10 Undang – undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan (UU Kepariwisataan) yaitu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.§§§§

Alasan pertama suatu negara mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth), guna memperluas lapangan kerja. Baru kemudian dengan masuknya modal asing, tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai seperti mengembangkan industri substitusi import untuk menghemat devisa, mendorong eksport nonmigas untuk menghasilkan devisa, alih teknologi, membangun prasarana, dan mengembangkan daerah tertinggal.*****

Oleh karena itu dengan banyaknya objek pariwisata di Indonesia yang punya potensi luar biasa, namun belum bisa berkembang dengan baik karena minimnya investasi sarana dan prasarana pendukung diharapkan bisa menggenjot

‡‡‡‡

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2013) hlm. 19.

§§§§

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,Op.cit.,Pasal 10.

*****

(8)

pertumbuhan pariwisata nasional dengan dibukanya investasi asing dalam sektor pariwisata ini.

Upaya pemerintah mengundang pemodal asing tersebut sejalan dengan rencana pengembangan pariwisata di banyak tempat. Antara lain di Tanjung Lesung (Banten), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Toba (Sumatera Utara) dan tujuh kawasan pariwisata lainnya. Totalnya akan ada 10 lokasi yang akan dikembangkan. Pengembangan 10 kawasan pariwisata tersebut membutuhkan investasi besar, Meliputi investasi di bidang usaha perhotelan, resort, restoran, dan lain-lain.†††††

Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri yang dapat dilakukan dalam bentuk lain di luar perseroan terbatas, maka penanaman modal asing di Indonesia harus dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum dan berkedudukan di negara Indonesia, kecuali hal tersebut ditentukan berbeda oleh undang-undang.‡‡‡‡‡

Adapun yang perlu diketahui bahwa investor asing yang melakukan penanaman modal asing di suatu negara dibatasi oleh peraturan – peraturan dari negara asal investor asing tersebut (governance by the home nation), negara tuan rumah di mana investor asing menanamkan modalnya (governance by the host

†††††

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=15&dn=20081104054945 diakses pada tanggal 24 Maret 2017, Op. cit.,

‡‡‡‡‡

(9)

nation), dan juga hukum internasional yang terkait (governance by multi nation

organizations and international law).§§§§§

Pembatasan penanaman modal asing tersebut dapat dilakukan pada saat masuknya investasi asing tersebut (entry requirements). Di Indonesia, pembatasan – pembatasan tersebut dimanifestasikan antara lain melalui pengaturan daftar bidang – bidang usaha yang tertutup dan bidang – bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal atau sering disebut sebagai investment negative list atau daftar negatif investasi (negative list).******

Tahun 2016 lalu sektor pariwisata terbuka untuk modal asing, bahkan ada tujuh bidang usaha asing didalam sektor pariwista yang terbuka seratus persen untuk modal asing. Tujuh bidang usaha asing tersebut adalah restoran, bar, kafe, serta empat bidang usaha di bidang olahraga yakni renang, sepakbola, tenis lapangan, dan sport center.††††††

§§§§§

David Kairupan, Op. cit., hlm. 65.

******

Ibid., hlm. 66.

††††††

Margye Waisapy dan Eva Fitriani, Investor Daily, http://www.kepemilikan-asing-juga-disektor-pariwisata.com/Investordaily diakses pada tanggal 11 Maret 2017.

Dimana hal ini juga diatur didalam Peraturan

Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

(10)

Daftar Negatif List secara umum diatur dalam Pasal 12 UUPM dimana ayat (1) dari ketentuan tersebut menyebutkan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau kegiatan usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.‡‡‡‡‡‡

B. Rumusan Masalah

Sedangkan secara khusus diatur didalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

Untuk itu agar para penanam modal asing tertarik dan mau masuk ke

Indonesia untuk menanamkan modal dalam sektor pariwisata, pemerintah

Indonesia harus memperhatikan tiga faktor utama, yaitu ; kesempatan ekonomi,

kepastian hukum, dan stabilitas politik.

Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk menarik minat investor asing agar bersedia melakukan penanaman modal di sektor pariwisata. Salah satu upaya tersebut adalah memberikan berbagai fasilitas penanaman modal kepada penanaman modal asing di sektor pariwisata. Oleh karena itu, perlu mengkaji berbagai fasilitas penanaman modal tersebut bagi penanaman modal asing (PMA) di sektor pariwisata yang ditinjau dari UUPM.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

‡‡‡‡‡‡

(11)

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata? 2. Bagaimana pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman modal? 3. Bagaimana pemberian fasilitas penanaman modal di sektor pariwisata?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui ketentuan penanaman modal asing di sektor pariwisata di Indonesia.

b. Untuk mengetahui tata cara pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman modal.

c. Untuk mengetahui tata cara pemberian fasilitas penanaman modal di sektor pariwisata.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah: a. Teoritis

1) Pembahasan dalam penulisan skripsi ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang hukum investasi.

