• Tidak ada hasil yang ditemukan

30 September Pertemuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "30 September Pertemuan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pada tulisan sebelumnya telah disinggung bahwa sejarah koperasi di Indonesia berawal dari R.A. Wirjaatmadja, Patih Purwokerto, untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi, yang kemudian dinamakan Bank Simpan Pinjam Para Priyayi Purwokerto. Dalam perjalanannya, usaha tersebut diperluas oleh WPD de Wolf van Westerode yang ingin mewujudkan cita-cita menyediakan kredit bagi petani melalui konsep koperasi Raiffeisen, konsep yang dipelajarinya selama dia cuti di Jerman. Perluasan ini kemudian menjangkau desa-desa dan mencakup kredit pertanian, dengan mendirikan lumbung-lumbung desa. Sayangnya, harapan tersebut tidak sejalan dengan Pemerintah Belanda yang kala itu belum memiliki aturan hukum, beserta perangkat kerja, terkait koperasi.

Baru di tahun 1915 lahirlah aturan koperasi yang pertama yang dikenal dengan Verordening op de Cooperative Vereenigingen (Koninklijk Besluit 7 April 1915 Stbl No. 431), yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, bukan khusus dan semata-mata untuk bumiputera). Kemudian di tahun 1927 lahirlah aturan yang menunjukkan kemauan untuk membangun ekonomi rakyat yaitu Regelling Inlandsch Cooperative Vereeningingen Stbl No. 91.

Pemerintah Hindia Belanda menunjukkan sikap diskriminasi dalam peraturan-peraturan terkait perkoperasian, membedakan antara golongan bumiputera (pribumi) dengan golongan yang tunduk pada tatanan hukum Barat

Saat ini, aturan terkait koperasi diatur dalam UU NO. 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN, dimana koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan

(2)

serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Sebenarnya ada UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian untuk memperbarui UU sebelumnya namun, pada 28 Mei 2014, dikutip dari www.antaranews.com, UU tersebut oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pertimbangan Majelis Hakim menyatakan bahwa filosofi dalam Undang-Undang Perkoperasian [UU No. 17 Tahun 2012 .pen] ternyata tidak sesuai dengan hakikat susunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan yang termuat dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Selain itu, UU tersebut mengutamakan skema permodalan materiil dan finansial serta mengesampingkan modal sosial yang menjadi ciri fundamental koperasi sebagai suatu entitas khas pelaku ekonomi. Koperasi menjadi sama dan tidak berbeda dengan Perseroan Terbatas dan kehilangan roh konstitusionalnya sebagai entitas pelaku ekonomi khas bagi bangsa yang berfilosofi gotong-royong.

Karena koperasi merupakan suatu entitas pelaku ekonomi khas, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri No. 10/Per/M.UMKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi menegaskan dalam Pasal 3 bahwa sekelompok orang yang akan membentuk koperasi wajib memahami:

1. Pengertian, nilai dan prinsip koperasi; 2. Asas kekeluargaan;

3. Prinsip badan hukum; dan

4. Prinsip modal sendiri atau ekuitas.

Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Pengujian UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian tertuang No. 28/PUU-XI/2013

PENGERTIAN, NILAI DAN PRINSIP KOPERASI

Untuk dapat lebih memahami pengertian koperasi, berikut ini adalah beberapa pengertian dalam berbagai Undang-Undang yang pernah berlaku sebagai perbandingan:

UU No. 79 Tahun 1958 Pasal 2 ayat (1) tentang Perkumpulan Koperasi, menyebutkan “Koperasi ialah suatu perkumpulan

(3)

yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang tidak merupakan konsentrasi modal.”

UU No. 14 Tahun 1965 Pasal 3 tentang Perkoperasian, menyebutkan “Koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat Revolusi yang berfungsi sebagai persemaian insan masyarakat serta wahana menuju Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila.”

UU No. 12 Tahun 1967 Pasal 3 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, menyebutkan “Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi yang merupakan susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”

UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 1 tentang Perkoperasian, menyebutkan “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.”

