• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ahmad Iqbal Adaby Al Ikhwani, B36213050, 2017. Korelasi antara Komunikasi Pengasuh dengan Moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya Kata Kunci : Komunikasi, Komunikasi Pengasuh, Moral Anak Jalanan

Pada skripsi ini persoalan yang akan dikaji mencakup dua rumusan masalah yaitu : (1) apakah terdapat korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral anak jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya. (2) jika terdapat, seberapa besar tingkat korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral anak jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, kemudian dianalisis dengan korelasi pearson product moment. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows. Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral anak jalanan di Sanggar Alang-alang Surabaya. Hasil uji korelasi pearson product moment, nilai untuk Sig. adalah0,000. Nilai ini < 0,05 maka Hipotesis Ha diterima

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Operasional ... 17

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 24

2. Subjek,Objek dan Lokasi Penelitian ... 25

3. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel ... 26

4. Variabel dan Indikator Variabel ... 27

5. Teknik Pengumpulan Data ... 29

6. Teknik Analisis Data ... 31

H. Sistematika Pembahasan ... 33

BAB II : KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGASUH DAN MORAL ANAK JALANAN A. Komunikasi Interpersonal Pengasuh 1. Definisi Komunikasi Interpersonal ... 35

2. Fungsi Komunikasi Interpersonal ... 38

3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 39

4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 40

5. Efektifitas Komunikasi Interpersonal ... 41

6. Definisi Pengasuh ... 43

7. Komunikasi Pengasuh ... 44

B. Moral Anak Jalanan 1. Definisi Moral... 44

2. Ciri-ciri Moral... 48

3. Jenis Moral ... 49

4. Definisi Moral Anak Jalanan ... 49

(8)

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Subyek Penelitian ... 59

2. Deskripsi Obyek Penelitian ... 61

3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

B. Deskripsi Data Penelitian ... 62

BAB IV : PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas ... 79

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 80

3. Uji Korelasi Pearson Product Moment ... 84

B. Analisis Hasil Penelitian ... 85

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 86

B. Rekomendasi... 86

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

Tabel 1.2. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 1.3. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 1.4. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

Tabel 1.5. Blue Print Komunikasi Pengasuh ... 28

Tabel 1.6. Blue Print Moral Anak Jalanan ... 29

Tabel 1.7. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 33

Tabel 3.1. Jumlah Responden Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya ... 59

Tabel 3.2. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 3.3. Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 61

Tabel 3.4. Frekuensi Skor Responden Variabel X ... 76

Tabel 3.5. Frekuensi Skor Responden Variabel Y ... 76

Tabel 3.6. Rekapitulasi Skor Responden Komunikasi Pengasuh ... 77

Tabel 3.7. Rekapitulasi Skor Responden Moral Anak Jalanan ... 78

Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas ... 80

Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 81

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Variabel X ... 82

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 83

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 83

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Multi krisis yang melanda indonesia sejak tahun 1997 berimplikasi

pada nyaris semua sektor kehidupan, termasuk salah satunya adalah basis

perekonomian bangsa. Krisis ekonomi tersebut berimbas pada banyak

variabel masalah baru, antara lain dengan meningkatnya jumlah anak jalanan.

Anak-anak Indonesia memang ada yang beruntung dan ada yang

tidak, sebab ada anak-anak yang terpaksa mengisi aktivitas hidupnya

dijalanan, dan menjadikan jalan sebagai tempat untuk hidup bahkan untuk

mencari kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sebagaimana tahu bahwasanya

sekarang marak sekali anak jalanan. Anak jalanan adalah seseorang yang

masih belum dewasa (secara fisik dan psikis) yang menghabiskan sebagian

besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk

mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang

mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.

Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah.

Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan

akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang,

sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Faktor

lingkungan yang menjadi faktor utama dari perubahan perilaku mereka.

Anak-anak jalanan ini dalam kehidupannya sehari-hari harus bekerja

(12)

2

hidup dirinya maupun keluarga. Berdasarkan data dari Sanggar Alang-alang

dari tahun 1999-2017, Sanggar Alang-alang merekrut anak-anak yang

memang berasal dari keluarga miskin sebanyak 138 anak dan yang setiap

harinya bekerja sebagai pengamen sebanyak 459 anak, penjual asongan

sebanyak 276 anak, penjual koran sebanyak 46 anak dan maupun aktivitas

lain yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh anak-anak dengan alasan

apapun. Anak jalanan ini harus kehilangan hak pendidikannya untuk

bersekolah, dan terpaksa harus pula meninggalkan cita-citanya dengan

bekerja, karena alasan ekonomi seperti orang tua tidak mampu memikul

biaya-biaya sekolah terutama untuk beli buku, beli pakaian seragam dan

keperluan sekolah lainnya.

Anak jalanan tidak boleh dipandang sebagai pihak yang menimbulkan

masalah ketertiban. Namun, anak jalanan harus dipandang sebagai korban.

Penanganan anak jalanan bukan pekerjaan mudah dan tidak boleh hanya

dibebankan kepada pemerintah. Pembinaan anak jalanan perlu peran serta

seluruh pihak, seperti instansi pemerintah lainnya, yayasan sosial, organisasi

kepemudaan, dan tokoh agama, pengusaha, dan lainnya. Persoalan sosial

yang seperti ini menjadi masalah bagi semua pihak, baik keluarga,

masyarakat, dan negara. Anak jalanan merupakan amanah Allah Swt yang

harus dilindungi, dan dijamin hak-haknya. Sehingga mereka semua bisa

tumbuh kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab, dan

memiliki masa depan yang cerah.

Secara psikologis mereka semua adalah anak-anak yang pada taraf

(13)

3

sementara mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan

bahkan berpengaruh negatif terhadap tumbuh kembang mereka, yang bisa

berdampak kuat pada aspek sosial mereka. Dimana dengan penampilan

mereka yang kumuh, menjadikan pencitraan yang negatif oleh sebagian

masyarakat terhadap mereka.

Pandangan masyarakat umum dalam menilai tentang anak jalanan

yang mengonotasikan bahwa anak jalanan sebagai anak yang tidak

mempunyai etika dan bertingkah laku buruk yang setiap hari mangkal di

jalan-jalan setiap sudut kota dan mengganggu keindahan pemandangan kota

padahal sebenarnya mereka merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan

bangsa, yang memiliki peran strategis dan ciri serta sifat-sifat khusus yang

menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh

karena itu potensi anak bangsa ini perlu dikembangkan semaksimal mungkin

serta mereka perlu dilindungi dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi

agar hak-hak anak dapat terjamin dan terpenuhi sehingga mereka dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan

kemampuannya, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,

berakhlak mulia, dan sejahtera.

