• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2006, p5), Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p3-4), Sistem Informasi adalah “the use of computer technology in an organization to provide information to users. A computer used information systems is a collection of computer hardware and software designed to transform data into useful information.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Sistem Informasi adalah mengorganisasikan sumber daya manusia, perangkat keras dan piranti lunak komputer yang saling berinteraksi untuk menyediakan informasi di mana dapat berguna bagi pihak manajemen.

2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Wilkinson et al. (2000, p7), Sistem Informasi Akuntansi adalah kesatuan struktur dalam sebuah entitas, seperti perusahaan yang mempekerjakan sumber-sumber fisik dan komponen lain untuk mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi, dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi dari beragam pemakai.

(2)

Menurut Gelinas, Sutton, Hunton (2005, p15), Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah spesialisasi subsistem dari sistem informasi, tujuannya untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan terhadap aspek keuangan dari kegiatan bisnis, di mana terintegrasi dengan sistem informasi dan tidak dapat membedakan sebagai pemisah subsistem.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Sistem Informasi Akuntansi adalah spesialisasi dari subsistem dari sistem informasi dengan tujuan untuk mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi, demi memenuhi kebutuhan informasi dari pemakai.

2.1.3. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut pendapat Wilkinson et al. (2000, p8), tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi adalah:

1. Mendukung operasional sehari-hari.

2. Mendukung pengambilan keputusan bagi pengambil keputusan internal. 3. Untuk memenuhi kewajiban atau tanggung jawab yang sesuai dengan

jabatannya.

Sedangkan menurut pendapat Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p109), tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi adalah:

1. Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya-biaya klerikal seminimal mungkin dan menyediakan informasi (information value added mechanism) bagi pihak intern untuk pengelolaan kegiatan usaha (managers) serta para pihak terkait (stockholders/stakeholders).

(3)

2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem di mana sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian dan struktur informasinya. 3. Untuk menerapkan (implementasi) sistem pengendalian intern memperbaiki

kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban (akuntanbilitas).

4. Menjaga atau meningkatkan perlindungan kekayaan perusahaan.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p8-9), sebuah Sistem Informasi Akuntansi yang dirancang dengan baik dapat melakukan hal-hal berikut ini:

1. Meningkatkan kinerja dan menurunkan biaya dari barang dan jasa. 2. Meningkatkan efisiensi.

3. Meningkatkan pengambilan keputusan. 4. Membagi pengetahuan.

2.1.4. Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut pendapat Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p112), Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari dari unsur-unsur atau komponen yaitu:

1. Business Operations

Suatu organisasi melakukan berbagai aktivitas (business processes) seperti perekrutan karyawan, pembelian barang persediaan dan penerimaan kas dari pelanggan. Input Sistem Informasi Akuntansi disiapkan oleh bagian operasional dan outputyang digunakan untuk mengatur kegiatan operasional. 2. Transaction Processing

(4)

(bila perusahaan industri) dan pembelian. 3. Management Decision Making

Informasi diharapkan memberikan dasar/kriteria/knowledge yang diperlukan untuk bahan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan pihak manajemen.

4. Reporting

Dalam menyusun laporan berdasarkan sistem informasi, penyusun sistem (system designer) harus mengetahui outputyang dibutuhkan/diinginkan. 5. System Development and Operation

Sistem informasi harus dirancang, diimplementasikan dan dioperasikan secara efektif.

6. Database

Untuk memperoleh database yang baik, perlu dipahami sungguh-sungguh proses pengumpulan dan penyimpanan data dan juga jenis database software. 7. Technology

Dukungan TI sudah sampai pada tingkatan sedemikian rupa sehingga prosedur operasional tradisional yang dulu dilaksanakan secara manual, kini sudah menjadi otomatisasi.

8. Controls

Dalam menyusun sistem pengendalian intern harus dipertimbangkan tingkatan kompleksitas Sistem Informasi serta perkembangan teknologi. 9. Interpersonal/Communication Skill

Untuk mempresentasikan hasil kerja secara efektif, sistem desainer harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik secara lisan mau pun tulisan.

(5)

10. Accounting and Auditing Princples

Untuk menyusun dan mengoperasikan Sistem Informasi Akuntansi, seorang akuntan harus mengetahui prosedur akuntansi dan memahami audit terhadap sistem informasi.

2.1.5. Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem

Menurut pendapat Romney dan Steinbart (2006, p30), siklus pemrosesan transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang atau jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi kedalam lima subsistem yaitu:

1. Revenue Cycle(Siklus Pendapatan), yang terdiri dari transaksi pembelian dan penerimaan kas.

2. Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran), yang terdiri dari peristiwa pembelian dan pengeluaran kas.

3. Human Resource/Payroll Cycle (Siklus Sumber Daya Manusia), terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja.

4. Production Cycle (Siklus Produksi), terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk/jasa siap dipasarkan. 5. Financing Cycle (Siklus Keuangan Perusahaan), terdiri dari peristiwa yang

(6)

2.2. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Piutang Usaha 2.2.1. Pengertian Penjualan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004, PSAK no.23.1), Penjualan barang meliputi barang diproduksi atau dibeli perusahaan untuk dijual, sedangkan penjualan jasa menyangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual yang telah disepakati oleh perusahaan untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau lebih dari satu periode.

Menurut Gelinas, Sutton, Hunton (2005, p350), proses penjualan adalah pertimbangan sebuah struktur interaksi dari people, peralatan, metode-metode, dan kendali-kendali yang didesain untuk memperoleh tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan penjualan adalah barang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang dibeli untuk dijual kembali pada pelanggan yang akan dibebankan sejumlah tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan demi mencapai tujuan tertentu.

