• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Pengawasan Terkait Penyimpangan Yang Terjadi Pada Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

22

BAB II

EKSISTENSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

DALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Pengertian Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Badan Koordinasi Penanaman Modal atau yang biasa disingkat BKPM

adalah sebuah badan layanan penanaman modal Pemerintah Indonesia yang

dibentuk dengan maksud untuk menerapkan secara efektif penegakan hukum

terhadap penanaman modal asing maupun dalam negeri. Sebagai penghubung

antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM diberi mandat untuk mendorong

investasi langsung, baik dari dalam maupun luar negeri, melalui penciptaan iklim

investasi yang kondusif24.

BKPM juga bertugas merumuskan kebijakan pemerintah di bidang

penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan ini didirikan sejak

tahun 1973, menggantikan fungsi yang dijalankan oleh Panitia Teknis Penanaman

Modal yang dibentuk sebelumnya pada tahun 1968.

Sebelum tahun 1967, pemerintah Indonesia tidak menaruh perhatian

mendalam pada koordinasi antar lembaga pemerintah terkait penanaman modal

asing. Akhirnya, pada tahun tersebut diberlakukan Undang-Undang Penanaman

Modal Asing yang salah satu isinya adalah membentuk lembaga bernama Badan

Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA). Badan ini bertugas

24

(2)

23

menghubungkan berbagai departemen yanng terkait dengan kegiatan penanaman

modal asing dan memberi nasihat pada Presiden tentang penerapan penanaman

modal tersebut.

Setahun kemudian, sebuah undang-undang mengenai penanaman modal

dalam negeri diterbitkan. Karena satu dan lain hal, BPPMA dibubarkan. Sebagai

gantinya, di akhir tahun 1968, dibentuk sebuah lembaga baru bernama Panitia

Teknis Penanaman Modal (PTPM). Tugasnya adalah mempelajari dan menilai

setiap permohonan penanaman modal di tanah air.

Guna menyempurnakan fungsi lembaga penanaman modal, pemerintah

pun membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal 1973 dan menggantikan

PTPM. Pada masa itu sampai masa pertengahan 1980-an status BKPM adalah

sebagai suatu lembaga pemerintah non-departemen (LPND) yang berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, namun dalam kegiatan teknis

sehari-hari menerima petunjuk dari Menteri Koordinator Ekonomi Keuangan dan

Industri, dan secara administrasi keuangan di bawah koordinasi Menteri atau

Sekretaris Negara (Mensesneg).

Tahun 1985, dengan tetap berstatus LPND, BKPM dipimpin oleh Menteri

Muda Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri atau Ketua Badan

Penanaman Modal dan dua tahun kemudian menjadi Kementerian Negara

Penanaman Modal atau BKPM. Perubahan berikutnya terjadi pada tahun 1992

ketika BKPM dipimpin oleh Menteri Negara Penggerak Dana Investasi, dan

kemudian pada tahun 1998 BKPM menjadi bagian dari Kementerian Negara

(3)

24

hingga saat ini, BKPM kembali menjadi LPND yang dipimpin oleh seorang

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Ditetapkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal pada tahun

2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator

kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah,

pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah dengan pemerintah daerah

maupun pemerintah dserah dengan pemerintah daerah. BKPM juga diamanatkan

sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak adanya

ekonomi biaya tinggi.

Sejarah singkat BKPM terjadi dalam beberapa periode sebagai berikut:

a. Tahun 1967

Dibentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA).

b. Tahun 1968

Pemerintah mendirikan lembaga baru dengan nama Panitia Teknis

Penanaman Modal.

c. Tahun 1973

Pemerintah mendirikan BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis

Penanaman Modal.

d. Tahun 1985

BKPM bergabung dengan Kementrian Peningkatan Penggunaan

Produksi Dalam Negeri.

e. Tahun 1987

(4)

25

f. Tahun 1992

BKPM diubah menjadi Menteri Negara Investasi/Kepala Badan

Koordinasi.

g. Tahun 1997

Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Daftar Negatif Investasi.

h. Tahun 1998

BKPM menjadi bagian dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

i. Tahun 2002

BKPM dipisahkan dari Kementerian BUMN dan statusnya

dikembalikan sebagai lembaga yang berdiri sendiri.

j. Tahun 2004

Diterbitkan keputusan Presiden untuk pembentukan National Single

Window for Investment.

k. Tahun 2007

Dikeluarkan undang-undang investasi terbaru, yaitu Undang-Undang

No. 25 Tahun 2007 yang mengatur tentang perlakuan sama bagi

investor dalam dan luar negeri.

l. Tahun 2010

Bulan Januari diluncurkan Sistem Pelayanan Insormasi dan Perizinan

Investasi secara Elektronik, yaitu suatu sistem online untuk mengurus

perizinan investasi secara online25.