Dari berbagai perumusan tersebut di atas terdapat hal yang ditonjolkan adalah mengenai siapa koperasi itu, atau dengan kata lain, koperasi dipandang dalam perspektif subyek atau sebagai pelaku ekonomi -sebagai suatu bentuk perkumpulan, organisasi ekonomi atau organisasi ekonomi rakyat- yang menjadi bagian dari sistem ekonomi. Ini sejalan dengan pengertian koperasi yang dirumuskan International Co-operative Alliance (ICA) yang menyatakan:

A co-operative is an autonomous association of persons united voluntarily to meet their common economic, social, and cultural needs and aspirations through a jointly-owned and democratically-controlled enterprise.

[Sebuah koperasi adalah sebuah asosiasi otonom dari kumpulan orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan umum dalam hal ekonomi, sosial dan budaya, serta menyalurkan aspirasi melalui satu badan usaha dengan kepemilikan-bersama dan demokrasi terkontrol]

Namun demikian, koperasi secara historis terikat dengan Prinsip dan Nilai yang harus ditegakkan. UU No. 25 Tahun 1992 tentang

(4)

Perkoperasian mengatur PRINSIP KOPERASI di pasal 5, sebagai berikut:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, berarti bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuka papun.

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis, berarti bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan tertinggi dalam Koperasi. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya usaha masing-masing anggota, berarti pembagian dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal yang pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan.

5. Kemandirian, berarti dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.

6. Pendidikan perkoperasian penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. 7. Kerja sama antarkoperasi dilakukan antar Koperasi ditingkat

lokal, regional, nasional dan internasional.

Prinsip yang ditegakkan tersebut harus dilandasi NILAI-NILAI KOPERASI yang dirumuskan oleh International Cooperative

(5)

Alliance (ICA) terdiri dari:

1. Menolong diri sendiri (self-help), dilandasi keyakinan bahwa setiap orang dapat dan mampu mengontrol tujuan hidup masing-masing.

2. Bertanggung jawab sendiri (self-responsibility), berarti bahwa setiap anggota bertanggung jawab terhadap koperasinya, untuk mempertahankan dan melanjutkan keberlangsungan hidupnya.

3. Persamaan hak (equality) anggota baik sebagai individu maupun kelompok yang tidak memandang status sosial dan ekonomi.

4. Keadilan (equity) dalam koperasi adalah selamanya tanpa batasan dimana setiap anggota diperlakukan sama dalam memperoleh pembagian partisipasinya.

5. Kesetiakawanan (solidarity) menjamin bahwa setiap tindakan koperasi bukan dikarenakan kepentingan pribadi tertentu. Seluruh anggota termasuk yang terkait dengan koperasi diperlakukan dengan baik.

ASAS KEKELUARGAAN

UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) menyebutkan, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Mohammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia menjelaskan:

Asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Asas kekeluargaan itu adalah istilah dari Taman Siswa, untuk menunjukkan bagaimana guru dan murid-murid yang tinggal padanya hidup sebagai suatu keluarga. Itu pulalah hendaknya corak koperasi Indonesia. Hubungan antara anggota-anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan orang-orang bersaudara, suatu keluarga.

Meskipun asas kekeluargaan diartikan hubungan para anggota seperti keluarga, Sri Edi Swasono dalam artikel Pasal 33 UUD 1945 Harus Dipertahankan, Jangan Dirubah, Boleh Ditambah Ayat, menegaskan:

“Kebersamaan” adalah suatu “mutuality” dan “asas kekeluargaan” adalah “brotherhood” (bukan kinship) atau “broederschap”, bahasa agamanya adalah ukhuwah, yang mengemban semangat kolektivan dan solidaritas sosial. ... Jadi asas kekeluargaan yang brotherhood ini bukanlah asas kekeluargaan atau asas kekerabatan (bukan family system atau

(6)

kinship) yang nepotistik. Kebersamaan dan kekeluargaan adalah asas ekonomi kolektif (cooperativism) yang dianut Indonesia Merdeka, sebagai lawan dari asas individualisme yang menjadi dasar ekonomi kolonial ....

Dengan kata lain, koperasi sebagai entitas dari bagian sistem ekonomi yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang bersepakat dalam menjalankan suatu aktivitas ekonomi, dilandaskan pada semangat kolektivitas yang saling menguntungkan (mutual relationship) dan solidaritas sosial sebagai kekhasan yang membedakan dengan sistem ekonomi lainnya.