2.2.2. Tujuan/Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Menurut pendapat Wilkinson et al. (2000,p416), tujuan sistem informasi akuntansi penjualan adalah:

1. Mencatat orderpenjualan secara akurat dan cepat. 2. Mengidentifikasi pelanggan yang layak mendapat kredit.

3. Mengirimkan produk atau melakukan pelayanan pada waktu yang tepat. 4. Menagih piutang ke pelanggan pada waktunya.

5. Mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara cepat dan akurat. 6. Melakukan posting penjualan dan penerimaan kas ke account yang

(7)

berhubungan ke dalam buku besar piutang. 7. Mengamankan produk sampai pengiriman. 8. Mengamankan kas sampai dideposit.

2.2.3. Dokumen-Dokumen yang Berhubungan dengan Sistem Penjualan

Menurut Wilkinson et al. (2000, p419) dokumen yang di input dalam aplikasi sistem penjualan adalah:

1. Customer order

Adalah purchase order diterima dari pelanggan atau form yang dipersiapkan oleh karyawan penjualan dari perusahaan penjual.

2. Sales order

Adalah formformal memiliki banyak copyyang disiapkan dari customer order. 3. Picking list

Adalah copydari sales order, dokumen terpisah dikirim ke gudang dan dalam pengambilan barang yang dipesan.

4. Packing slip

Adalah copy dari sales order atau picking list yang ditempelkan bersama barang ketika dipersipakan untuk pengiriman.

5. Shipping notice

Biasanya merupakan copy dari sales orderatau dokumen pengiriman terpisah yang berfungsi sebagi bukti bahwa barang telah dikirimkan.

6. Sales invoice

Adalah dokumen yang dikirimkan ke pelanggan untuk menyatakan berapa jumlah penjualan.

(8)

7. Remitance advice

Adalah dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari pelanggan. 8. Deposit slip

Adalah dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank. 9. Back order

Adalah dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukupi sales order.

10. Credit memo

Adalah dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan untuk pengembalian penjualan/penyisihan penjualan.

11. Credit application

Adalah sebuah formdipersiapkan ketika pelanggan baru mengajukan kredit. 12. Sales person call report

Adalah form yang dibuat oleh sales person pada pelanggan potensial guna untuk menggambarkan panggilan, dan mengidentifikasi hasil panggilan tersebut.

13. Delinquent notice

Adalah catatan dikirimkan pada pelanggan yang melewati batas saldo kredit. 14. Write-off notice

Adalah dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika account dinyatakan tidak dapat ditagih.

15. Cash register receipt

(9)

16. Bill of Lading

Adalah dokumen pengiriman digunakan untuk delivery company yang akan mengirimkan produk.

2.2.4. File/Catatan yang Digunakan dalam Aplikasi Sistem Penjualan

Menurut Wilkinson et al. (2000, p444) file atau catatan yang digunakan dalam aplikasi sistem penjualan adalah:

1. File Master: Master Pelanggan, Persediaan, Piutang.

2. File Transaksi: File Sales Order, Shipping, Sales Invoice, Billing, General Ledger.

3. File Reference: Shipping Reference, Pricing Reference, Sales History. 4. Jurnal Memo Kredit, Jurnal Penerimaan Kas, Buku Besar Pembantu Piutang.

2.2.5. Fungsi-fungsi yang Terkait

Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p265-268, p321), dapat disimpulkan bahwa fungsi yang terkait dalam siklus penjualan meliputi:

1. Fungsi Penjualan

Fungsi ini antara lain bertugas menerima pesanan pelanggan, meminta otorisasi kredit, mengisi faktur penjualan tunai, serta menentukan tanggal dan tujuan pengiriman.

2. Fungsi Kredit

Fungsi ini antara lain bertugas meneliti status kredit pelanggan dan memberikan otorisasi kredit pada pelanggan.

(10)

3. Fungsi Gudang

Fungsi ini antara lain bertugas menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan pelanggan.

4. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini antara lain bertugas menyerahkan barang atas dasar surat pesanan penjualan yang diterimanya dari fungsi penjualan.

5. Fungsi Penagihan

Fungsi ini antara lain bertugas melakukan verifikasi pesanan berdasarkan dokumen-dokumen pesanan yang diterimanya kemudian membuat dan mengirimkan faktur pada pelanggan.

6. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini antara lain bertugas membuat pencatatan transaksi penjualan, piutang, serta penerimaan kas secara periodik.

7. Fungsi Kas

Fungsi ini antara lain bertugas sebagai penerima kas dari hasil penjualan untuk diteruskan ke bank.

8. Fungsi Pemeriksa atau Audit Internal

Fungsi ini antara lain bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik, serta bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank untuk mengecek ketelitian catatan kas terhadap fungsi akuntansi.

(11)

2.2.6. Prosedur-prosedur dalam Siklus Penjualan

Pada gambar di bawah ini akan menjelaskan mengenai siklus penjualan. Menurut pendapat Wilkinson et al. (200, p422), prosedur penjualan meliputi tiga proses yaitu: Customer 1.0 Receive and enter sales order 2.0 Ship goods to customer 3.0 Bill customer 4.0 prepare accounting analyses and reports Accountants, managers, and director order Acknowledgment Approved order Shipping document

Analyses and reports

Sales data Customer Sales invoice Customer data Order data Credit data Inventory data Sales history Request for check

Credit approval

Ordered product nos.., quantity on hand, wharehouse.locations

Open order Customer number

and other data

Shipping data

Inventory data

Shipped goods (with packing slip)

Rates,routing, carrier shipped quantities Billed quantities Pricing data Order data Quantities ordered Open invoice Product prices Sales summaries Sales data Receivable data Customer data General ledger account data Accountant balances Amount of sale Address, terms, etc

Invoiced amount

Gambar 2.1 Data Flow Diagram Siklus Penjualan dan Piutang (Sumber: Wilkinson et al.)

