• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Konteks Masalah

Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia termasuk Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, ras, kepercayaan dan sebagainya tidak saja akan menjadikan masyarakat dengan potensi gangguan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi penyakit psikis berupa stress berat, depresi, skizoprenia dan sejumlah problem sosial dan spiritual lainnya. Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental atau psikis di kalangan masyarakat saat ini dan akan datang, akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya komunitas profesi psikologi dan keperawatan (Rasmun, 2001: 14).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan pada tahun 2013 disetiap provinsi yang ada Indonesia, ditemukan bahwa rumah tangga (RT) yang menjawab memiliki anggota rumah tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.655, terdiri dari 1.588 rumah tangga dengan 1 orang ART, 62 RT memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3 ART, dan 1 RT dengan 4 orang ART yang mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 1.728 orang. Dari hasil riset tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki masalah yang cukup serius dalam kesehatan jiwa penduduk dan perlu perhatian yang serius untuk mencari pemecahan masalah dan pencegahan lebih lanjut pada peningkatan angka gangguan jiwa penduduk di Indonesia.

(2)

sebanyak 13.015 pasien yang berkunjung, rinciannya adalah 11.683 pasien rawat jalan dan rawat inap sebanyak 1.332 sedangkan, tahun 2015 mencapai 16.113orang. Jumlah tersebut terbagi dalam 2.214 orang pasien rawatinap dan 13.899 orang rawat jalan. www.medanbisnisdaily.com/.../usia-produktif-dominasi-pasien-rs-jiwa/

Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal, pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa, seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan.

Yosep dalam (Damaiyanti, 2008:64) menyatakan, dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi kedalam dua golongan yaitu: Gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala, yang terpenting di antaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan, takut pikiran-pikiran dan sebagainya. Seseorang yang terkena neurosa masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan orang yang terkena psikosa tidak memahami kesukaran-kesukarannya, kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan motivasinya sangat terganggu), tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.

(3)

Keberagaman masalah gangguan jiwa pada pasien menuntut perawat harus memiliki keterampilan dalam mengatasi pasien dengan masalah yang berbeda-beda, khususnya keterampilan dalam berkomunikasi. Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam keperawatan. Perawat perlu menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, peran komunikasi yang sangat dibutuhkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien

Perkembangan ilmu komunikasi sangat pesat, salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi professional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Komunikasi kesehatan dalam hal ini adalah komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan dan pemulihan pasien (Damaiyanti, 2008:11). Dalam komunikasi terapeutik terdapat tahap-tahap komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dalam membantu pasien dalam proses penyembuhan dari mulai tahap prainteraksi, tahap perkenalan/orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Komunikasi terapeutik termasuk dalam komunikasi antarpribadi dimana komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi inti yang dilakukan oleh perawat dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dan pasien.

(4)

membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.

Komunikasi terapeutik bisa dilakukan tim medis yaitu dokter, perawat, ataupun bidan. Dalam penelitian ini peneliti memilih perawat sebagai informan sebab menurut Gaffar (1999:05) perawat adalah salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi dengan pasien secara langsung. Walaupun demikian hingga saat ini masih banyak pasien atau bahkan keluarga pasien yang mengesampingkan atau bahkan memandang rendah profesi perawat. Padahal perawat paling banyak berhubungan dengan pasien.

Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat, dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.

(5)

jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental masyarakat dimana pasien berada (American Nurses Associattions).

Dalam melayani pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui tujuan komunikasinya pada pasien jiwa yaitu seorang perawat harus bisa memahami pasien, berusaha menggali perilaku pasien, perlu memberi pujian kepada pasien, dan dapat memperoleh informasi tentang pasien. Pertama perawat akan memperkenalkan dirinya kepada pasien dengan sikap terbuka, kemudian perawat membuka komunikasi dengan pasien dan juga melakukan penyesuaian lingkungan.

Beragam masalah diatas sangat menguji keprofesionalan seorang perawat dalam melakukan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Sikap dan perilaku pasien yang berbeda-beda dengan masalah yang di alami pasien mengharuskan perawat lebih terampil dalam melakukan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik perawat yang mengarahkan dalam proses perawatan, pemulihan dan kesembuhan pasien. Perawat harus dapat menangani pasien untuk dilakukannya tindakan medis berupa pemberian obat maupun terapi jiwa.

(6)

akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Keempat, fase terminasi yaitu akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien. Dari proses komunikasi terapeutik ini perawat akan lebih mudah menjalin hubungan percaya dengan pasien untuk membantu proses penyembuhan maupun pemulihan jiwa pasien.

Tenaga ahli dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit jiwa Bina Karsa Medan ini terdiri dari dokter spesialis jiwa, dokter umum, psikolog dan perawat. Perawat disini memiliki proporsi terbesar dalam melayani pasien secara berkesinambungan guna mencapai visi dan misi rumah sakit jiwa Bina Karsa Medan, namun dalam hal ini perawat bekerja tidak lepas dari arahan dokter dalam keperawatan jiwa pasien. Peneliti memilih perawat sebagai informan untuk membatasi masalah dalam penelitian.

Dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya proses komunkasi terapeutik perawat dalam pemulihan pasien di rumah sakit jiwa Bina Karsa Medan. Melihat bahwasanya proses komunikasi terapeutik yang tidak mudah dilakukan perawat dengan masalah pasien yang berbeda-beda.

1.2Fokus masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana komunikasi terapeutik perawat dalam pemulihan pasien di rumah sakit jiwaBina Karsa Medan?” Secara mikro masalah yang ingin diteliti adalah:

1. Bagaimana proses komunikasi terapeutik perawat dalam pemulihan pasien di rumah sakit jiwaBina Karsa Medan ?

2. Apa manfaat komunikasi terapeutik dan pelayanan perawat kepada pasien? 3. Apa hambatan dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik yang dirasakan oleh perawat dalam pemulihan pasien?

1.3Tujuan Penelitian

(7)

1. Untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik perawat dalam pemulihan pasien di rumah sakit jiwa Bina Karsa Medan

2. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik dan pelayanan perawat

kepada pasien

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat kepada pasien

1.4 Manfaat Penelitian

1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas pengetahuan dan dapat bermanfaat khususnya bagi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi dan umumnya bagi semua pihak yang ingin mengetahui atau tertarik dengan hasil penelitian ini.

2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta diharapkan mampu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai komunikasi terapeutik antara perawat jiwa dan pasiennya.

3 Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat untuk membantu penyembuhan pasien dan meningkatkan keterampilan

Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat kita ketahui metode komunikasi terapeutik di Rumah sakit Jiwa provinsi Jabar yang dilakukan oleh perawat

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalani hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah illegal,

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalani hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah illegal,

(Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik terhadap perilaku perawat saat berkomunikasi dengan pasien di RSUD

Korelasi variable Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Keluarga ODGJ Komunikasi Terapeutik Perawat Kepuasan Keluarga ODGJ  Puas Cukup Puas Total n % n % n %