• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

[i]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

PROSIDING

Seminar dan Lokakarya Nasional III

Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia

(AITBI)

“Potensi dan Pengembangan Ternak Babi

sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional”

Denpasar, 4-5 Agustus 2017

Penyunting:

Komang Budaarsa

N. Sadra Dharmawan

I Wayan Suarna

I Gede Mahardika

I N. Tirta Ariana

A. A. A. Sri Trisnadewi

I Ketut Mangku Budiasa

Ni Luh Gde Sumardani

Diterbitkan Oleh:

Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia AITBI

Bekerjasama dengan

Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan

Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Denpasar – Bali 80232

Telp./ Fax. (0361) 222096

e-mail: semnas3aitbi@gmail.com

(3)

[ii]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III

Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI)

“Potensi dan Pengembangan Ternak Babi

sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional”

Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia

(AITBI)

Bekerjasama dengan

Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan

Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Denpasar – Bali 80232

Telp./ Fax. (0361) 222096

e-mail: semnasbabi.unud@yahoo.co.id

Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

KATA PENGANTAR

Dicetak di Denpasar, Bali, Indonesia

Penyunting: Komang Budaarsa, N. Sadra Dharmawan, I Wayan Suarna, I Gede Mahardika, I N. Tirta Ariana, A. A. A. Sri Trisnadewi, I Ketut Mangku Budiasa, Ni Luh Gde Sumardani

Prosiding Seminardan Lokakarya Nasional III AITBI, diselenggarakan di Denpasar, 4-5 Agustus 2017

viii + 313 halaman

(4)

[iii]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmatNya Prosiding Seminar Nasional dan Lokakarya Nasional III AITBI (Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia) tahun 2017 dengan tema “Potensi dan Pengembangan Ternak Babi sebagai

Komoditas Unggulan Ekspor Nasional” dapat diselesaikan. Prosiding ini

merupakan kumpulan makalah pada saat Seminar Nasional dan Lokakarya Nasional III AITBI dilaksanakan pada tanggal 4-5 Agustus 2017 dan diselenggarakan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana dalam rangka Hari Ulang Tahundan Badan Kekeluargaan Fakultas Peternakan Universitas Udayana ke-55 serta Dies Natalis Universitas Udayana ke-55. Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI ini bertujuan untuk saling tukar informasi tentang pengembangan IPTEK ternak babi dan non ruminansia lainnya di Indonesia antar para pakar, para peneliti dan pemangku kepentingan. Mencari solusi pengembangan ternak babi dan non ruminansia lainnya yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi lokal.

Prosiding Nasional dan Lokakarya Nasional III AITBImencakup makalah1 orang keynote speaker dan 3 orang invited speaker, sedangkan makalah dari peserta dibagi tiga kelompok bidang ilmu yaitu 1) Kelompok Bidang Produksi Ternak Babi, 2) Kelompok Bidang Nutrisi Ternak Babi, dan 3) Kelompok Bidang Kesehatan Ternak Babi dan Ternak Non Ruminansia lainnya.

Panitia Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pemakalah yang telah berpartisipasi dan seluruh peserta semiloka yang meluangkan waktu untuk hadir pada Seminar dan Lokakarya III AITBI. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana atas fasilitas dan bantuan yang diberikan sehingga Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI dapat terselenggara dengan baik. Terimakasih juga disampaikan kepada Dirjen PKH Drh. I Ketut Diarmita, MP.sekaligus sebagai Keynote Speaker, Dr. Devendra Verma, MVSc., Prof. Dr. R.Iis Arifiantini, M.Si., dan Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. sebagai invited speaker,

(5)

[iv]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

AMI (Asosiasi Monogastrik Indonesia), para sponsor, dan seluruh anggota panitia yang banyak membantu dari persiapan sampai terselenggaranya Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI ini dengan baik.

Akhir kata semoga Prosiding Seminar dan Lokakarya III AITBI bisa bermanfaat sebagai ajang pertukaran ilmu tentang ternak babi maupun ternak non ruminansia lainnya.

Denpasar, Desember 2017 Ketua Panitia

(6)

[v]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... v KUMPULAN MAKALAH UTAMA ...

MAKALAH KEYNOTE SPEAKER ... Drh. I Ketut Diarmita, MP. (Direktur Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI) ... 1 MAKALAH INVITED SPEAKER ...

Dr. Devendra Verma, MVSc. (Business Development Manager APAC Perstorp Feed & Food) ... Prof. Dr. R.Iis Arifiantini, M.Si. (Guru Besar FKH IPB) ... Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. (Asosiasi Monogastrik Indonesia)..

4 9 24 KUMPULAN MAKALAH PESERTA ...