Pemerintah seharusnya menyediakan tempat atau rumah singgah

untuk para anak jalanan ini agar tidak lagi berkeliyaran di jalanan. Dalam

UUD 1945 pasal 28B ayat 2 menyatakan bahwa setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan

(14)

4

mengenai anak juga terdapat dalam pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang

menyatakan “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.1

Dengan adanya rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara

-yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh

informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan

lebih lanjut. Didalam rumah singgah, para relawan ataupun pengasuhnya ini

bisa mendorong dan memotivasi daya atau potensi yang ada pada anak

jalanan, serta memberikan bimbingan berupa moral atau etika dan estetika,

dengan harapan menanamkan kepribadian atau tingkah laku yang baik

meskipun mereka hidup dalam lingkungan yang konotasinya “liar" yaitu

kehidupan terminal atau jalanan. Salah satunya di Surabaya ada rumah

singgah yang bernama Sanggar Alang Alang. Sebuah rumah sederhana

berdiri di daerah pinggiran kali Brantas, belakang Terminal Joyoboyo,

Surabaya. Meski yang lain digusur, ia tetap tegak berdiri dengan segala

kekuatannya. Cat pagarnya berwarna-warni, khas anak-anak. Sanggar

Alang-Alang ini didirikan oleh H. Didit Hari Purnomo pada 16 April 1999.

Sanggar ini menyediakan pendidikan gratis bagi anak-anak jalanan.

Tak ada istilah anak jalanan di tempat ini, yang ada hanyalah sebutan "anak

negeri". Dengan berbekal pendidikan berbasis keluarga, Sanggar Alang Alang

menjadi rumah tempat makanan, seragam, ruang belajar, dan ruang bermain

cuma-cuma bagi mereka. Sebagai rumah belajar bagi masyarakat miskin agar

anak-anak dari keluarga pra sejahtera mempunyai daya kreatif dan inovatif

supaya lebih mantap untuk terjun ke masyarakat. Sebelum masuk ke Sanggar

1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Perlindungan Anak.

(15)

5

mereka merupakan anak jalanan yang biasanya mangkal di terminal

Joyoboyo. Ada yang mengamen, mengemis, bahkan ada juga yang mencopet.

Dari sinilah Didit Hari Purnomo mengumpulkan anak jalanan tesebut untuk

dibina dan memberikan arahan yang benar bagi mereka. Di sanggar ini, anak

jalanan tidak hanya sekedar belajar bernyanyi mereka juga mendapatkan

bimbingan mental spiritual (caracter building), bimbingan anak berbakat

(talent intersting), dan bimbingan ibu dan anak negeri (empowerment parenting).

Dengan mendirikan Sanggar Alang Alang ini Didit Hari Purnomo bisa

sedikit merubah presepsi masyarakat akan anak jalanan yang berkonotasi

buruk dan menganggapnya sebagai sampah masyarakat. Aneka jenis

ketrampilan alias kecakapan hidup (life skill) diberikan di Alang-alang berupa

kerajinan, musik, perpustakaan, tata krama, agama, budaya. Dari beberapa

program diharapkan bisa menambah ilmu dari anak jalanan agar kedepannya

memiliki ilmu pengetahuan luas, terampil dan mempunyai akhlaq yang

akhlaqul karimah. Mungkin sebagai masyarakat awam akan berfikir kalau

anak jalanan tidak mungkin mempunyai kelebihan ternyata anak asuh Didit

Hari Purnomo ini menghasilkan prestasi positif dan membawa nama Sanggar

Alang-alang mencorong di Jawa Timur. Maklum, sanggar binaan Didit ini

berkali-kali meraih piala kejuaraan musik dan sebagainya. Di ruang tengah

sanggar, piala (trofi) memang menumpuk. Penghargaan dari pemerintah,

lembaga sosial, perusahaan swasta, pun banyak, diantaranya di bidang musik

juara yang mereka raih adalah juara umum festival musik jalanan Jawa

(16)

6

ITS, dalam bidang olahraga menyabet juara 1 Nasional kelas junior di Jambi

dan dalam bidang kesenian mereka pernah mengikuti pameran kerajinan di

Balai Pemuda Surabaya selama 15 hari. Jadi jangan menganggap mereka

anak jalanan hanya membuat pemandangan kota kurang indah. Namun anak

jalanan dari Sanggar Alang-Alang Surabaya justru mengukir prestasi

gemilang mengharumkan nama bangsa.

Intinya adalah bagaimana para relawan ataupun pengasuhnya

membangkitkan kesadaran akan sumber daya itu menjadi berdaya atau

mempunyai daya atau kemampuan untuk menjangkau segala sesuatu dan

dilakukan dengan bertanggungjawab serta dapat menunjang kehidupan

selanjutnya yang lebih baik serta menanamkan nilai-nilai agama serta moral

baik kepada mereka. Diharapkan setelah mereka lulus dari Sanggar

Alang-alang tersebut mereka bisa menerapkan ilmu-ilmu yang telah mereka

dapatkan dari Sanggar Alang Alang.

Berdasarkan fenomena diatas, dapat dilihat bahwa pentingnya

komunikasi dengan pengasuh terhadap pembentukan moral anak jalanan.

Yang nantinya peneliti akan lebih meneliti komunikasi anak jalanan dengan

pengasuhnya terkait dengan moral mereka. Hal tersebut membuat peneliti

tertarik untuk meneliti korelasi antara komunikasi pengasuh dengan moral

anak jalanan di Sanggar Alang-alang Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

(17)

7

1. Apakah terdapat Korelasi antara Komunikasi Pengasuh dengan Moral

Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang Surabaya ?

2. Jika terdapat, Seberapa besar tingkat Korelasi antara Komunikasi

Pengasuh dengan Moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang

Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya Korelasi antara Komunikasi

Pengasuh dengan Moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang

Surabaya.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Korelasi antara Komunikasi

Pengasuh dengan Moral Anak Jalanan di Sanggar Alang-Alang

Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan

kontribusi terhadap berkembangnya ilmu-ilmu sosial serta dapat

dipakai sebagai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk tahapan

selanjutnya.

b. Praktis

Manfaat secara praktis diharapkan penelitian ini menjadi bahan

(18)

8

Sanggar Alang-alang terkait moral anak jalanan Sanggar Alang-alang

Surabaya yang nantinya bisa lebih ditingkatkan lagi moral tersebut.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk mempermudah proses pengkajian tema yang terkait, peneliti

berupaya mencari referensi mengenai penelitian yang sudah dilakukan oleh

orang lain. Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain ini

digunakan peneliti sebagai acuan untuk meneliti dengan tema yang memiliki

kesamaan konteks. Penelitian yang memiliki kesamaan konteks dengan

penelitian ini, yaitu :

Tabel 1.1

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

NAMA PENELITI

JUDUL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Lailyn Nahdhiati.

