• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marjinalisasi Etnis Asli Studi Etnografi: Tersingkirnya Etnis Simalungun Sebagai Etnis Asli Secara Fisik dan Kebudayaan di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Marjinalisasi Etnis Asli Studi Etnografi: Tersingkirnya Etnis Simalungun Sebagai Etnis Asli Secara Fisik dan Kebudayaan di Sei Mangkei Kabupaten Simalungun"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMABARAN LOKASI PENELITIAN

2.1. Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

Provinsi Sumatera Utara yang terletak antara 02˚36’ - 03˚18’ Lintang Utara dan

98˚32’ - 99˚35’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Simalungun sebesar

4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Jarak kabupaten ini dari Kota Medan sekitar 150 Kilometer.Kota Pematangsiantar

berada di tengah wilayah Kabupaten ini.Itu lah sebabnya, Pematangsiantar dan

Simalungun sangat berkaitan erat, walaupun secara administrasi pemerintahan

masing-masing merupakan daerah otonom39

o Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Serdang .

Kabupaten Simalungun dikelilingi oleh sejumlah Kabupaten hampir dari

seluruh penjuru mata angin. Selengkapnya batas-batas wilayah Kabupaten

Simalungun dengan daerah sekitarnya sebagai berikut:

berdagai

o Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Karo

o Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

dan Samosir

o Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan

Batubara

(2)

Digambarkan dalam peta:

Gambar 2.1: Peta Kabupaten Simalungun Sumber: http://www.petasimalungun.go.id

Keterangan:

1.

---

= Batas wilayah rencana pemekaran Kabupaten Simalungun

2. Lokasi Penelitian = Bosar Maligas

Adapun Kabupaten Simalungun memiliki 31 wilayah Kecamatan, antara lain:

1.

2. Kecamatan Dolok Pardamean

3. Kecamatan Panei

4. Kecamatan Tanah Jawa

(3)

6. Kecamatan Jorlang Hataran

7. Kecamatan Dolok Panribuan

8.

9.

10.

11. Kecamatan Silimakuta

12.

13. Kecamatan Raya Kahean

14. Kecamatan Silau Kahean

15. Kecamatan Bandar

16. Kecamatan Pematang Bandar

17.

18. Kecamatan Ujung Padang Kecamatan Bosar Maligas

19. Kecamatan Dolok Batu Nanggar

20. Kecamatan Tapian Dolok

21. Kecamatan Sidamanik

22. Kecamatan Gunung Malela

23. Kecamatan Gunung Maligas

24. Kecamatan Bandar Masilam

25. Kecamatan Bandar Huluan

26. Kecamatan Jawa Maraja

27. Kecamatan Hatonduhon

28. Kecamatan Pematang Sidamanik

(4)

30. Kecamatan Haranggaol Horisan

31. Kecamatan Pematang Silimakuta

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP2010), jumlah

penduduk Kabupaten Simalugun sebanyak 818.104 orang, terdiri atas 407.771

laki-laki dan 410.333 perempuan. Kemudian dari hasil SP2010 tersebut tampak

bahwa kecamatan yang penduduknya paling banyak di Kabupaten Simalungun

adalah Kecamatan Bandar, yakni sebanyak 63.561 jiwa atau 7,77%, diikuti

Kecamatan Siantar sebanyak 62.853 jiwa atau 7,68%, sedangkan Kecamatan yang

jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Haranggaol Horisan, yaitu

sebanyak 4.989 jiwa atau 0,61%.

2.1.1. Etnis Simalungun

Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang ada di Indonesia yang

memiliki basis kekuasaan di daerah Sumatera Utara dengan nama wilayah

Kabupaten Simalungun. Etnis Simalungun dapat dibedakan dari etnis lainnya di

seluruh Indonesia terkhusus Sumatera Utara dari budaya, bahasa, adat, kebiasaan,

sejarah dan segala aspek kehidupannya.

Dari sumber kuno dan cerita-serita rakyat si Simalungun, etnis

Simalungun berketurunan dari beragam nenek moyang.Dalam perjalanan

sejarahnya Etnis Simalungun datang dalam dua gelombang.

Gelombang pertama (Proto Simalungun) diperkirakan datang dari India

Selatan (Nagora) dan India Timur (Pegunungan Asam) sekitar abad ke-5 meyusuri

Birma terus ke Siam dan Malaka selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur dan

(5)

kedua (Deutro Simalungun) yang merupakan pembauran etnis-etnis tetangga

dengan Etnis Simalungun asli.

2.1.2. Marga Marga Simalungun Asli

Dewasa ini di daerah Simalungun terdapat sejumlah marga, khususnya

yang berasal dari perkawinan dengan etnis tentangga yang berasal dari Toba

(Samosir), Karo, dan Pakpak.Karena mereka sudah ada disana dalam beberapa

genereasi, maka mereka menganggap bahwa mereka adalah termasuk Etnis

Simalunagun asli.Namun, sesungguhnya yang termasuk marga Simalungun asli

hanya empat marga, yakni marga Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba yang lazim

disingkat dengan Sisadapaur.