MAKALAH KELOMPOK I : PRODUKSI TERNAK BABI... Babi Bali Dalam Perspektif Sosial dan Budaya

I W. Suarna, N. N. Suryani, A. A. A. Sri Trisnadewi, I K. M.

Budiasa, dan I W. Wirawan ... 27 Kandungan N-total, P2O5, dan K2O Sludge Biogas dari Substrat

Campuran Kotoran Ternak Babi (Sus sp) dan Ampas Sagu (Metroxylon spp) pada Berbagai Taraf Rasio C/N Berbeda

Daniel Yohanis Seseray... 37 UrutanPangan Tradisional Bali, Kajian, Pengolahan serta Pengembangan dan Prospek sebagai Pangan Fungsional

I Made Sugitha... 46 Model Pengelolaan Limbah Babi pada Peternakan Babi Skala

Rumah Tangga di Kabupaten Tabanan Bali

I Made Rai Yasa dan N. L. G. Budiari ... 56 Dampak Penggunaan Feed Additive dan Pemacu Tumbuh terhadap

Pertumbuhan dan Pendapatan Peternak Babi

Ni Luh Gede Budiari dan I Made RaiYasa... 67 Pengencerkan Semen Babi dengan Ekstrak Buah Tomat (Solanum

lycopersicum) dalam Upaya Mempertahankan Kualitas Spermatozoa dan Jumlah Anak yang Lahir

A. A. P. P. Wibawa, I N. Ardika, N.L.G. Sumardani dan M.

Wirapartha ... 76 Performa Reproduksi Babi Bali Calon Pejantan

Sumardani, N. L. G., I W. Suberata, N. M. Artiningsih, I. N.

Ardika ... 90

MAKALAH KELOMPOK II : NUTRISI TERNAK BABI

Hubungan Berat Badan dengan Persentase Karkas dan Komponen Karkas Pada Babi Ras yang Diberikan Ransum Komersial

Disubstitusi dengan Ampas Tahu

Puger, A.W., I M. Suasta., I W. Sudiastra, I G. Mahardika,

dan K. Budaarsa... 102 Dimensi Tubuh Luar Babi Landrace Persilangan yang Dipelihara

(7)

[vi]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

Tirta Ariana, I N., K. Sukada, G. Suarta, dan G. Suranjaya .. 109 Potensi Ampas Sagu Enau sebagaiPakan pada Babi Bali Lokal

I K. Sumadi, IM. Suasta, P. Ari Astawa, A.A.P.Wibawa, dan

N.N. Suryani... 116 Penambahan Perasan Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam

Ransum untuk Meningkatkan Karkas Babi Bali

P. A. Astawa, K. Budaarsa. I K. Sumadi, I G. Mahardika, I K.

M. Budiasa, I W. Sudiastra, dan I M. Suasta ... 124 Kecernaan Bahan Organik dan Mineral Ransum Babi Lokal yang

Mengonsumsi Biokonversi Spontan Biji Asam

Redempta Wea, I Gusti Komang Oka Wirawan, dan Bernadete Barek Koten... 136 Penampilan Babi Landrace Fase Pertumbuhan diberi Ransum Mengandung Limbah Hotel

Tjokorda Istri Putri, Tjokorda Gede Oka Susila, I Gde

Suranjaya, dan Ni Nyoman Candraasih K. ... 146 Performa Babi Bali yang Diberi Ransum Mengandung Dedak Padi Fermentasi

Valentino, I K. H., T. I. Putri dan K. Budaarsa... 155 Studi Proses Pembuatan Babi Guling dengan Bahan Baku Babi

Bali

N.P.K. Panji Sastrawan, IG. Mahardika, dan K. Budaarsa ... 167

MAKALAH KELOMPOK III : KESEHATAN TERNAK BABI DAN TERNAK NON RUMINANSIA LAIN ...

Prevalensi dan Manifestasi Lesi Histopatologi Otak pada Babi Penderita Kolibasilosis

I Ketut Berata, Ida Bagus Oka Winaya, Ida Bagus Windia Adnyana, I Made Kardena dan Anak Agung Ayu Mirah Adi... 182 Evaluasi ELISA untuk Diagnosis Sistiserkosis pada Babi di Daerah Endemis Karangasem Bali

Nyoman Sadra Dharmawan, Kadek Swastika, I Nengah Kepeng, I Ketut Sudiarta ... 188 Evaluasi Tingkat Cemaran Mikroba pada Daging Ayam yang

Dipasarkan di Beberapa Pasar di Kota Denpasar

Setyawan. I.M.E, Sri Anggreni Lindawati, dan I N. Sumerta

Miwada... 195 Analisis Performa Produksi Peternakan Ayam Broiler dengan

Sistem Pemeliharaan Closed House Pola Kemitraan (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana)

