• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2005).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PTPN II Tanjung Garbus Pagar Merbau dengan alasan :

1. Tingginya potensi bahaya kecelakaan kerja yang dapat ditimbulkan khususnya dibagian pengolahan pada PTPN II Tanjung Garbus Pagar Merbau berdasarkan survei pendahuluan.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret s/d Juli 2017

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(2)

Tabel 3.1 Jumlah Pekerja pada Masing-Masing Stasiun di Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau

Nama Stasiun Jumlah Pekerja per stasiun (orang) Loading (penerimaan

buah)

5

Transfer Belakang 4

Perebusan 2

Transfer Depan 4

Housting Crane 2

Press 2

Kernel 2

Boiler 6

Power house 2

Klarifikasi 3

Total 32

3.3.2. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu sebanyak 32 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Diperoleh melalui observasi langsung terhadap pemakaian APD pada tenaga kerja dan kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja terhadap penggunaan APD.

3.4.2. Data Sekunder

(3)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari :

1.Variabel independen adalah : Pengetahuan, sikap, kenyamanan APD, komunikasi, Lingkungan Sosial (hubungan pekerja), dan kondisi APD. 2.Variabel dependen adalah perilaku penggunaan APD.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi variabel akan memberikan atau menuntun arah peneliti untuk memenuhi unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tenaga kerja tentang Alat Pelindung Diri

2. Sikap persepsi atau tanggapan tenaga kerja sehubungan dengan penggunaan APD

3. Kenyamanan APD adalah perasaan yang dirasakan tenaga kerja pada saat bekerja menggunakan alat pelindung diri

4. Komunikasi adalah proses interaksi antar individu atau individu dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi perilaku karyawan

5. Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) adalah peran atau dukungan sosial baik dari sesama karyawan maupun dari perusahaan itu sendiri terhadap pemakaian APD.

(4)

7. Perilaku penggunaan APD adalah tindakan dimana pekerja menggunakan atau tidak menggunakan APD yang tersedia di tempat kerja saat bekerja

3.6. Metode Pengukuran

1. Pengetahuan pada pekerja di bagian pengolahan diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Untuk setiap jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0.

skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

1. baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 51%-100% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 6-10.

2. Kurang baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 0%-50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 0-5 (Febryanti Dranica, 2014)

Skala : Ordinal

2. Sikap pada pekerja di bagian pengolahan diukur melalui 8 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan 1,2, 3, 4) diberi nilai : 1. jawaban Setuju : 1

(5)

b. Untuk pertanyaan Negatif (pertanyaan 5, 6,7, 8) diberi nilai : 1. jawaban Setuju : 0

2. jawaban Tidak setuju : 1

dengan demikian mempunyai jumlah nilai 8. skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD yaitu sikap dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. baik apabila menjawab dengan benar 60% - 100% atau jumlah nilai ≥ 5 2. Kurang baik apabila menjawab dengan benar 0% - 59% atau jumlah

nilai < 5

Skala : ordinal

3. Kenyamanan penggunaan APD diukur melalui 8 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk pertanyaan Positif (pertanyaan 2, 3, 4, 8) diberi nilai : 1. jawaban Ya : 1

2. jawaban Tidak : 0

b. Untuk pertanyaan Negatif (pertanyaan 1, 5, 6,7 ) diberi nilai : 1. jawaban Ya : 0

2. jawaban Tidak : 1

(6)

1. Nyaman, jika menjawab dengan benar 60% - 100% atau jumlah nilai ≥ 4

2. Kurang nyaman, jika menjawab dengan benar 0% - 59% atau jumlah

nilai < 4

Skala : ordinal

4. Komunikasi diukur melalui 5 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. jawaban Ya : 1 b. jawaban Tidak : 0

dengan demikian mempunyai jumlah nilai 5. skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD yaitu komunikasi dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Baik, jika menjawab dengan benar 80% - 100% atau jumlah nilai ≥ 4 2. Kurang baik, jika menjawab dengan benar 0% - 75% atau jumlah nilai

< 4

skala : ordinal

5. Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) diukur melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. jawaban Ya : 1 b. jawaban Tidak : 0

(7)

penggunaan APD yaitu hubungan pekerja dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Baik, jika menjawab dengan benar ≥ 50% dari total skor atau jumlah nilai ≥ 2

2. Kurang baik, jika menjawab dengan benar < 50% dari total skor atau

jumlah nilai < 2 (Febryanti Dranica, 2014)

skala : ordinal

6. Kondisi APD diukur melalui 7 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. jawaban Ya : 1 b. jawaban Tidak : 0

dengan demikian mempunyai jumlah nilai 7. skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD yaitu kondisi APD dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Baik, jika menjawab dengan benar 70% - 100% atau jumlah nilai ≥ 4 2. Kurang baik, jika menjawab dengan benar 0% - 69% atau jumlah nilai

< 4

(8)

7. Perilaku Penggunaan APD didapat melalui lembar observasional dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Menggunakan 2. Tidak Menggunakan

Perilaku Penggunaan APD dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

1. Menggunakan, apabila pekerja menggunakan dua atau lebih APD yang telah disediakan oleh perusahaan

2. Tidak Menggunakan, apabila pekerja tidak menggunakan dua atau lebih alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan oleh perusahaan