Menurut Tuan Talamsyah Saragih (Surat pribadi, 1963), Etnis Simalungun

asli merupakan keturunan dari empat raja-raja besar yang berasal dari Siam dan

India dengan rakyatnya masuk ke Sumatera Timur terus ke Aceh, Langkat, daerah

Bangun Purba dan Bandar Khalifah sampai Batubara. Akibat desakan orang

“Djau”, berangsur-angsur mereka mencapai daerah pinggiran Danau Toba sampai

ke Samosir.

Adapun keempat marga Simalungun yang poluler dengan nama Sisadapur

itu berasal dari “Haruan Bolon” (permusyawaratan besar) raja-raja yang empat

tersebut agar jangan saling menyerang, bermusuhan dan ”marsiurupan bani

hansusahan na legan, rup mangimbang munsuh” (saling membantu satu sama

lain dalam keadaan sulit dan bersama melawan musuh40

40 Sumber: Saodoran, Tim Lima. 2013. Mengenal Nusantara Kabupaten Simalungun. Medan:

Cv. Mitra. Hal 40-41

(6)

Keempat raja (Marga) itu adalah41

a. Raja Nagur (Marga Damanik)= Simada Manik, Simalungun: ”Manik” artinya Tonduy, Sumangat, Tunggung (dalam bahasa Indonesia berarti

yang bersemangat, berkarisma, agung). Mereka ini berasal dari kaum

bangsawan India Selatandari Kerajaan Naggore. Marga Damanik

mengenal beberapa cabang, yaitu: :

1. Cabang asli Simalungun, yaitu Rappogos, Malayu (asal marga

Malau), Barotbot, Usang, Bayu, Sola, Sarasan, Rih, Hajangan,

Simaringga, dll.

2. Cabang dari Toba, yaitu: Manik (Raja), Malau, Gurning, Tomog,

Ambarita (Bariba), Limbong, Sagala, dll.

b. Raja Banua Sobou (Bermarga Saragih) = Simada Ragih, Simalungun: “Ragih” artinya Ragih, atur, susun (dalam bahasa Indonesia berarti

pemilik aturan, pengatur, pemegang undang-undang, penyusun). Marga

Saragih memiliki cabang-cabang marga yang paling banyak, dengan

kategori berikut:

1. Cabang asli Simalungun, yaitu Sumbayak, Garingging, Sidasalak,

Sidajawak.

2. Cabang dari Toba, yaitu Turnip, Siadari, Sijabat, Sidauruk,

Simanihuruk, Sinapitu, Siallagan, Sitio, Sidabutar, Sidabalog,

Simarmata, Sitanggang, Ruma Horbo (di Simalungun membentuk

(7)

cabang baru yaitu Simaronggang) , Tamba, dan Sidabaho (Naibaho),

dll.

3. Cabang dari Karo, yaitu Munte.

4. Lalu beberapa cabang yang belum diketahui secara pasti

keberadaannya apakah sebagai cabang asli atau pendatang seperti

Sidamuntei, Parmata, Sidapulou, dan Simatondang.

c. Raja Banua Purba (Bermarga Purba) = Purba, dalam bahasa Sansekerta “Purwa” yang artinya timur, gelagat masa datang, pengatur, tenungan

pengetahuan, dan cendekiawan. Marga Purba mengenal beberapa cabang,

yaitu:

1. Cabang asli Simalungun meliputi Tambak, Sidasuha, Sidadolog,

Sidagambir, Siborou, Sigumonrong, Silangit, Sihala, Tua, Tanjung,

Tondang, Tambun Saribu, dll

2. Cabang dari Pakpak, yaitu Pakpak (dari Tungtung Batu) dan Girsang

(Lehu).

3. Cabang dari Toba yaitu Manorsa, cabang marga ini hanya dijumpai

di daerah Haranggaol. Sementara itu, untuk marga Purba Toba yang

banyak bermukim di daerah Dolok Sanggul juga mengenal beberapa

cabang, seperti Sigulang Batu, Parhorbo, dan Pantom Hobon.

Kaitan antara marga Purba Simalungun dengan Purba Toba ini,

penulis berpendapat keduanya berasal dari satu keturunan, namun penulis

belum mampu menguraikan siapa yang lebih dulu ada di antara

(8)

Rambe, dan Lumban batu, penulis berpendapat mereka tidak ada

hubungan satu sama lain.

d. Raja Saniang (Bermarga Sinaga atau Tanduk Banua) = Simada Naga, Simalungu: “Naga” dikaitkan dengan mitologi kuno yaitu dewa penjaga

bumi yang menyebabkan gempa dan tanah longsor. Marga Sinaga

mengenal beberapa cabang marga dengan kategori berikut:

1. Cabang asli Simalungun, yaitu Dadihoyong, Porti, Simaibang, dan

Simanjorang

2. Cabang dari Toba, yaitu Bonor (Pande, Suhut ni Huta atau

Sidasuhut), Uruk, Oppu Ratus. Lalu ada beberapa marga lain yang

dahulu pada masa eksisnya kerajaan-kerajaan Simalungun berafiliasi

dengan marga Sinaga, di antaranyaseperti Sipayung, Silalahi,

Sihaloho, Sitorus, Sirait, Butar-Butar, Manurung, Sinurat, dan

lain-lain.

2.2. Kecamatan Bosar Maligas

Kecamatan Bosar Maligas merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat

di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Bosar Maligas memiliki wilayah seluas

294,40 Kilometer persegi dengan topografi tanah cenderung datar yang sebagian

besar ditanami tanaman keras seperti kelapa sawit.

Populitas masyarakat di Kecamatan Boasar Maligas didiami oleh beragam

etnis diantaranya etnis tuan rumah yaitu Simalungun, Melayu yang adalah etnis

tetangga, kemudian Batak Toba dan Etnis Jawa yang merupakan pendatang tetapi

(9)

Gambar 2.2. Struktur Pemerintahan Nagori Sei Mangkei Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2016

Berikut adalah daftar nama desa/kelurahan di Kecamatan Bosar Maligas,

Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara42

• Kelurahan/Desa Adil Makmur

:

• Kelurahan/Desa Boluk

• Kelurahan/Desa Bosar Maligas

• Kelurahan/Desa Dusun Pengkolan • Kelurahan/Desa Gunung Bayu

• Kelurahan/Desa Marihat Butar

• Kelurahan/Desa Marihat Tanjung • Kelurahan/Desa Mayang

• Kelurahan/Desa Parbutaran

42

(10)

Kelurahan/Desa Sei Mangkei • Kelurahan/Desa Sei Torop

• Kelurahan/Desa Sidomulyo • Kelurahan/Desa Teladan

• Kelurahan/Desa Telun/Talun Saragih

• Kelurahan/Desa Tempel Jaya

2.3. Kelurahan Sei Mangkei

Pada masyarakat Etnis Simalungun perkampungan diartikan sebagai

“nagori” (bahasa Simalungun) juga sering disebut “huta”, dimaksudkan untuk

menyatakan suatu kesatuan territorial. “Nagori” terdiri dari masyarakat

Simalungun sendiri yang dahulu menandakan wilayah dari beberapaklan

berbeda-beda, seperti Nagori Bangun Purba, Nagori Marihat Nagur, Nagori Sei Mangkei

dan sebagainya.

Setiap nagori atau huta biasanya dikelilingi oleh suatu parit, suatu dinding

tanah yang tinggi dan pohon-pohon bambu, pinang, kelapa yang dapat digunakan

sebagai pembatas. Kegunaan dari hal tersebut adalah sebagai batas wilayah dan

pertahanan terhadap serangan-serangan musuh dari hutalain (Koentjaraningrat,

(11)

Gambar 2.3: Ucapan selamat datang di Kelurahan Sei Mangkei

Seiring perkembangan di Simalungun, terkhusus di Desa Sei Mangkei

yang menjadi wujud nyata perkembangan masyarakat desa dengan sentuhan

pembangunan.Pembangunan di desa Sei Mangkei sangat tampak dengan adanya

program untuk menjadikan daerah Sei Mangkei menjadi Kawasan Ekonomi

Khusus.

(12)

Dari sudut pandang kebudayaan, masyarakat pedesaan memiliki

karakteristik sendiri yang khas (Syahyuti: 2006: 189). Dari sisi keilmuan,

menurut Syahyuti desa dalam segala makna dan implikasi dari segala

pemaknaan tersebut selalu bertolak dari sudut pandang dan pembentukan makna

“orang kota”.

Orang kotalah yang mendefinisikan apa itu “desa”/”nagori”/”huta”, orang

kotalah yang memikirkannya dan Orang Kota pula yang merumuskan apa-apa

saja yang termasuk dan dibutuhkan desa. Dari sudut pandang “orang kota”

pedesaan selalu dianggap sebagai wilayah yang belum mapan, beebeda dengan

kota yang dinilai lebih baik dari apa yang ada di desa.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004, desa adalah: suatu kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat dan diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam mempelajari desa, kalangan sosiologi dan antropologi khususnya

memfokuskan kepada bagaimana kareakter sosial ekonomi di desa, serta

perilaku, sikap dan persepsi orang dalam wilayah tersebut yang menentukan

aksebilitanya untuk pelayanan.

Sebagai contoh, James Scott (dalam Syahyuti, 2006:191), bahwa

masyarakat desa, terutama masyarakat yang becirikan “prakapitalis”, bersifat

rasionalitas sosial dengan lebih mementingkan kebersamaan ketimbang

persaingan. Pada beberapa negara maju misalnya, desa dipandang sebagai

(13)

kehidupan perkotaan. Artinya, desa merupakan masyarakat yang bercirikan

prakapitalis, rasionalitas sosial dengan kepentingan bersama dibandingkan

dengan dominasi persaingan.

Desa Sei Mangkei adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Bosar

Maligas, Kabupaten Simalungun. Jarak Desa Sei Mangkei ke kantor Kecamatan

sejauh kurang lebih 15 Km, sedangkan jarak Desa Sei Mangkei ke Ibukota

Kabupaten Simalungun sejauh kurang lebih 90 Km. Adapun batas-batas wilayah

Desa Sei Mangkei adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Perdagangan Kec.Bandar

Sebelah Selatan : Desa Boluk Kec.Bosar Maligas

Sebelah Barat : Desa Timbaan Kec.Bandar

Sebelah Timur : Desa Gunung Bayu Kec. Bosar Maligas

Untuk sampai ke Desa Sei Mangkei dapat menggunakan roda 4 (empat)

dan roda 2 (dua). Angkutan umum yang digunakan juga tersedia seperti:

angkutan lintas Pematang Siantar menuju Perdagangan, angkot perdagangan,

angkot Serigala, bus Sepadan, dll.

2.4. Pola Pemukiman dan Tata Lahan

Desa Sei Mangkei merupakan Desa yang terdapat di dataran rendah yang

rata-ratanya mencapai 282 DPL (Diatas Permukaan Laut). Pola permukiman

masyarakat desa berada diataas tanah kering dengan luas sekitar 115,64 Ha43

43 Diperoleh dari: Data Survei Potensi Desa Sei Mangkei tahun 2015

.

(14)

termasuk Desa Sei Mangkei cenderung datar sehingga banyak dijadikan sebagai

daerah perkebunan.

Terdapat kurang lebih 1857,53 Ha tanah perkebunan, seperti perkebunan

kelapa sawit dan perkebunan pohon karet. Selain pemukiman dan perkebunan

terdapat pula fasilitas desa seperti 0,61 Ha untuk lapangan olahraga, 1 Ha untuk

pemakaman dan 1 Ha sebagai hutan lingdung.

Berangkat dari kota Pematangsiantar menuju Desa Sei Mangkei kita juga

banyak melewati Kecamatan-kecamatan lainnya yang termasuk dalam Kabupaten

Simalungun. Beberapa Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Siantar,

Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Bandar Masilam.

Menuju lokasi penelitian tidak ada terdapat pegunungan, hanya ada sungai dan

perkebunan saja.

Setelah memasuki Desa Sei Magkei beberpaa rumah warga yang dijumpai

terlihat semipermanen, dan sebagian lagi permanen dengan tembok semen,

berlantai keramik, beratap genteng maupun seng dan berpagar besi.Kemudian di

kawasan perkebunan PTPN III terdapat sebagian rumah permanen dan sebagian

lagi semipermanen, dan kawasan pemukiman KEK Sei Mangkei tertata dengan

baik perumahan permanen.

Secara umum kondisi perumahan dari ketiga pemukiman tersebut jelas

sangat berbeda.Perumahan penduduk Desa Sei Mangkei cenderung semipermanen

(15)

Unilever tertata rapi dengan tembok dan pagar besar yang mengelilingi kompleks

tersebut.

Pada umumnya rumah di Desa Sei Mangkei dibagi dalam tiga bagian yaitu:

2.4.1. Rumah Permanen

Rumah permanen di Desa Sei Mangkei ini pada umumnya cukup banyak.

Orang-orang yang memiliki rumah permanen sebagian besar adalah orang-orang

yang tinggal di perumahan karyawan KEK Sei Mangkei, orang-orang yang

tinggal di perumahan PTPN III dan orang-orang yang baru datang ataupun baru

berpindah ke Desa Sei Mangkei.

Adapun orang-orang lama yang memiliki rumah permanen di Desa Sei

Mangkei tersebut adalah orang-orang yang memiliki kebun atau lahan pertanian

milik sendiri serta mempunyai penghasilan yang baik.Tipe rumah jenis ini

tentunya sudah memiliki tembok semen dan lantai.Pada pemukiman masyarakat

sipil terdapat pula beberapa rumah yang sudah menggunakan tembok atau pegar

besi sebagai pembatas rumah.

2.4.2. Rumah Semi Permanen

Rumah semi permanen umumnya masih berukuran kurang lebih 5 x 8

meter atau sekitar 6 x 10 meter. Rumah jenis ini dibangun dengan material

setengah semen batu dan setengahnya lagi berdindingkan papan. Ataupun dengan

rumah yang sepenuhnya dari papan tetapi sudah berlantai semen batu.

Di dalam ruangan rumah jenis ini cenderung sempit, dikarenakan semua

(16)

biasanyasemua perabotan rumah seperti lemari, ruang TV ruang baca dan

sebaginya dijadikan satu di ruang tamu rumah tersebut. Di Desa Sei Mangkei,

beberapa rumah jenis ini juga dimanfaatkan sebagi tempat untuk berusaha, seperti

berjualan, membuka warung kopi, rumah makan dll.

2.4.3. Rumah Non Permanen

Sebagian tempat tinggal di Desa Sei Mangkei ini adalah rumah

nonpermanen.Rumah yang dimaksud disini adalah rumah yang bentuknya masih

sangat kuno, berdindingkan papan dan beralas tanah.

Rata-rata ukuran setiap rumah non permaenen ini berkisar 4 x 8 meter atau

5 x 8 meter persegi dimana keseluruhan rumah terbuat dari papan, triplek, dan

bambu atau tepas yang disusun untuk menjadi tembok rumah. Tidak banyak

rumah tipe ini di Desa Sei Mangkei. Pada bagunan tipe ini biasanya keseluruhan

aktivitas dilakukan dalam satu ruangan, mulai dari tempat tidur, lemari, rang TV,

alat dapur, alat pertanian, dll berada dalam ruangan tamu. Di perbatasan Desa Sei

Mangkei ada satu rumah tipe ini yang dijadikan sebagai tempat usaha parbagod

atau kedai tuak.

2.4.4. Demografi Penduduk Desa Sei Mangkei

Penduduk Desa Sei Mangkei terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu penduduk

warga sipil, penduduk karyawan perkebunan PTPN III dan penduduk karyawan

KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Penduduk sipil di Desa Sei Mangkei ini tidak

terlalu banyak, sehingga terlihat jelas sebagian pemukiman warga yang masih

(17)

dan tidak memiliki halaman pekarangan sebagai pembatas pada sebagian rumah.

Dengan pekarangan yang lumayan luas dan berbeda-beda pada setiap rumah

membuat bentuk lorong-lorong ataupun gang-gang perkampungan tidak teratur.

Berbeda dengan pemukiman karyawan PTPN III, pada pemukiman ini

memang masih memiliki pekarangan yang cukup luas dan juga digunakan sebagai

pembatas anatar rumah. Kemudian bentuk bangunan rumah dan lorong-lorong

permukiman rumah kayawan PTPN III ini lebih rapi dan hampir sama.

Berbeda pula dengan pemukiman kayawan KEK yang baru dibangun

sekitar tahun 2012 lalu.Pemukiman ini lebih tertata lagi hanya halaman-halaman

tiap rumah lebih kecil dibanding perumahan warga sipil dan kayawan PTPN III.

Kemudian bentuk perumahan ini lebih modern dengan design minimalis dan

seluruh perumahan dilekililingi tembok pagar yang besar dengan tiga buah pintu

gerbang masuk dan keluar.

Penduduk dari Desa Sei Mangkei ini terdiri dari warga pribumi dan hanya

ada beberapa saja warga keturunan negara asing.Secara wilayah, Sei Mangkei ini

berada dalam kekuasaan Etnis Simalungun.Hanya saja masyarakat mayoritas di

Desa Sei Mangkei ini adalah bukan Etnis Simalungun, melainkan Etnis Jawa, dan

pendatang dari Tobasa dan Tapanuli.Berikut persentase penduduk berdasarkan

(18)

Tabel II.01.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016

No. Etnis/Suku Jumlah (Orang) Persentase %

1 Simalungun 9 0,42 %

2 Karo 5 0,23 %

3 Tapanuli/Toba 572 26,9 %

4 Mandailing 108 5,08 %

5 Melayu 51 2,40 %

6 Minang 13 0,61 %

7 Jawa 1363 64,17 %

8 Lain-lain (Tionghoa) 3 0,14 %

Total 2.124 100 %

Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Etnis Jawa adalah etnis yang

paling mendominasi di Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas dengan angka

1363 jiwa atau sekitar 64% dari total jumlah penduduk. Dalam catatan sejarah,

Etnis Jawa mulai masuk ke Sei Mangkei pada masa migrasi spontan yang dibawa

oleh Belanda dalam perjanjian Deli Mij (1863). Kemudian peringkat kedua etnis

yang mendominasi di Sei Mangkei adalah Etnis Tapanuli/Toba dengan angka 572

jiwa atau sekitar 26,9% dari jumlah total. Dan Etnis Simlaungun menjadi etnis

(19)

Mayoritas agama masyarakat Sei Mangkei adalah beragama Islam yakni

sebesar 1.406 jiwa dan kedua adalah masyarakat beragama Kristen Protestan dan

Kristen Khatolik sebesar 628 jiwa. Sebenarnya Kristen Protestan dan Kristen

Khatolik mempunyai persentase yang berbeda, hanya saja di Desa Sei Mangkei

hanya ada satu gereja saja yaitu gereja Oikumene sehingga keduanya disatukan.

Tabel II.02.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas Tahun 2016

No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Budha - -

2 Hindu - -

3 Islam 1.406 66,1%

4 Konghucu -

5 Kristen Katolik 295 13,9 %

6 Kristen Protestan 423 20 %

7 Sikh -

Jumlah 2.124 100 %

Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei Tahun 2016

Berdasarkan data distribusi penduduk dari segi agama di Desa Sei

Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, tahun 2016 mayoritas masyarakat di desa

(20)

Dalam pemahaman budaya tradisional masyarakat Simalungun atau etnis

Simalungun, hubungan sosial tidak di beda-bedakan antara kategori-kategori

seperti “religion” (agama), “magic” (kekuatan sihir), “custom” (adat istiadat),

“culture” (budaya), “belief” (kepercayaan), dan “ceremony” (perayaan) yang

dalam Simalungun ada satu perayaan dengan bentuk pemujaan yang di sebut

“parbegu44

Istilah ini merupakan sebuah kepercayaan pada masyarakat Etnis

Simalungun dahulu sebelum masuknya ajaran agama ke Indonesia

”.

45

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan penting

dalam meningkatkan sumber daya manusia di Desa Sei Mangkei.Sebelum

terbentuknya KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) di Sei Mangkei, rata-rata

kebanyakan penduduk Sei Mangkei berpendidikan tamatan SMA.Terbanyak

kedua diikuti oleh tamatan SLTP dan hanya sedikit yang mempunyai tamatan dari

perguruan tinggi atau sarjana.Tetapi saat ini persentase penduduk berdarkan . Agama

Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam merupakan agama dari misionaris

dan pendakwah oleh tokoh-tokoh agama yang masuk ke Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan cerita masyarakat, dikatakan bahwa sebelum masuknya ajaran

Agama di Simalungun, masyarakat Etnis Simalungun tergolong masyarakat

animisme atau menyembah roh-roh leluhur .

44

Parbegu adalah salah satu ajaran animism sebelum masuknya ajaran agama pada Etnis Simalungun

45

(21)

tingkat pendidikan jauh semakin meningkat.Hal ini disebabkan oleh masuknya

pendatang-pendatang baru yang bekerja di KEK tersebut.

Tabel II.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase %

1 Belum Sekolah 65 3,58 %

2 Tidak Tamat SD 64 3,52 %

3 Tamat SD/Sederajat 97 5,17 %

4 Tamat SLTP/Sederajat 388 21,37 %

5 Tamat SLTA/Sederajat 1.145 63,08 %

6 Tamat Akademi -

7 Perguruan Tinggi/Sarjana 56 3,08 %

Jumlah 1.815 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting terhadap setiap

manusia, sehingga setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan. Hal ini ditujukan guna untuk dapat bersaing orang lain

atau keluarga lain dalam meningkatkan perekonomian, pekerjaan, eksistensi dan

lain sebagainya.

Jika dilihat dari table II.2 didepan, komposisi penduduk di Desa Sei

(22)

sekolah, mulai dari yang tidak pernah sekolah sampai pada tamat SLTA lumayan

besar. Dan jumlah penduduk yang pernah bersekolah sampai tamat SLTA dan

Perguruan Tinggi semakin meningkat dibanding 5 Tahun sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan di Sei Mangkei tidak lain

adalah faktor keterbatasan ekonominya dan minimnya sarana pendidikan di Desa

Sei Mangkei. Sehingga kebanyakan keluarga tidak dapat menyekolahkan anak

mereka dan yang sudah bersekolah juga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi.Namun pada saat ini tingkat pendidikan si Sei Mangkei

sudah jauh lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya.

Selain dari pembangunan KEK yang mengundang banyak pendatang

dengan tamatan yang tinggi-tinggi seperti SLTA dan Perguruan Tinggi, kemjuan

tingkat pendidikan di Desa Sei Mangkei dapat juga dilihat dari beberapa hal yang

diantaranya: adanya program pemerintah yang mendirikan PAUD dan memberi

motivasi belajar kepada kalangan penduduk yang berusia produktif untuk

bersekolah. Kemudian dapat pula dilihat dari semakin banyaknya anak yang

berusia produktif tersebut mengikuti pendidikan dari segala jenjang, mulai dari

Sekolah Dasar, SLTP, dan SLTA.

(23)

Tabel II.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %

1 PNS 25 2,78 %

2 Pensiunan PNS 2 0,22 %

3 Karyawan PTPN 542 60,42 %

4 Karyawan KEK 4 0,44 %

5 Wiraswasta 302 33,66 %

6 Pedagang 8 0,89 %

7 Montir 3 0,33 %

8 Bidan/Perawat 7 0,78 %

9 PRT 8 0,89 %

Jumlah 897 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015

Jenis pekerjaan yang paling dominan dari penduduk Desa Sei Mangkei

adalah masyoritas Karyawan PTPN II Dan yang paling sedikit adalah Montir.

2.5. Sarana Umum Desa Sei Mangkei 2.5.1. Sarana Pemerintahan

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Sei Mangkei adalah: Sarana

Pemerintahan Kantor Kepala Desa dan Balai Desa. Kantor Kepala Desa

(24)

izin-izin tertentu dan lainnya. Sedangkan Balai Desa dipakai masyarakat Desa Sei

Mangkei untuk berkumpul atau sipakai untuk melakukan sebuah kegiatan

bersama atau acara-acara lainnya

Gambar2.5: Kantor Lurah Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas,

(25)

2.5.2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Desa Sei Mangkei hanya satu yaitu Balai

Pengobatan Masyarakat atau Puskesmas Sei Mangkei.Memang Klinik atau tempat

pengobatan masyarakat tersebut tidak memiliki fasilitas yang lengkap namun

untuk jenis obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat dalam kategori mengidap

penyakit ringan hingga menengah telah tersedia.

Untuk lebih jelas mengenai fasilitas kesehatan tersebut dapat dilihat pada

table berikut:

Tabel II.5

Distribusi Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Unit

di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah Unit

1 Rumah Sakit Umum -

2 Puskesmas -

3 Puskesmas Pembantu -

4 Poliklinik/Balai pengobatan 1

5 Apotek -

6 Posyandu 5

7 Praktek Dokter

Jumlah 6

(26)

Untuk obat dari dokter yang tidak tersedia di Balai Pengobatan tersebut

dapat membelinya di Apotek Perdagangan.Pasien yang berobat di klinik yang

tersedia hanya pasien yang menderita penyakit biasa seperti demam, batuk atau

yang mengalami kecelakaan kecil saja, sehingga masyarakat yang menderita

penyakit yang cukup serius disarankan untuk berobat ke rumah sakit di Kota

Pematangsiantar.

Dari sarana kesehatan yang ada di Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar

Maligas masih tergolong minim dengan hanya berdirinya 1 poliklinik atau Balai

pengobatan dan 5 posyandu dibandingkan dengan jumlah penduduk di Desa Sei

Mangkei yang cukup banyak.

2.5.3. Sarana Ibadah

Leahy (dalam Sudarma, 2014:147)46

Sarana ibadah merupakan salah satu simbol tempat pelaksanaan ritualitas

agama.Sarana ibadah yang ada di Desa Sei Mangkei yaitu Mesjid dan

Gereja.Gereja digunakan umat Kristiani sebagai tempat beribadah dan tempat , menyebutkan bahwa manusia

sebagai mahluk misteri.Manusia adalah mahluk paradoksal, yang tidak pernah

selesai untuk dibicarakan.Pada diri manusia terdapat banyak simbol atau identitas

yang disematkan, salah satunya adalah manusia sebagai mahluk beragama (homo

relegius/homo ritualis).Himpitan antara nilai budaya dan agama, kerap menjadi

sulit dibedakan hadir bersamaan dalam upacara.Berdasarkan pertimbangan itu,

maka manusia disebut homo ritus atau homo ritualis.

(27)

pemberkatan. Sedangkan Mesjid digunakan umat Islam untuk melakukan shalat

lima waktu ditambah mushola digunakan untuk melakukan pengajian.

Berdasarkan kepercayaan di Desa Sei Mangkei, yang masyoritas adalah

beragama Muslim dan kemudian terbanyak kedua adalah Beragama

Kristen.Dengan perbandingan tempat ibadah di Desa Sei Mangkei yaitu 1 bagi

umat Kristen dan 5 bagi umat Islam.

Berikut jumlah sarana ibadah yang ada di Desa Sei Mangkei:

Tabel II.6

Fasilitas Tempat Ibadah Berdasarkan Tempat Ibadah dan Jumlah Unit di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Tempat Ibadah Jumlah Unit

1 Gereja Protestan 1

2 Gereja Khatolik -

3 Mesjid 5

4 Mushola -

5 Pura -

6 Wihara -

Jumlah 6

(28)

2.5.4. Sarana Umum

Sarana umum di Desa Sei Mangkei hanya terdapat tempat peristirahatan

berupa halte yang berada di pinggir badan jalan besar desa dan sarana MCK

(mandi, cuci, kakus) yang juga terdapat di pinggir jalan desa. Fasilitas sarana

umum ini jika digunakan oleh setiap orang tidak akan dipungut bayaran ataupun

gratis.