Prawira, I G. I. K., I G. Mahardika Dan I W. Sukanata ... 207 Kualitas Karkas Itik Bali yang Diberi Ransum Mengandung

Sekam Padi Terfermentasi dengan Aspergilus niger

Disuplementasi Tepung Daun Ubijalar Ungu (Ipomia batatas L.) Tjokorda Gde Oka Susila, Tjokorda Istri Putri dan Ni Gusti

Ketut Roni... 218 Studi Kimia Fisik Daging Ayam Yang Dipasarkan di Beberapa

(8)

[vii]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017 Pasar Di Kota Denpasar

Astika. I.W.H, I N. Sumerta Miwada, Sri Anggreni Lindawati 230 AnalisisPermintaanPasar terhadap Burung Kicaudi Pasar Satria

Denpasar

Indrapraasta, I. G. A.,K. Budaarsa, dan B. R.T. Putri ... 245 Total Plate Count dan Kualitas Kimia Daging Broiler yang

Beredar Di Kota Denpasar – Bali

Tirta Ariana IN., I. B. Gaga Partama, Kristina Dewi, G. A.

M., I G. A. Arta Putra ... 260

KUMPULAN MAKALAH POSTER ... Pemberian Bahan Lokal (Empon-empon) dan Bunga Margot (Marigold flower) untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Buras

Nyoman Suyasa, Ida Ayu Parwati, dan Nyoman Sugama... 267 Penerimaan Petani Pembesaran Ayam Kampung pada Tingkat

Pemberian Ransum yang Berbeda

Parwati Ida Ayu, Nyoman Suyasa, dan Nyoman Sugama... 277 Gambaran Infestasi Parasit Gastrointestinal pada Ternak Babi di

Lokasi Pengembangan Kawasan Ternak Babi di Bali (Study kasus di Desa Puhu dan Desa Bukian Kecamatan Payangan, Kab. Gianyar)

I Nyoman Sugama, I. A. P. Parwati, dan I Nyoman Suyasa.... 288 Kualitas Telur Ayam Lohman Brown Yang Disimpan

Pada Suhu Kamar

I K.Anom Wiyana, G.A.M.Kristina Dewi, I W.Wijanadan M.

Wirapartha... 298 Kualitas Telur Ayam Kampung yang Dipasarkan di Pasar Badung, Pasar Kereneng dan Pasar Sanglah, Kota Denpasar, Provinsi Bali

Made Wirapartha, I K.A. Wiyana ,G.A. M. K. Dewi,dan I W. Wijana...

305

LAMPIRAN ...

(9)

[90]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

PERFORMA REPRODUKSI BABI BALI CALON PEJANTAN Sumardani, N. L. G., I. W. Suberata, N. M. Artiningsih, I. N. Ardika

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: nlg_sumardani@unud.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi babi bali calon pejantan sebagai salah satu indikator dalam pemilihan bibit babi jantan, serta untuk mengetahui produktivitas babi bali pejantan sebagai plasma nutfah asli Bali. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan metode survei secara purposive random sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasi penelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian. Ekterior calon pejantan ada dua yaitu yang berwarna hitam dan berwarna hitam dengan belang putih pada keempat kakinya. Dimensi tubuh calon pejantan dengan panjang badan riil rata 52 cm, dimensi testis panjang rata-rata 7,37 cm dan lebar 7,62 cm. Dimensi tubuh dan testis, berkaitan erat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan. Semakin tinggi dimensi tubuh dan testis calon pejantan, akan berpengaruh secara nyata pada performa reproduksi dari pejantan.

Kata kunci: pejantan, babi bali, performa reproduksi, testis, plasma nutfah

REPRODUCTION PERFORMANCE OF BOAR IN BALI ABSTRACK

This study aims to determine the reproduction performance of boar as an indicator of seed selection boar, as well as to determine the productivity of the boar as the original germplasm Bali. Research was conducted for three months from June to August 2016. This study used purposive random sampling survey and exploratory approach and research locations based on the time and cost of the study. Exterior of bali pig have two colours, black and black with white stripes on four legs. Body dimension boar with a real body length of the average 52 cm, testicular dimension average length of 7.37 cm and wide of 7.62 cm. Dimension of body and testis are closely related to the activity and productivity of boar. The higher the body dimensions and testisof boar, will affect significantly the reproduction performance of boar.