25

(5)

26

Badan Koordinasi Penanama Modal memiliki tujuan sebagai berikut:26

a. Meningkatkan efisiensi investasi di Indonesia. Hal ini mencakup

optimalisasi sumber daya alam sebagai katalisator yang dapat

menciptakan momentum yang diperlukan untuk melaksanakan

program-program menuju pembangunan ekonomi yang lebih besar;

b. Penyaluran investasi ke arah kebutuhan infrastruktur keras maupun

lunak, yang dimaksud dengan infrastruktur keras meliputi jalan raya,

bandara, pelabuhan dan kapasitas pembangkit listrik;

c. Membangun landasan untuk industrialisai. Hal ini menuntut adanya

investasi di bidang pendidikan secara terus menerus untuk

menciptakan angkatan kerja yang berpendidikan dan berkemampuan

tinggi.

d. Penghapusan ketidakpastian dalam kebijakan, termasuk pelaksanaan

prakarsa PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) atau National Single

Window for Investment secara maksimum yang dirancang untuk

menanggulangi masalah ini. Ketentuan hukum tentang insentif fiskal

dan non-fiskal juga perlu diperhatikan untuk menunjang upaya

industrialisasi skala besar ini.

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisai dan tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan,

dan rumah tangga.

26

(6)

27

f. Mendukung pembentukan ekonomi berbasis pengetahuan dengan

mengembangkan lebih lanjut angkatan kerja berpendidikan yang dapat

bersaing secara global. Pada tahap ini BKPM akan berupaya untuk

terus menguatkan perananya untuk memberikan masukan dalam

kebijakan investasi dan penghubung antara investor dengan

pemerintah, baik untuk modal asing maupun domestik.

Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai kewenangan:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara mikro;

c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. Pemberian izin dan pengendalian penaman modal untuk usaha

berteknologi strategis yang mempunyai derajat kecanggihan tinggi

dan berisiko tinggi dalam penerapannya;

e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu perumusan dan pelaksanaan kebijakan

tertentu di bidang penanaman modal.

Visi dan misi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah:

a. Visi:

Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang menarik.

b. Misi:

1) Mendorong terciptanya iklim penanaman modal yang lebih kondusif;

(7)

28

3) Meningkatkan pelayanan, fasilitasi dan advokasi pelaksanaan

penanaman modal.

B. Tugas Dan Wewenang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Diterbitkannya UUPM secara yuridis formil, BKPM diberi otoritas untuk

mengkoordinasikan berbagai hal tentang pengelolaan investasi. Hal ini tentu

menjadi menarik, sebab jika hal ini dapat dijalankan secara optimal maka

prosedur layanan investasi benar-benar dapat dilakukan dalam satu atap.

Konsekuensi lebih jauh adalah jangka waktu layanan dapat lebih dipercepat.

Hanya saja dalam hal ini, pejabat yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas

investasi yang berada di bawah koordinasi BKPM benar-benar pejabat yang diberi

wewenang untuk memutuskan, sebab jika tidak, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam pelayanan satu atap tidak akan memenuhi sasaran. Artinya dicanangkannya

pelayanan satu atap dengan harapan dapat mempermudah layanan investasi.27

Sebagai tindak lanjut dari apa yang dicantumkan dalam Pasal 27 UUPM,

Pemerintah dalam hal ini Presiden sebagai Kepala Pemerintahan pada tanggal 3

September 2007 menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90

Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (PerPres No. 90/2007

Tentang BKPM). Dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa BKPM adalah

Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Presiden; ayat (2) BKPM dipimpin oleh seorang Kepala.