2) Tulisan ini dapat menambah daftar literatur pembahasan mengenai fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal asing di sektor pariwisata.

b. Praktis

(12)

penulisan atau penelitian terkait dengan fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal asing di sektor pariwisata.

2) Tulisan ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasan terkait fasilitas yang didapatkan oleh penanaman modal asing di sektor pariwisata.

3) Tulisan ini dapat digunakan oleh pelaku usaha yang berkecimpung di sektor pariwisata untuk mengetahui apa saja fasilitas yang didapat oleh penanaman modal asing di sektor pariwisata,

4) Tulisan ini dapat digunakan oleh pembuat kebijakan atau Pemerintah untuk mengetahui keefisienan dari kebijakan yang telah dibuat dalam pemberian fasilitas untuk penanaman modal asing di sektor pariwisata. 5) Penulisan skripsi ini juga bermanfaat untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing di Sektor Pariwisata Ditinjau Dari

(13)

Namun, ada beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis dan berkaitan dengan fasilitas penanaman modal, yaitu ;

Juergen K. Marusaha P. Panjaitan (2016) dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata”. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata?

2. Bagaimana kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan kegiatan penanaman modal asing sektor pariwisata?

3. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam meningkatkan penanaman modal asing sektor pariwisata?

Sedangkan penelitian yang dilakukan pada skripsi ini secara khusus membahas tentang pemberian fasilitas penanaman modal kepada Penanam Modal Asing (PMA) di sektor pariwisata sesuai dengan ketentuan Undang – undang Penanaman Modal(UUPM), dengan rumusan masalah :

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata?

2. Bagaimana pengaturan pemberian fasilitas bagi kegiatan penanaman modal? 3. Bagaimana pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal

asing di sektor pariwisata?

(14)

Ide dan gagasan dalam penulisan skripsi ini asli disusun sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan PMA, fasilitas penanaman modal di Indonesia, bidang-bidang usaha dalam sektor pariwisata serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Penanaman Modal Asing

Penanaman modal asing yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini adalah penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung. Penekanan terhadap pengertian penanaman modal asing secara langsung terletak pada keikutsertaan atau keterlibatan pihak penanam modal asing dalam melakukan usaha di bidang penanaman modal yang dilakukan di wilayah Indonesia. Pengertian penanaman modal asing secara langsung tersebut juga telah diatur dalam Pasal 1 angka 3 UUPM yang berbunyi “Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

olehpenanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

(15)

Fasilitas penanaman modal merupakan fasilitas yang akan diberikan oleh pemerintah kepada penanaman modal apabila telah memenuhi persyaratan dan ketentuan hukum yang berlaku. Syarat dan ketentuan hukum yang berlaku bagi penanaman modal yang ingin mendapatkan fasilitas tersebut adalah melakukan perluasan usaha di bidang penanaman modal atau melakukan penanaman modal baru dengan ketentuan telah memenuhi sekurang-kurangnya salah satu dari kriteria berikut:§§§§§§

Adapun bentuk fasilitas yang dibahas dalam skripsi ini yaitu berupa fasilitas fiskal yang berupa fasilitas pajak, fasilitas bea masuk, fasilitas lainnya, a. menyerap banyak tenaga kerja;

b. termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi;

e. melakukan industri pionir;

f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lainyang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

§§§§§§

(16)

dan fasilitas non fiskal yang berupa fasilitas perizinan, fasilitas keimigrasian, fasilitas hak atas tanah dan fasilitas hak transfer.

3. Industri Pariwisata

Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.*******

Menurut United Nations World Tourism Organiation (UNWTO, yaitu Badan Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB), maupun lembaga internasional pariwisata lainnya, istilah industri pariwisata (tourism industry) merujuk pada berbagai aktivitas yang menghasilkan produk – produk yang bersifat khusus untuk sektor pariwisata.†††††††

F. Metode Penelitian

Sementara itu, menurut Collins English Dictionary, istilah yang digunakan dalam bahasa inggris adalah tourist industry dan diartikan sebagai setiap pihak, aktivitas, dan lembaga yang terlibat dalam penyediaan jasa bagi orang – orang yang sedang berlibur.

