BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian dan Fungsi Bank
Menurut Crosse dan Hemple (dalam Rivai, 2012:1), bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik. Sementara itu, menurut Perry (dalam Rivai, 2012:1), bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit, dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali.
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2013:6) pada intinya bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan kembali taraf hidup rakyat banyak. Hal itu sesuai dengan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998, yang menjelaskan pengertian bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan memiliki kegiatan pokok dengan 3 (tiga) fungsi pokok, yaitu sebagai berikut.
c. Melaksanakan berbagai jasa dalam kegiatan perdagangan dan pembayaran dalam negeri maupun luar negeri, serta berbagai jasa lainnya di bidang keuangan.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:9), secara lebih spesifik fungsi bank dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Bank sebagai Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, dan debitur akan mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Fungsi Bank sebagai Agent of Development
bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Fungsi Bank sebagai Agent of Services
Fungsi bank sebagai agent of services adalah lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
2.2Perbedaan Bank Swasta dengan Bank Pemerintah
nantinya, dimana manajemen merupakan pihak yang akan menentukan keberhasilan bank tersebut melalui keputusan-keputusan yang mereka ambil (Meitasari, 2014).
Berdasarkan Ikatan Bankir Indonesia (2013:8), perbedaan antara bank swasta dengan bank pemerintah menyangkut aspek pendiriannya, dimana bank swasta adalah bank yang didirikan dan menjalankan usaha golongan pengusaha tertentu setelah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan, sedangkan bank pemerintah adalah bank yang hanya dapat didirikan berdasarkan undang-undang.
2.3Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank (Jumingan, 2005:239). Jika dikaitkan dengan keuangan, maka kinerja merupakan hasil yang dicapai dari input finansial yang telah digunakan menghasilkan output. Diharapkan dari sumber dana tersebut dapat digunakan secara optimal sesuai dengan proporsinya untuk digunakan mencapai tujuan perusahaan secara umum adalah untuk menghasilkan laba bagi perusahaan (Muqorobin dan Nasir, 2009).
Kinerja bank merupakan hal yang penting karena merupakan cerminan dari kemampuan bank dalam mengelola aspek permodalan dan asetnya dalam mendapatkan laba, serta implikasi dari fungsi bank sebagai intermediary dimana likuiditas bank diukur berdasarkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat dibanding dana yang diberikan oleh pihak ketiga. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian Indonesia di sektor perbankan mengalami keadaan yang pasang surut (Octaviyanty, 2013). Kesulitan keuangan jika tidak ditangani dengan baik dapat memaksa pemilik untuk menambah setoran dana ke dalam perusahaan atau malah merelakan menutup perusahaannnya. Melalui manajemen keuangan yang baik diharapkan bank dapat meningkatkan kinerja keuangannya dalam setiap kondisi ekonomi (Afriyeni, 2008).
Dengan kinerja yang baik, bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para nasabah (agent of trust). Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak di bidang keuangan atau finansial sangat membutuhkan kepercayaan dari para nasabah tersebut guna mendukung dan memperlancar kegiatan yang dilakukannya. Lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh bank akan sangat mendukung dalam mencapai kesejahteraan para stackholder dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Sukarno, 2006).
2.4Laporan Keuangan Bank
tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami, dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antarperusahaan sejenis.
Laporan keuangan pada perusahaan mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan (Sugiono dan Untung, 2008:3).
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan, dan pengikhtisaran semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di perusahaan. Laporan keuangan bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat karena laporan keuangan memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, maka seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya (Syahyunan, 2013:35).
adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), laporan keuangan perbankan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, mengetahui perkembangan perbankan dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional dan penyusunan rencana kerja anggaran bank, dan memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan sehingga dapat diadakan perbaikan di masa yang akan datang.
Menurut Siamat (2005:367-371) salah satu aspek penting dalam pencapaian tata kelola perusahaan yang baik dalam perbankan Indonesia adalah transparani kondisi keuangan bank kepada publik. Adanya transparani diharapkan dapat meningkatkan kepercayan publik terhadap lembaga perbankan nasional. Dalam rangka peningkatan transparani kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari:
a. Laporan tahunan, yaitu laporan lengkap mengenai kinerja suatu bank dalam kurun waktu satu tahun.
c. Laporan keuangan publikasi bulanan, yaitu laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan keuangan konsolidasi. Bank Indonesia dapat menetapkan tambahan cakupan perusahaan yang laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan keuangan bank. Penyertaan bank yang mengakibatkan timbulnya pengendalian namun hanya bersifat sementara, dapat dikecualikan dari penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
2.5Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sugiono dan Untung (2008:56) yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya (Syahyunan, 2013:91).