Adapun tugas yang diemban oleh BKPM dijabarkan dalam Pasal 2 PerPres No. 90

Tahun 2007 sebagai berikut: BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

27

(8)

29

kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.28

Mengacu kepada ketentuan di atas semakin tampak, bahwa peran BKPM

dalam menjalankan apa yang diperintahkan dalam UUPM yakni melakukan

koordinasi dengan berbagai instansi terkait dengan investasi. Peraturan Presiden

ini juga menjelaskan bahwa, BKPM selain mengkoordinasikan kebijakan di

bidang investasi, juga memberikan pelayanan. Hal ini berarti, tugas diemban oleh

BKPM cukup signifikan dalam menggerakkan kegiatan investasi.

Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1991 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal,

menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, BKPM menyelenggarakan fungsi:

a. Merumuskan kebijakan penanaman modal dan menyampaikannya

kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan;

b. Melakukan koordinasi perencanaan penanaman modal baik sektoral

maupun regional serta mengadakan sinkronisasi rencana tersebut ke

dalam suatu rencana terpadu dalam rangka Undang-undang Nomor 1

Tahun 1967 dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 maupun yang

diatur di luar Undang-undang Penanaman Modal;

c. Menyusun daftar bidang usaha penanaman modal secara berkala

sebagai pedoman pembangunan sektor-sektor penanaman modal,

dengan memperhatikan pandangan dan bahan-bahan yang

28

(9)

30

disampaikan oleh Departemen/Instansi yang terkait dan Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah;

d. Mengajukan daftar bidang usaha penanaman modal tersebut huruf c

kepada Presiden untuk mendapatkan penetapan dengan Keputusan

Presiden;

e. Mengarahkan penyebaran kegiatan penanaman modal tersebut di

daerah-daerah sesuai dengan kebijakan pembangunan;

f. Menyelenggarakan kegiatan pengkajian dan pengembangan dalam

rangka menyediakan informasi seluas-luasnya mengenai

proyek-proyek penanaman modal;

g. Menyelenggarakan komunikasi, promosi, dan penerangan yang

efektif dengan para penanam modal khususnya dan dunia usaha pada

umumnya;

h. Menilai/mengevaluasi permohonan penanaman modal sesuai dengan

kebijakan dan ketentuan-ketentuan penanaman modal yang berlaku;

i. Mengajukan hasil penelitian/penilaian permohonan penanaman

modal asing kepada Presiden untuk memperoleh keputusan;

j. Memberikan persetujuan permohonan penanaman modal dalam

negeri dan perubahan penanaman modal asing atas Pemerintah

Republik Indonesia;

k. Atas nama Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal

yang bersangkutan, dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang

(10)

31

menerbitkan izin dan keputusan pelaksanaan penanaman modal

sesuai pelimpahan wewenang dari Menteri yang bersangkutan;

l. Menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan serta memberi

petunjuk untuk pemecahan masalah agar pelaksanaan proyek-proyek

penanaman modal berjalan dengan lancar;

m. Menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan proyek penanaman

modal yang telah disetujui Pemerintah bekerja sama dengan Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) dan

Departemen/Lembaga Pemerintah yang terkait, agar sejalan dengan

perizinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

mengenakan sanksi bila terjadi penyimpangan.

Fungsi BKPM seperti yang dijabarkan dalam ketentuan di atas,

menunjukkan bahwa peran BKPM dalam menggerakkan kegiatan investasi cukup

strategis. Oleh karena itu, cukup beralasan, dalam rangka menjalankan fungsi

BKPM tersebut, dibantu oleh sebuah Komite. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 34

PerPres No. 90 Tahun 2007, untuk menggali pemikiran dan pandangan dari

kalangan para pakar, pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat dalam rangka

peningkatan penanaman modal, BKPM dapat membentuk Komite Penanaman

Modal. Tugas Komite Penanaman Modal dijabarkan dalam Pasal 35 yakni

memberikan masukan, saran, pandangan, dan pertimbangan kepada Kepala

BKPM. Keanggotaan Komite Penanaman Modal berasal dari kalangan para pakar,

pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat di bidang penanaman modal29.

29

(11)

32

Peraturan Presiden tentang BKPM ini memberikan wewenang kepada

BKPM untuk membentuk Komite Penanaman Modal, yang secara ex officio

diketuai oleh Kepala BKPM, dengan tujuan untuk menggali pemikiran dan

pandangan dari kalangan pemangku kepentingan (stakeholders) dan tokoh

masyarakat di bidang penanaman modal dalam rangka peningkatan modal.