2006

STUDI KASUS

MORAL ANAK

JALANAN DALAM

PRESPEKTIF

ISLAM DI GRIYA

PENA KHARISMA

SURABAYA

Terdapat beberapa hasil

yang ditemukan antara

lain : (1) Terdapat

perubahan positif yang

dialami seorang anak

jalanan setela masuk di

rumah singgah.

Beberapa perilaku tidak

bermoral yang biasa

(19)

9

masuk rumah singgah

semisal

minum-minuman keras, mencuri

sesuatu yang bukan

haknya, enggan

mendirikan sholat, serta

kerap kali berbohong,

sedikit demi sedikit

berhasil ditinggalkan

dan lambat laun keudian

menjadi terbiasa

melakukan tindakan

yang tidak melanggar

moral, dan tentunya

positif. (2) faktor yang

melatarbelakangi

jatuhnya pilihan kedunia

jalanan: rendanya level

ekonomi, pengaruh

teman sepermainan,

rapuhnya tingkat

keharmonisan keluarga,

dan kesadaran yang

(20)

10

dan pendidikan yang

diterapkan orang tua. (3)

dalam prespektif islam,

beberpa perilaku subjek

semasa belum masuk ke

Griya Pena Kharisma

tergolong dalam kategori

a moral. Kemudian atas

dasar itu pula prespektif

islam berusaha

mengaktualisasi,

terutama terkait pola

pembinaan dan

pendidikan yang ada

dalam lembaga tersebut,

antara lain mengajarkan

dan menjadikan

beberapa agenda

berdasar ajaran islam

sebagai ritinitasnya.

Berdasarkan proses

itulah anak melakukan

internalisasi dalam

(21)

11

menjadikan merekaa

sebagai insan yang

berakhlak karimah.

Persamaan : Kesamaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah sama-sama meneliti moral pada anak jalanan.

Perbedaan : Perbedaannya adalah metode penelitian. Lailyn Nahdhiati

menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif. Sedangkan peneliti

menggunakan medote penelitian kuantitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Lailyn Nahdhiati dari UIN Sunan

Ampel Surabaya pada tahun 2006 mengenai “STUDI KASUS MORAL

ANAK JALANAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM DI GRIYA PENA

KHARISMA SURABAYA”. Terdapat beberapa hasil yang ditemukan antara lain : (1) Terdapat perubahan positif yang dialami seorang anak jalanan setela

masuk di rumah singgah. Beberapa perilaku tidak bermoral yang biasa

dilakukannya sebelum masuk rumah singgah semisal minum-minuman keras,

mencuri sesuatu yang bukan haknya, enggan mendirikan sholat, serta kerap

kali berbohong, sedikit demi sedikit berhasil ditinggalkan dan lambat laun

keudian menjadi terbiasa melakukan tindakan yang tidak melanggar moral,

dan tentunya positif. (2) faktor yang melatarbelakangi jatuhnya pilihan

kedunia jalanan: rendanya level ekonomi, pengaruh teman sepermainan,

rapuhnya tingkat keharmonisan keluarga, dan kesadaran yang rendah tentang

pola asu dan pendidikan yang diterapkan orang tua. (3) dalam prespektif

(22)

12

tergolong dalam kategori a moral. Kemudian atas dasar itu pula prespektif

islam berusaha mengaktualisasi, terutama terkait pola pembinaan dan

pendidikan yang ada dalam lembaga tersebut, antara lain mengajarkan dan

menjadikan beberapa agenda berdasar ajaran islam sebagai ritinitasnya.

Berdasarkan proses itulah anak melakukan internalisasi dalam dirinya sendiri

yang menjadikan merekaa sebagai insan yang berakhlak karimah. Dalam hal

ini persamaannya adalah sama-sama meneliti moral anak jalanan. Namun

pebedaannya yaitu peneliti terdahulu lebih menekankan moral islam,

sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini lebih

menekankan moral umum dan perbedaanya lagi Lailyn Nahdhiati

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan peneliti disini

menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Tabel 1.2

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

Silvia Amikawati.

2004

PENGARUH

KOMUNIKASI

ORANG TUA

TERHADAP

PEMAHAMAN

MORAL ANAK DI

KAMPUNG

KEMAYORAN BARU

Hasil dari penelitian

tersebut adalah terdapatnya

pengaruh yang sangat kuat

antara komunikasi orang

tua terhadap pemahamn

moral anak yang ada di

kampung kemayoran baru.

Dan kondisi yang ada pada

(23)

13

Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Amikawati dari UIN Sunan

Ampel Surabaya pada tahun 2004 yang berjudul, “PENGARUH

KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP PEMAHAMAN MORAL

ANAK DI KAMPUNG KEMAYORAN BARU”. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa, terdapatnya

pengaruh yang sangat kuat antara komunikasi orang tua terhadap pemahamn

moral anak yang ada di kampung kemayoran baru. Dan kondisi yang ada pada

warga kampung kemayoran baru sering berkomunikasi antara orang tua dan kemayoran baru sering

berkomunikasi antara

orang tua dan anak

sehingga daat memberikan

pengaruh yang positif

terhadap perkembangan

moral anak.

Persamaan : Kesamaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

sama-sama meneliti komunikasi dengan moral pada anak. Dan menggunakan

metode penelitian kuantitatif.

Perbedaan : Perbedaannya adalah Silvia Amikawati meneliti komunikasi

orang tua dengan anaknya sendiri sedangkan dalam penelitian ini adalah

komunikasi antara pengasuh sanggar alang-alang dengan anak jalanan yang

sebagian masyarakat cenderung memandang anak jalanan tidak mempunyai

(24)

14

anak sehingga daat memberikan pengaruh yang positif terhadap

perkembangan moral anak. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan

peneliti adalah sama-sama meneliti komunikasi terhadap moral pada anak.

Dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Namun Perbedaannya adalah

Silvia Amikawati meneliti komunikasi orang tua dengan anaknya sendiri

sedangkan dalam penelitian ini adalah komunikasi antara pengasuh sanggar

alang-alang dengan anak jalanan yang sebagian masyarakat cenderung

memandang anak jalanan tidak mempunyai moral yang baik.