Skala : Nominal

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

(9)

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen menggunakan uji chi-square. Uji statistic dengan uji chi-square dimanfaatkan untuk menghubungkan variabel kategorik. Jika Pvalue ≤ nilai α (0,05) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika Pvalue ≥ nilai α (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Apabila nilai uji chi square tidak memenuhi maka dilanjut dengan melihat hasil dari Fisher’s Exact Test. Adapun persamaan chi-square adalah sebagai berikut :

�� � �� �ℎ� − �� � �2 0− �

2

� Keterangan :

X² : Chi Square :

0 : Nilai Observasi (yang diamati)

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) termasuk salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada awalnya perusahaan ini dikuasai oleh satu maskapai milik negara Belanda yang ruang lingkup usahanya terbatas pada sektor perkebunan, yaitu perusahaan Veringe Deli My (VDM). VDM ini terkenal dalam mengusahakan Belanda kepada bangsa Indonesia, perusahaan ini berganti nama menjadi NV Deli maskapai (MOAT CHAPPY) yang berkantor pusat di Medan. Lalu, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan diganti namanya menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Tembakau Deli (PPN TD-I).

Pada tahun 1968 nama perusahaan ini diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN-II) berdasarkan instruksi Presiden. PPN–II merupakan gabungan dari PPN TD-I dengan beberapa kebun TD-II dan TD-III. Pada tanggal 1 April 1974 terjadi peralihan dari PPN-II kepada PTP IX sekaligus diadakan keorganisasian berdasarkan dari tingkat direktur, staf dan karyawan.

(11)

Pabrik PKS Pagar Merbau ini direncanakan berdiri tahun 1974 oleh direksi PTP IX. Pembangunan pabrik dimulai dengan kapasitas 30 Ton TBS/jam yang semula direncanakan 50 Ton TBS/jam pada tahun 1975. Akhir November 1976 pembangunan pabrik selesai dilakukan. Sebagai langkah awal, dilakukan trial run, pemanasan perlahan – lahan, individual tes dan pembersihan. Awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur-angsur. Pada awal Februari 1977 pabrik mencapai kapasitas penuh (30 ton TBS/jam) dan dilanjutkan dengan commisioning pada akhir Februari 1977.

Bapak Presiden Republik Indonesia, Soeharto meresmikan secara simbolis Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau pada tanggal 4 April 1977 dengan penandatanganan prasasti di perkebunan Adolina PTPN IV. Pembangunan second line (instalasi kedua) secara bertahap dimulai tahun 1983 dalam usaha pabrik ini meningkatkan kapasitas pabrik dari 30 ton TBS/jam menjadi 50 ton TBS/jam. Pembangunan second line ini selesai tahun 1985.

(12)

4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

PKS Pagar Merbau bergerak dalam bidang pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi minyak kelapa sawit. Adanya peningkatan permintaan akan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah membuka peluang usaha untuk pengembangan industri hilir.

Untuk pemasaran produk, PKS Pagar Merbau memasarkan produknya dengan cara melakukan penjualan secara partai besar. Penjualan secara partai besar ini dilakukan oleh kantor pemasaran bersama yang bekerja sama dengan pusat pelelangan CPO Nasional di Jakarta.

4.1.3 Lokasi Perusahaan

Lokasi pabrik kelapa sawit Pagar Merbau terletak diantara kota Lubuk Pakam dan desa Galang. Lokasi pabrik ini dari kota Lubuk Pakam berjarak sekitar 4 km menuju desa Pagar Merbau III Kecamatan Lubuk Pakam Kabupataen Deli Serdang. Jarak tempuh dari kota Medan untuk mencapai pabrik ini adalah sekitar 19 km.

4.1.4 Daerah Pemasaran

Hasil – hasil produksi seluruh PTPN yang bernaung dalam koordinator wilayah I, pemasarannya dikelola oleh kantor pemasaran bersama (KPB). Daerah pemasaran hasil produksi perkebunan yang dikelola oleh KPB dapat dibagi dua, yaitu daerah pemasaran dalam negeri dan daerah pemasaran luar negeri.

(13)

Perdagangan. Jadi, pemasaran CPO dari PKS Pagar Merbau dikelola oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

PKS Pagar Merbau berada dibawah naungan PTPN II yang berpusat di tanjung morawa. Jadi semua hasil pengolahan dari pabrik ini yang akan dikirim ke KPB harus melalui perintah dari Kantor Direksi (Kandir). Pelanggan yang akan membeli CPO dan inti sawit berurusan dengan Kantor Direksi (Kandir) Tanjung Morawa dan nantinya pihak Kandir yang akan memerintahkan kepada PKS Pagar Merbau untuk mengeluarkan produksinya sebanyak yang dibutuhkan pelanggan.

4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan.

(14)

4.1.6 Proses Pengolahan

Adapun tujuan dari proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) di PTPN II PKS Pagar Merbau adalah untuk memperoleh minyak sawit mentah dan inti yang berkualitas. Proses pengolahan yang terjadi di pabrik ini akan menghasilkan dua jenis produk, yaitu:

a. Crude Palm Oil / CPO (minyak sawit), yang berasal dari hasil pengolahan daging buah.

b. Palm Karnel / PK (inti sawit), yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji (Nut).

Proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi minyak dan inti sawit di PKS Pagar Merbau secara garis besar dibagi atas 10 stasiun, yaitu: stasiun penerimaan buah, stasiun transfer belakang, stasiun perebusan, stasiun transfer depan, stasiun housting crane,, stasiun pengepresan, stasiun pengolahan biji, stasiun boiler, stasiun power house dan stasiun klarifikasi.

1. Stasiun Penerimaan Buah (Loading Ramp Station)

Hasil panen TBS dari tiap afdeling diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Lalu dilakukan penimbangan buah untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan jembatan timbang. Berat bersih TBS yang masuk didapat dengan menghitung selisih antara berat truk beserta isinya dengan berat truk dalam keadaan kosong.

(15)

yang dinyatakan sebagai fraksi. Selesai disortasi, buah kemudian dimasukkan kedalam loading ramp dengan tujuan untuk memudahkan masuknya buah kedalam lori atau basket.

2. Stasiun Transfer Belakang

Kemudian kelapa sawit tersebut dituang kedalam lori-lori yang tersedia. Lori merupakan alat untuk mengangkut buah dan merebus buah. Lori rebusan diisi penuh dan merata sesuai dengan kapasitas lori tersebut, diusahakan jangan sampai kelebihan kapasitas dalam setiap lorinya. Kemudian lori tersebut ditarik dengan transfer carriage menuju perebusan (sterilizer).

3. Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)

Sterilizer adalah bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Pada PKS Pagar Merbau, terdapat 4 unit sterilizer dan yang masih berfungsi hanya 3 unit. Kelapa sawit direbus selama 120 menit dengan tekanan 2,5 –

3,0kg/cm3 dan temperatur sebesar 1500 . Di dalam satu rebusan dapat memuat ± 10 lori. Tujuan dari perebusan ini adalah untuk mempermudah pemipilan, mempermudah pelumatan, dan mematikan enzym lipase yang dapat menaikkan Asam Lemak Bebas (ALB).

4. Stasiun Transfer Depan

(16)

5. Stasiun Housting Crane

Stasiun pembantingan adalah stasiun pemisahan brondolan dengan tandan buah. Di PKS Pagar Merbau terdapat 2 line stasiun bantingan, yang setiap line terdiri dari: Hosting Crane, Hopper, Automatic Feeder, Stripper, Empty Bunch Conveyor, Fruit Conveyor Under Thresser, Friut Elevator. Lori-lori yang telah direbus dengan menggunakan housting crane kemudian dituangkan ke dalam Hopper kemudian masuk kedalam Automatic Feeder lalu masuk ke Stripper/Thresser. Dari Thresser dilakukan pemisahan brondolan dan tandan kosong (tankos), tankos dijalankan ke Empty Bunch kemudian diangkut dengan truk lalu dipasarkan, sedangkan brondolan dipisahkan menuju Fruit Under Thresser Conveyor.

6. Stasiun Pengepresan (Pressing Station)

Pada stasiun pengepresan ini terjadi pengambilan minyak awal dari buah dengan cara melumat dan mengempa buah. Stasiun pengepresan ini terdiri dari dua line. Masing-masing line terdiri dari lima alat yaitu: Distributing Conveyor, Ketel Adukan (Digester), Pengempa atau Press, Cake Breaker Conveyor, Pemisah Ampas dan Biji (Depericarper).

7. Stasiun Pengolahan Biji/Inti Sawit (Kernel Plant Station)

(17)

Nut Elevator, Nut Silo, Nut Grading Drum, Ripple Mill, Light Tenera Dust Separator (LTDS), Clay Bath, Silo Inti.

8. Stasiun Boiler

Boiler merupakan suatu bejana/wadah yang didalamnya berisi air atau fluida lain untuk dipanaskan. Di PKS Pagar Merbau boiler berisi cangkang/ampas dari dari kelapa sawit yang dipanaskan untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk berbagai macam keperluan dalam proses pengolahan kelapa sawit.

9. Stasiun Power House

Stasiun Power House (kamar mesin) merupakan stasiun yang berisi sumber pembangkit tenaga listrik seperti Turbo generator dan Diesel Genset. Turbo generator berfungsi sebagai sumber tenaga listrik utama yang digunakan di pabrik kelapa sawit, dimana alat ini bisa bekerja karena adanya uap dari boiler. Diesel Genset berfungsi untuk membantu turbo generator apabila tidak beroperasi atau saat turbo generator mengalami kekurangan power.

10. Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)

(18)

Sentrifusi Minyak (Oil Purifier), Transfer Tangki, Pengeringan minyak (Vacuum Dryer), Tangki Timbun (Storage Tank), Tangki Lumpur (Sludge Tank), Saringan Berputar (Brush Strainer), Sand Cyclone, Sludge Seperator, Fat Fit.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan Terakhir dan Masa Kerja Pada Karyawan Di

Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun

2017

(19)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir dan Masa Kerja Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur (Tahun)

(20)

4.2.2 Faktor Individu Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di

Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun

2017

Gambaran faktor individu didapatkan dari hasil analisis univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel faktor individu yang meliputi pengetahuan, sikap, dan kenyamanan APD.

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian

Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

(21)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pertanyaan Benar Salah Total

n % n % n %

1. Pengertian alat pelindung diri (APD)

2. Ciri-ciri alat pelindung diri ( APD ) yang baik

3. Mengapa harus menggunakan alat pelindung diri (APD) selama melakukan pekerjaan

4. manfaat yang peroleh dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja

5. Alat pelindung diri (APD) yang wajib selalu digunakan pada saat pengolahan

6. APD yang digunakan untuk menghindari lantai yang licin agar tidak terpeleset sewaktu melakukan pengolahan

7. Faktor resiko bahaya yang dapat terjadi pada saat pengolahan

8. Bahaya yang dapat terjadi jika tidak memakai sepatu boot

(22)

menjawab benar yaitu sebanyak 31 orang (96,9%). Pada pertanyaan ketujuh mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak 26 orang (81,2%). Pada pertanyaan kedelapan mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak 31 orang (96,9%). Pada pertanyaan kesembilan mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak 30 orang (93,8%). Pada pertanyaan kesepuluh mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak 23 orang (71,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pengetahuan Pekerja Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik

2. Kurang Baik

Total

30 2

32

93,8 6,2

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 30 orang (93,8%).

Hasil uji chi square tersebut selaras dengan hasil observasi dan wawancara singkat peneliti dengan beberapa pekerja. Pengetahuan karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau tergolong baik karena banyak pekerja yang sudah mengetahui tentang beberapa informasi dari pertanyaan yang diajukan seperti pengertian, fungsi, manfaat, serta jenis-jenis dari APD serta akibat tidak menggunakan APD saat bekerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan APD.

(23)

tingginya pengetahuan responden tentang APD tidak sejalan dengan perilaku penggunaan APD. Hal ini menunjukkan bahwa responden hanya mengetahui saja namun belum bisa mengaplikasikannya.

4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penggunaan Alat

Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pengukuran sikap pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau dilakukan untuk mengetahui sikap responden tentang alat pelindung diri yang paling dominan sehingga dikategorikan menjadi baik apabila pekerja mampu menjawab dengan benar 60% - 100% atau jumlah nilai ≥ 5 dan kurang baik apabila pekerja mampu menjawab dengan benar 0% - 59% atau

jumlah nilai < 5. Hasil pengukuran sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.4

(24)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pernyataan Setuju Tidak

Setuju

Total

N % n % n %

1. Sepatu boot dipakai untuk melindungi pekerja dari lantai yang licin akibat proses pengolahan

2. Dalam hal pemakaian APD pada waktu pengolahan perlu pedoman/peraturan yang berlaku di perusahaan

3. Sebelum memakai APD untuk melakukan pengolahan perlu diperhatikan petunjuk pemakaian yang untuk menghindari faktor resiko bahaya yang mungkin terjadi pada saat pengolahan

6. Prosedur yang benar tidak diperlukan dalam menggunakan APD di tempat kerja

7. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada pekerja di bagian pengolahan tidak harus diketahui para pekerja

8. APD yang dipakai pada pekerja bagian pengolahan tidak harus disediakan perusahaan

(25)

yaitu sebanyak 18 orang (56,3%). Pada pertanyaan kelima mayoritas responden menjawab setuju yaitu sebanyak 24 orang (75,0%). Pada pertanyaan keenam mayoritas responden menjawab setuju yaitu sebanyak 22 orang (68,8%). Pada pertanyaan ketujuh mayoritas responden menjawab setuju yaitu sebanyak 28 orang (87,5%). Pada pertanyaan kedelapan mayoritas responden menjawab tidak setuju yaitu sebanyak 28 orang (87,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 Sikap Pekerja Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik

2. Kurang Baik

Total

11 21

32

34,4 65,6

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki sikap yang kurang baik yaitu sebanyak 21 orang (65,6%).

(26)

4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Tentang

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian

Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pengukuran kenyamanan dalam penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau dilakukan untuk mengetahui tingkat kenyamanan terhadap penggunaan alat pelindung diri sehingga dikategorikan menjadi Nyaman jika pekerja menjawab dengan benar 60% - 100% atau skor nilai ≥ 4 dan kurang nyaman jika pekerja menjawab

dengan benar 0% - 59% atau skor nilai < 4. Hasil pengukuran kenyamanan

(27)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Tentang

1.APD yang digunakan saat melakukan pengolahan, tidak merepotkan dan mengganggu pekerjaan

2.Mengalami kesulitan dalam bekerja saat memakai sarung tangan, ear plug, sepatu boot, baju pelindung atau topi pelindung

3.Merasa panas disekitar kepala, tangan dan kaki saat dan setelah menggunakan helm, sarung tangan dan sepatu boot

4.Merasa risih saat menggunakan pelindung telinga

5.Pelindung telinga yang ada di perusahaan mudah digunakan

6.APD yang digunakan dalam keadaan bersih

7.Merasa nyaman menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, ear plug, sepatu boot, baju pelindung atau topi pelindung

8.Merasa enggan menggunakan sepatu boot karena sudah nyaman menggunakan sandal jepit saat melakukan pengolahan

(28)

benar yaitu sebanyak 28 orang (87,5%). Pada pertanyaan ketujuh mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 28 orang (87,5%). Pada pertanyaan kedelapan mayoritas responden menjawab tidak yaitu sebanyak 29 orang (90,6%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kenyamanan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Kenyamanan APD Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Nyaman

2. Kurang Nyaman

Total

6 26

32

18,7 81,3

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden merasa kurang nyaman dalam penggunaan APD yaitu sebanyak 26 orang (81,3%).

Pada penelitian ini sebagian besar responden merasa tidak nyaman saat menggunakan APD saat bekerja. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan beberapa pekerja di PKS Tanjung Garbus Pagar Merbau dimana alasan terbesar pekerja tidak menggunakan APD adalah karena tidak nyaman. Pekerja merasa tidak nyaman dengan alasan belum terbiasa, tidak leluasa dalam bekerja, ribet, serta kondisi APD yang kurang terawat. Kondisi APD yang kurang terawat resebut disebabkan karena pekerja tidak peduli terhadap kebersihan APD yang telah disediakan perusahaan.

4.2.3 Faktor Lingkungan Psikologis dan Sosiologis Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

(29)

4.2.3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Tentang

Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian

Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pengukuran komunikasi pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau dilakukan untuk mengetahui tingkat interaksi antar individu dengan perusahaan tentang alat pelindung diri yang paling dominan sehingga dikategorikan menjadi baik apabila pekerja mampu menjawab dengan benar 80% - 100% atau jumlah nilai ≥ 4 dan kurang baik apabila pekerja mampu

menjawab dengan benar 0% - 75% atau jumlah nilai < 4 . Hasil pengukuran

tingkat komunikasi responden dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pertanyaan Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Di tempat kerja diberikan hak untuk melaporkan risiko pekerjaan, perilaku tidak aman yang terjadi di tempat kerja kepada pihak pengawas

2. Perilaku tidak aman yang ada di tempat kerja pernah dilaporkan kepada pihak pengawas

3. Pihak pengawas melakukan komunikasi potensi bahaya atau risiko di tempat kerja

4. Pihak pengawas menyampaikan hasil penyelidikan kecelakaan kepada pekerja

(30)

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban responden tentang komunikasi. Pada pertanyaan pertama mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 31 orang (96,9%). Pada pertanyaan kedua mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 26 orang (81,2%). Pada pertanyaan ketiga mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 26 orang (81,2%). Pada pertanyaan keempat mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 28 orang (87,5%). Pada pertanyaan kelima mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 28 orang (87,5%).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komunikasi Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Komunikasi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik

2. Kurang Baik

Total

26 6

32

81,2 18,8

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki komunikasi yang baik yaitu sebanyak 26 orang (81,2%).

(31)

4.2.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial (Hubungan

Pekerja) Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan

Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau

Tahun 2017

Pengukuran Lingkungan sosial pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau dilakukan untuk mengetahui tingkat peran atau dukungan baik sesama karyawan maupun perusahaan tentang alat pelindung diri yang paling dominan sehingga dikategorikan menjadi baik jika pekerja mampu menjawab dengan benar ≥ 50% atau jumlah nilai ≥ 2 dan kurang baik

jika pekerja mampu menjawab dengan benar < 50% atau jumlah nilai < 2. Hasil

pengukuran tingkat lingkungan sosial dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pertanyaan Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Teman selalu mengingatkan untuk menggunakan APD

2. mengikuti anjuran teman

3. Pengawas akan memberikan teguran jika tidak memakai APD

4. Mempunyai hubungan kerjasama yang baik dengan teman dalam melakukan pekerjaan di bagian pengolahan

(32)

pertanyaan ketiga mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 30 orang (93,8%). Pada pertanyaan keempat mayoritas responden menjawab ya yaitu sebanyak 28 orang (87,5%).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Hubungan Pekerja Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Baik

2. Kurang Baik

Total

28 4

32

87,5 12,5

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki lingkungan sosial (hubungan pekerja) yang baik yaitu sebanyak 28 orang (87,5%).

(33)

4.2.4 Faktor Manajemen Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian

Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Gambaran faktor manajemen didapatkan dari hasil analisis univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel faktor manajemen yang meliputi kondisi APD.

4.2.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Tentang Penggunaan

Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pengukuran kondisi APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau dilakukan untuk mengetahui gambaran atau keadaan alat pelindung diri sehingga dikategorikan menjadi baik apabila pekerja menjawab dengan benar 70% - 100% atau jumlah nilai ≥ 4 dan kurang baik

apabila pekerja menjawab dengan benar 0% - 69% atau jumlah nilai < 4. Hasil

(34)

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Pertanyaan Ya Tidak Total

n % n % n %

1. APD yang digunakan dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang ada di tempat kerja

2. Alat Pelindung Diri yang dipakai mudah rusak

3. Alat pelindung diri yang dipakai sesuai/pas dengan ukuran tubuh

4. Alat pelindung diri yang digunakan mengganggu gerak saat bekerja ?

5. Alat pelindung diri tersebut menimbulkan bahaya tambahan

6. Merasa nyaman menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja

7. Alat pelindung diri yang disediakan telah mencukupi jumlahnya pada para pekerja di bagian pengolahan

(35)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Kondisi APD Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik

2. Kurang Baik

Total

27 5

32

84,4 15,6

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden memiliki kondisi APD yang baik yaitu sebanyak 27 orang (84,4%).

Berdasarkan Hasil observasi juga telah menunjukkan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri kepada pekerja dalam kondisi baik, hanya saja pekerja kurang merawat alat pelindung diri yang telah disediakan perusahaan tersebut sehingga alat pelindung diri tersebut manjadi kurang bersih. Meskipun kondisi APD yang disediakan perusahaan dalam keadaan baik, pekerja tetap saja tidak menggunakan APD karena mereka merasa kurang nyaman apabila harus menggunakan APD pada saat bekerja sehingga dapat memperlambat pekerjaan mereka.

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penggunaan Alat

Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

(36)

disediakan oleh perusahaan. Hasil pengukuran perilaku penggunaan APD dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Perilaku Penggunaan APD

Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Menggunakan 2. Tidak Menggunakan

Total

8 24

32

25,0 75,0

100

Dari tabel diatas dapat dilihat mayoritas responden tidak menggunakan APD yaitu sebanyak 24 orang (75,0%).

(37)

4.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, kenyamanan APD, komunikasi, hubungan pekerja, dan kondisi APD terhadap perilaku penggunaan APD dengan menggunakan uji chi square dapat dilihat sebagai berikut.

4.3.1 Faktor Individu

4.3.1.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian

(38)

APD sebanyak 23 orang (76,7%). Responden dengan pengetahuan yang tidak baik yang menggunakan APD sebanyak 1 orang (50,0%) dan tidak menggunakan APD sebanyak 1 orang (50,6%). Dengan nilai ρ = 0.444 (ρ>0.05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD .

4.3.1.2 Hubungan Sikap dengan Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan sikap dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

(39)

ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.029 maka

hubungan sikap dengan perilaku penggunaan APD semakin besar.

4.3.1.3 Hubungan Kenyamanan APD dengan Perilaku Penggunaan APD

Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus

Pagar Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan kenyamanan APD dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut.

(40)

4.3.2 Faktor Lingkungan Psikologis dan Sosiologis

4.3.2.1 Hubungan Komunikasi dengan Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan komunikasi dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

No Komunikasi Perilaku Penggunaan APD yang menggunakan APD sebanyak 7 orang (26,9%) dan yang tidak menggunakan APD sebanyak 19 orang (73,1%). Responden dengan komunikasi yang kurang baik yang menggunakan APD sebanyak 1 orang (16,7%) dan yang tidak menggunakan sebanyak 5 orang (83,3%). Dengan nilai ρ= 1.000, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan komunikasi dengan perilaku penggunaaan APD. Semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya.

Sehingga dari nilai ρ=1.000 maka hubungan komunikasi dengan perilaku

(41)

4.3.2.2 Hubungan Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) dengan Perilaku

Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan lingkungan sosial (hubungan pekerja) dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut.

Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau

Dari tabel diatas dapat dilihat responden dengan lingkungan sosial (hubungan pekerja) yang baik yang menggunakan APD sebanyak 8 orang (28,6%) dan yang tidak menggunakan sebanyak 20 orang (71,4%). Responden dengan lingkungan sosial (hubungan pekerja) yang kurang baik yang menggunakan APD tidak ada dan yang tidak menggunakan APD sebanyak 4 orang (100,0%). Dengan nilai ρ = 0.550 (ρ>0.05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan

(42)

4.3.3 Faktor Manajemen

4.3.3.1 Hubungan Kondisi APD dengan Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Distribusi responden berdasarkan kondisi APD dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut.

Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

(43)

Tabel 4.21 Hubungan Variabel Pengetahuan, Sikap, Kenyamanan APD, Komunikasi, Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja), dan Kondisi APD Dengan Perilaku Penggunaan APD Dengan Menggunakan Uji Chi Square

No Variabel pvalue Ket

1. Pengetahuan 0,444 Tidak Berhubungan

2. Sikap 0,029 Berhubungan

3. Kenyamanan APD 0,029 Berhubungan

4. Komunikasi 1,000 Tidak Berhubungan

5. Lingkungan sosial 0,550 Tidak Berhubungan (Hubungan Pekerja)

(44)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat

Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2

Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan faktor yang behubungan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau yaitu faktor individu yang meliputi sikap dan kenyamanan APD, sedangkan faktor lingkungan psikologis dan sosiologis yang meliputi komunikasi dan lingkungan sosial (hubungan pekerja) serta faktor manajemen yang meliputi kondisi APD tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau

(45)

Hal ini selaras dengan hasil penelitian Saputro (2015) bahwa berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,005 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan penggunaan APD pada pekerja di unit kerja produksi pengecoran logam.

Menurut Notoadmodjo (2012), suatu sikap tertentu belum bisa menunjukkan tindakan dari seseorang. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu keadaan yang juga mendukung tindakan tersebut.

Faktor pendukung yang dimaksud dapat berupa ketersediaan fasilitas termasuk kebersihan fasilitas tersebut. Sikap pekerja yang kurang baik tersebut dapat disebabkan kurangnya kebersihan fasilitas seperti APD sehingga pekerja tidak nyaman dalam menggunakannya. Fasilitas APD yang kurang bersih tersebut dikarenakan pekerja kurang menjaga dan merawat APD yang telah disediakan perusahaan. Perusahaan telah menyediakan APD seperti topi pelindung, sepatu, dan sarung tangan dalam keadaan bersih, hanya saja pekerja kurang peduli terhadap kebersihan alat pelindung diri tersebut.

(46)

Hasil tersebut sejalan dengan hasil observasi dan wawancara singkat peneliti dengan beberapa pekerja di PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau. Pekerja mengatakan bahwa alasan terbesar mereka tidak menggunakan APD adalah karena tidak nyaman. Mereka merasa tidak nyaman dengan alasan belum terbiasa, mengganggu dalam bekerja, panas, serta APD kurang terawat.

Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarna (2012) menunjukkan bahwa nilai signifikan variabel kenyamanan penggunaan APD terhadap penggunaan sarung tangan sebesar 0,016 (p<0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kenyamanan APD dengan penggunaan sarung tangan pada operator percetakan kota Makassar.

Pekerja di bagian pengolahan PKS Pagar Merbau sebagian besar pernah menggunakan APD seperti topi, sarung tangan, sepatu boot, ear plug, dan baju pelindung walaupun hanya sekali selama bekerja di bagian pengolahan. Namun karena mereka merasa tidak nyaman dan merasa terganggu dan memperlambat proses pekerjaan, pekerja menjadi enggan untuk menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan untuk masing-masing pekerja.

5.2 Hubungan Faktor Individu

5.2.1 Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

(47)

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Namun meskipun begitu sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga) (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan hasil analisis bivariat bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ρ=0.444 (ρ>0.05), semakin kecil nilai ρ<0.05maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.444

maka hubungan pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD semakin kecil. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian dari Repi (2014) bahwa berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan uji chi square diperoleh nilai p=0,367 (p>0,05). Hal ini juga didukung oleh penelitian Arifin (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, masa kerja, dan pengetahuan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD di bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4.

(48)

signifikan antara pengetahuan pekerja dengan praktik pemakaian APD pernafasan pada pekerja bagian produksi PT. Albisindo Timber (Sukun Group) Kudus.

Pengetahuan karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau tergolong baik karena banyak pekerja yang sudah mengetahui tentang beberapa informasi dari pertanyaan yang diajukan seperti pengertian, fungsi, manfaat, serta jenis-jenis dari APD serta akibat tidak menggunakan APD saat bekerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat faktor lain selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku penggunaan APD.

Secara teori memang disebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang APD diharapkan memiliki perilaku yang sesuai ketika menggunakan APD. Pada penelitian ini menunjukkan hal sebaliknya, tingginya pengetahuan responden tentang APD tidak sejalan dengan perilaku penggunaan APD. Hal ini menunjukkan bahwa responden hanya mengetahui saja namun belum bisa mengaplikasikannya. Menurut Notoadmodjo (2012), bahwa dalam domain kognitif tingkatan pengetahuan berawal dari tahu hingga domain evaluasi. Setiap tingkatan memperlihatkan kemampuan individu. Pembuktian seberapa tinggi pengetahuan responden dengan nilai rata-rata pengetahuan yang tinggi tersebut perlu dilihat seberapa tinggi sikap dan perilaku responden dalam menggunakan APD dalam bekerja.

(49)

bahwa perilaku berbahaya juga dapat dipengaruhi oleh faktor manajamen dan lingkungan.

5.2.2 Hubungan Sikap Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Sikap merupakan kesadaran dan kecendrungan untuk berbuat. Seorang tenaga kerja yang memiliki sikap yang baik diartikan sebagai seorang tenaga kerja yang memiliki kesadaran untuk berbuat baik selama berada ditempat kerja, dari sikap tersebut dapat berkembang menjadi sikap selamat yang lama-kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk selalu memperhatikan keselamatan ditempat kerja (Soeripto, 2009).

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan sikap dengan perilaku penggunaan APD, semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0.029 maka hubungan sikap dengan perilaku penggunaan APD semakin besar.

(50)

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Shobib (2013) bahwa tidak ada hubungan sikap dengan praktik pemakaian APD pada petani pengguna pestisida. dengan nilai p=0,902 (p>0,05). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014), diketahui bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (p=0,058).

Sikap yang kurang baik ini disebabkan kurangnya kesadaran pekerja dalam penggunaan APD, kurang maksimalnya pengawasan dari perusahaan serta ketidaknyamanan pekerja dalam penggunaan APD.

5.2.3 Hubungan Kenyamanan APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD

Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus

Pagar Merbau Tahun 2017

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan fasilitas lain akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja sehingga dengan demikian diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya akan dapat digunakan oleh pekerja secara optimal.

Berdasarkan tabel 4.17 diperoleh nilai ρ = 0.029 (ρ<0.05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan kenyamanan APD dengan perilaku penggunaan APD .

(51)

dilakukan oleh Rengganis (2012) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara faktor kenyamanan dengan penggunaan APD pada pekerja percetakan di Kota Surabaya.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawani (2014) menunjukkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,100 yang berarti nilai p>0,05. Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian Faizah (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kenyamanan penggunaan APD dengan perilaku penggunaan APD pada pekerja di Technical Services Department. Dengan nilai p=0,237 (p>0,05).

Pada penelitian ini sebagian besar responden merasa tidak nyaman menggunakan APD pada saat bekerja karena belum terbiasa, tidak leluasa dalam bekerja, ribet, serta kondisi APD yang kurang terawat. Kondisi APD yang kurang terawat resebut disebabkan karena pekerja tidak peduli terhadap kebersihan APD yang telah disediakan perusahaan.

5.3 Hubungan Faktor Lingkungan Psikologis dan Sosiologis

5.3.1 Hubungan Komunikasi Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

(52)

Tabel 4.18 diperoleh nilai ρ= 1.000, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan komunikasi dengan perilaku penggunaaan APD. Semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=1.000

maka hubungan komunikasi dengan perilaku penggunaan APD semakin kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan di PKS Pagar Merbau tidak dapat membuktikan hipotesis diatas karena hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan perilaku penggunaan APD. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Noviandry (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara komunikasi dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Dengan nilai p=0,813 (p>0,05). Hasil Penelitian ini juga selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang menytakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan kepatuhan penggunaan APD. Dengan nilai p=0,720 > 0,05.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanto (2016) didapatkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,011 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan penggunaan APD.

(53)

Walaupun pekerja mempunyai komunikasi yang baik ditempat kerja, masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja.

5.3.2 Hubungan Lingkungan Sosial (Hubungan Pekerja) Terhadap

Perilaku Penggunaan APD Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan

PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017

Lingkungan sosial (hubungan pekerja) dalam penelitian ini merupakan peran atau dukungan sosial baik dari sesama karyawan maupun dari pihak perusahaan terhadap penggunaan APD. Peran rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/pihak perusahaan adalah berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah/reward.

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh nilai ρ = 0.550 (ρ>0.05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan hubungan pekerja dengan perilaku penggunaan APD .Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sihombing (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan lingkungan sosial dengan pemakaian APD. Dengan nilai p=1,000.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sumarna (2012) yang menemukan dari hasil analisis spearman menunjukkan bahwa ada hubungan lingkungan sosial dengan penggunaan sarung tangan dan masker. Dengan nilai ρ=0.000 (ρ<0.05).

(54)

sering tidak patuh menggunakan APD sehingga meskipun lingkungan sosial (hubungan pekerja) baik namun tidak mampu membentuk perilaku penggunakan APD.

5.4 Hubungan Faktor Manajemen

5.4.1 Hubungan Kondisi APD Terhadap Perilaku Penggunaan APD Pada

Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar

Merbau Tahun 2017

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan nilai ρ = 1.000 (ρ>0.05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan kondisi APD dengan perilaku penggunaan APD . Semakin kecil nilai ρ<0.05 maka semakin besar hubungannya.

Sehingga dari nilai ρ=1.000 menunjukkan hubungan kondisi APD dengan

pemakaian APD semakin kecil.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Setyaningsih (2012) menunjukkan bahwa kondisi APD tidak berhubungan dengan implementasi pemakaian APD (P=0,081). Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sihombing (2014) bahwa tidak ada hubungan kondisi APD dengan penggunaan APD dengan nilai p=1,000 (p>0,05).

(55)

Alat pelindung diri yang digunakan harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian, dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD tidak layak untuk dipakai. Pemakaian APD yang layak berperan penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Semakin baik kondisi alat pelindung diri maka semakin besar kemungkinan untuk terhindar dari bahaya jika dipakai sesuai dengan faktor bahaya yang ada.

(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau adalah faktor individu yang meliputi sikap dan kenyamanan APD.

2. Faktor individu yaitu pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun2017

3. Faktor lingkungan psikologis dan sosiologis yaitu komunikasi dan lingkungan sosial (hubungan pekerja) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada karyawan di bagian pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun2017 4. Faktor manajemen yaitu kondisi APD tidak mempunyai hubungan

(57)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan yang diperoleh maka saran dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan perlu diberlakukan pemberian sanksi berupa surat peringatan (SP 1) kepada pekerja di bagian pengolahan yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja.

2. Perusahaan perlu meningkatkan penyediaan alat pelindung diri yang lengkap dengan standar yang berlaku sesuai dengan jenis pekerjaan di tiap stasiun bagian pengolahan.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Pekerja pada Masing-Masing Stasiun di Bagian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerja Berdasarkan
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Di Bagian Pengolahan PTPN 2 Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2017
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –

52 Direktori Masjid Masjid Nurul Iman.

Pengertian Aplikasi adalah Program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah-perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan

on how writing skills knowledge support students in answering reading texts test:.. First, Paragraph Texts (Narrative, Expository,

Pengujian oleh pengembang aplikasi, yang bertujuan untuk mengetahui kerusakan – kerusakan yang ada pada aplikasi, dan dapat menambahkan jika ada. kebutuhan yang

Hasil estimasi inner weight pada tabel 5 untuk pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dimoderasi keterlibatan kerja menunjukkan nilai path

C. Rasional Kegiatan : Usaha SMARTPLUG yang akan kami dirikan adalah jenis usaha yang bisa di bilang baru dan belum ada dipasaran luas. Dimana usaha kami ini mengacu pada beberapa

Pengawasan penguasaan dan penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil dan penerapan hukum pidana terhadap pihak yang menguasai dan menggunakan senjata api (Studi