BKPM memiliki tugas-tugas dasar yaitu:

a. Melakukan studi dan mengevaluasi aplikasi semua instansi (asing dan

domestik) berdasarkan peraturan investasi yang ada dan kebijakan

pembangunan negara pada umumnya;

b. Menyerahkan hasil dari studi dan evaluasi kepada Presiden untuk

disetujui;

c. Mengkoordinasikan penerbitan izin dan semua keputusan yang terkait

dalam proses aplikasi investasi;

d. Memantau pelaksanaan permohonan penanaman modal yang telah

disetujui oleh Presiden. Fungsi ini dilakukan bekerja sama dengan

departemen terkait atau badan-badan pemerintah yang mengawasi

sektor yang dimasukkan oleh investasi yang telah disetujui;

e. Memberikan informasi tentang peluang investasi, kebijakan

pemerintah dan peraturan pada program pembangunan negara;

f. Menangani masalah yang timbul dari pelaksanaan kebijakan investasi,

dan menyediakan fasilitas pada pemerintah dengan rekomendasi

tentang bagaimana untuk mempercepat dan mengamankan aplikasi

(12)

33

buku yang berisi semua informasi yang relevan berkaitan dengan

proses investasi30.

Susunan organisasi BKPM terdiri dari:

a. Kepala;

b. Wakil Kepala;

c. Sekretariat Utama;

d. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal;

e. Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal;

f. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal;

g. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal; dan

h. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

i. Staf Ahli;

j. Pusat Pengolahan Data.31

Untuk menjembatani BKPM dengan sejumlah departemen terkait,

Pemerintah mendirikan sebuah biro investasi di masing-masing departemen untuk

menangani secara khusus dengan investasi dan BKPM. Pada tingkat

regional/provinsi, pemerintah membentuk BKPMD. Keputusan ini didasarkan

pada Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 1973 tentang Pembentukan Lembaga

30

Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, Hlm.49

31

(13)

34

BKPM. Ketua dewan koordinasi investasi daerah (BKPMD) ditunjuk oleh

gubernur provinsi representatif32.

Posisi kepala biro di BKPM dipegang oleh pejabat yang merangkap kepala

biro investasi di departemen terkait33. Hal ini dimaksud untuk mempermudah

koordinasi antara BKPM dan semua departemen terkait.

C. Pengawasan Penanaman Modal oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM)

Joint venture merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang

dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui

usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.34

Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan PMA

sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 huruf (c) UUPM. Berdasarkan Pasal 27

UUPM, maka Pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik

koordinasi antar instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi

Pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar pemerintah daerah.

Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal ini dilakukan oleh BKPM.

BKPM merupakan lembaga independen non-departemen yang bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. Presiden kemudian menetapkan Peraturan Presiden

No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 3

September 2007.

32

Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, Hlm.50

33Ibid 34

(14)

35

Sesuai dengan Pasal 28 UUPM dan Pasal 2 Perpres No. 90 Tahun 2007,

maka BKPM memiliki tugas utama untuk melaksanakan koordinasi kebijakan dan

pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, BKPM

mengeluarkan Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan

Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal pada 23 Desember 2009.

Pengendalian Pelaksanaan Modal ini dimaksudkan untuk melaksanakan

pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman

modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal.

Tujuan dari pengendalian pelaksanaan modal ini adalah agar dapat:

1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi

masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

2. Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan

yang dihadapi oleh perusahaan;

3. Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan

penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan

yang dilakukan oleh perusahaan.

Pengawasan pelaksanaan penanaman modal diatur dalam Pasal 6 huruf (c)

Perka BKPM Nomor 13 Tahun 2009 dilakukan melalui:

1. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman

modal dan fasilitas yang telah diberikan;

2. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan

(15)

36

Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

penanaman modal tersebut adalah:

1. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM)

terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di kabupaten/kota;

2. Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM) terhadap

penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupaten/kota dan

berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan

pemerintahan provinsi;

3. BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi

kewenangan pemerintah;

4. Instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha.

Berkenaan dengan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana disebut di

atas, PDKPM melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan

PDPPM melakukan koordinasi dengan PDKPM dan instansi daerah terkait, di

mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM, PDPPM dan instansi daerah

terkait. BKPM dapat langsung melakukan pemantauan, pembinaan dan

pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah provinsi atau kabupaten/kota, sebagaimana diatur dalam