Tabel 1.3

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

NAMA PENELITI

JUDUL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Anggi Annisa

Febriati, 20142

EFEKTIFITAS

KOMUNIKASI

ANTAR PRIBADI

GURU DAN SISWA

DALAM

MENCEGAH

KENAKALAN

SISWA DI SMA

Dari hasil penelitian

diketahui bahwa

komunikasi antar pribadi

guru dan siswa dalam

mencegah kenakalan

siswa dalam bimbingan

konseling di SMA

Negeri 1 Bontang telah

2

(25)

15

NEGERI 1 KOTA

BONTANG

berjalan dengan efektif.

Hal ini terlihat karena

secara garis besar murid

telah merasa mempunyai

hubungan yang baik

dengan guru bimbingan

konseling meskipun

mengalami hambatan

manusiawi yang terlihat

dari beberapa murid

yang mempunyai sifat

pemalu sehingga kurang

terbuka kepada guru.

Persamaan : Kesamaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah sama-sama meneliti pola komunikasinya.

Perbedaan : Perbedaannya adalah Anggi Annisa Febriati menggunakan

penelitian kualitatif sedangkan peneliti disini menggunakan penelitian

(26)

16

Tabel 1.4

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN

Eva Patriana, 20143 KOMUNIKASI

INTERPERSONAL

YANG

BERLANGSUNG

ANTARA

PEMBIMBING

KEMASYARAKATAN

DAN KELUARGA

ANAK PELAKU

PIDANA DI BAPAS

SURAKARTA

Hasil penelitian

menunjukkan komunikasi

interpersonal anatara

Pembimbing

Kemasyarakatan dan

keluarga anak pelaku

pidana berjalan dengan

efektif. Faktor yang

mendukung proses

tersebut di klasifikasikan

menjadi dua kategori yang

terdiri dari faktor internal

(kemampuan komunikasi,

penampilan dan sikap) dan

faktor eksternal (keluarga,

pemerintah, LBH).

Komunikasi interpersonal

yang efektif akan

3

(27)

17

menghasilkan rekomendasi

yang sesuai untuk anak

yang memiliki masalah

hukum.

Persamaan : Kesamaannya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

sama-sama meneliti pola komunikasinya.

Perbedaan : Perbedaannya adalah Eva Patriana menggunakan penelitian

kualitatif sedangkan peneliti disini menggunakan penelitian kuantitatif.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat

yang dapat didefinisikan atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting,

karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk

melakukan hal yang serupa. Sehingga halyang dilakukan oleh penulis terbuka

untuk diuji kembali oleh orang lain.4 1. Komunikasi Pengasuh

a. Komunikasi

Proses komunikasi bisa terjadi di mana saja baik di ruang

terbuka ataupun di ruang tertutup, baik perorangan maupun

kelompok, bahkan dengan diri sendiri pun dapat berlangsung

komunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

oleh seorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah

4

(28)

18

sikap, pendapat atau perilaku. Dengan kata lain, komunikasi dapat

diartikan juga suatu proses penyampaian informasi dari seseorang

kepada orang lain atau khalayak ramai dengan menghasilkan timbal

balik, sehingga terjadi interaksi.5 Komunikasi sangat penting dalam hubungan antar manusia. Komunikasi merupakan gejala sosial

yang dimulai dari interpersonal menjadi intrapersonal dan

selanjutnya menjadi komunikasi kelompok. Komunikasi

interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi

tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi

maupun pada kerumunan orang.6

Komunikasi interpersonal dikatakan efektif dalam merubah

perilaku orang lain apabila kesamaan makna mengenai apa yang

dibincangkan. Ciri khas yang tampak dalam komunikasi adalah

arus balik langsung yang dapat ditangkap oleh komunikator, baik

secara verbal dalam bentuk kata-kata maupun secara non verbal

dalam bentuk gerak-gerik seperti gerak-gerik seperti anggukan dan

sebagainya.

b. Pengasuh

Pengasuh adalah orang yang mengasuh. Kata pengasuh

berasal dari kata asuh yang artinya menjaga, merawat dan mendidik

anak kecil.7 Menurut Dwi Hastuti menjelaskan bahwa pengasuhan adalah pengalaman, keterampilan, kualitas dan

5

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 10

6

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi , Jakarta : PT. Grasindo Anggota Ikapi, 2004, hlm.32

7

(29)

19

tanggung jawab sebagai orangtua dalam mendidik dan merawat

anak.8 Ada 2 faktor yang saling berkaitan untuk tumbuh kembang anak yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian

stimulasi, sehingga pengasuhan adalah bentuk interaksi dan

pemberian stimulasi dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak.

Dalam penelitian ini pengasuh diartikan sebagai guru dan seluruh

pengurus organisasi yang berada di Sanggar Alang-alang

Surabaya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

dengan pengasuh adalah proses penyampaian informasi,

mengajarkan dan mengarahkan yang dilakukan oleh pengasuh

(komunikator) kepada anak jalanan (komunikan) yang

menimbulkan perhatian dan efek-efek yang diharapkan oleh

pengasuh itu sendiri berupa anak jalanan untuk mandiri, matang,

percaya diri, rasa ingin tahu, bersahabat, mempunyai perilaku yang

baik dan orientasi untuk sukses. Dalam hal ini yang dimaksud

adalah komunikasi interpersonal.

2. Moral Anak Jalanan

Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam

bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara

8

(30)

20

atau adat-istiadat. Moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua

norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik.9

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “moral” diartikan sebagai

keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti

kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu

moral berarti sebagai ajaran kesusilaan.10

Menurut Merriam-webster Pengertian moral adalah mengenai

atau berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku

manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai

dengan standar perilaku yang tepat pada kelompok atau masyarakat

tersebut.11

Sementara itu menurut Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh

Bambang Daroeso merumuskan pengertian moral secara lebih

komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :12

a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup,

dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok

manusia di dalam lingkungan tertentu.

b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan

pandangan hidup atau agama tertentu.

9

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, cet 1. Jakarta: Rajawali Press. 1992. hlm 8

10

Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994. hlm.192

11

http://www.seputarpengetahuan.com/2016/08/pengertian-moral-menurut-para-ahli-lengkap.html, diakses tanggal 20 Maret 2017, pukul 11:23

12

(31)

21

c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan

pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai

yang baik , sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

lingkungannya.

Dari pengertian moral diatas dapat disimpulkan bahwa moral

berkaitan antara ide, aturan atau norma-norma dengan tingkah laku.