(12)

1. Order Entry

Setiap pesanan dari pelanggan dimasukkan ke dalam sebuah form penjualan berdasarkan order atau pesanan dari telepon oleh pelanggan. Langkah awal yang dilakukan dalam memasukkan pesanan adalah pengecekan apakah jumlah barang dipesan sudah tersedia. Apabila jumlah barang ada tidak mencukupi, dilakukan proses back order dengan form back order tersebut dikirim pada pemasok terpilih untuk memesan barang dibutuhkan. Kemudian dilakukan pengecekan status kredit pelanggan. Apabila semua kebijakan kredit telah terpenuhi maka dibuat customer order acknowledgmentdan picking list bagian gudang.

2. Shipping

Apabila barang yang dipesan telah disiapkan oleh bagian gudang, maka proses selanjutnya adalah pengiriman. Dalam pengiriman barang, perlu diperhatikan beberapa dokumen pengapalan seperti packing slip, bill of lading, dan shipping notice.

3. Billing

Setelah shipping noticediterima, pada hari itu juga, (1) dibuat sales invoice, (2) pendebetan piutang pelanggan di mana sejumlah tertagih, (3) jumlah persediaan berkurang sejumlah barang yang telah dikirim, (4) sales order ditutup ke sales history file, (5) record baru dibuat dalam sales invoice file, (6) jumlah penjualan dan piutang diposting ke buku besar bersangkutan. Sales invoiceakan dibuat dan dikirim pada pelanggan sebagai tagihan atau piutang.

(13)

2.2.7. Sasaran dari Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Menurut Wilkinson et al. (2000, p469) sasaran utama dari sistem penjualan untuk memfasilitasi pertukaran barang atau jasa dengan sejumlah uang tertentu dari pelanggan. Berikut ini sasaran secara umum:

1. Untuk mencatat pesanan pelanggan secara cepat dan tepat.

2. Untuk melakukan verifikasi bahwa pelanggan layak mendapatkan kredit. 3. Untuk mengirimkan produk pada tanggal telah disetujui.

4. Untuk melakukan penagihan atas produk atau jasa secara tepat waktu dengan prosedur benar.

5. Untuk mencatat dan mengklarifikasikan penerimaan kas secara cepat dan tepat. 6. Untuk postingpenjualan dan penerimaan kas ke accountpelanggan yang tepat

dalam jurnal khusus penjualan dan penerimaan kas. 7. Untuk mengamankan produk sampai dikirim. 8. Untuk mengamankan kas sampai disetor.

2.2.8. Laporan yang Diperlukan pada Akhir Periode dalam Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dan Piutang Usaha

Menurut Wilkinson et al. (2000, p428) laporan yang diperlukan pada akhir periode adalah:

1. Laporan Penjualan

Adalah laporan yang berisikan ringkasan dari transaksi penjualan dalam satu periode.

2. Laporan Penerimaan Kas

(14)

transaksi yang terjadi dalam satu periode. 3. Accounts Receivable Summary

Adalah ringkasan dari perubahan saldo piutang dari masing-masing pelanggan dalam satu periode.

4. Accounts Receivable Aging Schedule

Adalah ringkasan analisis umur piutang dari masing-masing pelanggan yang berguna untuk proses penagihan.

2.3. Periklanan 2.3.1. Definisi

Menurut Lee dan Johnson (2007, p3), periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum.

2.3.2. Klasifikasi Periklanan

Menurut Lee dan Johnson (2007, p4), periklanan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

1. Periklanan Produk

Porsi pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk: presentasi dan promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada dan produk-produk hasil revisi.

(15)

2. Periklanan Eceran

Periklanan eceran bersifat lokal dan berfokus pada toko, tempat di mana beragam produk dapat dibeli atau di mana satu jasa ditawarkan. Periklanan eceran memberikan tekanan pada harga, kertsediaan, lokasi, dan jam-jam operasi.

3. Periklanan Korporasi

Fokus periklanan ini adalah membangun identitas korporasi atau untuk mendapatkan dukungan publik terhadap sudut pandang organisasi.

4. Periklanan Bisnis-ke-Bisnis

Istilah ini berkaitan dengan periklana yang ditujukan kepada para pelaku industri (ban yang diiklankan kepada manufaktur mobil), para pedagang perantara (pedagang partai besar dan pengecer), serta para profesional (seperti pengacara dan akuntan).

5. Periklanan Politik

Periklanan politik sering kali digunakan para politisi untuk membujuk orang untuk memilih mereka; dan karenanya, iklan jenis ini merupakan bagian penting dari proses politik di negara-negara demokrasi yang memperbolehkan iklan para kandidat.

6. Periklanan Direktori

Orang merujuk periklanan direktori untuk menemukan cara membeli sebuah produk atau jasa.

7. Periklanan Respon Langsung

Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua arah diantara pengiklan dan konsumen.

(16)

8. Periklanan Layanan Masyarakat

Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk beroperasi demi kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat.

9. Periklanan Advokasi

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan kalrifikasi isu sosial yang kontroversial dan menjadi kepentingan masyarakat.

2.3.3. Fungsi-Fungsi Periklanan

Menurut Lee dan Johnson (2007, p4), fungsi-fungsi periklanan sebagai berikut:

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”; ia mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan alokasi penjualannya. Ia memberitahu konsumen tentang produk-produk baru.

2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasif”; ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.

3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “pengingat”; terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya.

2.4. Pengendalian Internal 2.4.1. Pengertian

(17)

adalah sebuah sistem dari elemen-elemen terintegrasi, bertindak bersama-sama untuk menindaklanjuti jaminan yang layak untuk sebuah hasil dari organisasi atas tujuan proses bisnis.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p195), pengendalian internal adalah perencanaan organisasi dan metode sebuah bisnis guna untuk mengamankan dan melindungi aset, menyediakan informasi secara akurat dan andal, meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi dan mendukung ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang berlaku.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa pengendalian internal adalah suatu pengendalian terdiri dari beberapa elemen-elemen yang berpengaruh pada manajemen dalam melindungi kekayaan perusahaan, mengecek keakuratan dan keandalan data, dan diperoleh informasi keuangan, dan memastikan segala kebijakan dan peraturan perusahaan dipatuhi demi mencapai tujuan dari proses bisnis.