PRINSIP BADAN HUKUM

Sebagai suatu entitas dari sistem ekonomi, pembentukan koperasi harus memenuhi syarat, sesuai dengan Permenkop & UKM No. 10/Per/M.UMKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi Pasal 3, sebagai berikut:

1. Koperasi Primer, dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 20 (dua puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama;

2. Koperasi Sekunder dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) badan hukum koperasi;

3. Pendiri Koperasi Primer sebagaimana dimaksud pada poin 1 adalah warga negara Indonesia, mampu melakukan perbuatan hukum dan memiliki kegiatan ekonomi yang sama;

4. Pendiri Koperasi Sekunder adalah pengurus koperasi yang diberi kuasa dari masing-masing koperasi untuk menghadiri rapat pembentukan Koperasi Sekunder;

5. Nama koperasi terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) kata;

6. Melaksanakan kegiatan usaha yang langsung memberi manfaat secara ekonomis kepada anggota;

7. Mengelompokkan usaha koperasi menjadi usaha utama, usaha pendukung dan usaha tambahan yang dicantumkan dalam anggaran dasar;

8. Para pendiri menyetorkan modal sendiri yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal untuk melaksanakan kegiatan usaha yang jumlahnya sesuai kebutuhan yang diputuskan oleh rapat pendirian koperasi.

(7)

Anggaran dasar koperasi yang dibahas dalam rapat pembentukan koperasi memuat sekurang-kurangnya:

1. Daftar nama pendiri;

2. Nama dan tempat kedudukan; 3. Jenis koperasi;

4. Maksud dan tujuan; 5. Jangka waktu berdirinya; 6. Keanggotaan;

7. Jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal;

8. Permodalan; 9. Rapat anggota; 10. Pengurus; 11. Pengawas;

12. Pengelolaan dan pengendalian; 13. Bidang usaha;

14. Pembagian sisa hasil usaha;

15. Ketentuan mengenai pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum; dan

16. Sanksi.

Pelaksanaan pembahasan rapat pembentukan koperasi tersebut kemudian dituangkan dalam:

1. Berita acara rapat pendirian koperasi; atau 2. Notule rapat pendirian koperasi.

Para pendiri koperasi atau kuasanya kemudian mempersiapkan akta pendirian koperasi untuk diajukan kepada Notaris untuk selanjutnya diajukan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi kepada Pejabat berwenang. Permohonan ini harus melampirkan dokumen:

1. Surat keterangan persetujuan penggunaan nama koperasi dari Pejabat;

2. 2 (Dua) rangkap akta pendirian koperasi, 1 (satu) diantaranya bermeterai cukup;

3. Surat kuasa pendiri;

4. Notulen rapat pembentukan koperasi; 5. Berita acara rapat pembentukan koperasi;

6. Akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh Notaris;

7. Surat bukti jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal;

(8)

8. Surat keterangan domisili;

9. Rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 (tiga) tahun ke depan dan Rencana Anggaran dan Pendapatan Koperasi; dan

10. Surat permohonan Izin Usaha Simpan Pinjam/Unit Usaha Simpan Pinjam, bagi koperasi Simpan Pinjam atau koperasi jenis lain yang memiliki unit simpan pinjam.

Ketika permintaan pengesahan akta pendirian koperasi masih dalam proses, pengurus yang ditunjuk untuk pertama kali dapat melakukan kegiatan usaha atau tindakan hukum untuk kepentingan calon anggota atau koperasi. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah mendapat pengesahan oleh Menteri. Setelah akta pendirian disahkan, Rapat Anggota memutuskan untuk menerima atau menolak tanggung jawab pengurus atas kegiatan usaha atau tindakan hukum sebagai tanggung jawab koperasi.