Memang dalam pembicaraan sehari-hari, moral sering dimaksudkan

masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan

tetapi lebih kongkrit dari itu, moral juga sering dimaksudkan sudah

berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan

pada ajaran, nilai, prinsip, atau norma. Moral dalam penelitian ini

berupa kesesuaian perilaku terhadap nilai yang berlaku di

lingkungannya, dengan indikator yang berasal dari aspek-aspek yang

diangkat dari analisis tugas perkembangan siswa yang dirumuskan

oleh Kartadinata yaitu:13

a) Jujur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jujur berarti

lurus hati, tidak berbohong (misal: berkata apa adanya), tidak

curang (misal: dalam permainan dengan mengikuti aturan yang

ada) tulus ikhlas. Jujur adalah mengakui, berkata atau

memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan

13

(32)

22

kebenaran. Dalam kehidupan bermasyarakat secara hukum

tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan

pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan

kebenaran dan kenyataan yang terjadi.

b) Hormat

Hormat yaitu menghargai orang lain dengan berperilaku

baik dan sopan sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, hormat : menghargai (takzim, khidmat, sopan),

perbuatan yang menandakan rasa takzim atau khidmat kepada

orang yang usianya lebih tua. Menghormati berarti menunjukan

atau memperhatikan nilai dari seseorang atau sesuatu, selain itu

juga menghormati adalah hubungan responsif dan wacana biasa

tentang rasa hormat mengidentifikasi beberapa eleman kunci

dari repon, termasuk perhatian, rasa hormat, penilaian,

pengakuan, menghargai dan berperilaku.

c) Sopan santun

Norma sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul

dari sebuah hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam

masyarakat dan dianggap sebagai pedoman pergaulan sehari-hari

masyarakat itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa

yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di

berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia sopan santun adalah budi pekerti yang baik,

(33)

23

d) Tertib dan patuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ketertiban

adalah keadaan yang serba teratur, (tertib: teratur, memurut

aturan) dan kepatuhan ialah sifat patuh, patuh: suka menurut,

taat pada perintah dan aturan, berdisiplin. Taat dan patuh

memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang

ditetapkan. Ketaatan dan kepatuhan yang dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh akan mewujudkan ketertiban dan ketentraman

dalam kehidupan bermasyarakat.

Anak jalanan Menurut Departemen Sosial RI (2005), Anak

jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari

nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya.

Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18

tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya

kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi.14 Jadi moral anak jalanan adalah tingkah laku, perbuatan, sikap

atau karakter anak yang sebagian waktunya mereka gunakan dijalan

atau tempat-tempat umum. Moral anak jalanan diharapkan memilki

moral yang baik. Tidak hanya memperoleh pengertiannya saja

melainkan juga diharapkan dapat menjalankan, mengamalkan,

menginternalisasikan serta menjadikan penilaian-penilaian moral,

14

(34)

24

sebagai nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian

nilai-nilai akan tercermin dalam ajaran kesusilaan berupa sikap tingkah laku

yang positif misalnya mempunyai perilaku yang jujur, hormat, sopan

santun, tertib dan patuh.

Dengan memberikan pengajaran dan pemaparan yang dilakukan

pengasuh tentang nilai-nilai atau aturan perilaku yang baik berupa

perilaku yang jujur, hormat, sopan santun, tertib dan patuh sehingga

anak jalanan bisa memahami dan membedakan antara perilaku yang

baik atau tidak. Dan dengan adanya komunikasi secara interpersonal

antara pengasuh dengan anak jalanan bisa lebih mendekat mereka

sehingga lambat laun mereka bisa menginternalisasikan/

mengoprasionalkan perilaku yang baik itu di kehidupan sehari-hari.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian

kuantitatif menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara

kuantitatif. Maksimalisasi objektifitas desain penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan

percobaan terkontrol.15

Jenis penelitian survey dan korelasional. Metode survei

digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah

besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Tujuan dari metode ini

15

(35)

25

adalah untuk mengetaui gambaram umum dan karakteristik dari

populasi.16 Menurut Nana Syaodi penelitian dengan mtode korelasional ini ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan

variabel-variabel lainnya. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel-variabel lain

dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi (bivariat) dan keberartian

(signifikan) secara statistik. Adanya korelasi antara dua variabel atau

lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari

suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi positif berarti nilai

yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi

pada variabel lainnya korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu

variabel berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel lain.17 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang menjadi pokok pembicaraan

atau pokok bahasan.18 Adapun subyek dari penelitian ini adalah anak jalanan Sanggar Alang Alang Surabaya dari usia 11-17 tahun.

Obyek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran, pokok

persoalan yang hendak diteliti.19 Adapun objek penelitian ini adalah efek komunikasi.

Lokasi penelitian merupakan tempat yang dituju peneliti untuk

melakukan penelitian.20 Adapun lokasi penelitian ini adalah Sanggar Alang-alang Surabaya, peneliti menggunakan Sanggar Alang-alang

karena lokasinya berdekatan dengan terminal Joyoboyo yang notabene

16

Ibid., hlm. 6

17

Ibid., hlm. 7

18

KBBI Online http://kbbi.web.id/subjek di akses tanggal 31 Juli 2017, jam 17:08

19

Ibid.,

20

(36)

26

banyak anak jalanan berkeliaran disana. Disamping lokasi yang strategis

peneliti juga tertarik dengan prestasi dan penghargaan yang di raih anak

jalanan yang membanggakan.

3. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel

a. Populasi adalah keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti dan

pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan. Populasi adalah

tempat terjadinya masalah yang selidiki. Populasi itu bisa manusia

dan bukan manusia, misalnya lembaga, badan sosial, wilayah,

kelompok, atau apa saja yang dijadikan sumber informasi.21 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak

jalanan di Sanggar Alang-alang Surabaya sebanyak 159 anak.

b. Teknik Sampling adalah pembicaraan bagaimana menata berbagai

teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian,

bagaimana merancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi

sampel yang representatif. Dengan tidak melupakan beberapa faktor

yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh sampel yang

representatif, peneliti memulai mengenal keseragaman dan ciri-ciri

khusus populasi.22 Peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel

21

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1989, hlm. 112-113

22

(37)

27

yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota

yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel.23 c. Sampel

Dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling maka peneliti mengambil sampel secara acak dengan kategori seluruh

anggota Sanggar Alang-Alang yang berusia 11 tahun sampai 17

tahun yang dianggap mampu menjawab pernyataan-peryataan dalam

angket penelitian, hasil akhir seleksi yang berdasarkan kategori

tersebut memperoleh hasil sebanyak 31 anak. Maka yang menjadi

responden dari penelitian ini adalah 31 anak.