2.4.2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p144), tujuan dari pengendalian internal adalah untuk melindungi harta milik perusahaan, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan:

1. Menyajikan data yang dapat dipercaya. 2. Mengamankan aktiva dan pembukuan. 3. Meningkatkan efisiensi operasional.

(18)

2.4.3. Komponen-komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196) berdasarkan Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), terdapat lima komponen yang saling berhubungan dalam sistem pengendalian internal sebagai berikut:

1. Control Environment

Inti dari semua bisnis adalah orangnya – sifat masing-masing individu, termasuk integritas, nilai etika, dan kemampuan dan lingkungan yang dapat beroperasi. Itu adalah alat yang mengendalikan organisasi dan merupakan dasar dari segala sesuatu.

2. Control Activities

Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi risiko dan mencapai tujuan organisasi terlihat efektif. 3. Risk Assessment

Perusahaan harus berhati-hati terhadap risiko yang dihadapi. Perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan, dan aktivitas lainnya, sehingga perusahaan dapat beroperasi secara baik. Perusahaan juga harus menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur risiko-risiko yang berhubungan dengan setiap bagian.

4. Information and Communication

(19)

komunikasi, serta memungkinkan orang-orang dari perusahaan menerima dan saling bertukar informasi - dibutuhkan untuk memimpin, mengatur, dan mengontrol operasi di mana telah tersedia.

5. Monitoring

Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila diperlukan. Cara lainnya adalah sistem dapat bereaksi dengan lebih dinamis, berubah sesuai kondisi yang ada.

2.4.4. Sistem Pengendalian Internal Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Menurut Wilkinson et al. (2000, p448), risiko dari Sistem Informasi Akuntansi adalah terjadinya lapping pada saaat pencatatan piutang. Lapping merupakan satu bentuk penyalahgunaan dana hasil penagihan dari pelanggan dan keterlambatan pencatatan atau pemasukkan untuk pelunasan piutang usaha. Sedangkan tujuan dari sistem pengendalian internal pada siklus penjualan adalah tercapainya suatu sistem pengendalian yang dapat diandalkan. Berikut ini adalah berapa hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengendalian internal siklus akuntansi:

1. Semua pelanggan yang diberikan kredit harus memenuhi syarat.

2. Semua barang yang dijual dan telah dikirim atau telah memakai jasa, maka harus dicatat pada tanggal terjadinya.

3. Semua barang yang dikirim harus telah diotorisasi dan ditagih secara akurat sesuai dengan periode akuntansi.

4. Semua retur penjualan dan discount/pengurangan harus diotorisasi dan dicatat secara akurat dan berdasarkan retur barang yang sesungguhnya.

(20)

5. Semua penerimaan kas dicatat dengan lengkap dan akurat.

6. Semua transaksi penjualan kredit dan penerimaan kas di posting ke sesuai accountpelanggan ke dalam jurnal piutang.

7. Semua pencatatan akuntansi, persediaan barang dan kas terjamin keandalannya.

2.5. Metode Analisis dan Desain Berorientasi Objek

2.5.1. Pengertian Metode Analisis dan Desain Berorientasi Objek

Menurut Whitten, Bently, Ditmann (2001, p97), object-oriented analysis dan design (OOA&D) berusaha untuk menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut objects. OOA&D memperkenalkan objects diagrams yang mendokumentasikan sistem dipandang dari segi objek dan interaksinya.

Menurut Mathiassen et al (2000, p4), “Objek adalah kesatuan dengan identity, state dan behaviour.” Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan metode analisis dan desain berorientasi objek adalah panggabungan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal atau yang dikenal dengan objek.

2.5.2. Rich Picture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), rich picture adalah sebuah gambaran formal digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman user terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi baik antara pengguna dalam sistem.

(21)

Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sistem tersebut, ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan di mana melihat bagaimana perusahaan tersebut beroperasi, berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya terjadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal.

2.5.3. System Definition

Menurut Mathiassen et al. (2000, p37), system definition adalah deskripsi ringkas dari sistem terkomputerisasi yang diekspresikan dalam bahasa natural.

Tujuan system definition adalah untuk memilih sistem aktual yang akan dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan mengklarifikasikan interpretasi, kemungkinan dan konsekuensi dari beberapa solusi alternatif secara sistematis.

Saran yang dapat membantu dalam membuat system definitionberguna: 1. Menggunakan general termdan memfokuskan pada emergent properties. 2. Memfokuskan ide dari pada mendeskripsikan situasi saat itu.

3. Membuat definisi yang ringkas dan tepat.

4. Bereksperimen dengan beberapa system definition. 5. Melaju pada jalan berpikir diluar kebiasaan.

6. Menggunakan proses seleksi untuk menemukan tambahan properti yang relevan.

2.5.4. FACTOR Criterion

(22)

enam elemen: 1. Functionality

Fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas application domain. 2. Application Domain

Bagian-bagian dalam organisasi yang melakukan administrasi, memonitor, atau mengendalikan sebuah problem domain.

3. Conditions

Kondisi-kondisi yang di bawah sistem akan dikembangkan dan digunakan. 4. Technology

Teknologi guna untuk mengembangkan sistem yang akan dijalankan. 5. Objects

Objek-objek utama dari problem domain. 6. Responsibility

Tanggung jawab keseluruhan sistem yang berkaitan dengan konteksnya.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p40), FACTOR Criterion dapat digunakan dalam dua cara. Pertama, dapat digunakan mendukung pengembangan system definition, dengan seksama mempertimbangkan masing-masing dari keenam elemen yang seharusnya diformulasikan. Atau kedua, dapat memulai system definition dengan cara mendeskripsikan sistem dan menggunakan kriteria tersebut untuk dapat melihat bagaimana kemampuan sistem mendefinisikan keenam faktor tersebut. Secara prinsip tergantung pada permulaan kerjanya.

