• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Langkat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor, sekaligus

sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan

penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sehingga

penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan (Totok Mardikanto,

2009).

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya

memberikan pendapat sehingga bisa membuat kepeutusan yang benar (Van den

Ban dan Hawkins, 1999).

Penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang

ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat bertani lebih baik,

berusahatani yang lebih menguntungkan dan terwujudnya kehidupan yang lebih

sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya (Totok Mardikanto, 2009).

Definisi penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah

proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan

kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup (Isran Noor, 2012).

Penyuluh dapat diartikan sebagai seseorang yang atas nama Pemerintah

(2)

keputusan yang dilakukan oleh (calon) penerima manfaat penyuluhan untuk

mengadopsi inovasi (Totok Mardikanto, 2009).

Menurut Isran Noor (2012), fungsi penyuluh pertanian adalah berperan

sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator dalam kegiatan penyuluhan

pertanian seperti membantu mencarikan informasi inovasi/ teknologi, permodalan,

pemasaran, mengajarkan keterampilan, menawarkan/ merekomendasikan paket

teknologi, menfasilitasi, dan mengembangkan swadaya dan swakarya petani. Ada

beberapa peran penyuluh pertanian, diantaranya:

1. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha

2. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber

informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya

3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan

pelaku utama dan pelaku usaha

4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh-kembangkan

organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi,

produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan

5. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang

dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola

usaha

6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian

fungsi lingkungan

(3)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis tidak lepas dari review, masukan, dan

referensi dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang sangat membantu dalam

menentukan alur dan langkah-langkah yang diambil. Adapun review penelitian

terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Review penelitian terdahulu

No. Judul/ Nama

Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian

1. Faktor-Faktor yang penyuluh yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kinerja penyuluh yaitu gaji, umur, masa kerja, dan jumlah petani binaan

(4)

No. Judul/ Nama

Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian

3. Kinerja

Kusmiyati, et al

Pendidikan

Faktor internal yang mendukung kinerja

penyuluh (usia, jenis kelamin, masa kerja, jabatan, pendidikan formal, dan

pelatihan)

berhubungan nyata dengan kinerja penyuluh pertanian

5. Faktor-Faktor yang Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi

(5)

No. Judul/ Nama

Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian

6. Analisis Strategi Peningkatan

Theresia Mei M. Hutapea

peningkatan peran organisasi peran poktan untuk ikut melaksanakan monitoring terhadap kinerja penyuluh

(6)

No. Judul/ Nama

Peneliti Variabel Metode Hasil Penelitian

8. Analisis Strategi Peningkatan dalam Kuadran I, artinya memiliki kondisi yang sangat menguntungkan yang lebih baik

9. Strategi SO, Strategi ST, Strategi WO, dan Strategi ST di Perum Bulog Divre Jateng/ Irfa Nurina Jati

Kinerja, diklat off the job, serta pemberian ijin belajar kepada karyawan untuk kuliah

(7)

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori kinerja

Kinerja ialah cara melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Jadi kinerja ialah hal-hal yang dikerjakan dan cara

mengerjakannya. Kinerja (prestasi kerja) ialah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara dan Prabu,

2000).

Menurut Sulistiyani (2003) kinerja seseorang merupakan kombinasi dari

kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya. Bernadin dan

Russel (dalam Sulistiyani, 2003) menjelaskan bahwa kinerja merupakan dampak

yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama

periode waktu tertentu.

Kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari suatu perkerjaan yang dapat

dilihat atau yang dapat dirasakan. Kinerja bisa diukur melalui standar kompetensi

kerja dan indikator keberhasilan yang dicapai seseorang dalam suatu jabatan/

pekerjaan tersebut (Padmowihardjo, 2010). Kinerja seseorang ditentukan oleh

kemampuan ketiga aspek perilaku yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Selama antara kinerja yang dimiliki petugas dengan kinerja yang dituntut oleh

jabatannya terdapat kesenjangan, petugas tersebut tidak dapat berprestasi dengan

baik dalam menyelesaikan tugas pokoknya.

Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mengukur tingkat

(8)

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (Kementan, 2013). Adapun Indikator

Penilaian Kinerja Penyuluh sebagai berikut:

1. Persiapan Penyuluhan Pertanian:

a. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;

b. Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK;

c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan;

d. Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).

2. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian:

a. Melaksanakan desiminasi/ penyebaran materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani;

b. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah binaan;

c. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi pasar,

teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan;

d. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari aspek

kuantitas dan kualitas;

e. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari

aspek kuantitas dan kualitas;

f. Meningkatnya produktivitas (dibandingkan produktivitas sebelumnya

berlaku untuk semua sub sektor).

3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian:

a. Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;

(9)

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Mangkunegara

(2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor

yang dihubungkan dengan sifat seseorang. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor

yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap, dan tindakan rekan kerja,

bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Selain itu, Mangkunegara (2007) juga menyimpulkan bahwa faktor-faktor

penentu kinerja adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi.

Faktor individu secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang

memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya

(jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik,

maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang

baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan

mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan

atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Faktor

lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai

prestasi kerja. Faktor lingkungan kerja organisasi yang dimaksud antara lain

uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,

pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan

dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.

Menurut Hutapea (2012), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja

penyuluh pertanian dalam bekerja secara professional, yaitu: a) Faktor Internal;

(10)

terdiri dari: pendidikan formal, pelatihan, umur, motivasi, pemanfaatan media

penyuluhan, dan masa kerja/ pengalaman kerja penyuluh pertanian. b) Faktor

Eksternal;yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar penyuluh itu sendiri. Beberapa

faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan dengan kinerja

penyuluh pertanian adalah: ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan,

sistem penghargaan, jarak wilayah kerja, jumlah desa binaan, jumlah kelompok

tani binaan, teknologi informasi, tingkat partisipasi aktif petani, hubungan dalam

organisasi, dan dukungan pembinaan dan supervisi.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut dijabarkan ke dalam beberapa

poin yang dijadikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh,

antara lain:

1. Umur

Umur seseorang umumnya seiring dengan tingkat kedewasaan individu

dalam berfikir dan bertindak. Kematangan kepribadian seseorang akan terkait

erat dengan umurnya, walaupun untuk kasus tertentu belum tentu seiring.

Umur juga mempengaruhi kekuatan fisik seseorang dalam beraktivitas

termasuk kegiatan penyuluhan. Selain itu umur juga terkait dengan

kemampuan belajar seseorang. Umur antara 10-18 tahun merupakan fase

tercepat dalam kemampuan belajar, selanjutnya umur antara 18-28 tahun

peningkatannya tidak secepat umur sebelumnya, kemudian akan menurun

drastis setelah berumur 60 tahun.

(11)

kecepatan, kecekatan, kekuatan, koordinasi merosot dengan berjalannya

waktu, selain factor kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya

rangsangan intelektual juga akan mengurangi produktivitas. Dengan demikian

diduga umur penyuluh memiliki pengaruh pada tingkat kinerja mereka.

2. Pendidikan Formal

Muliady (2009), menjelaskan bahwa tingkat pendidikan formal

penyuluh akan menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan penyuluh dalam melaksanakan tugas, sehingga yang

berpendidikan lebih tinggi mampu berfikir lebih abstrak dan memiliki

wawasan yang lebih luas. Selain itu, pendidikan yang lebih tinggi akan

berpengaruh juga pada tingkat adaptasi, mempunyai pilihan-pilihan yang lebih

luas dalam kehidupannya, termasuk dalam melaksanakan penyuluhan. Hal

tersebut senada dengan pendapat Slamet (1992) bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, ada kecenderungan semakin tinggi pula pengetahuan,

sikap, dan keterampilan, efisiensi bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara

dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Dengan

demikian diduga tingkat pendidikan formal penyuluh memiliki pengaruh pada

tingkat kinerja mereka.

3. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja seorang penyuluh dapat dilihat dari lamanya mereka

berperan dalam melakukan penyuluhan. Penyuluh yang berpengalaman berarti

telah banyak melakukan komunikasi dengan kliennya, memahami aspirasinya,

(12)

Dengan demikian pengalaman kerja penyuluh dalam melakukan penyuluhan

akan berpengaruh pada kinerja mereka.

4. Jarak wilayah kerja

Lori Mora (2014), menjelaskan bahwa jarak rumah ke kantor yang

relatif jauh, memaksa sejumlah karyawan berkorban melakukannya. Hasil

penelitian menemukan bahwa jarak jauh antara rumah ke kantor menyebabkan

beberapa hal berikut:

a. Rentan mengalami stress

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Umea di Swedia menemukan,

perjalanan jauh antara rumah dan kantor lebih dari 48 kilometer per hari

bisa membunuh pekerja secara perlahan. Penelitian yang dipimpin oleh

pengamat sosial Swedia, Erika Sandow ini menyebut bahwa pekerja rentan

terserang beragam penyakit seperti tekanan darah tinggi, stres, dan

penyakit jantung. Sehingga pekerja akan lebih cenderung sering izin kerja.

b. Tingkat kebahagiaan rendah

Semakin lama waktu tempuh rumah ke kantor, maka waktu yang bisa

dihabiskan untuk hubungan sosial akan semakin berkurang. Hal ini

didasarkan oleh penelitian yang dilakukan untuk indeks kesehatan

Gallup-Heathways Well-Being. Selain itu, menempuh jarak lebih dari 90 menit

lamanya hanya akan merugikan baik dalam hal fokus kerja, dana dan

waktu.

(13)

menetapkan manajemen waktu bagi karyawannya agar lebih disiplin

bekerja, demikian dengan kedisiplinan Anda tiba di kantor. Akan menjadi

berbahaya bila Anda sudah kerap kali datang terlambat ke tempat kerja.

Untuk itu, jika kemacetan menjadi persoalan setiap kali Anda bekerja,

maka Anda harus rela berkorban dengan bangun lebih dini dan berangkat

di saat jalanan masih bebas hambatan.

d. Semangat kerja menurun

Berangkat setiap pagi sedini mungkin dan tiba di rumah larut malam, pada

akhirnya akan mempengaruhi stamina Anda. Rasa lelah yang dialami saat

menempuh perjalanan jauh dari rumah ke kantor tentu akan membuat

semangat Anda sedikit menurun sebelum memulai aktifitas.

Dilematis memang bila kondisi memaksa Anda untuk berkorban

menempuh jarak jauh bekerja setiap hari. Namun alangkah baiknya bila

memilih untuk berpindah domisili atau memilih untuk menyewa kamar

kosan yang dekat dengan kantor Anda, kendati berisiko berjauhan dengan

keluarga.

5. Jumlah desa binaan

Jumlah desa binaan merupakan jumlah wilayah kerja penyuluh

pertanian (WKPP) dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya dalam

melakukan pembinaan kepada kelompok tani. Muliady (2009), menjelaskan

bahwa semakin banyak WKPP, akan semakin sulit dan terbatas bagi penyuluh

untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Waktu tempuh yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan dari satu tempat ke tempat yang lain akan semakin lama

(14)

petani membutuhkan informasi maupun kehadiran penyuluh pertanian tidak

dapat segera terwujud. Mereka harus menunggu dan hal tersebut dapat

membuat petani jenuh dan frustasi. Dengan demikian jumlah desa binaan

penyuluh akan berpengaruh pada kinerja mereka.

2.3.3. Teori strategi

Strategi (strategy) adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan

komprehensif yang mengarahkan pilihan-pilihan yang menentukan bentuk dan

arah aktivitas-aktivitas organisasi menuju pencapaian tujuan-tujuan (Henry

Simamora, 1997).

Kriteria strategi yang baik adalah:

1. Tujuan yang jelas, sehingga mampu memberikan stabilitas dan kesatuan arah.

Mampu mendefinisikan hubungan dan tugas dan fungsi organisasi, dan tujuan

pendirian organisasi dan kontribusi organisasi pada sumberdaya manusia yang

ada di dalam organisasi

2. Dirumuskan berdasarkan pemahaman kondisi lingkungan.

Hal ini berhubungan dengan perubahan teknologi, sosial, ekonomi, budaya

dan politik apa yang memungkinkan menjadi peluang dan ancaman yang

dihadapi oleh organisasi

3. Dirumuskan berdasarkan penilaian objektif terhadap sumber yang dimiliki

adalah merupakan kajian terhadap ketersediaan sumber daya yang dimiliki

(15)

4. Bisa diimplementasikan secara efektif, yaitu strategi yang baik adalah strategi

yang dapat diterapkan dilingkungan organisasi dan adanya optimalisasi

pemanfaatan sumber daya yang tersedia

2.4. Kerangka Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu: a)

Faktor Internal; terdiri dari: pendidikan formal, pelatihan, umur, motivasi,

pemanfaatan media penyuluhan, dan masa kerja/ pengalaman kerja penyuluh

pertanian. b) Faktor Eksternal;terdiri dari: ketersediaan sarana dan prasarana yang

diperlukan, sistem penghargaan, jarak wilayah kerja, jumlah desa binaan, jumlah

kelompok tani binaan, teknologi informasi, tingkat partisipasi aktif petani,

hubungan dalam organisasi, dan dukungan pembinaan dan supervisi.

Dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh

pertanian diambil hanya beberapa faktor saja yaitu: umur, pendidikan formal,

pengalaman kerja, jarak wilayah kerja, dan jumlah desa binaan.

Kinerja penyuluh pertanian dilihat dari hasil evaluasi kinerja penyuluh

pertanian.

Strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dilihat dari analisis faktor

internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

Dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman tersebut akan menghasilkan

suatu strategi peningkatan kinerja penyuluh.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan strategi

peningkatan kinerja penyuluh pertanian tersebut dapat dijadikan konsep atau

(16)

Faktor Internal: 1. Pendidikan formal 2. Pelatihan

3. Umur

4. Motivasi

5. Pemanfaatan media penyuluhan

6. Masa kerja/ pengalaman kerja

Faktor Eksternal: 1. Ketersediaan

sarana dan prasarana 2. Sistem

penghargaan 3. Jarak wilayah kerja 4. Jumlah desa binaan 5. Jumlah kelompok

tani binaan 6. Teknologi informasi

7. Tingkat partisipasi aktif petani

8. Hubungan dalam organisasi

9. Dukungan

1. Umur

2. Pendidikan formal

3. Pengalaman

kerja

4. Jarak wilayah kerja

5. Jumlah desa binaan

Kinerja Penyuluh

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

Strategi Peningkatan

(17)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

yaitu: variabel umur, jarak wilayah kerja, dan jumlah desa binaan berpengaruh

signifikan secara negatif terhadap kinerja penyuluh; sedangkan variabel

pendidikan formal dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan secara positif

Gambar

Tabel 1. Review penelitian terdahulu
Gambar 1. Kerangka penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Setiap sistem mempunyai karakteristik tertentu. Gas cenderung lebih kompresibel dari pada zat cair dan zat cair mengalir lebih baik dari pada zat

Sedangkan dilihat dari segi proses pelaksanaan diketahui bahwa masalah yang banyak dibahas dalam layanan konseling kelompok pada siswa CI lebih mengarah pada

9. Adanya pencatatan statistik; 10. Jumlah pemasok yang sedikit. Melakukan evaluasi terhadap syarat-syarat Just In Time yang telah dipenuhi dan belum dipenuhi oleh

Tesis ini merupakan suatu penelitian yang dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena komodifikasi terhadap kain tenun tradisional suku Karo yaitu.. Uis

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana metode Just In Time dapat

Pada penelitian ini teori perubahan sosial dan kebudayaan digunakan. sebagai landasan kajian untuk menganalisis faktor-faktor

Pengertian rasa percaya diri secara sederhana menurut Hakim (2005: 6) sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

yang ada pada penelitian ini terhadap variabel dependen, didapatkan hasil bahwa pencitraan kembali wajah aparat pajak dan pelayanan perpajakan secara simultan