4. Variabel dan Indikator Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua variable, yaitu:

a. Variabel Bebas (Independent Variable) 24

Variabel bebas (Independent) adalah variabel yang menjadi sebab atau merubah/mempengaruhi variabel lain (dependent variable ). Juga sering disebut dengan variabel bebas, prediktor, stimulus, eksogen atau antecendent. Dalam peneliti ini variabel bebas (Independent Variable)nya adalah komunikasi dengan pengasuh.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)25

23

Sofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013, hlm. 31

24

Ibid., hlm. 10

25

(38)

28

Variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain

(variabel bebas). Variabel ini juga disebut dengan variabel terikat,

variabel respons atau endogen. Dalam peneliti ini variabel terikat

(Dependent Variable)nya adalah moral anak jalanan.

Variabel bebas (Independent Variable)dan variabel terikat (Dependent Variable) di definisikan sebagai berikut :

Variabel bebas (x) : Komunikasi dengan Pengasuh

Indikator variabel :

a. Keterbukaan

b. Komunikasi humanis

c. Empati

[image:38.595.136.519.271.720.2]

d. Kesetaraan

Tabel 1.5

Blue Print Komunikasi Pengasuh

No Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Keterbukaan 1,2 - 2

2. Komunikasi humanis 3,5 4,6 4

3. Empati 7,8 - 2

4. Kesetaraan 9 10,11,12 4

(39)

29

Variabel terikat (y) : Moral Anak Jalanan

Indikator variabel :

a. Jujur

b. Hormat

c. Sopan santun

d. Tertib dan patuh

Tabel 1.6

Blue Print Moral Anak Jalanan

No Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Jujur 2,4,5 1,3 5

2. Hormat 6,8,9 7 4

3. Sopan santun 10,11 12 3

4. Terbib dan patuh 14,15 13,16 4

Jumlah 10 6 16

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kuantitatif pengumpulan data menggunakan :

- Angket/kuesioner

Memberikan beberapa pertanyaan yang ditulis di

dalam angket dan disebarkan kepada sample yang telah

ditentukan, yang kemudian jawaban dari sample

[image:39.595.137.518.112.559.2]
(40)

30

Untuk variabel komunikasi pengasuh dan variabel

moral anak jalanan bobot nilai dari setiap pertanyaan dalam

suatu data nominal, pemberian nilai sesuai dengan asumsi

yang diyakini peneliti dan sesuai dengan hasil yang ingin

dimunculkan. Pemberian bobot nilai didasarkan pada efek

yang dimunculkan dari setiap pertanyaan. Adapun bobot nilai

dari setiap pertanyaan atau pernyataan dalam suatu skala

likert, untuk item favourable yaitu sebagai berikut :

1. Sangat Ser ing (SS) : 4

2. Sering (S) : 3

3. Jarang (J) : 2

4. Tidak Pernah (TP) : 1

Sedangkan bobot nilai dari setiap pertanyaan atau

pernyataan dalam suatu skala likert, untuk item unfavourable

yaitu sebagai berikut :

1. Sangat Sering (SS) : 1

2. Sering (S) : 2

3. Jarang (J) : 3

4. Tidak Pernah (TP) : 4

- Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan

(41)

31

sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya

seperti telinga, penciuman,mulut dan kulit. Oleh karena itu

observasi adalah kemampuan menggunakan pengamatannya

melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan

pancaindra lainnya. Peneliti mengamati apa yang dilakukan

keseharian objek yang diteliti khususnya, apakah relevan

dengan apa yang diungkapkan saat wawancara.

- Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan atau mencari data mengenai

hal-hal ataupun dokumen-dokumen yang berupa tulisan

maupun catatan-catatan, buku dan lainnya yang ada

kaitannya dengan data yang dibutuhkan.

6. Teknik Analisis Data

a. Uji Prasyarat Analisis Data

Guna melanjutkan ketahap analisis selanjutnya,

analisis data harus melewati uji prasyarat. Uji prasyarat

analisis data yang dilakukan tersebut adalah Uji Normalitas,

Uji Validitas, dan Uji Reliabilitas. Rincian Uji prasyarat

tersebut seperti yang dijelaskan berikut ini:

 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang diperoleh masing-masing variabel

(42)

32

akan digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing-masing

variabel dalam penelitian normal atau tidak, maka

dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig. Jika nilai

Asymp. Sig lebih besar atau sama dengan 0,05 (5%) maka distribusi data adalah normal.

 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan

fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas

yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi

ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut

merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat

fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.

 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau

karakter utama instrumen pengukuran yang baik.

(43)

33

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi

pearson product moment. Korelasi pearson product moment

adalah untuk mencari arah kekuatan hubungan antara variabel

bebas (X) dengan variabel (Y) dan data berbentuk interval dan

rasio.26

Tabel 1.7

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

1. 0,00 - 0,199 Sangat lemah

2. 0,20 – 0,399 Lemah

3. 0,40 – 0,599 Cukup

4. 0,60 – 0,799 Kuat

5. 0,80 – 1 Sangat kuat

Analisis data pada penelitian ini menggunakan program aplikasi

SPSS 16 for Windows.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

26

[image:43.595.134.519.215.534.2]
(44)

34

Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

penelitian, Manfaat penelitian, Kajian Hasil Peneliti Terdahulu, Definisi

operasional, Metode penelitian, sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Membahas tentang Teori Komunikasi Interpersonal

BAB III PENYAJIAN DATA

Membahas tentang deskripsi objek dan lokasi penelitian, deskripsi data

penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

Pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

(45)

BAB II

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGASUH DAN MORAL ANAK JALANAN

A. Komunikasi Interpersonal Pengasuh

1. DefinisiKomunikasi Interpersonal

Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal

dari bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi

terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang

dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat

berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula

umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung oleh

penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah

sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak

langsung melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya

hubungan timbal balik antara penyampain pesan dan penerimanya yaitu

komunikator dan komunikan.

Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan orang

untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan

komunikasi, sesuai dari sudut mana mereka memandangnya. Beberapa

(46)

36

a) Carl I. Hovland :

“Komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaiakan

perangsang yang berbentuk lambang-lambang dalam rangka

untuk merubah perilaku seseorang atau orang lain.”1

b) Gerald R. Miller :

”Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja

dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi

tingkah laku pihak penerima.”2

c) Onong Uchyana Effendi :

“Komunikasi adalah proses penyampaian suau pernyataan yang

dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi

dari hubungan sosial.”3

d) Event M. Rogers :

“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.”4

Di dalam komunikasi harus ada kesamaan makna atau arti dalam

penyampaian pesan agar terjadi pertukaran pikiran antara komunikator

dan komunikan. Komunikasi sering dipandang sebagai cara dasar untuk

mempengaruhi perilaku orang lain dan mempersatukan proses psikologi

seperti persepsi, pemahaman dan motivasi. Komunikasi dapat dinyatakan

1

Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, Surabaya: Jaudar Press, 2012, hlm. 6

2

Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka¸ 2004, hlm 121

3

Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, Surabaya: Jaudar Press, 2012, hlm. 7

4

(47)

37

sebagai upaya seseorang untuk merubah, mempengaruhi, dan

memberikan ide, gagasan, perasaan dan perilaku orang lain agar terdapat

persamaan pengertian sesuai dengan yang dikehendakinya, baik secara

langsung ataupun tidak lansung yang dapat dilakukan dengan isyarat,

lisan, tertulis, visual maupun audio visual. Komunikasi dikatakan

minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang

terlibat.

R. Wayne Pace mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal

merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau

lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan

secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi

secara langsung.5

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang pesannya

dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal, seperti komunikasi pada

umumnya komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok

yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara

verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan dan

dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan

penerima pesan.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.

Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada

penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal

5

(48)

38

balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal

bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan

tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian

tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

2. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Menurut defininya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana

komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama

komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh

imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana yang

telah dikemukakan bahwa komunikasi insani atau human communication

baik yang non-antarpribadi maupun antarpribadi semuanya mengenai

pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam

bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Miller & Steinberg, 1975).

Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan

melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia dan

kehidupan pribadi yang produktif. Sedangkan yang di maksud dengan

imbalan ialah setiap akibat berupa perolehan fisik, ekonomi, dan sosial

yang bernilai positif. Misalnya uang sebagai akibat perolehan ekonomi

yang dinilai positif.6

6

(49)

39

3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Judy C. Pearson menyebutkan enam karakteristik komunikasi

interpersonal yaitu :7

1) Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut

pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita,

artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman

kita. Contoh : ketika kita berbicara dengan orang lain, maka kita

akan mengungkapkan apa yang kita persepsikan.

2) Komunikasi interpersonal bersifat transaksional.

Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang

berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima

pesan. Contoh : ketika dua orang sedang berkomunikasi, tentu

adanya saling bertukar pikiran, perasaan dll.

3) Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan

hubungan antarpribadi.

Maksudnya Komunikasi interpersonal tidak hanya

berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga

melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana

hubungan kita dengan partner tersebut. Contoh : hubungan

persahabatan, keluarga, rekan kerja, teman bermain dll.

7

(50)

40

4) Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik

antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Contoh : A dan B ketika

berdialog selalu berdekatan supaya bisa di dengar.

5) Komunikasi interpersonal melibatkan pihak-pihak yang saling

tergantung satu dengan lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi. Contoh : dialog antara A dan B satu sama lain saling

bergantungan.

6) Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang.

Jika kita salah menguapkan sesuatu kepada partner komunikasi

kita, mungkin kita dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi itu

tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian

pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan

untuk mendapatkan hasil yang sama, karena dalam proses

komunikasi antar manusia, hal ini akan sangat tergantung dari

respons partner komunikasi kita.

4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Edna Rogers mengemukakan pendekatan hubungan dalam

menganalisis proses Komunikasi interpersonal mengasumsikan bahwa

Komunikasi interpersonal membentuk struktur sosial yang diciptakan

melalui proses komunikasi.

Ciri-ciri Komunikasi interpersonal menurut Rogers adalah:

1) Arus pesan dua arah.

(51)

41

3) Tingkat umpan balik tinggi.

4) Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.

5) Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.

6) Efek yang terjadi perubahan sikap.

5. Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi paling efektif

untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi

interpersonal yang efektif adalah sebagai berikut :8 1) Keterbukaan (Openess)

Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam

Komunikasi interpersonal. Pertama, kita harus terbuka pada orang

lain yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya

kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang umum,

agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau

pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

2) Positif (Positiveness)

Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri

sendiri dan orang lain. Rasa positif merupakan kecenderungan

seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang

baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri

sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki

keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka

8

(52)

42

terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah

diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura

memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.

3) Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai

manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan

dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap

orang lain terhadapnya.

4) Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya

pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang

secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa

yang dirasakan dan dialami orang lain. Komunikasi interpersonal

dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim

pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima

pesan).

5) Dukungan (Supportiveness)

Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang

ada perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya

saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.

Dalam Komunikasi interpersonal diperlukan sikap memberi

dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau

(53)

43

Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Kita

dapat menyatakan komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan

saling menyukai.

6. Definisi Pengasuh

Definisi pengasuh menurut arti kata, pengasuh memiliki kata

dasar asuh yang artinya mengurus, mendidik, melatih, memelihara, dan

mengajar. Kemudian diberi awalan peng- (pengasuh) berarti kata pelatih,

pembimbing. Jadi pengasuh memiliki makna orang yang mengasuh,

mengurus, memelihara, melatih dan mendidik. Menurut Hastuti

“Pengasuh adalah pengalaman, ketrampilan, dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anak”.9

Sebagaimana Direktorat

Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan bahwa tenaga pengasuh adalah

seseorang yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

pengasuhan dan perawatan kepada anak untuk menggantikan peran

orangtua yang sedang bekerja atau mencari nafkah.

Pengasuh memegang peran penting dalam proses perkembangan

seorang anak. Hubungan kelekatan yang di harapkan terjalin adalah

kelekatan yang aman. Dengan kelekatan yang aman di harapkan anak

akan mampu mencapai perkembangan yang optimal, sebaliknya bila

kelekatan yang terjadi adalah kelekatan yang tidak aman maka anak akan

mengalami masalah dalam proses perkembangannya. Selanjutnya hal ini

9

(54)

44

dapat menjadi akar dari berbagai masalah kriminal dan sosial yang marak

terjadi.