Lebih detail terkait prosedur lengkap kelembagaan koperasi dapat melihat Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 10/Per/M.KUKM/IX/2015. PRINSIP MODAL SENDIRI ATAU EKUITAS

Dalam UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 41, yang dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung risiko atau disebut modal ekutif. Modal ini berasal dari:

1. Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2. Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3. Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

(9)

Perdata), dianggap sah dan akibatnya berlaku bagi para pihak jika telah menerima dengan tegas pemberian tersebut dengan akta notaris. Ini diatur dalam Pasal 1683 jo. Pasal 1682 KUH Perdata sebagai berikut:

Pasal 1682 KUHPerdata:

“Tiada suatu penghibahan pun kecuali termaksud dalam Pasal 1687 dapat dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah aslinya) harus disimpan pada notaris dan bila tidak dilakukan demikian maka penghibahan itu tidak sah.”

Pasal 1683 KUHPerdata:

“Tiada suatu penghibahan pun mengikat penghibah atau mengakibatkan sesuatu sebelum penghibahan diterima dengan kata-kata tegas oleh orang yang diberi hibah atau oleh wakilnya yang telah diberi kuasa olehnya untuk menerima hibah yang telah atau akan dihibahkannya itu.

Jika penerimaan itu tidak dilakukan dengan akta hibah itu maka penerimaan itu dapat dilakukan dengan suatu akta otentik kemudian, yang naskah aslinya harus disimpan oleh Notaris asal saja hal itu terjadi waktu penghibah masih hidup; dalam hal demikian maka bagi penghibah, hibah tersebut hanya sah sejak penerimaan hibah itu diberitahukan dengan resmi kepadanya.”

Yang harus diingat jika terjadi pembubaran koperasi karena suatu hal tertentu, anggota hanya menanggung kerugian sebatas simpapan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan yang dimilikinya.

DAFTAR BACAAN

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 01/Per/M.UKM/I/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi

Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia No. 02/Per/M.KUKM/IV2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia No.

01/Per/M.KUKM/II/2015 tentang Perubahan Lambang/Logo Gerakan Koperasi Indonesia

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 10/Per/M. UMKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi

(10)

Swasono, Sri Edi. Pasal 33 UUD 1945 Harus Dipertahankan, Jangan Dirubah, Boleh

Ditambah Ayat. www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10688 diakses

27 September 2016: 20.00 WITA

UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

www.antaranews.com. MK Batalkan Undang-Undang tentang Perkoperasian. 28 Mei 2014 13.08 WIB. http://www.antaranews.com/berita/436287/mk-batalkan-undang-undang-tentang-perkoperasian diakses 27 September 2016: 18.01 WITA

www.hukumonline.com. Keabsahan Hibah. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/ lt54912b4c6a82e/keabsahan-hibah diakses 28 September 2016: 23.35 WITA www.mahkamahkonstitusi.go.id. Salinan Putusan Mahkamah Konstitusi RI No.

28/PUU-XI/2013. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/public/content/persidangan/

putusan/putusan_sidang_1702_28%20PUU%202013-UUKoperasi-telahucap-28Mei2014-tdk%20dtrima-%20wmActionWiz.pdf diakses 27 September 2016: 19.41 WITA

LAMBANG KOPERASI

Setiap koperasi dapat menggunakan lambang koperasi, yang diresmikan oleh Kongres Koperasi I yang dilaksanakan pada 12 Juli 1947. Lambang tersebut memiliki makna sebagai berikut:

1. Rantai melambangkan persatuan dan persahabatan yang kokoh. 2. Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh secara

terus menerus.

3. Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran rakyat yang diusahakan oleh koperasi.

4. Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. 5. Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan landasan ideal

koperasi.

6. Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.

7. Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian koperasi rakyat Indonesia.

8. Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional Indonesia. Lambang tersebut sempat diubah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia No.

02/Per/M.KUKM/IV2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia dan sempat digunakan selama beberapa tahun terakhir ini. Namun, semenjak dikeluarkan Peraturan Menteri No.

01/Per/M.KUKM/II/2015, penggunaan lambang koperasi dikembalikan ke lambang awal, sebagaimana diputuskan pada Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya Tahun 1947.

(11)

Marilyn Scholl dan Art Sherwood dalam Four Pillar of Cooperative Governance menawarkan model empat PILAR PENGELOLAAN KOPERASI (Gambar 1) yang terdiri dari: 1. Menjadi Tim (Teaming)

2. Pemberdayaan yang Akuntabel (Accountable Empowerment) 3. Kepemimpinan Strategik (Strategic Leadership)

4. Demokrasi (Democracy)

Gambar 1

Pilar Pengelolaan Koperasi

(diolah dari Marilyn School & Art Sherwood. Four Pillars of Cooperative Governance. 2014. From Cooperative Grocer)

Pilar Pengelolaan Koperasi tersebut merupakan materi utama yang akan diuraikan

dalam tulisan-tulisan berikutnya, yang pada pertemuan kali ini dimulai dari Pilar I -Menjadi Tim

(Teaming)- agar dapat

memahami apa saja yang harus dilakukan dalam mengelola koperasi agar menjadi lebih baik.

Materi ini dipilih sebagai pembelajaran pengelolaan koperasi mutakhir sesuai perkembangan zaman sehingga pengelola koperasi

dapat mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat terjadi saat ini.

(12)

PILAR I - MENJADI TIM (

TEAMING

)

Secara leksikal, Cambridge Dictionary mendefinisikan kata

teaming sebagai the activity of working together as a team

[aktivitas bekerja bersama-sama sebagai satu tim]. Saat ini dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan cepat berubah, kompetisi ketat yang penuh ketidakpastian namun tuntutan konstan akan inovasi meningkatkan ketergantungan dan juga kesempatan kolaborasi dan komunikasi menjadi lebih penting dari saat sebelumnya. Menjadi tim (teaming) adalah esensi baru bagi kemampuan koperasi untuk merespon kesempatan dan meningkatkan proses internal.

Dikutip dari Amy C. Edmondson dalam The Importance of

Teaming (2012), Richard Hackman, psikolog Universitas

Harvard, menyatakan: “Teaming is a verb. It is a dynamic activity, not a bounded, static entity.” [Menjadi tim adalah sebuah kata kerja. Itu adalah aktivitas dinamis, bukan terbatas suatu bentuk statis.] Menjadi tim menekankan pada kerja sama sebagai tim adalah segalanya. Perubahan tetap alami dalam pekerjaan menjadikan suatu tim dapat mudah dibubarkan secepat sebagaimana saat awal dibentuk. Seseorang bisa bekerja dalam satu tim saat ini namun mungkin dalam beberapa hari atau bahkan menit, bisa berganti di tim lainnya.

Pentingkah perangkat koperasi memperhatikan hal ini? Jawabannya mudah. Menjadi Tim adalah penggerak pembelajaran organisasi koperasi. Paul Hubert Casselman dalam

The Cooperative Movement and some of its Problems, dikutip

dari Hendrojogi, mengatakan:

Cooperation is an economic system with social content [koperasi adalah sistem ekonomi yang mengandung unsur sosial], dimana sebagai suatu sistem ekonomi maka koperasi harus beroperasi pada kaidah-kaidah ekonomi dan motif ekonomi sedangkan unsur sosial yang terkandung dalam prinsip koperasi bukanlah sesuatu yang bersifat kedermawanan (philantropis) melainkan lebih menekankan pada hubungan antar-anggota dan anggota dengan pengurus, hak suara, cara pembagian dari Sisa Hasil Usaha dan

(13)

sebagainya. Tentu hubungan ini tidak bisa dipahami dan dipelajari koperasi ketika sebagai suatu organisasi tetapi individu di dalamnya sangat bisa. Lingkungan yang berubah dengan cepat membutuhkan individu yang paham bagaimana menjadi tim, individu yang memiliki kemampuan dan fleksibilitas dalam mengambil tindakan di suatu kolaborasi potensial kapanpun dan dimanapun terlibat.

Kebanyakan dari berbagai tim yang sukses bukan hanya kumpulan dari beragam kemampuan teknis melainkan juga individu yang diberi kesempatan untuk memerankan banyak peran melintasi batas fungsi tradisional secara hirarkis. Ada banyak model yang dikembangkan oleh para ahli untuk mengenali peran apa yang cocok bagi seorang individu, salah satunya adalah The Team Management Profile. Model ini dikembangkan oleh Dr. Charles Margerison, Profesor Manajemen dari Universitas Queensland Australia, dan Dr. Dick McCan, Direktur Penelitian dan Pengembangan TMS Dunia. Konsep dasar dari model ini adalah untuk memberikan informasi dasar kecenderungan kerja individu dan kekuatan diri yang dibawa ke dalam suatu tim. Penelitian menunjukkan bahwa secara umum suatu pekerjaan dapat diselesaikan oleh beragam orang, namun aktivitas inti pekerjaan tertentu membutuhkan orang-orang dengan kemampuan terkait, pilihan dan kemampuan untuk diselesaikan. Dalam pekerjaan umumnya terdapat sedikitnya dua atau tiga aktivitas yang kritis untuk menghasilkan kesuksesan. Jika aktivitas tersebut diselesaikan dengan efektif dapat memberi perbedaan besar atau kecil atas hasil kinerjanya.

