• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Defenisi

Perilaku adalah respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun besifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis) (Notoatmodjo, 2007)

Lawrence Green (1980), menjelaskan bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas dan saranan kesehatan).

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini

2.2.1 Predisposing Factors (Faktor Predisposisi)

(2)

kelompok ke pengalaman pendidikan. Dalam hal apapun pilihan ini dapat mendukung atau menghambat perilaku kesehatan.

Sebagai faktor demografi seperti status sosio ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor predisposisi meskipun mereka berada diluar pengaruh langsung program pendidikan kesehatan.

2.2.1.1 Faktor Demografi

Faktor demografi adalah factor-faktor yang terdapat dalam struktur penduduk dan perkembangannya seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lain sebagainya. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor demografi yang berkaitan dengan penelitian ini:

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Umur merupakan salah satu variabel penting dalam bidang penelitian komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau tidak langsung bersama dengan variabel lain sehingga menyebabkan perbedaan diantara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat atau kelompok masyarakat (Chandra, 2008). 2. Pendidikan

(3)

peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita–cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2007).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki kesamaan kewajiban atau tugas-tugas pokoknya.

2.2.1.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut pendapat Ismail (1991) seperti yang dikutip Saryono (2003), bahwa pengetahuan manusia berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang, semakin banyak informasi yang dimiliki semakin tinggi pula pengetahuan seseorang.

A. Tingkatan Pengetahuan

(4)

1. Tahu

Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.

3. Aplikasi

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis

Yakni suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kegiatan satu sama lain.

5. Sintesis

Suatu kemampuan untuk meletakan bagian-bagian didalam suatu bentuk keselururan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi yang ada.

6. Evaluasi

(5)

B. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal.

3. Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula.

4. Lingkungan budaya

Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan, dapat berupa sikap dan kepercayaan.

5. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2.2.1.3 Sikap (Attitude)

(6)

Selain bersifat pasif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap itu dipelajari

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif–motif psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2. Memiliki kestabilan

Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang.

3. Personal Societal Signifinance

(7)

menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman.

4. Berisi Kognitif dan Affecty

Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach–Avoidance Directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memeliki skap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya.

Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut : 1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung–rugi, manfaat serta sumberdaya yang tersedia.

2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

(8)

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya.

2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang–perangsang itu.

3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman–pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman–pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana–mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.

(9)

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valving)

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

(10)

2.2.2 Enabling Factors (Faktor-faktor Pendukung)

Green (1980), mengatakan bahwa faktor-faktor pendudkung adalah kempuan/keahlian dan semua sumber-sumber yang diperluakn untuk menciptakan atau memunculkan perilaku kesehatan. Sumber-sumber yang dimaksud anatara lain ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan prasarana atau fasilitas-fasilitas, personalia, sekoalah-sekolah, klinik kesehatan maupun sumber-sumber sejenis. Faktor-faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas berbagai sumber daya. Biaya, jarak, sarana transportasi yang ada dan waktu pemakaian sarana kesehatan juga merupakan bagian dari faktor-faktor pendukung.

2.2.2.1 Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang ditempuh responden menuju tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lainnya. Secara umum jarak adalah letak wilayah (geografis) berhubungan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat berhubungan dengan tempat dan lokasi sarana pelayanan kesehatan dan tempat tinggal masyarakat dapat diukur dari jarak, waktu dan biaya perjalanan. Tempat tinggal masyarakat dengan pusat pelayanan kesehatan yang diukur dalam radius kilometer (Razak, 2000).

2.2.2.2 Media

(11)

merangsangnya untuk belajar. Dalam pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa baik lingkungan fisik, social, dan psikososial yang dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar.

Menurut Brigs dalam Sadiman, dkk, (2003), mengemukakan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi media dilihat sebagai alat fisik dengan wujud tertent yang digunakan untuk menyajikan suatu pesan, sehingga dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. Sebagai suatu saran untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar Notoadmodjo, (1997), mengemukakan bahwa media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Dimana semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

2.2.3 Reinforcing Factors (Faktor Pendorong)

(12)

2.2.3.1 Dukungan Petugas Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang ksehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).

Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan soaial dalam bentuk dukungan informatif, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang kesehatan melalui keterampilan komunikasi dan ada kecenderungan bahwa upaya-upaya petugas kesehatan memprkuat ibu dengan memberikan pujian, dorongan, dan diskusi atau dengan menjadi sumber informas yang dapat dipercaya (Graeff, 1996).

2.3 Dukungan Keluarga

Menurut Saryono (2003), dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya.

(13)

1. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak mereka (anak kandung, adopsi, atau keduanya)

b. Keluarga besar (Extended Family) yang terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek/nenek, paman/bibi, dan sepupu (Friedman, 1998).