Keywords: boar, bali pig, reproduction performance, testis, germplasm

PENDAHULUAN

Babi merupakan hewan yang telah dipelihara dan dikembangkan sejak dahulu untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia. Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi

(10)

[91]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain: laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi, efisien ransum yang baik (70-80%), dan persentase karkas yang tinggi (65-80%) (Ardana dan Putra, 2008). Selain itu, babi mampu memanfaatkan sisa-sisa makanan atau limbah pertanian menjadi daging yang bermutu tinggi (Budaarsa et al., 2016). Karakteristik reproduksinya unik bila dibandingkan dengan ternak sapi, domba dan kuda, karena babi merupakan hewan yang memiliki sifat prolifik yaitu jumlah perkelahiran yang tinggi (10-14 ekor/kelahiran), serta jarak antara satu kelahirann dengan kelahiran berikutnya pendek (Sihombing, 2006; Sudiastra dan Budaarsa, 2015).

Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi bali, performa reproduksi memegang peranan penting dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi bali tersebut. Performa reproduksi babi bali tidak saja dititikberatkan pada ternak babi betina, tetapi juga pada ternak babi jantan, karena berhasil tidaknya suatu perkembangan populasi ataupun generasi baru, tergantung dari ada tidaknya perkawinan antara jantan dan betina. Mengetahui performance reproduksi ternak babi bali akan memudahkan usaha-usaha peningkatan populasi ternak babi bali, dan merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Bali.

Performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah betina, memproduksi semen, dan tingginya fertilitas. Produksi optimum semen pada masing-masing bangsa berbeda menurut potensi genetiknya. Perbaikan kondisi bobot badan mampu meningkatkan volume semen dan besarnya ukuran testis, sedangkan kualitas semen sangat ditentukan oleh ukuran testis (Sihombing, 2006). Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, akan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan. Testis babi sangat besar tetapi relatif lebih lunak, dan terletak horizontal di dalam skrotom (Girisonta, 1981). Testis babi berbentuk lonjong, dengan ukuran panjang 10-15 cm diameter 5-9 cm (Toelihere, 1985; Feradis, 2010). Untuk mengetahui besarnya testis secara tidak langsung adalah dengan mengukur besar skrotom. Besar dan

(11)

[92]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

lingkar skrotom berkolerasi positif dengan sperma yang dihasilkan oleh pejantan meliputi volume dan motilitas sperma serta kosentrasi spermatozoanya (Boyles, 1991). Melalui pengukuran skrotom dapat diketahui kemampuan produksi sperma seekor pejantan dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kriteria seleksi seekor pejantan (Ningrum et al., 2008). Selain itu, ukuran skrotom juga berhubungan dengan umur dan berat tubuh dari berbagai bangsa babi dimana perkembangan skrotom berjalan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara keseluruhan. Semakin besar skrotom semakin banyak tubuli seminiferidan makin banyak pula sperma yang dihasilkan (Hafez, 1993).

Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa reproduksi babi bali jantan dalam kaitannya dengan pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, serta pengadaan bibit babi bali dan usaha pelestarian plasma nutfah asli Bali, dan juga usaha-usaha peningkatan populasi ternak babi bali. Selain itu juga, merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juni sampai Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan metode survei secara purposive random sampling dan pendekatan eksploratif serta pemilihan lokasi penelitian berdasarkan waktu dan biaya penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) dan informasi tambahan yang dibutuhkan diperoleh melalui observasi langsung di lapangan ataupun melalui wawancara dengan orang/organisasi yang berperan seperti misalnya kelompok peternak, tenaga inseminator dan instansi terkait. Pemilihan calon pejantan (babi bali jantan). Babi bali jantan yang digunakan sebanyak 4 (empat) ekor dengan status fisiologis sehat. Persiapan alat-alat pengukuran babi bali, meliputi penimbangan dan pengukuran dimensi tubuh babi bali jantan, serta pengukuran organ reproduksi babi bali jantan. Variabel yang diamati meliputi: bobot badan, dimensi tubuh, dimensi testis, dan korelasinya.

(12)

[93]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pemeliharaan ternak babi bali di wilayah pengambilan sampel secara keseluruhan adalah dengan sistem tradisional yaitu mengikat ternak babi dengan tali, di bawah pepohonan (Gambar 1). Panjang tali pengikat 1,5-2 meter. Dalam kondisi tersebut, ternak babi akan selalu ternaungi pada waktu siang hari, dan akan selalu kehujanan pada musim hujan. Pemeliharaan ternak babi di wilayah ini sangat jarang membuat kandang beratap, ataupun kandang permanen.

Gambar 1. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di bawah pohon, dengan mengikat pada bagian lehernya menggunakan tali

Di wilayah Nusa Penida, pemeliharaan pejantan ada yang masih diikat di bawah pohon, ada juga yang sudah dikandangkan. Kandang yang digunakan terbuat dari beberapa buah batako yang ditumpuk sedemikian rupa, dan ada juga yang terbuat dari kayu atau bambu, dan dikelilingi oleh kawat berduri. Alasannya agar babi pejantan tersebut tidak meloncat keluar kandang, mengingat tingkah laku pejantan dewasa cukup beringas dan galak. Tempat makan yang digunakan sangatlah sederhana, terbuat dari ban bekas yang dibelah, panci-panci bekas, dan juga ember-ember yang sudah tidak digunakan oleh penduduk setempat. Namun demikian, ada beberapa peternak yang sudah membuat tempat pakan secara permanen dari cetakan semen, khususnya pada peternak yang sudah memelihara ternak babi dalam kandang semi permanen (Gambar 2).

(13)

[94]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

Gambar 2. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di dalam kandang semi permanen

Pemeliharaan ternak babi secara tradisional dan juga semi permanen, memberikan kesan kumuh dan jorok. Hal ini karena lantai kandang tidak dipelester sehinga tanah di sekitarnya akan selalu lembab dan becek, akibat dari limbah kotoran ternak bercampur dengan urin yang dihasilkan, serta sisa-sisa pakan ternak yang tumpah, sehingga ternak babi akan terlihat selalu kotor. Hal ini mengakibatkan ternak babi bali sangat rawan terinfeksi cacing dan parasit lainnya. Namun hal ini dapat dimaklumi, mengingat kenyataan bahwa tingkah laku ternak babi yang masih liar, lebih suka berkubang di lumpur, untuk mengurangi cekaman panas. Babi bali yang dipelihara di wilayah Nusa Penida masih secara tradisional dengan pemberian pakan tergantung apa yang ada di sekitarnya, seperti umbi-umbian, batang pisang (gedebong pisang), bungkil kelapa, dan limbah dapur. Pemberian pakan tersebut dimasak terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak babi yang di pelihara. Ciri khas dari babi bali adalah bentuk tubuh yang melengkung ke bawah (lordosis), baik pada jantan maupun betina. Pada babi pejantan (kaung), lordosis tidak terlalu dalam, sebagaimana lordosis pada babi induk (bangkung). Masyarakat di wilayah Nusa Penida memberikan sebutan “raden” pada babi bali yang digunakan sebagai pejantan. Warna babi bali jantan di wilayah Nusa Penida didominasi warna hitam secara menyeluruh (Gambar 3), disertai belang putih pada bagian kaki, seolah-olah memakai kaos kaki putih. Bulu pada bagian leher atas agak kasar, berdiri, dan sangat panjang, antara 6-10 cm, dan merata dari depan ke belakang. Bulu punggung ini akan berdiri tegak apabila babi pejantan ini merasa terusik dan terganggu (Gambar 3).

(14)

[95]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017 Gambar 3. Babi bali pejantan di Nusa Penida

Babi jantan dan induk mempunyai bulu lebih panjang dibandingkan babi dara, dan bulu terpanjang berada tepet di belakang kepala. Ukuran tubuh babi bali secara umum lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuh babi ras. Hasil penelitian Sudiastra dan Budaarsa (2015) menyebutkan bahwa tinggi babi bali sekitar 49 cm, dengan lingkar dada antara 90-136 cm, lingkar perut antara 95-136 cm dan lingkar pinggang 80-115 cm, panjang kepala 20-25 cm, panjang daun telinga rata-rata 10 cm, dan panjang ekor 20-25 cm.

Performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah betina, memproduksi semen, dan tingginya fertilitas. Produksi optimum semen pada masing-masing bangsa berbeda menurut potensi genetiknya. Perbaikan kondisi bobot badan mampu meningkatkan volume semen dan besarnya ukuran testis, sedangkan kualitas semen sangat ditentukan oleh ukuran testis(Sihombing, 2006). Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, akan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha peternakan.

Sistem perkawinan ternak babi bali di wilayah Nusa Penida, secara dominan masih menggunakan sistem kawin alami, dimana betina yang sedang berahi akan dikawinkan dengan pejantan yang ada disekitar wilayah tersebut. Biaya atau ongkos pejantan dibayar dengan satu ekor anak babi. Pemilik pejantan akan dibayar dengan satu ekor anak babi lepas sapih (umur 2-3 bulan) dari hasil perkawinan ternak tersebut. Ternak babi berdasarkan fase pertumbuhannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Starter, fase hidup anak babi semenjak menyusui sampai umur 8 atau sampai 11 minggu, Grower, fase hidup anak babi sesudah

(15)

[96]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

fase starter sampai dengan umur 10 atau sampai 24 minggu, Finisher, anak babi yang menjelang dewasa (Girisonta, 1981).Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk dan ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang,volume, ataupunmassa.Sedangkanmenurut Swatland (1984) dan Aberle (2001), pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang diberi pakan, minum dan mendapat tempat yang layak.Kaydan Housseman(1987) menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan betina.Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan mempunyai tahap cepat dan lambat. Tahap cepat terjadi sebelum dewasa kelamin dan tahap lambat pada fase awal dan saat kedewasaan tubuh telah tercapai.Pertumbuhan dimensi tubuh hewan pada saat tumbuh cepat biasanya mengikuti fungsi eksponensial dengan laju pertumbuhan yang berbeda-beda antara dimensi tubuh yang satu dengan dimensi tubuh yang lainnya. Perbedaan kecepatan pertumbuhan ini disebabkan karena perbedaan fisiologis dan tuntutan fungsional yang berbeda, serta komponen penyusunnya.

Menurut Sampurna et al. (2015), dimensi tubuh yang diukur meliputi:panjang kepala, panjang punggung, panjang ekor, panjang leher, lingkar leher, lingkar dada, leher perut, lingkar pinggang, panjang kaki depan bagian atas dan bagian bawah, panjang kaki belakang bagian atas dan bagian bawah, lebar kepala, lebar leher, lebar dada, lebar pinggul dan lebar pantat.

(16)

[97]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

1. Panjang kepala diukur dari ujung hidung (planum nasolabiale) sampai perbatasan Intercornuale dorsale garis median

2. Panjang leher diukur dari perbatasan intercornuale sampai pada garis tegak yang ditarik dari tuberositas lateralis dari humerus (sendi bahu/articulatio scapulo humeri).

3. Panjang punggung

4. Panjang ekor adalah jarak antara pangkal ekor (vertebrae coccygeaeperlama) dengan ujung tulang ekor terakhir (vertebree coccygeae) 5. Panjang telinga adalah jarak antara pangkal telingan dengan ujung telinga 6. Lingkar leher diukur dengan cara melingkari leher di depan sendi bahu

(articulatio scapulo humeralis) tegak lurus terhadap bidang median tubuh. 7. Lingkar dada diukur dengan jalan melingkari dada dibelakang sendi siku,

tegak lurus vertikal bidang median tubuh.

8. Lingkar perut diukur dengan jalan melingkari perut, tegak lurus vertikal bidang median tubuh

9. Lingkar pinggang diukur dengan jalan melingkari pada abdomen di depan tuber coxae pelvis tegak lurus terhadap bidang median tubuh

10. Panjang kaki depan bagian atas meliputi tulang tuberositashumerus diukur dari ekstremitasanteriorsternum sampai pada olecranon process

11. Panjang kaki depan bagian bawah meliputi: radius, ulna, pisiform, metacarpus, phalangdari duajari kakiyang besar, phalangdarikakieksternal; diukur dari olecranon process sampai ke ujung phalangdari duajari kakiyang besar.

12. Panjang kaki belakang bagian atas meliputi tuberositasanteriortibia, fibula diukur dari cup lutut sampai dengan calcaneum.

13. Panjang kaki belakang bagian bawah meliputitarsus, metatarsus, phalangdari duajari kakiyang besar, phalangdarikakieksternal diukur dari calcaneum sampai ujung phalangdari duajari kakiyang besar

14. Lebar kepala diukur pada sebelah kanan dan kiri (tepi luar procesus supraorbitalis dextra et sinistra) di bawah mata.

15. Lebar leher diukur dari kulit sisi lateral os vertebrae cervicalis, mulai dari bagian kiri ke kanan

(17)

[98]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

16. Lebar dada diukur dengan cara menarik garis horizontal antara tepi luar sendi bahu kiri dan kanan (tuberositaslatelaris dari humerusdextra et sinistra) tegak lurus bidang median tubuh

17. Lebar pinggul diukur dengan cara menarik garis horizantal pada tepi luar tuber coxae kiri dan kanan tegak lurus bidang median tubuh.

18. Lebar pantat adalah jarak terlebar dari pantat, diukur dengan cara menarik garis horizoltal dari kulit lateral tuber ischiuim dextra ke tuber ischiuim sinistra

Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, selain dari dimensi tubuhnya, terdapat hal yang penting diperhatikan yaitu ukuran dan kondisi testis. Hal ini dikarenakan performa reproduksi babi bali jantan yang meliputi ukuran testis dan kualitas semen, berkaitan erat dengan aktivitas dan kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah betina, memproduksi semen, dan tingginya fertilitas. Semakin bagus ukuran dan kondisi testis pejantan, akan berpengaruh secara nyata pada jumlah dan kualitas semen yang dihasilkan. Pada penelitian ini, babi bali jantan lepas sapih mempunyai dimensi tubuh dan kondisi testis sebagai yang tercantum dalam Tabel 1. Pengukuran dimensi tubuh ternak berdasarkan metode rotation promax kapa 90 (Sampurna, et al. 2015).

Tabel 1. Dimensi tubuh dan kondisi testis babi bali bibit pejantan di wilayah Nusa Penida

Dimensi tubuh Babi bali bibit pejantan

umur 2 bulan

Panjang badan riil (cm) 52

Panjang kepala (cm) 13

Panjang telinga (cm) 7

Panjang ekor (cm) 18

Panjang bulu punggung (cm) 2

Lingkar dada (cm) 40

Lingkar perut (cm) 52

Lingkar pinggang (cm) 46

Lebar testis kanan (cm) 7,50

Lebar testis kiri (cm) 7,75

Panjang testis kanan (cm) 7,25

Panjang tetsis kiri (cm) 7,50

Bobot badan (kg) 7,0

Babi bali secara genetik pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan babi ras impor. Diperlukan waktu 8-10 bulan untuk mencapai bobot badan 90-100

(18)

[99]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

kg, sedangkan babi ras impor hanya 5-6 bulan. Tetapi kelebihannya, babi bali adalah babi yang tahan menderita, lebih hemat terhadap air, masih mampu bertahan hidup walaupun diberi pakan seadanya (Budaarsa, 2012). Dewasa kelamin babi bali calon pejantan pada umur 7-8 bulan, namun peternak mengawinkan pertama kali pejantan ini pada umur 9-10 bulan dengan alasan pada umur 7-8 bulan tersebut, kondisi fisik calon pejantan belum siap untuk mengawini betina, atau dengan kata lain calon pejantan belum dewasa tubuh dengan sempurna.

Testis babi dewasa sangat besar tetapi relatif lebih lunak, dan terletak horizontal di dalam skrotom. Sebagai perbandingan, testis babi ras dewasa berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 10-15 cm dan diameter 5-9 cm. Besarnya testis secara tidak langsung dapat diketahui dengan mengukur besar skrotom. Melalui pengukuran skrotom dapat diketahui kemampuan produksi sperma seekor pejantan dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kriteria seleksi seekor pejantan.Besar dan ukuran skrotom berkolerasi positif dengan sperma yang dihasilkan oleh pejantan meliputi volume dan motilitas sperma serta kosentrasi spermatozoanya. Selain itu, ukuran skrotom juga berhubungan dengan umur dan berat tubuh dari berbagai bangsa babi dimana perkembangan skrotom berjalan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara keseluruhan. Semakin besar skrotom semakin banyak tubuli seminiferi dan makin banyak pula sperma yang dihasilkan. Masyarakat di wilayah Nusa Penida memberikan sebutan “raden” pada babi bali yang digunakan sebagai pejantan. Sistem perkawinan ternak babi bali di wilayah Nusa Penida, secara dominan masih menggunakan sistem kawin alami, dimana betina yang sedang berahi akan dikawinkan dengan pejantan yang ada disekitar wilayah tersebut. Pemilik pejantan akan dibayar dengan satu ekor anak babi lepas sapih (umur 2-3 bulan) dari hasil perkawinan tersebut.

SIMPULAN

Pemilihan bibit pejantan yang baik dan memenuhi persyaratan, dimensi tubuh dan testis, berkaitan erat dengan aktivitas dan produktivitas calon pejantan. Semakin tinggi dimensi tubuh dan testi calon pejantan, akan berpengaruh secara

(19)

[100]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017 nyata pada performa reproduksi dari pejantan tersebut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Universitas Udayana atas dana Hibah Unggulan Program Studi Universitas Udayana tahun 2016 yang telah diberikan, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aberte, D. E., J.CForrest, D.F Gerrard and E.W Mills. 2001. Principles of Meat Science 4th Edition. W.H. Freeman and Company. San Francisco, United States of America

Ardana, I.B dan D.K.H. Putra. 2008. Ternak Babi Manajemen Reproduksi, Produksi dan Penyakit. Udayana University Press. Denpasar.

Arifiantini, R.I dan Tuty L.Y. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor: IPB Press.

Ax R.L, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME. 2000. Semen Evaluation. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. USA: William & Wilkins.

Boyles,S. 1991. The bull’s scrotom and testiceles. OSU extension Beef Specialist. Available at http://beef.osu.edu/library/skrotom.html. (Accession date 1 March 2016).

Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Dari Beternak, Kuliner hingga Sesaji. Penerbit Buku Arti. Denpasar. ISBN: 978-979-1145-69-5

Budaarsa, K., A.W. Puger, I.M. Suasta. 2016. Ekplorasi Komposisi Pakan Tradisional Babi Bali. MIP Vol 19 (1): 6-11. Http

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.

Gadea J. 2003. Semen Extenders Used In The Arificial Insemination Of Swine. Spanish Journal of Agrikultural Research 1 (2): 17-27.

Garner D. L & E. S. E. Hafez. 2000 spermatozoa and seminal plasma. In: E. S. E. Hafez & B. Hafez (Ed). Reproduction in Farm Animals. 7 thEd. USA: William & Wilkins.

Girisonta. 1981. Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yogyakarta: Kanisius.

Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproductive Behavior. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reproduction in Farm Animals. 7th ED.USA: Wiliams & Wilkins Hafez E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animal. 5thed. Philadelphia: Lea &

Febiger.

Johnson LA, Weitze KF, Fiser P, Maxwell WMC. 2000. Storage Of Boar Semen. J Anim Sci 62: 143-172

Kay, M.R., and Housseman. 1987. The Influence of Sex on Meat Production. In Meat Fd. D.J.A. Cook and R.A. Lawrrie Butterworth. London

Ningrum, A.P, Kustono, M. Hammam. 2008. Hubungan Antara Lingkar Skrotom dengan Produksi dan Kualitas Sperma Pejantan Simmental di Balai

(20)

[101]

Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017

Inseminasi Buatan Ungaran Jawa Tengah. Buletin Peternakan Vol. 32(2): 85-90.

Partodiharjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Paulenz H, Kommisrud E, Hofmo PO.2000. Effect Of Long-term Storage At

Differen Temperaturs On the QualityOf Liquid Boar Semen. ReprodDom anim 35: 83-85

Robet, V. K. 2006. Semen Processing, Extending & Storage for Artificial Insemination in Swine. Dep of Animal Science University of Illinois.

Salisbury,G.W dan N.L. Vandermak. (1985). Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Yogyakarta: Gadjha Mada University Press.

Sampurna I.P, T. S. Nindia, I. K. Suatha. 2015. Simulasi Biplot menentukan Laju Pertumbuhan Dimensi Tubuh Babi Bali. Prosiding Seminar Nasional Ternak Babi dan Kongres I AIBI. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar. ISBN: 978-602-294-106-4. Pp: 131-146

Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sumardani, N.L.G. 2007. Viabilitas dan Fertilitas Spermatozoa dalam Modifikasi Pengencer BTS dan Zorlesco dengan Penyimpanan Berbeda dalam Rangkaian Inseminasi Buatan pada Babi. Tesis. Bogor: IPB.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1980. Principle and Procedures of Statistics. McGraw-Hill Inc. New York. Diterjemahkan oleh: B. Sumantrini. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudiastra, I. W. dan K. Budaarsa. 2015. Studi Ragam Eksterior dan Karakteristik Reproduksi Babi Bali. MIP Vol. 18 (3): 100-105. Http

Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-HallInc., Englewood Cliff, New Jersey

Gambar

Gambar 1. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di bawah pohon,  dengan mengikat pada bagian  lehernya menggunakan tali
Gambar 2. Ternak babi jantan yang dipelihara secara tradisional di dalam kandang semi permanen  Pemeliharaan ternak babi secara tradisional dan juga semi permanen,  memberikan kesan kumuh dan jorok
Gambar 4. Cara pengukuran dimensi tubuh babi bali
Tabel 1. Dimensi tubuh dan kondisi testis babi bali bibit pejantan di wilayah Nusa Penida   Dimensi tubuh  Babi bali bibit pejantan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh, Burhan al-Din al-Mahalli pernah dihantar ke Yaman untuk menemui pemerintah di situ bagi menyelesaikan masalah politik yang berlaku antra ke dua-dua buah

Pola Hubungan antara Frekuensi Kunjungan Pengawas Menelan Obat (PMO) ke Praktisi Swasta dengan Angka Penemuan Kasus TBC Paru BTA Positif Puskesmas di Kabupaten Karangasem Tahun

Laporan Proyek Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Teknik Mesin DIII Fakultas

Resistensi masyarakat Bali tidak akan berhenti ketika SK Reklamasi telah dicabut, tetapi dengan kepekaan sosial yang telah dimiliki, elemen masyarakat Bali berpeluang

Kondisi ini dibuktikan dari konsentrasi terendah yang dapat menghambat perkecambahan, yaitu 0,1 g/ml sedangkan pada pertumbuhan tidak ada konsentrasi pada penelitian ini

[r]

Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan bantal ketinggian 4,5 cm memberikan visualisasi glotis terbaik pada saat tindakan laringoskopi dibanding dengan ketinggian 9