2.5.5. Analisis Problem Domain

(23)

konteks yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Analisis problem domain memfokuskan pada informasi, di mana harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah model berupa gambaran dari class, objek, struktur dan perilaku (behaviour) yang ada dalam problem domain.

Analisis problem domaindibagi menjadi tiga kegiatan seperti tampak pada tabel di bawah ini:

Kegiatan Isi Konsep

Class Objek dan eventyang mana merupakan

bagian dari problem domain? Class, objek, event Structure Bagaimana classdan objek saling terkait

satu sama lain secara konseptual?

Generalisasi, agregasi, asosiasi, dan cluster Behaviou

r

Properti dinamik mana yang dimiliki oleh objek?

Event trace, behavioural pattern, dan atribut Tabel 2.1 Kerangka Analisis Problem Domain

(Sumber: LarsMathiassen)

2.5.5.1. Class

Menurut Mathiassen et al. (2000, p49), class adalah sekumpulan objek yang membagikan struktur, behavioral pattern, dan atribut. Kegiatan class merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Ada beberapa tugas utama dalam kegiatan ini, yaitu: abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek dan event; klasifikasi objek dan event; seleksi class dan event yang akan dipelihara informasinya oleh sistem.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p51), object adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perlaku (behavior). Event adalah kejadian secara terus menerus yang melibatkan satu atau lebih objek.

(24)

Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap-tiap kelas dalam problem domain.

Kegiatan class akan menghasilkan sebuah Event Tabel. Seperti terlihat pada contoh tabel di bawah.

Event Class

Customer Assistant Apprentice Appointment Plan

Reserved √ √ √ √ Cancelled √ √ √ Treated √ √ Employed √ √ Resigned √ √ Graduated √ Agreed

Tabel 2.2 Contoh Event Table (Sumber: LarsMathiassen)

Pada table di atas, dimensi horizontal berisi class-classterpilih dan vertikal berisi event-event terpilih. Sebuah tanda cek digunakan untuk mengindikasikan objek-objek dari classyang berhubungan dalam eventtertentu.

Evaluate and seleect systematically

Find candidates for events Find Candidates

for classes

Event Table

(25)

Gambar 2.2Subactivitydalam Pemilihan Class danEvent Problem Domain (Sumber: LarsMathiassen)

Pada gambar di atas ini, dimulai dengan mengidentifikasi, objek, dan kemudian melakukan abstraksi dan klasifikasi, mengembangkan susunan class yang relevan dan potensial untuk model problem domain. Dalam aktivitas secara paralel, di identifikasi dan dikembangkan serupa dengan beberapa event. Kemudian secara sistematik dievaluasi banyak kandidat dan memilih beberapa class dan event yang relatif meliputi model problem domain. Pada akhirnya menaruh eventke class.

2.5.5.2. Structure

Menurut Mathiassen et al. (2000, p69) kegiatan kedua dalam analisis problem-domainini bertujuan untuk mencari hubungan struktural yang abstrak dan umum antara class-class serta mencari hubungan konkrit dan spesifik antara objek-objek dalam problem-domain.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p72-77) objected-oriented structure bisa dibagi menjadi:

1. Structureantaraclass, terdiri dari:

a. Generalization adalah hubungan antara dua atau lebih class yang lebih spesialisasi (sub kelas) dengan sebuah class lebih umum (super kelas). Hubungan spesialisasi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus “is-a”.

(26)

Passenger Car

Private Car Taxi

Gambar 2.3 Generalization Structure (Sumber: LarsMathiassen)

b. Clusteradalah kumpulan class yang saling berkaitan. Clusterdigambarkan dengan notasi file folder yang mencakup class-class di dalamnya. Class dalam cluster sama dihubungkan dengan generalization atau pun aggregation, sedangkan class yang berada pada clusterberbeda dihubungkan dengan association.

Car Passenger Car Engine Car Cylinder Clerk Owner 1 * 1*

Gambar 2.4 Cluster Structure (Sumber: LarsMathiassen) <<cluster>>

Cars

<<cluster>> People

(27)

2. Stuctureantara objek, terdiri dari:

a. Aggregationadalah objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek inferior (bagian). Hubungan ini dapat dinyatakan dengan rumus “has-a” atau “is-part-of”. Car W heel Body Car Cylinder 1 1 1 2..* Engine 1 4..* 1 1 1 1..*

Gambar 2.5 Aggregation Structure (Sumber: LarsMathiassen)

Whole-Part merupakan penjumlahan dari objek inferior, jika objek inferior tersebut ditambah atau dihilangkan, akan mengubah total objek superior.

Container-Content adalah container untuk objek inferior. Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek inferior.

Union-Member merupakan kesatuan dari anggota-anggota (objek inferior). Objek superior tidak akan berubah jika terjadi penambahan atau penghapusan objek inferior, namun tetap memiliki batasan.

b. Association adalah hubungan antara sejumlah objek di mana memiliki arti dan yang saling berhubungan tersebut bukan merupakan bagian dari objek lainnya.

Car Person

0..* 1..*

Gambar 2.6 Association Structure (Sumber:LarsMathiassen)

(28)

Hasil dari kegiatan struktur ini adalah class diagram, yakni ringkasan model problem-domain yang jelas dengan menggambarkan semua struktur hubungan statik antar classdan objek dalam model dari sistem berubah-ubah.

2.5.5.3. Behaviour

Menurut Mathiassen et al. (2000, p89-93) kegiatan behaviour adalah kegiatan terakhir pada analisis problem domain di mana bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioral pattern) dan atribut dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagramyang dapat dilihat:

Open -name -address -balance Customer / account opened / account closed / amount deposited / amount withdrawn

Gambar 2.7 Contoh “State Chart” (Sumber: LarsMathiassen)

Perilaku dari suatu objek ditentukan oleh urutan event-event (event trace) yang harus dilewati oleh objek tertentu tersebut sepanjang waktu. Sebagai contohnya adalah kelas “pelanggan” harus melalui event trace: account opened – amount deposited – amount withdrawn – amount deposited – account closed sepanjang masa hidupnya.

