BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Inflamasi adalah respon perlindungan normal tubuh terhadap cedera jaringan yang disebabkan trauma fisik, bahan kimia berbahaya dan agen mikrobiologi(Mycek, 2001). Inflamasi disebut juga dengan peradangan, merupakan respon biologis berupa reaksi vaskuler yang menimbulkan penyaluran cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah menuju ke jaringan-jaringan interstisial di daerah cedera. Inflamasi dibagi dua yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut merupakan respon terhadap rangsangan berbahaya, berlangsung dalam beberapa hari dengan pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin, leukotriendan bradikinin. Tanda klasik pada proses peradangan akut yaitu kemerahan, sakit atau nyeri, pembengkakan dan perubahan fungsi. Inflamasi kronis merupakan respon terhadap rangsangan berbahaya, berlangsung dalam beberapa bulan bahkan menahun dengan pelepasan mediator inflamasi seperti interleukin, interferon , neuropeptida dan sitokin (Endro, 2011).
Obat antiinflamasi utama adalah non steroidal antiinflamatory drugs
klinis(Tellez, 2001).Diklofenak merupakan salah satu dari NSAIDs, memiliki efek samping gangguan lambung, perdarahandan sejumlah kecil ulkus peptik. Obat ini lebih sering dihubungkan dengan peningkatan kadar aminotransferase plasma daripada obat antiinflamasi non steroid lainnya (Mozayani, 2012).Oleh karena itu penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengobatan yang lebih aman terus dikembangkan, salah satunya dengan mengembangkan pemanfaatan tanaman obat.
Temu giring dikenal dengan sukuZingiberaceae. Temu giring memiliki kandungan kimia yaitu minyak atsiri, tannin dan kurkuminoid (Ditjen, POM., 1989). Temu giring merupakan salah satu alternatif tanaman obat-obatan tradisional berupa jamu. Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan yaitu rimpangnya yang mempunyai ciri khusus memanjang serta menyempit pada ujung. Daunnya berwarna hijau pucat serta bunganyaberwarna merah pada bagian pinggir mahkota daun (Hayati, 2003).
atsiri (oleoresin) yang terdapat pada jahe merah merupakan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antiinflamasi (Depkes, RI., 2000).
Berdasarkan adanya kesamaan kandungan kimia dalam satu marga dan suku dengan rimpang temu giring yang berkhasiat sebagai antiinflamasi mendorong peneliti untuk melakukan uji efek antiinflamasi ekstrak etanol rimpang temu giring (EERTG) terhadap tikus jantan yang di induksi larutan λ -karagenan dengan metode paw edema, kontrol positif yaitu natrium diklofenak. 1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah EERTG dapat menghambat radang buatan pada kaki tikus yang
diinduksi dengan larutan λ-karagenan ?
b. apakah EERTG memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak?
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan permasalahan di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
a. EERTG dapat menghambat radang buatan pada kaki tikus yang diinduksi dengan larutan λ-karagenan.
b. EERTG memiliki efek antiinflamasi yang sama dengan natrium diklofenak. 1.4Tujuan
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. efek antiinflamasi EERTG terhadap radang buatan pada kaki tikus yang diinduksi dengan larutan λ-karagenan.
1.5Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat membuktikan kebenaran mengenai efek antiinflamasi dari ekstrak etanol rimpang temu giringsehingga dapat dianjurkan pemakaiannya kepada masyarakat dan menambah inventaris tanaman obat Indonesia.
1.6Kerangka Konsep Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat Parameter
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Suspensi EERTG
dosis 5 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 25 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 125 mg/kg bb Suspensi EERTG dosis 625 mg/kg bb Suspensi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kg bb
Suspensi natrium karboksi metil selulosa konsentrasi 0,5%
Tikus sehat Efekantiinflamasi
λ-karagenan 1%