(14)

Pilihan peran yang dimiliki oleh individu antara lain:"

1. Memberi Masukan (Advising), mengumpulkan dan melaporkan informasi. 2. Menemukan (Innovating), membuat dan

mencoba suatu ide.

3. Mempromosikan (Promoting), menggali dan menyediakan kesempatan.

4. Membangun (Developing), mengerjakan dan mencoba sesuatu dengan pendekatan baru.

5. Mengatur (Organizing), menyediakan dan mencoba cara untuk membuat sesuatu bekerja.

6. Membuat (Producing), menyediakan dan mengirimkan hasil.

7. Memantau (Inspecting), mengawasi dan memeriksa sistem kerja.

8. Memelihara (Maintaining), menjaga dan merawat standar atau proses.

9. Menghubungkan (Linking),

mengoordinasikan dan menyatukan kerja lainnya.

Gambar 2

Lingkaran Kerja Tipe Margerison-McCann

(diolah dari Margerison-McCann Team Management System, http://www. tmsworldwide.com/downloads/ English_PDF_Concepts.PDF)

Dalam pengelolaan koperasi, kerja sama tim memegang peran penting yang akan menentukan keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Karena pentingnya kerja sama tim, membangun dan mengelola tim haruslah dilakukan. Dikutip dari Marissa Levin, Rich Karlgraard dan Michael S. Malone memberikan lima faktor penting untuk mewujudkan tim dengan kinerja tinggi, yaitu:

1. Kesadaran diri (self-awareness)di setiap level tim

Ketika suatu tim yang berisi dari banyak individu, menyatukannya menjadi satu kesatuan merupakan fakta yang harus dipertimbangkan agar menjadi satu struktur utuh. Lima pertanyaan utama yang harus ditanyakan, yaitu:

a. Apakah dirimu di tim yang sesuai di saat yang tepat? b. Dapatkan tim tetap bertahan menghadapi

perubahan lingkungan yang terjadi?

(15)

dilakukan?

d. Apakah ada orang yang berada di posisi yang tepat dalam tim yang ada?

e. Apakah tim dipersiapkan untuk suatu krisis, kekacauan atau perubahan kepemimpinan?

2. Jumlah anggota yang tepat

Jumlah ideal suatu tim adalah dua. Ada empat kategori utama dalam pasangan tim, yaitu:

a. Pasangan yang sementara (occasion pairs) dibentuk untuk pekerjaan spesifik. Pembentukan dan pembubarannya dilakukan dengan cepat. Itu mungkin tidak saling menyukai tetapi saling membutuhkan.

b. Pasangan yang sama (similarity pairs) seringkali dipasangkan dan bekerja sama dalam harmoni. Ini menjadi saling ketergantungan satu dengan yang lain.

c. Pasangan yang berbeda (difference pairs) berisi pasangan yang saling melengkapi satu sama lain dalam kekuatan dan kelemahan. Ini saling berlawanan dalam perilaku.

d. Pasangan yang berbeda posisi (inequality pairs) termasuk pemimpin-pengikut atau pelatih-anak didik. Ini selalu tidak seimbang diantara pasangannya.

Untuk ukuran sedang, lima sampai sembilan anggota adalah jumlah optimal untuk membangun kedekatan. Untuk jumlah besar, 11 sampai 18 anggota adalah jumlah maksimal seseorang dapat percaya.