Tiga jenis notasi untuk behavioral patternyaitu:

(29)

2. Selectionadalah pemilihan satu eventdari sekumpulan eventyang muncul. 3. Iterationadalah sebuah event yang muncul sebanyak nol atau beberapa kali.

2.5.6. Analisis Application Domain

Menurut Mathiassen et al. (2000, p115), application domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem domain. Analisis application domain memfokuskan pada bagaimana target sistem akan digunakan dengan menentukan kebutuhanfunctiondan antar muka sistem.

Analisisapplication-domainmemiliki tiga kegiatan yaitu:

Kegiatan Isi Konsep

Usage

Bagaimana sistem berinteraksi dengan orang lain dan dengan sistem lain dalam konteks?

Use casedan actor

Function Bagaimana kemampuan sistem dalam

memproses informasi? Function

Interfaces Apa kebutuhan antar muka dari sistem target?

Interface, user interface, dan sisteminterface Tabel 2.3 Kerangka Analisis Application Domain

(Sumber: LarsMathiassen)

Berikut ini merupakan jalur kegiatan dalam analisisapplication-domain:

F u n c t i o n s

I n t e r f a c e s

U s a g e S y s t e m D e f i n i t i o n

R e q u i r e me n t s

Gambar 2.8 Application-Domain Analysis (Sumber: LarsMathiassen)

(30)

Pada gambar di atas, dimulai dengan mendefinisikan sistem yang dibutuhkan oleh user. Dalam hal ini, kerja sama antara pengembang dan pengguna sangat dibutuhkan. Ketentuan yang dibutuhkan pada usage, functions, dan interface harus dievaluasikan. Pada akhir dari kegiatan analisis ini menghasilkan prasyarat-prasyarat yang dibutuhkan untuk mendefinisi sistem.

2.5.6.1. Usage

Menurut Mathiassen et al. (2000, p119), kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis applicatin domain bertujuan untuk menentukan bagaimana aktor-aktor merupakan pengguna atau sistem lain berinterkasi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case. Adapunuse case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil dari analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan aktor yang ada.

Menurut Dennis dan Wixom (2003), cara untuk mengidentifikasi aktor adalah dengan mengetahui alasan aktor menggunakan sistem.

Aktor dapat digambarkan dalam spesifikasi aktor yang memiliki tiga bagian yaitu: tujuan, karakteristik, dan contoh dari aktor tersebut. Tujuan merupakan peran dari aktor dalam sistem target. Sementara karakteristik menggambarkan aspek-aspek yang penting dari aktor.

Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, di mana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart,karenause caseadalah sebuah fenomena dinamik.

(31)

Manurut Bennett, McRobb, Farmer (2002), mengungkapkan use case diagram mempunyai dua jenis hubungan (relationship) yaitu: extenddan include. Hubungan extend digunakan ketika ingin menunjukkan bahwa sebuah use case menyediakan fungsi tambahan yang mungkin digunakan oleh use case lain. Sedangkan hubungan include berguna ketika sering kali terdapat urutan behaviour digunakan oleh sejumlah use casedan ingin dihindari pengkopian deskripsi sama ke setiap use caseyang akan menggunakan perilaku tersebut.

Manurut Bennett, McRobb, Farmer (2002), sequence diagram membantu kebutuhan seorang analisis dalam mengidentifikasi rincian dari kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari sebuah use case. Tidak ada suatu sequence diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah kemungkinan sequence diagram, dapat lebih atau kurang memenuhi kebutuhan dari use case.

Menurut Whitten, Bently, Ditmann (2001), sequence menggambarkan bagaimana pesan atau message dikirim dan diterima antar objek dalam sequence tertentu.

2.5.6.2. Function

Menurut Mathiassen (2000, p137) kegiatan function merupakan kegiatan kedua dalam analisisapplication domain. Function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan pekerjaannya.

Tujuan dari kegiatan functionadalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar fungsi untuk merinci fungsi-fungsi yang kompleks. Daftar fungsi harus lengkap, menyatakan

(32)

kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor dan harus konsisten dengan use case. Functionmemiliki empat tipe yang berbeda yaitu:

1. Update, fungsi yang diaktifkan dengan event problem domain dan menghasilkan perubahan dalam model statetersebut.

2. Signal, fungsi di mana diaktifkan dengan perubahan keadaan dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan bagi aktor diapplication domain, atau intervensi langsung diproblem domain. 3. Read, fungsi yang diaktifkan dengan kebutuhan akan informasi dalam

pekerjaan aktor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian di mana berhubungan dengan model.

4. Compute, fungsi yang diaktifkan dengan kebutuhan akan informasi dalam pekerjaan aktor dan berisi perhitungan di mana melibatkan informasi dan disediakan oleh aktor atau model. Hasil dari function ini adalah tampilan dari komputasi.

Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain ditampilkan oleh class dan event, dan melihat deskripsi application domain yang ditampilkan dalam use case. Class dapat menyebabkan munculnya function baca dan update. Eventmemungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya semua jenisfunction.

2.5.6.3. Interface

Menurut Mathiassen (2000) interface digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem. Kegiatan interface memiliki tiga konsep yaitu:

(33)

1. Interface, yaitu fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi-fungsi dapat digunakan oleh aktor.

2. User Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan pengguna dengan sistem.

3. System Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan sistem satu dengan sistem lain.

Sebuah user interfaceyang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas user interface ditentukan oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna. Usability bergantung dengan siapa yang menggunakan dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan. Oleh sebab itu,usabilitybukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif.

Terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan user interfaceyaitu:

1. Menu-selection yang menampilkan pilihan-pilihan menu dalam user interface.

2. Form fill in yang merupakan pola klasik untuk memasukkan data berdasarkan terminal karakter.

3. Command-language yang berguna bagi pengguna untuk memasukkan dan mengaktifkan format perintah sendiri.

4. Direct manipulation di mana pengguna memilih objek dan melaksanakan fungsi-fungsi atas objek dan melihat hasil dari interaksi diri.

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan analisis lainnya, yaitu modelproblem domain, kebutuhan functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan

(34)

system interface yang lengkap, di mana kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil dari kegiatan user interfaceberupa form presentasi dan dialogue style, diagram window terpilih, dan diagram navigasi. Sedangkan hasil dari system interface berupa class diagram untuk peralatan dan protocol ekternal untuk berinteraksi dengan sistem yang lain.

2.5.7. Architecture Design

Menurut Mathiassen et al. (2000), keberhasilan suatu sistem ditentukan oleh kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur juga berfungsi sebagai kerangka untuk kegiatan pengembangan yang selanjutnya. Sebuah arsitektur di mana tidak jelas akan menghasilkan banyak pekerjaan yang sia-sia. Rancangan arsitektural memiliki tiga aktivitas yaitu:

Kegiatan Isi Konsep

Kriteria Kondisi dan kriteria apa untuk

perancangan? Criterion

Komponen Bagaimana struktur sistem menjadi

komponen-komponen? Arsitektur komponen

Proses Bagaimana proses sistem didistribusikan

dan dikoordinasikan? Arsitektur proses Tabel 2.4 Kerangka Architecture Design

(Sumber: LarsMathiassen)

2.5.7.1. Criteria

Karena tidak ada cara-cara tertentu atau mudah untuk menghasilkan suatu desain yang baik, banyak perusahaan menciptakan suatu standard dan prosedur

(35)

untuk memberikan jaminan terhadap kualitas sistem. Di sinilah kegiatan kriteria dapat membantu dengan menetapkan prioritas desain untuk setiap proyek tertentu. Menurut Mathiassen (2000, p177-179) sebuah desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri yaitu:

1. Tidak memiliki kelemahan.

Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan reviewdan eksperimen dan membantu dalam menentukan prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan perancangan. Beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain berorientasi objek tampak seperti di bawah ini:

Criterion Ukuran dari

Usable Adaptasi sistem dengan organisasi, bekerja saling berhubungan, dan konteks teknikal.

Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform

teknis.

Correct Pemenuhan dari kebutuhan.

Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi.

Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan.

Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi diinginkan. Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan

pemahaman terhadap sistem.

Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan.

Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda.

Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.

Tabel 2.5 Kriteria Umum (Sumber: LarsMathiassen)

(36)

2. Menyeimbangkan beberapa kriteria.

Konflik sering terjadi antar kriteria, oleh sebab itu digunakan pmilihan pada kriteria mana yang akan diutamakan. Cara untuk menyeimbangkan dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.

3. Usable, flexible,dan comprehensible.

Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek pengembangan sistem.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p184) untuk menciptakan sebuah rancangan yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek di mana dapat mempengaruhi kegiatan perancangan yaitu:

1. Technical, terdiri dari pertimbangan: penggunaan hardware, software dan sistem lain yang telah dimiliki dan dikembangkan; pengaruh kemungkinan penggabungan pola-pola umum dan komponen telah ada terhadap arsitektur dan kemungkinan pembelian komponen standard.

2. Organizational, yang terdiri dari pertimbangan: perjanjian kontrak, rencana untuk pengembangan lanjutan, pembagian kerja antara pengembang.

3. Human, terdiri dari pertimbangan: keahlian dan pengalaman orang di mana terlibat kegiatan pengembangan dengan sistem serupa dan platform teknis yang akan dirancang.

2.5.7.2. Component Architecture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p190) component architecture adalah sebuah struktur sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Component architecture membuat sistem lebih mudah untuk dimengerti,

(37)

menyederhanakan desain, dan mencerminkan kestabilan sistem. Hal ini dikarenakan komponen merupakan subsistem dari sebuah sistem.

Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur: 1. Layered-Architecture Pattern

Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Contoh dari pola ini adalah model OSI yang sudah menjadi ISO untuk model jaringan.

Gambar 2.9 Layered Architecture Pattern (Sumber: LarsMathiassen)

Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen dibentuk menjadi lapisan-lapisan di mana lapisan berada di atas bergantung ke pada lapisan di bawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan di atasnya.

2. Generic-Architecture Pattern

Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar terdiri dari komponeninterface, finction, dan model. Di mana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, kemudian dilanjutkan dengan function layer, dan paling atasnya

<<component>> Layer i+1 <<component>> Layer i <<component>> Layer i-1 Upwards Interface Downwards Interface

(38)

komponeninterface.

Gambar 2.10 Generic Architecture Pattern (Sumber: LarsMathiassen)

Pada model arsitektur ini, komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, kemudian dilanjutkan dengan function layer, dan paling atasnya komponeninterface.

3. Client-Server Architecture Pattern

Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah sistem terdistribusi di antara beberapa prosesor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah serverdan beberapa client. Tanggung jawabserver adalah untuk menyediakan database dan resource yang dapat disebarkan

<<component>> Interface <<component>> User Interface <<component>> System Interface <<component>> Interface <<component>> UIS <<component>> NS <<component>> Function <<component>> Model <<component>> DBS

(39)

kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan interface lokal untuk setiap penggunanya. Identifikasi komponen, didalam perancangan sistem atau subsistem, umumnya diawali dengan layer architecture dan client server architecture di mana keduanya merupakan dua layeryang berbeda, tetapi saling melengkapi.

Gambar 2.11 Client-Server Architecture Pattern (Sumber: LarsMathiassen)

Berikut adalah tabel jenis formdistribusi pada arsitektur client-server:

Tabel 2.6 Jenis Arsitektur Client-Server (Sumber: LarsMathiassen)

Beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server di mana U (User Interface), F (Function), M (Model) menghasilkan lima karakteristik komponen dengan berbagai macam derajat distribusi.