2. Secara Modern keluarga dikelompokkan menjadi :

a. Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan.

b. Reconstituted Nuclear, adalah pembentukan dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

c. Niddle Age/Age Couple, adalah keluarga dimana suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

d. Dyadic Nuclear, adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

(14)

f. Dual Carrier, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married, adalah keluarga dimana suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

h. Single Adult, adalah keluarga dimana wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation, adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.

k. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage, adalah keluarga yang di dalam satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya .

m. Unmarried Parent and Child, adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dimana perkawinannya tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n. Cohibing Coiple, adalah keluarga yang terdiri dari dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanap kawin.

o. Gay and lesbian family, adalah keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Setiadi, 2006).

(15)

1. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) dan disseminator (penyebar) informasi tentang berbagai hal. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat untuk digunakan mengungkapkan dan menyelesaikan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu pemahaman karena informasi yang diberikan dan dapat menyumbangkan sugesti dan aksi pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi.

2. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai suatu bimbingan yang bersifat umpan balik, membimbing dan menengahi dalam proses pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota orang tua yang diantaranya memberikan support (dukungan), perhatian, dan penghargaan.

3. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuh sumber pertolongan praktis dan konkret, yang mengusahakan untuk menyediakan fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan masing-masing anggota orang tuanya.

4. Dukungan emosional

(16)

Adapun mekanisme dalam hal membangun dukungan keluarga menurut Cochen dan McKay (2008), yaitu :

1. Dukungan Nyata

Meskipun sebenarnya setiap orang dapat memberikan dukungan dalam bentuk uang dan perhatian, dukungan nyata merupakan paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan baik. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakteraturan dan ketidakterimaan yang tidak baik akan benar-benar menambah tekanan dan stress individu dalam kehidupan keluarga. Bentuk dari dukungan nyata ini antara lain seperti perhatian dan material.

2. Dukungan pengharapan

Kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman. Mengharapkan individu pada orang yang sama telah mengalami situasi yang sama untuk mendapatkan nasihat dan bantuan. Dukungan pengharapan juga dapat membantu meningkatkan strategi individu dengan menyarankan strategi-strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif dari situasi tersebut.

(17)

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk orang tua yang dipandang oleh anggota keluarga bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga dapat berasal dukungan sosial internal, seperti dukungan suami atau isteri serta dukungan saudara kandung, atau dukungan orang tua eksternal seperti kerabat, sepupu, dan sebagainya (Friedman, 2008).

2.4 Tindakan (Practice)

Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor–faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu :

1. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

(18)

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5 Pengetahuan tentang Makanan Pendamping ASI (MP ASI) 2.5.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004). 1. Tujuan MP-ASI

Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam yaitu tujuan mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan kepentingan individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang mencakup 3 macam aspek :

a. Aspek fisiologis yaitu memenuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sehat maupun sakit untuk kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang. b. Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi

(19)

c. Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus. Disamping itu memberikan kepuasan pada orang tua karena telah melakukan tugasnya. Sedangkan tujuan mikro merupakan permasalahan gizi masyarakat luas dan kesehatan masyarakat (Budiastuti, 1999).

2. Syarat makanan pendamping ASI

Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan (Krisnatuti, 2000).

Makanan bayi tidak boleh memiliki sifat kamba volume makanan yang besar tapi kandungan gizinya rendah. Makanan yang bersifat kamba akan cepat memberikan rasa kenyang sehingga bayi tidak akan meneruskan makannya. Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pemberian MP-ASI (Baso, 2007) antara lain :

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

b. Memiliki nailai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik d. Harga relatif murah

(20)

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa mkanan bayi dan anak juga harus memiliki kebutuhan makanan secara adekuat yaitu tidak kekurangan atau kelebihan, mudah diterima dan dicerna, jenis maknan dan pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makanan yang sehat, terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% dari protein, 25-30% dari lemak dan 50-60% dari karbohidrat).

2.5.2 Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) 1. Akibat pemberian makanan pendamping ASI Dini

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat mengakibatkan:

a. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan makanan yang kuarang bersih, juga karena pembentukan zat antibody oleh usus bayi belum sempurna.

b. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, ini terjadi akibat usus bayi masih permeable, sehingga mudah dilalui oleh potein asing.

c. Terjadi ganguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan bergizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila asupan kalori terlalu tinggi. d. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI

tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI.

(21)

2. Manfaat makanan pendamping ASI

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian MP-ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan yang baik (Krisantuti, 2002).

2.5.3 Jenis Makanan Pendamping ASI dan Waktu Pemberiannya

Demikian pula cara memperkenalkan MP-ASI harus bertahap. Bayi sebelumnya tidak merasakan makanan lain selain ASI, maka harus secara bertahap memperkenalkannya. Bayi yang menolak makanan yang yang diberikan, belum tentu tidak mau, oleh sebab itu bayi harus diperkenalkan makanan tambahan secara bertahap dalam hal: bentuk, volume/jumlah, frekuensi dan jenisnya (Soetjiningsih, 2000).

(22)

Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian MP-ASI, dapat dilihat pada tabel berikuit ini.