Analisis rasio keuangan dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan (Usman, 2003).
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan perbandingan antara selisih modal dan harta tetap (equity capital-fixed assets) dengan pinjaman macet (estimated risk in loans). CAR digunakan untuk mengukur kemampuan dana internal menutup kredit macet. Semakin besar nilai rasio ini, semakin baik performa perkreditan cabang tersebut karena semakin besar dana yang tersedia untuk menutup kredit macet (Rivai, 2012:306).
Tabel 2.1
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat CAR
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4
Peringkat 5
Rasio
KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan
Rasio
KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan
Rasio KPMM lebih tinggi secara marginal
dibandingkan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan Sumber: SEBI No. 6/23/PDNP/Tahun 2004
2. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kualitas aktiva kredit yang jika kolektibilitasnya kurang lancar, diragukan dan macet dari kredit secara keseluruhan, maka bank tersebut mengalami kredit bermasalah (Maharani, 2012). Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang berhubungan dengan aktiva produktif bermasalah. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah (Octifane, 2014).
Tabel 2.2
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat NPL
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Sangat baik
atau rasio NPL<2%
Baik atau rasio berkisar antara
2%-5%
Cukup baik atau rasio berkisar
antara 5%-8%
Kurang baik atau rasio berkisar
antara 8%- 12%
Tidak baik atau rasio
NPL>12%
3. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Maharani, 2012).
Tabel 2.3
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat ROA
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Perolehan
laba sangat tinggi atau rasio
ROA>1,5%
Perolehan
laba tinggi atau rasio berkisar
antara 1.25%-1,5%
Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio berkisar antara 0,5%-1,25%
Perolehan
laba bank rendah, atau rasio berkisar antara 0-0,5%
Bank mengalami kerugian
yang besar atau
ROA≤0% Sumber: SEBI No. 6/23/PDNP/Tahun 2004
4. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) dapat diperbesar di samping meningkatkan jumlah penjualan perusahaan dan dapat pula ditempuh melalui pengubahan struktur finansial perusahaan, yaitu dengan cara menambah kredit dalam membelanjai kegiatan-kegiatan perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang lebih menekankan keamanan dalam sistem pembelanjaannya cenderung memperoleh ROE yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang lebih banyak menggunakan kredit dalam membelanjai kegiatan-kegiatannya (Purba, 2002:118-119).
Tabel 2.4
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat ROE
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Perolehan
laba sangat tinggi, atau ROE>15%
Perolehan laba tinggi, atau rasio berkisar
antara 12,5%-15%
Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio berkisar antara 5%-12,5%
Perolehan
laba bank rendah, atau rasio berkisar antara 0%-5%
Bank mengalami kerugian yang besar, atau
ROE≤0% Sumber: SEBI No. 6/23/PDNP/Tahun 2004
5. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Tabel 2.5
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat BOPO
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
Tingkat efiiensi sangat baik atau rasio BOPO≤94
Tingkat efiiensi cukup baik atau atau rasio berkisar antara 95%-96%
Tingkat efisiensi
buruk atau atau rasio berkisar
antara 96% -97%
Tingkat efisiensi
sangat buruk atau rasio BOPO>97%
Sumber: SEBI No. 6/23/PDNP/Tahun 2004
6. Net Interest Margin (NIM)
Rasio Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih dari kegiatan operasional bank. Untuk perhitungan pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara pendapatan bunga dan beban bunga, sedangkan untuk aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (Maharani, 2012).
Tabel 2.6
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat NIM
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Margin
bunga bersih sangat
tinggi, atau NIM>3%
Margin
bunga bersih tinggi, atau rasio berkisar antara 2%-3%
Margin bunga bersih cukup tinggi atau rasio berkisar
antara 1,5%-2%
Margin
bunga bersih rendah, atau rasio berkisar antara 1%-1,5%
Margin
bunga bersih sangat
rendah, atau NIM≤1%
Sumber: SEBI No. 6/23/PDNP/Tahun 2004
7. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya atau dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit. Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas suatu bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Rivai, 2012:153).