3. Komunikasi yang kuat

Alex Pentland, direktur Laboraturium MIT, menemukan tiga aspek komunikasi yang sangat berdampak pada kinerja tim, yaitu:

a. Energi: jumlah dan tatap muka para anggota tim. Pentland menyimpulkan bahwa 35% variasi dari kinerja tim dapat dicapai dengan mudah hanya dari banyaknya pertemuan tatap muka diantara anggota tim.

b. Keterlibatan: distribusi energi diantara anggota tim. Semakin banyak keterlibatan yang mantap diberikan kepada anggota tim, semakin kuat suatu tim.

(16)

dengan pihak luar timnya.

Tim dengan kinerja tinggi selalu mencari banyak keterlibatan dengan pihak luar.

4. Kedekatan tim (team chemistry)

Kedekatan tidak dapat dibantah. Ini tidak dapat dipaksakan atau dipalsukan. Ketika ini ada, maka tidak dapat diabaikan. Ketika ini tidak ada, tidak bisa dibuat untuk ada. Ini berlaku ke dalam hubungan personal sama seperti dinamika tim. Ketika anggota tim memiliki kedekatan yang baik, otak akan memproduksi lebih banyak oksitosin, hormon yang membantu berhubungan dengan orang lain. Semakin tinggi tingkat oksitosin akan merasakan kesenangan, kepercayaan yang mendalam dan kedekatan yang lebih kuat. Tim yang memiliki kedekatan mendalam akan mudah menyatukan tujuan bersamanya.

5. Keragaman kognitif (pengalaman)

Tim dengan kinerja tinggi akan berisi orang-orang yang berpikir berbeda, yang memiliki penyelesaian masalah dari sudut pandang baru dan beragam tingkat toleransi risiko. Pemikir otak kiri akan sangat logis dan analisis; pemikir otak kanan akan sangat kreatif dan intuitif, maka pilihlah “tim otak-lengkap” dengan distribusi yang seimbang.

Untuk dapat menjadi anggota koperasi, UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 18 Ayat (1) menyatakan, “Yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap warna negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan humum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar”. Satu hal yang penting diingat, anggota merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Ini menuntut adanya kesamaan kepentingan ekonomi yang sejalan dengan lingkup usaha koperasi.

DAFTAR BACAAN

Hendrojogi. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. 2007. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 979-421-662-3

http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/teaming#translations diakses 29 September 2016: 01.14 WITA

(17)

Kimberly A. Zeuli dan Robert Crop. Cooperatives: Principles and Practises in the 21st

century. 2004. Wisconsin: University of Wisconsin-Extension

Margerison-McCann Team Management System. Concepts: Team Management Wheel. http://www.tmsworldwide.com/downloads/English_PDF_Concepts.PDF diakses 30 September 2016: 19.36 WITA

Marilyn School & Art Sherwood. Four Pillars of Cooperative Governance. 2014. From Cooperative Grocer

Marissa Levin. The 5 Most Important Characteristics of Great Team. 30 Agustus 2016. http://www.inc.com/marissa-levin/the-5-most-important-characteristics-of-great-teams-according-to-science.html diakses 30 September 2016: 21.54 WITA

Referensi

Dokumen terkait

21 Kelurahan Sempaja Utara Kecamatan Samarinda Utara (BANKEU PROV. Apabila pada saat Pembuktian Kualifikasi peserta tidak hadir/tidak dapat menunjukkan, ditemukan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengenai pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan dividen

Untuk membuat sistem pengaman Brankas Bank dengan menggunakan SMS dan GPS yang berbasis Android maka langkah yang dikerjakan yaitu membuat blok diagram sistem, rangkaian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas ilmu Pendidikan. Departemen Psikologi Pendidikan

secretions between r,veeks ?2 and 37 of pregnancy. Its absence makes PTB unlikel.v. Obsterrics carc must focus on strategies to impror.e the outcome of preterm

Pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama dilaksanakan dengan kegiatan yaitu ahli waris selaku pemohon (ahli

Kebijakan pemerintah itu meliputi: (a) besarnya tingkat subsidi yang akan diberikan ke perusahaan; (b) jumlah ekspor yang diizinkan pemerintah, seiring dengan keperluan pupuk

 Pembelajaran tidak boleh diwakilkan (Pembelajaran dilakukan sendiri oleh pelajar melalui aktiviti-aktiviti pembelajaran dan bukan dilakukan oleh guru atau orang lain).