Tabel 2.1. Contoh Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur Bayi Jenis Makanan Berapa Kali

Sehari

– Bubur :bubur tepung beras merah

– Kapan diminta

– Hati ayam atau kacang-kacangan – Beras merah atau ubi

Menurut Soetjiningsih (2002), kebutuhan akan makro dan mikronutrien untuk bayi sampai 4-6 bulan masih dapat dipenuhi dari ASI. Tetapi setelah bayi berumur 6 bulan harus mendapat tambahan makanan yang bergizi dan mengandung protein yang cukup atau disebut dengan jembatan protein (Three plank protein bridge) yang terdiri dari: ASI harus diteruskan ditambah dengan

(23)

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa asam amino esensial untuk bayi adalah histidin dan untuk bayi premature adalah taurin essensial. Karbohidrat memberikan kontribusi 30-60% dari energi yang ditambahkan. Pada masa bayi 37% kalori ASI dan 40-50% kalori susu formula berasal dari karbohidrat terutama laktosa. Jumlah air yang diperlukan oleh bayi terutama ditentukan oleh kehilangan air melalui kencing, tinja, kulit, dan paru. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari ASI/susu formula dan makanan tambahan. Asupan besi yang dianjurkan adalah 6 mg/hari papa 6 bulan pertama dan 10 mg/hari sampai umur 3 tahun. Makanan yang telah difortifikasi dengan besi merupakan salah satu pilihan. Cadangan seng pada bayi baru lahir tidak ada, tetapi ASI dan susu formula mengandung seng yang dapat memenuhi kebutuhan bayi satu tahun pertama. Sumber flour dapat berasal dari air minum dan yang sudah difortifikasi atau diberikan tablet fluor. Defisiensi vitamin pada bayi jarang terjadi, kecuali diet ibu yang adekuat.

2.5.4 Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI (Anonim 2, 2009) :

1. Perhatikan kebersihan alat makan, alat makan yang bersih adalah alat makan yang dicuci dengan air sabun kemudian direndam dalam air panas yang telah mendidih selama lima menit.

2. Membuat makanan secukupnya sehingga dapat dihabiskan sekali waktu oleh bayi tanpa harus dipanaskan lagi untuk diberikan kepada bayi.

(24)

4. Jangan berikan makanan dekat dengan waktu menyusui, minimal selisih waktu antara pemberian makanan dan pemberian ASI adalah dua jam.

5. Jaga kebersiahan bahan makanan yang akan diolah, cuci bersih sayuran dan rendam ke dalam air untuk sayuran yang berakar.

6. Jangan memaksa bayi apabila tidak mau makan makanan pendamping ASI yang lain. Penolakan terhadap suatu makanan mungkin karena bayi merasa bosan dengan jenis makanan tersebut.

2.5.5 Faktor yang Diduga Mempengruhi Pemberian makanan Pendamping ASI

Penelitian yang dilakukan oleh Reny Kirana (2005) diperoleh kesimpulan bahwa yang dapat mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI adalah lingkungan. Sedangkan menurut Nilawati (2005) menyebutkan bahwa pendidikan, sosial ekonomi dan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dengan uraian sebagai berikut:

1. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan ibu mencerminkan kempuan ibu untuk menerima informasi dan pengetahuan yang lebih tentang pemberian MP-ASI. Akan tetapitidak menutup kemungkinan ibu yang berpendidikan rendah jika sering mengikuti penyuluhan tentang pemberian MP-ASI akan menunjukkan pemberian MP-ASI yang baik.

2. Faktor Sosial Ekonomi

(25)

3. Faktor Lingkungan

(26)

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Dukungan Keluarga

– Dukungan Informasional – Dukungan Penilaian – Dukungan Instrumental – Dukungan Emosional Predisposing Factor

– Umur – Paritas – Pendidikan – Pekerjaan – Pengetahuan – Sikap

Reinforcing Factor

– Jarak ke sarana pelayanan kesehatan

– Paparan Media Enabling Factor

– Dukungan petugas kesehatan

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Makanan yang disajikan tersebut terdiri dari produk-produk kering seperti : produk susu, susu bubuk, pengganti susu, dan makanan penutup yang mengandung susu (misalnya puding

Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun

Pemberian bentuk MP ASI berdasarkan usia terdapat 56,1% yang masih diberikan ASI dan bentuk MP ASI sesuai usia, dan terdapat 53,7% yang masih diberikan ASI serta

bulan karena bayi merasa kenyang oleh makanan lain yang diberikan, serta.. meningkatkan resiko penyakit alergi, infeksi, dan ada kemungkinan

Menurut ibu ketika bayi baru lahir, kapan sebaiknya bayi diberikan ASI pertama kali.. Setelah diberikan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari et al (2018) menjelaskan bahwa usia Ibu mempengaruhi pemberian MP-ASI dini karena pada usia dewasa, seseorang akan

MP-ASI dapur ibu adalah MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan