• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan Pencegahan Luka Kaki Diabetes di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom dan Skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketauinya dalam bentuk

bukti jawaban baik lisan maupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu

reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan.

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari indra

penglihatan/mata dan indra pendengaran/telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

dan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2011).

1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6

tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

(2)

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara

benar. Orang yang lebih paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

(3)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi terbentuknya pengetahuan. Faktor internal diantaranya adalah

kesehatan inderaseseorang sedang faktor eksternal diantaranya adalah kesehatan

psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu. Faktor

internal dan eksternal ini jika diperluas lagi akan terbagi sebagai berikut :

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemempuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang

berpikir menggunakan inteleknya atau pikiranya. Cepat atau tidaknya dan

terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan

intelegensinya. Salah satu fktor yang mempengaruhi penerimaan pesan

dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara

commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan

lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

(4)

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek

yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.

Pendidikan formal dan non formal. Sisitem pendidikan yang berjenjang

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu

(Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu

objek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan.

c. Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa

bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya

disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang

yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut,

dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi

maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003).

d. Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa

media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan

penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan

masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media

massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan

(5)

menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,

perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan

nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo, 2003). Media dibagi menjadi tiga yaitu

media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapatpada surat

kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronikyang meliputi

televisi, video, slide, dan filmserta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).

e. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa yang

berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia

akan menjadi dasr pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat

diharapkan dari objek tertentu.

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat

kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan

menerima informasi.

g. Sosial budaya

Sosial budaya termasuk didalamnya pandangan agama, kelompok etnis

dapat memepengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan

nilai-nilai keagamaan untuk memeprkuat super egonya.

h. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruhi terhadap tingkah lakunya. Individu

yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik

(6)

depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status

ekonomi rendah.

1.4. Pengukuran Pengetahuan

Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar

yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara pengukuran

penegtahuan dalam penelitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan

dalam presentase. Baik=76-100%; cukup=56-75%; kurang ≤ 55% (Nursalam,

2003).

2. Diabetes Melitus

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang disebabkan oleh

faktor keturunan atau lingkungan. DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut kerja

insulin yang ditandai dengan hiperglikemia (Powers AC, 2005 dalam Eva, 2008)

Menurut WHO (2006), Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang

ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan

karena kerusakan dalam produksi insulin dan kerja insulin tidak optimal. Diabetes

melitus adalah kumpulan gejala yang timbul karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif yang

(7)

2.2 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi DM oleh Boedisantoso, Subekti, dan Waspadji (2007) dibedakan

dalam

1. Komplikasi akut berupa : hipoglikemi dan hiperglikemi (dengan manifestasi

Keto Asidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HONK), dan

Asidosis Laktat.

2. Komplikasi kronik berupa : 1) mikrovaskuler (ginjal neuropati dan retina

mata: retinopati), 2) makrovaskuler (jantung koroner : CAD, pembuluh darah

kaki; ulkus kaki diabetik, pembuluh darah otak : stroke ; 3) komplikasi

mikrovaskuler dan makrovaskuler : neuropati dan rentan infeksi.

3. Luka kaki diabetes

3.1. Definisi

Luka kaki diabetes adalah infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan ikat dalam

yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai

bawah (waspadji, 2006).

Luka kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai

bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang diawali dengan

adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki

diabetika yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang

pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly,

(8)

3.2. Diagnosis Luka Kaki Diabetes

Diagnosis kaki diabetes meliputi :

1. Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka / ulkus pada kulit atau

jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa berkurang atau

hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2 Pemeriksaan Penunjang :

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk

mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan kuman

penyebabnya (Waspadji, 2006).

3.3. faktor resiko luka kaki diabetes

faktor-faktor risiko terjadinya luka kaki diabetes lebih lanjut dijelaskan

sebagai berikut :

a. Umur ≥ 60 tahun.

Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita

luka kaki diabetes 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun42.

Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita

luka kaki diabetes pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda <

55 tahun.

Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya luka kaki diabetes karena

pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi

penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh

(9)

Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari tahun

1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua

dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal,

hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis,

makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan

sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang

lebih mudah terjadi luka kaki diabetes.

b. Lama DM ≥ 10 tahun.

Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus

dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko

terjadinya luka kaki diabetes dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI :1,2 – 6,9)22.

Luka kaki diabetes terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang

telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali,

karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga

mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan

neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya

robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak dirasakan. Perjalanan

(10)

*diabetes tidak terkontrol (diet, pengobatan, olah raga, perawatan kaki)

Skema 1. Perjalanan luka kaki diabetes.

Sumber : Boulton AJ, 2002 dengan modifikasi.

c. Neuropati.

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan

mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf

yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi

neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik,

sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat

menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek.

Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa berisiko tinggi terjadi luka

kaki diabetes. Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian Luka kaki

(11)

dikutip oleh Levin menunjukkan bahwa 66% penderita Diabetes mengalami

neuropati dengan gangguan sensasi rasa/sensasi vibrasi pada kaki, 20% terjadi

luka kaki diabetes.

Penelitian kohort prospektif yang dilakukan oleh Boyko pada penderita

Diabetes mellitus bahwa neuropati berhubungan dengan kejadian luka kaki

diabetes dengan RR-nya sebesar 4 (95 % CI : 2,6 – 7,4) dan apabila sudah terjadi

deformitas pada kaki berhubungan dengan luka kaki diabetes dengan RR-nya

sebesar 12,1 (95 % CI : 4,2 – 17,6)22. Penelitian kasus kontrol di RSCM oleh

Toton Suryatono, neuropati yang dinyatakan dengan insensitivitas terhadap

pemeriksaan monofilamen Semmes-Weinstein 10 g mempunyai risiko 11 kali

terjadi luka kaki diabetes dibandingkan dengan penderita DM tanpa neuropati.

d. Obesitas.

Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT ≥ 25 kg/m2

(pria) atau BBR lebih dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin.

Apabila kadar insulin melebihi 10 µU/ml, keadaan ini menunjukkan

hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada

vaskulopati, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai

yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi luka kaki diabetes.

Penelitian kohort prospektif yang dilakukan di USA oleh Boyko, obesitas

berhubungan dengan komplikasi kronik luka kaki diabetes dengan RR-nya

(12)

e. Hipertensi.

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita Diabetes mellitus karena

adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah

sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih

dari 130/80 mm Hg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel.

Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui

proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga

dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya luka.

Penelitian studi kasus kontrol oleh Robert di Iowa menghasilkan bahwa riwayat

hipertensi akan lebih besar 4 X terjadi luka kaki diabetes dengan tanpa hipertensi

pada DM.

f. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) dan kadar glukosa darah tidak terkendali.

Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam

sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah

merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan

kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan

hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos

subendotel. Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP

> 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik

makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu luka kaki diabetes.

Penelitiaan Case Control di USA oleh Pract, luka kaki diabetes terjadi lebih

banyak pada kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dengan OR sebesar 7 (95

(13)

g. Kolesterol Total, HDL, Trigliserida tidak terkendali.

Pada penderita Diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan

kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL

(highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl).

Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl , kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl

akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan

menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan

terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan

lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan

sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau

berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki

menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis

jaringan sehingga timbul luka yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.

Penelitian kasus kontrol oleh Pract, pada penderita DM dengan kolesterol, HDL,

trigliserida tidak terkontrol mempunyai risiko luka kaki diabetes 3 kali lebih

tinggi dari pada kadar kolesterol, trigliserida normal. Penelitian cross sectional di

RS Dr. Kariadi oleh Yudha dkk. menunjukkan bahwa penderita luka kaki diabetes

84,62% pada penderita DM terdapat dislipidemia, kejadian luka kaki diabetes

pada penderita DM tipe 2 dengan dislipidemia lebih tinggi dibandingkan tanpa

dislipidemia, dan kadar kolesterol (p=0,045) dan trigliserida (p=0,002) lebih

tinggi secara bermakna pada penderita ulkus diabetika dengan dislipidemia32.

(14)

merupakan faktor risiko terjadi penyakit pembuluh darah perifer yang dapat

mengakibatkan terjadinya luka kaki diabetes.

h. Kebiasaan merokok.

Penelitian case control di California oleh Casanno dikutip oleh WHO pada

penderita Diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai risiko

3 X untuk menjadi luka kaki diabetes dibandingkan dengan penderita DM yang

tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam

rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan

dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein

lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya

aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah

ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun.

i. Ketidakpatuhan Diet DM.

Kepatuhan Diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam

pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal

sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti luka kaki diabetes.

Kepatuhan Diet DM mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu

mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,

meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi

darah. Penelitian kasus kontrol di Texas oleh David dihasilkan ada hubungan

antara ketidakpatuhan diet dengan luka kaki diabetes dengan odds ratio sebesar 16

(15)

j. Kurangnya aktivitas Fisik.

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi

darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,

sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah

terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga

rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki

metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan

sumbangan terhadap penurunan berat badan. Salah satu penelitian tentang efek

olah raga pada penderita DM menunjukkan bahwa olah raga akan menurunkan

kadar trigliserida. Penelitian di Swiss oleh Rocher dikutip oleh Wibisono pada

penderita DM dengan neuropati, hasil penelitian olah raga tidak teratur akan

terjadi luka kaki diabetes lebih tinggi 4 kali dibandingkan dengan olah raga yang

teratur.

k. Pengobatan tidak teratur.

Pengobatan rutin pada penderita Diabetes mellitus tipe I, menurut hasil

penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan bahwa

pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi

kronik, seperti luka kaki diabetes.

l. Perawatan kaki tidak teratur.

Perawatan kaki diabetisi yang teratur akan mencegah ataumengurangi

terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Penelitian di Spain yang dilakukan oleh

Calle dkk. pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi perawatan kaki

(16)

melaksanakan perawatan kaki teratur dan kelompok II (95 responden) tidak

melaksanakan perawatan kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7

responden dan kelompok II terjadi luka kaki diabetes sejumlah 30 responden.

Kelompok I dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II

sejumlah 19 responden. Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu

kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 kali risiko terjadi luka kaki

diabetes dibandingkan kelompok yang melakukan perawatan kaki secara teratur.

m. Penggunaan alas kaki tidak tepat.

Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan

alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan luka kaki

diabetes, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa

berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh Gayle tentang tekanan pada

kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian luka kaki

diabetes, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat menyebabkan

tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi luka kaki diabetes 3 kali

dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetik dibagi menjadi

faktor endogen dan eksogen :

1. Faktor endogen : genetik, metabolik, angiopati diabetik dan neuropati

diabetik

(17)

3.4. Klasifikasi

Menurut wagner kaki diabetes dibagi menjadi :

1. Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan

pembentukan kalus “claw”

2. Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit

3. Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang

4. Derajat III: abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

5. Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa

selulitis

6. Derajat V: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah (Waspadji,

2007).

3.5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala luka kaki diabetes yaitu:

1. Sering kesemutan.

2. Nyeri kaki saat istirahat.

3. Sensasi rasa berkurang.

4. Kekurangan jaringan (nekrosis).

5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.

6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

(18)

3.6. Penatalaksanaan

Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan

multidisipliner, melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid,

menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu

lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan

bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi

Pengelolaan luka diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu

pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan

yang lebih parah.

4. Pencegahan Luka Kaki Diabetes

Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang

dikembangkan oleh National Institutes of Health dan American Diabetes

Association untuk mencegah terjadinya cidera (Heitzman, 2010), yaitu :

a. Kaki bersih, kering, dan lembut

Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan

sabun dan dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada

atas atau bawah kaki dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari

kaki untuk menjaga kulit tetap kering.

b. Perawatan kulit

Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam

ruangan atau diluar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim

dingin menggunakan kaos kai katun untuk melindungi kulit dari cuaca

(19)

memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastis yang menyebabkan

cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk mencegah

kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

c. Perawatan kuku

Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang

mengalami kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka,

atau memiliki kuku kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau

perawat kesehatan untuk memotong kuku kaki. Memghilangkan kalus

untuk mengurangi tekanan dibawah tulang dan dapat membantu

membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi kemungkinan

pembentukan luka kaki diabetes.

d. Sepatu

Waktu yang tepat klien membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki

membesar. Kaki harus diukur setiap membeli sepatu baru karena struktur

berubah. Kedua bagian sepatu kiri dan kanan, harus dicoba sebelum

membeli. Hindari penggunaan sepatu yang pada bagian jari kakinya yang

sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus

nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan

yang lembut dengan tempat tumit kaku, bantalan dan fleksibilitas pada

bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan lengkungan yang

baik. Sepatu harus diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing,

dan daerah kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk

(20)

terlalu longgar dapat menyebabkan iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan

pada udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan air,

yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.

Adapun menurut smeltzer et al.(2010), tips atau cara melakukan perawatan

kaki adalah :

a. Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim

kesehatan yang memberikan perawatan diabetes.

b. Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka,

lecet, bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk

memeriksa bagian dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.

c. Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan

dengan lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan

tidak memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.

d. Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab

diatas dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.

e. Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus)

f. Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong

kuku jari kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.

g. Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan tanpa alas

kaki, memakai sepatu yang nyaman, cocok, serta yang dapat melindungi

kaki, selalu memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan

(21)

h. Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang

panas, memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.

i. Mempertahankan kelancaran aliran darah ke kaki, meninggikan kaki

ketika duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5

menit, selama 2 atau 3 kali sehari. Jangan menyilangkan kaki dalam

jangka waktu lama, dan tidak merokok.

j. Memeriksa kaki bersama dengan petugas kesehatan untuk menemukan

kemungkinan adanya masalah yang serius, segera beri tahu pemberi

pelayanan kesehatan jika luka, lecet, atau bengkak tidak mulai sembuh

setelah satu hari. Ikuti saran pemberi pelayanan kesehatan mengenai

perawatan kaki, tidak melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai pembuatan aplikasi multimedia mengenai pembuatan dokumentasi yang sifatnya pribadi mengenai salah satu musisi anak negeri yaitu Iwan

PSM may strengthen the positive relationship between personal resources (e.g., optimism and self-effi cacy) and work engagement because public servants with high levels of

[r]

Kata yang dilantunkan oleh Pamaliatn (Dukun) menimbulkan syair-syair yang variatif sehingga terdengar estetis. Selain itu, Pamaliatn juga memperlihatkan kemampuan

Berdasarkan analisis data pada bab terdahulu dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut: (1) kemampuan disposisi matematis

This proposed geospatial modelling approach can be used by city planners to design and visualize various urban scenarios.. Future work can incorporate more

[r]

l developing a transparent view of a market system and of the functions (core transactions, rules and supporting functions) and players within it (Figure 1