Pasal 10 Perka BKPM No. 13 Thn 2009. Perka BKPM ini kemudian diubah

dengan Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara

(16)

37

Setiap PT PMA yang melakukan kegiatan joint venture di Indonesia yang

telah mendapatkan Pendaftaran Penanaman Modal dan/atau Izin Prinsip

Penanaman Modal dan/atau Persetujuan Penanaman Modal dan/atau Izin Usaha

wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) secara

berkala kepada Kepala BKPM melalui Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan

Penanaman Modal, Kepala PDPPM dan Kepala PDKPM sebagaimana diatur

dalam Pasal 13 ayat (7) Perka BKPM No. 7 Thn 2010 jo. Pasal 15 ayat (c)

UUPM. LKPM merupakan laporan secara berkala mengenai perkembangan

kegiatan perusahaan dan kendala yang dihadapi penanam modal yang

disampaikan secara online melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Pemberian

Izin Investasi Secara Elektronik pada website http://nswi.bkpm.go.id atau

langsung kepada BKPM dan kepada Badan Penanaman Modal Provinsi serta

Kabupaten/Kota di mana proyek penanaman modal berlokasi.

Metode pelaporan LKPM tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi PT PMA yang masih dalam tahap pembangunan, kewajiban

menyampaikan LKPM menjadi setiap tiga bulanan atau per triwulan yaitu:

a. LKPM triwulan I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan

Maret, disampaikan paling lambat pada 5 April bulan yang

bersangkutan;

b. LKPM triwulan II untuk periode pelaporan April sampai dengan Juni,

(17)

38

c. LKPM triwulan III untuk periode pelaporan Juli sampai dengan

September, disampaikan paling lambat pada 5 Oktober bulan yang

bersangkutan; dan

d. LKPM triwulan IV untuk periode pelaporan Oktober sampai dengan

Desember, disampaikan paling lambat pada 5 Januari tahun

berikutnya.

2. Bagi PT PMA yang telah memiliki izin usaha, memiliki kewajiban

menyampaikan LKPM menjadi per enam bulan atau per semester yaitu:

a. LKPM semester I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan

Juni, disampaikan pada minggu pertama Juli bulan yang

bersangkutan; dan

b. LKPM semester II untuk periode pelaporan Juli sampai dengan

Desember, disampaikan pada minggu pertama Januari tahun

berikutnya.

3. Bagi PT PMA yang memiliki kegiatan penanaman modal lebih dari satu

kabupaten/kota wajib menyampaikan LKPM untuk masing-masing

kabupaten/kota.

4. Bagi PT PMA yang memiliki beberapa bidang usaha wajib merinci realisasi

investasi untuk masing-masing bidang usaha dalam LKPM.

Adanya LKPM ini, maka segala perkembangan realisasi investasi dan

produksi dari PT PMA dapat diawasi oleh BKPM yang kewenangannya

dapat didelegasikan kepada PDKPM atau PDPPM yang terkait. LKPM ini

(18)

39

a. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan

penanaman modal dan fasilitas yang telah diberikan;

b. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan

c. Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman

modal.

Apabila PT PMA tidak menyampaikan kewajiban menyampaikan LKPM,

maka PT PMA dapat dikenakan sanksi administratif di antaranya pencabutan

kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal sebagaimana diatur dalam

Referensi

Dokumen terkait

1) Mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan bekal yang diperoleh selama kuliah. 2) Meningkatkan pemahaman mahasiswa praktikan mengenai model-model, metode dan media

[r]

Website atau Homepage merupakan media terdepan untuk memasuki dunia E-commerce dan memperkenalkan informasi produk yang dijual kepada dunia internasional. Untuk membangun

WALIKOTA SURABAYA.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA. LAPORAN REALISASI

Dengan adanya interface ini diharapkan tidak hanya dapat membantu pengguna awam dalam pengoperasian database dan database administrator dalam mengelola suatu database, tetapi juga

Sedangkan kecamatan dengan kondisi kepadatan mangrove sangat padat (>1500 pohon/ha) yang terluas terdapat di Kecamatan Bangkalan, dengan luas mencapai 104,6 ha..

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran dan prevalensi keluhan gangguan kulit pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, dan