7. Komunikasi Pengasuh

Dalam berkomunikasi pengasuh harus menyesuaikan kondisi dan

karakteristik dengan setiap komunikan. Pengasuh melakukan suatu

pendekatan secara pribadi dan memoles setiap komunikasi yang

dilakukan kepada komunikan. Hal ini berarti di dalam berkomunikasi

seorang pengasuh harus mampu memilih kata-kata yang sesuai, intonasi

dan bentuk komunikasi verbal ataupun non verbal sehingga antara

pengasuh dengan komunikan dapat mengandung kesamaan makna antara

satu dengan yang lain. Komunikasi pengasuh adalah proses penyampaian

informasi, mengajarkan dan mengarahkan yang di lakukan oleh pengasuh

(komunikator) kepada komunikan yang menimbulkan perhatian dan

efek-efek yang diharapkan oleh pengasuh itu sendiri berupa berupa perubahan

tingkah laku yang semakin baik.

B. Moral Anak Jalanan

1. Definisi Moral

Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa

Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau

adat-istiadat. Moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma

kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik.10

10

(55)

45

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “moral” diartikan sebagai

keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti kondisi

mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti

sebagai ajaran kesusilaan.11

Menurut Merriam-webster pengertian moral adalah mengenai

atau berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku

manusia, dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai dengan

standar perilaku yang tepat pada kelompok atau masyarakat tersebut.12 Sementara itu menurut Wila Huky, merumuskan pengertian

moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut :13 a) Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup,

dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok

manusia di dalam lingkungan tertentu.

b) Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan

pandangan hidup atau agama tertentu.

c) Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan

pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai

yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

lingkungannya.

11

Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994. hlm.192

12

http://www.seputarpengetahuan.com/2016/08/pengertian-moral-menurut-para-ahli lengkap.html, diakses tanggal 20 Maret 2017, pukul 11:23

13

(56)

46

Dengan adanya moral baik yang tumbuh dalam masyarakat,

kehidupan bersosialisasi di dalamnya akan terasa damai. Hal tersebut

harus dipatuhi, karena moral memiliki fungsi dalam mengatur,

menjaga ketertiban, dan menjaga keharmonisan antar masyarakat yang

ada dalam suatu pranata sosial. Disamping itu moral berkaitan antara

ide, aturan atau norma-norma dengan tingkah laku. Memang dalam

pembicaraan sehari-hari, moral sering dimaksudkan masih sebagai

seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan tetapi lebih

kongkrit dari itu, moral juga sering dimaksudkan sudah berupa tingkah

laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai,

prinsip, atau norma. Moral dalam penelitian ini berupa kesesuaian

perilaku terhadap nilai yang berlaku di lingkungannya, dengan

indikator yang berasal dari aspek-aspek yang diangkat dari analisis

tugas perkembangan siswa yang dirumuskan oleh Kartadinata yaitu:14

a) Jujur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia jujur berarti

lurus hati, tidak berbohong (misal: berkata apa adanya), tidak

curang (misal: dalam permainan dengan mengikuti aturan yang

ada) tulus ikhlas. Jujur adalah mengakui, berkata atau

memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan

kebenaran. Dalam kehidupan bermasyarakat secara hukum

tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan

14

(57)

47

pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan

kebenaran dan kenyataan yang terjadi.

b) Hormat

Hormat yaitu menghargai orang lain dengan berperilaku

baik dan sopan sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, hormat : menghargai (takzim, khidmat, sopan),

perbuatan yang menandakan rasa takzim atau khidmat kepada

orang yang usianya lebih tua. Menghormati berarti menunjukan

atau memperhatikan nilai dari seseorang atau sesuatu, selain itu

juga menghormati adalah hubungan responsif dan wacana biasa

tentang rasa hormat mengidentifikasi beberapa eleman kunci

dari repon, termasuk perhatian, rasa hormat, penilaian,

pengakuan, menghargai dan berperilaku.

c) Sopan santun

Norma sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul

dari sebuah hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam

masyarakat dan dianggap sebagai pedoman pergaulan sehari-hari

masyarakat itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa

yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di

berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia sopan santun adalah budi pekerti yang baik,

tata krama, peradaban, kesusilaan.

d) Tertib dan patuh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ketertiban

(58)

48

aturan) dan kepatuhan ialah sifat patuh, patuh: suka menurut,

taat pada perintah dan aturan, berdisiplin. Taat dan patuh

memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang

ditetapkan. Ketaatan dan kepatuhan yang dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh akan mewujudkan ketertiban dan ketentraman

dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Ciri-ciri moral

Velazquez memberikan pemaparan pendapat para ahli etika

tentang lima ciri yang berguna untuk menentukan hakikat moral. Kelima

ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1) Moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan

secara serius atau benar-benar menguntungkan manusia. Contoh

moral yang dapat diterima oleh banyak orang adalah perlawanan

terhadap pencurian, pemerkosaan, perbudakan, pembunuhan, dan

pelanggaran hukum.

2) Moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif

tertentu. Meskipun demikian, validitas moral terletak pada

kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung dan

membenarkannya.

3) Moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk

kepentingan diri. Contoh pengutamaan moral adalah ketika lebih

memilih menolong orang yang jatuh di jalan, ketimbang ingin

(59)

49

4) Moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.

Dengan kata lain, pertimbangan yang dilakukan bukan

berdasarkan keuntungan atau kerugian pihak tertentu, melainkan

Gambar

 Tabel 1.1
  Tabel 1.2
 Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sifat larut air ini menunjukkan bahwa dinding sel bakteri Gram positif bersifat lebih polar, sehingga senyawa bioaktif yang bersifat polar dengan mudah masuk

Ekoran daripada itu, kajian ini dijalankan adalah untuk mengenal pasti bentuk gaya pembelajaran yang menjadi keutamaan kepada pelajar-pelajar Tahun 4 Fakulti

DAD level 0 seperti yang ditampilkan pada gambar 2 merupakan pengembangan dari diagram konteks, dimana pada diagram ini menjelaskan bahwa pengguna dapat

Sejalan dengan hal tersebut, Nuh (2013) menyatakan bahwa lingkungan belajar untuk tercapainya kompetensi abad 21 haruslah (1) menciptakan latihan pembelajaran,

Adapun penunjukan letak dari titik frontal area yang terjadi terhadap body mobil GL-BUS sesuai dengan hasil dari simulasi yang telah dilakukan adalah pada titik

Pemodelan pipa dengan menggunakan software ANSYS ini dilakukan untuk menggambarkan dan menganalisis tegangan yang terjadi pada pipa akibat adanya pipeline walking

Dalam mempelajari senyawa antimalaria baru, telah dilakukan penelitian menggunakan etil p-metoksi sinamat dari rimpang Kaempferia galanga yang diuji aktivitasnya

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka fokus penelitian ini adalah pada komponen outer front door mobil Esemka Rajawali 2 untuk