Masyarakat desa umumnya saat ini sudah jarang menggunakan sarana

umum tersebut karena sebagian besar rumah masyarakat itu sendiri sudah

memiliki kamar mandi dan sumber air jernih dari PDAM.Sebagian masyarakat

lagi lebih memilih untuk mandi sekaligus mencari ikan di sungai-sungai yang

terdapat di desa Sei Mangkei.Berikut tabel berdasarkan jenis fasilitas:

Tabel II.7

Fasilitas Umum berdasarkan Jenis Fasilitas dan Jumlah Unit Fasilitas Umum di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Jenis Fasilitas Jumlah Unit

1 MCK 1

2 Lapangan Sepak Bola 1

3 Lapangan Bulu Tangkis 2

4 Lapangan Voli 5

5 Lapangan Tenis 1

6 Meja Pimpong 3

Jumlah 13

(29)

Biasanya pada sore hari saja kita menjumpai beberapa masyarakat yang

menggunakan fasilitas ini, sesaat sebelum mereka pulang dari ladang, kebun atau

tempat mereka bekerja menuju rumah mereka.

2.5.5. Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Desa Sei Mangkei terdiri dari TK (PAUD) dan SD

saja sedangkan SMA hanya ada di desa Seberang yaitu daerah Perdagangan.

Untuk lebih jelasnya dapat melihat table berikut:

Tabel II.8

Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Jenis Pendidikan Fasilitas Pendidikan dan Jumlah Unit Fasilitas Pendidikan

di Desa Sei Mangkei Kecamatan Bosar Maligas

No. Jenis Fasilitas Pendidikan Jumlah Unit

1 SMA -

2 SLTP -

3 SD 2

4 TK (PAUD) 1

Jumlah 3

Sumber: Kepala Desa Sei Mangkei, Tahun 2015

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa perbandingan antara penduduk

dengan instansi pendidikan yang ada sangat minim.Hal ini menggambarkan

rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa Sei Mangkei.akan tetapi seperti

(30)

harapan dan keinginan untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi, setiap tahunnya banyak Desa Sei Mangkei banyak mengirimkan

pelajar untuk bersekolah di Pematangsiantar, Perdagangan dan kota-kota besar

lainnya.

2.5.6. Kelembagaan atau Organisasi di Desa Sei Mangkei

Kelembagaan atau Organisasi yang ada di Desa Sei Mangkei beraneka

ragam, mulai dari lembaga keagamaan, sosial, adat, pekerjaan, dan lembaga

pemerintahan.Diantaranya dalam lembaga keagamaan yaitu perkumpulan pemuda

gereja dan remaja masjid.Lembaga sosial seperti STM (Serikat Tolong

Menolong).Lembaga adat seperti “Partupuan” atau perkumpulan marga. Pada

lembaga dari pekerjaan seperti Organisasi buruh dan lain sebagainya.

Adapun fungsi-fungsi dan tugas dari pemerintahan desa yaitu: Kepala desa

mempunyai tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,

dan kemasyarakatan atau perangkat-perangkat yang berada di Desa Sei Mangkei.

Akan tetapi banyak perangkat-perangkat desa yang sudah tidak berfungsi sebagai

mana mestinya, kantornya jarang dipakai dan beberapa inventaris kantor tersebut

banyak yang rusak dan tidak bisa dipakai lagi.

Akan tetapi bagi para karyawan PTPN III dan karyawan KEK tidak

dibenarkan untuk mengikuti dan tergabung dalam sebuah organisasi

masyarakat.Mereka hanya dapat mengikuti organisasi yang telah dibuat dan

(31)

Berikut tabel lembaga-lembaga di Desa Sei Mangkei:

Tabel II.9

Lembaga di Desa Sei Mangkei

No. Desa Formal Informal

1

Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar

Maligas

Pemerintah Desa Ikatan Pemuda Karya

2 PMJ Pemuda Pancasila

3 PKK STM

4 LKM Remaja Gereja

5 Remaja Masjid

6 Arisan Marga

7 Partai Politik

8 Perwiritan

9 Karang Taruna

Sumber: Kantor Kepala Desa: Riset penelitian Dinas Sosial, Tahun 2014

Organisasi merupakan tempat berkumpulnya masyarakat Desa Sei

Mangkei, bentuk organisasi berkembang dari tradisional menjadi organisasi yang

berbasis pada kepentingan politik, dan organisasi sosial yang tidak bersifat

Gambar

Gambar 2.1: Peta Kabupaten Simalungun
Gambar 2.2. Struktur Pemerintahan Nagori Sei Mangkei
Gambar 2.4: Plank Selamat Datang di KEK Sei Mangkei
Tabel II.01.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komputasi Citra Suara Digital Komputasi Citra Suara Digital Analisis dan Desain Sistem Informasi Jaringan Saraf Tiruan.. Hurriyatul Hurriyatul Aryo Pinandito

[r]

Satu satu anak membaca Iqra Guru membimbingnya Buku kerja, kartu kata, gambar Buku kerja, kartu angka Buku Iqra Unjuk kerja Unjuk kerja Observasi Ketelitian motorik

(1) Kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga

[r]

Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah suatu Peraturan Perundang-undangan memerlukan suatu kajian

[r]