1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan bersumberkan dari peraturan perundang-undangan tertulis, teori hukum, dan

*******

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pasal 1 angka 9.

†††††††

(17)

pendapat para sarjana hukum yang berkaitan dengan skripsi.‡‡‡‡‡‡‡

Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari data-data lain yang diolah selain dari sumber buku, seperti makalah dan berbagai tulisan di internet yang berkaitan dengan pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal asing di sektor pariwisata. Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan).§§§§§§§

********

Penelitian hukum normatif ini disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen sebab penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data-data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan, seperti buku.

Selanjutnya, dalam penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan perundang-undangan, yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum.

2. Data Penelitian

Materi yang digunakan untuk menyusun skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data-data-data sekunder yang dimaksud adalah :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat dan membuat orang taat pada hukum yang ditetapkan oleh pihak berwenang, seperti peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Adapun bahan hukum primer dalam penulisan skripsi ini adalah Undang-Undang Nomor

‡‡‡‡‡‡‡

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat) (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.

§§§§§§§

Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 51.

********

(18)

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Perka BKPM) Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal dan peraturan terkait lainnya, Perka BKPM Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

b. Bahan Hukum sekunder

Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum tersebut dapat berupa dokumen-dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang PMA, fasilitas penanaman modal, serta sektor pariwisata yang bersumber dari buku-buku, seminar/workshop, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

(19)

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini adalah teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan, seperti buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Analisis tersebut dilakukan dengan cara mengolah dan menganalisis data serta mendeskripsikannya dengan kata-kata sehingga diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti serta dapat ditarik suatu kesimpulan.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang datapat dikelolah, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.††††††††

Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna dibalik data yang melalui pengakuan subyek pelakunya‡‡‡‡‡‡‡‡. Pe

††††††††

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 248

‡‡‡‡‡‡‡‡

H. Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitaif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 355.

(20)

belum jelas. Oleh karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan tersebut secara jelas sehingga menjadi pemahaman umum.

Meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana kuantitatif, akan tetapi keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh peneliti masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian. Menurut Patton dalam Kristi Poerwandari, yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun analisis dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan prosedur-prosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin§§§§§§§§

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas lima bab dimana masing-masing bab terdiri atas sub-bab tersendiri yang memiliki hubungan atau keterkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian judul penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab yang membahas mengenai konsep teoritis pengaturan penanaman modal asing di Indonesia meliputi landasan hukum penanaman modal asing, kegiatan usaha yang tertutup dan terbuka, persyaratan, perizinan, hak, kewajiban dan tanggung jawab serta penyelesaian sengketanya, selanjutnya membahas pengaturan penanaman modal asing di sektor pariwisata

§§§§§§§§

(21)

tersebut pengertian dan ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata, tujuan dan manfaat kegiatan pariwisata, kebijakan pemerintah, selanjutnya mengenai penanaman modal asing sektor pariwisata.

BAB III merupakan bab yang membahas tentang tinjauan umum fasilitas penanaman modal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, landasan hukum pemberian fasilitas, tujuan pemberian fasilitas, kewenangan memberikan fasilitas, persyaratan memperoleh fasilitas, selanjutnya fasilitas fiskal dalam kegiatan penanaman modal, fasilitas non fiskal penanaman modal.

BAB IV merupakan pembahasan yang membahas mengenai pemberian fasilitas penanaman modal sektor pariwisata bentuk fasilitas terhadap penanaman modal asing, syarat pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanaman modal asing di sektor pariwisata, serta pengawasan pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pemisahan kumbang jantan dan betina..

Keterkaitan antara imageability dengan merubah proses evakuasi adalah upaya peningkatan imageability yang lebih lanjutnya meningkatkan legibilitas pada elemen evakuasi

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan sarung tangan vinyl terhadap upaya pencegahan keluhan iritasi kulit

Lagu ini beserta resital A Dream Comes True merupakan persembahan dari Richard untuk almarhum ayahnya, dan lagu ini merupakan lagu yang berasal dari drama

semua kolesteatom, meatoplasti yang tidak adekuat dan ketidakpatuhan pasien untuk kontrol setelah

This permission does not extend to binding multiple chapters of the book, photocopying or producing copies for other than personal use of the person creating the copy, or

tif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan penilaian, tanggapan,saran-saran, dan angket yang diperoleh yang diperoleh dari reviu ahli desain pembelajaran, ahli

Pil pagi disebut juga kontrasepsi pasca coitus (post coital contraception) merupakan pil berisi esterogen dosis tinggi yang diminum pada pagi hari setelah