Tabel 2.7
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat LDR
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 50%<Rasio
Rasio >120%
8. Posisi Devisa Neto (PDN)
Rasio Posisi Devisa Netto (PDN) dapat didefinisikan sebagai rasio yang menggambarkan tentang perbandingan antara selisih aktiva valas dan passiva valas ditambah dengan selisih bersih off balance sheet dibagi dengan modal, selain itu dapat pula diartikan sebagai angka yang merupakan penjumlahan dari nilai abosolut untuk jumlah dari selisih bersih aktiva dan passiva dalam neraca untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif untuk setiap valas, yang semuanya dinyatakan dalam rupiah (Mayasari dan Setiawan, 2013).
Semakin rendah Posisi Devisa Netto (PDN), maka semakin baik pula risiko dalan memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar (Maharani dan Afandy, 2012).
Tabel 2.8
Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat PDN
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
Tidak ada pelanggara n rasio PDN.
Pernah melakukan pelanggaran, pelanggaran tersebut telah
diselesaikan pada masa triwulanan penilaian.
0%<pelanggaran rasio PDN<10%
Frekuensi pelanggaran rendah.
10%<pelang garan rasio PDN<25%
Frekuensi pelanggaran cukup tinggi.
Pelanggaran rasio
PDN≥25%
Frekuensi pelanggaran tinggi.
2.6Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang dapat dijadikan sebagai penelitian terdahulu untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Purwoko dan Sussanto (2008) melakukan penelitian yang dengan judul “Perbandingan Kinerja antara Bank Pemerintah dan Bank Swasta Periode 2001-2006” menggunakan uji Mann-Whitney untuk menganalisis perbedaan CAR antara bank pemerintah dan bank swasta membuktikan bahwa tidak ada perbedaan nyata kinerja rasio CAR antara bank pemerintah dan bank swasta. Sedangkan pada hasil uji beda rata-rata NIM, ROE, dan ROA antara bank pemerintah dan bank swasta membuktikan bahwa NIM, ROE, dan ROA bank pemerintah dan bank swasta tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
2. Farazi et al. (2011) melakukan penelitian yang dengan judul “Bank Ownership and Performance in The Middle East and North Africa Region” membuktikan bahwa terdapat perbedaan pada ROA, ROE, total aset dan pinjaman antara bank swasta dan bank pemerintah. Bank swasta memiliki ROA dan ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank pemerintah, tetapi bank-bank pemerintah memiliki aset total lebih tinggi dari bank-bank swasta. Bank pemerintah lebih efisien dalam biaya dibandingkan dengan bank swasta. 3. Kapur dan Gualu (2012) melakukan penelitian yang dengan judul “Financial
likuiditas, tidak ada perbedaan yang diamati antara bank swasta dan bank pemerintah.
4. Jamaluddin (2012) melakukan penelitian yang dengan judul “Perbedaan Kinerja Keuangan pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta” dengan menggunakan uji normalitas membuktikan bahwa nilai K-S variabel ROA, CAR, NIM, LDR, dan NPL berdistribusi normal. Pada uji t dua sampel bebas membuktikan bahwa terdapat perbedaan nyata variabel ROA antara kinerja keuangan bank pemerintah dengan keuangan bank swasta, sedangkan untuk variabel CAR, LDR, dan NPL membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata kinerja keuangan variabel CAR, LDR, dan NPL antara bank pemerintah dengan bank swasta.
5. Agustin et al. (2013) melakukan penelitian yang dengan judul “Financial Performance and Ownership Structure: A Comparison Study between Community Development Banks, Government Banks and Private Banks in Indonesia” membuktikan bahwa bank pembangunan daerah memiliki ROA lebih baik dibandingkan bank pemerintah dan bank swasta. Dalam hal ROE, bank pemerintah memiliki ROE tertinggi tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan bank pembangunan daerah. ROE, baik bank pembangunan daerah maupun bank pemerintah, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan bank swasta.
Sample T-Test membuktikan bahwa bank swasta lebih efisien dibandingkan dengan bank pemerintah.
7. Maharani dan Afandy (2014) melakukan penelitian yang dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Bank Swasta di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2012” menggunakan rasio LDR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, dan PDN dengan teknik uji beda dua mean (Pair Sample T-Test) membuktikan bahwa dari ketujuh rasio keuangan yang diteliti hanya satu rasio keuangan yang signifikan artinya terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dengan bank swasta, yaitu rasio NIM.
Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
No
Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
1. Agustinus Kinerja antara Bank
Pemerintah dan
Bank Swasta Periode
2001-2006
Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Net
Interest Margin (NIM), Return on Equity (ROE), dan Return on Assets (ROA).