Client Server Architecture

U U+F+M Distributed presentation

U F+M Local presentation

U+F F+M Distributed functionality

U+F M Centralized data

U+F+M M Distributed data

<<component>> Client 1 <<component>> Client2 <<component>> Client n <<component>> Server

….

(40)

2.5.7.3. Process Architecture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p209) process architecture adalah struktur dari eksekusi sistem terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Hasil berupa sebuah deployment diagram.

Terdapat tiga jenis pola distribusi yaitu: 1. Centralized Pattern

Pola ini menyimpan semua data pada serverpusat dan userhanya bisa melihat user interface saja. Keuntungannya adalah dapat diimplementasikan pada clientsecara murah, semua data konsisten karena hanya berada di satu tempat, strukturnya mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan kemacetan jaringan moderat.

Gambar 2.12 Centralized Pattern (Sumber: LarsMathiassen) 2. Distributed Pattern

Semua data terdistribusi ke user atau client dan server hanya menyebarkan model yang telah di updatedi antara client.Keuntungannya adalah waktu akses yang rendah kenerja lebih maksimal, dan back-up data banyak. Kerugiannya

(41)

adalah redundansi data sehingga konsistensi data terancam, kemacetan jaringan tinggi, arsitektur sulit dipahami dan diimplementasikan.

Gambar 2.13 Distributed Pattern (Sumber: LarsMathiassen) 3. Decentralized Pattern

Pola ini berada di antara kedua pola di atas. Di sini client memiliki data tersendiri sehingga data umum hanya berada pada server. Komputer Server menyimpan data umum dan fungsi atas data tersebut, sedangkan client menyimpan data milik application domain client. Keuntungannya adalah konsistensi data, tidak ada duplikasi data, lalu lintas jaringan jarang karena jaringan hanya digunakan data umum di server di update. Kekurangannya adalah semua prosesor harus mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan biaya hardware.

(42)

Gambar 2.14 Decentralized Pattern (Sumber: LarsMathiassen)

2.5.8. Component Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), tujuan dari component design adalah untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam kerangka arsitektural. Berikut ini adalah beberapa kegiatan dari component design:

Kegiatan Isi Konsep

Model Component

Bagaimana suatu model digambarkan

sebagai kelas dalam sebuah sistem? Model komponen Function

Component

Bagaimana suatu fungsi diimplementasikan?

Komponen fungsi dan operasi Connecting Component Bagaimana komponen-komponen dihubungkan? Komponen dan penghubung

Tabel 2.7 Kerangka Component Design (Sumber: LarsMathiassen)

Dari tabel diatas, kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah

(43)

spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan.

2.5.8.1. Model Component

Menurut Mathiassen et al. (2000, p236), komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Hasil dari kegiatan komponen model adalah revisiclass diagram dari kegiatan analisis yang terdiri atas kegiatan penambahan class,atribut dan struktur baru di mana mewakili event.

Revisi classdapat terjadi pada:  Generalization

Jika terdapat dua class dengan atribut yang sama maka dapat dibentuk class baru (revised class).

Association

Jika terdapat hubungan many-to-many.  Embedded iterations

Merupakan embedded di dalam statechart diagram. Misalnya jika sebuah class terdapat statechart diagram yang mempunyai tiga iterated events, maka dapat membentuk tiga classdidalam perancangan model.

2.5.8.2. Function Component

Menurut Mathiassen et al. (2000, p252), function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan

(44)

komponen sistem lainnya ke model sehingga menunjukkan pengimplementasian dari function.Hasil utama dari kegiatan ini adalah class diagramdengan operation dan spesificationdari operationyang kompleks.

Sub kegiatan ini menghasilkan kumpulan operasi di mana dapat mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang ditentukan dalam analysis problem domaindan function list.

1. Merancang function sebagai operation.

2. Menelusuri pola yang dapat membantu dalam implementasi function sebagai operation.

Gambar

Gambar 2.1  Data Flow Diagram Siklus Penjualan dan Piutang (Sumber: Wilkinson et al.)
Tabel 2.2 Contoh Event Table (Sumber: Lars Mathiassen)
Gambar 2.4 Cluster Structure (Sumber: Lars Mathiassen)&lt;&lt;cluster&gt;&gt;
Gambar 2.5 Aggregation Structure (Sumber: Lars Mathiassen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sapi Jabres yang dipelihara secara intensif dengan pakan konsentrat sebanyak 30-70% dan jerami padi ad libitum

Lignin tidak dapat dicerna oleh mikroba didalam rumen, bahkan dapat mengganggu kecernaan, sedangkan serat kasar memiliki fraksi selain lignin juga mengandung selulosa

Hal ini diduga karena pada metode penelitian ini bahan pakan diberikan secara bebas pilih ( free choice feeding ) dengan beragam bahan pakan sumber protein sehingga

Berdasarkan Gambar 4.11 plot korespondensi dipandang dari dimensi 1 dan dimensi 2 yang dapat menjelaskan total keraga- man data sebesar 73,4%, lewat dimensi 1 terlihat

Pada Gambar 20 terlihat bahwa hasil analisis regresi linier menunjukkan b a h ~ d korelasi antara kemampuan mereduksi dan kapasitas antioksidan dari sayuran

Temuan yang didapat dari hasil penelitian ini yaitu (1) Model pendidikan karakter pada SD Muhammadiyah Se-Kecamatan Comal adalah berbasis Agama (Al Islam) dan budaya bangsa

Observasi sekolah Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang nantinya akan digunakan untuk praktik dan memperoleh

Dan saat ini PT.Pelayaran  Nasional Indonesia (Persero) Cabang Semarang melayani 3 kapal dengan  beragam type dan rute yang berbeda yakni KM.Kelimutu,KM.Lawit