1. Analisis Deskriptif 2. Analisis
Korelasi bank swasta dan bank pemerintah mengalami
fluktuasi, hanya
NIM bank
pemerintah yang mengalami peningkatan.
2. Rata-rata CAR,
NIM, ROE, dan ROA yang dicapai
pemerintah tidak berbeda dengan yang dicapai bank swasta.
2. Subika
Farazi, Erik Feyen, dan North Africa Region
Profitability, Efficiency, Asset
Allocation, and Asset Quality
1. T-Test 2. Wilcoxon
RanksumTest
3. Terdapat
perbedaan pada ROA, ROE, total
aset dan
pinjaman pada
bank swasta dan bank pemerintah.
4. Bank swasta
memiliki ROA
dan ROE yang lebih tinggi dibandingkan
Lanjutan Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
No
Hasil Penelitian
3. Deepak Asset Quality, Liquidity and Capital
kualitas aset dan kinerja kecukupan modal yang lebih baik dibandingkan dengan bank pemerintah.
2. Bank pemerintah
lebih baik dalam
langkah-langkah manajemen biaya. 3. Dalam hal likuiditas,
tidak ada perbedaan yang diamati antara
bank swasta dan
bank pemerintah.
4. Jamaluddi
n (2012) dengan Bank Swasta
Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Return on Assets (ROA), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Net
Interest Margin (NIM), Loan to
Dari kelima variabel pengukur kinerja
terbukti hanya ROA
yang menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan kinerja
keuangan bank pemerintah. Structure: A Comparison Study between Community Development Banks, Government Banks and Private Banks in Indonesia
Profitability, Capital
Structure, Bank Risk,
Efficiency, Size, and Deposits
Independent T-test
1. ROA, equity,
deposits, dan liquid bank swasta lebih tinggi dibandingkan dengan bank pemerintah.
Lanjutan Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu
No
Hasil Penelitian
6. J.M.R.
Ownership and Size Influence Bank
Efficiency? Evidence from Sri Lanka Banking Sector
Assets, Advances, Deposits, CAR,
Non-Bank swasta lebih efisien dibandingkan
dengan bank pemerintah.
7. Vivi Putri
Maharani dan Chairil Afandy
Pemerintah dan Bank Swasta di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2008-2012
Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Net Interest Margin (NIM),
dan Posisi
Devisa Neto (PDN)
Pair Sample T-Test
1. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dan bank swasta ditinjau dari rasio LDR, NPL, ROA, dan PDN.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta ditinjau dari rasio NIM. Bank Devisa BUMN dan Bank Devisa Swasta pada Tahun 2006-2011
Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return Deposit Ratio
(LDR)
1. Statistik Deskripti f, 2. Paired
Sample T-test 3. Wilcoxon
Signed Rank-Test
4. Tidak terdapat
perbedaan CAR yang signifikan pada bank devisa BUMN dan bank devisa swasta. 5. Terdapat perbedaan
ROA, ROE, dan
LDR yang signifikan pada Bank devisa BUMN dan bank
devisa swasta.
5.7Kerangka Konseptual
(CAR) mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko (Meliyanti, 2012). Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yag berbeda (Sukarno, 2008). Return on Assets (ROA) mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden (Meliyanti, 2012). Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Sukarno, 2008). Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih (Rivai, 2012:481). Loan to Deposit Ratio (LDR) menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Meliyanti, 2012). Posisi Devisa Neto (PDN) digunakan agar bank selalu menjaga keseimbangan posisi antara sumber dana valas dan penggunaan dana valas (Maharani dan Afandy, 2014).
bank swasta. Maharani dan Afandy (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta ditinjau dari rasio NIM. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad et al. (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ROA, ROE, dan LDR yang signifikan pada bank pemerintah dengan bank devisa swasta. Octivane et al. (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja bank swasta dan bank pemerintah pada rasio CAR, NPL, ROE, BOPO, dan LDR.
≠
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 5.8Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), Return on
Rasio Kinerja Bank Swasta:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
2. Non Performing Loan (NPL) 3. Return on Asset (ROA) 4. Return on Equity (ROE) 5. Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
6. Net Interest Margin (NIM) 7. Loan to Deposit Ratio (LDR) 8. Posisi Devisa Neto (PDN)
Rasio Kinerja Bank Pemerintah:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
2. Non Performing Loan (NPL) 3. Return on Asset (ROA) 4. Return on Equity (ROE) 5. Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)