• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI PENERAPAN METODE AMTSILATI DAN METODE AL MIFTAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMBACA KITAB KUNING BAGI SANTRI BARU PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :

IMAROTUL HASANAH NIM.D91212164

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Imarotul Hasanah. 2016. Study Komparasi Penerapan Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning Bagi Santri Baru Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Kata Kunci :Komparasi, Hasil Belajar, Pondok Pesantren, Kitab Kuning, Metode Amtsilati, Metode Al Miftah.

Dalam dunia pondok pesantren, istilah “kitab kuning”, sudah cukup populer, yaitu kitab-kitab berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama’ masa lalu, khususnya di abad pertengahan. Terdapat beberapa metode cara membaca kitab kuning diantaranya adalah Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena pengalaman penulis yang pernah mengenyam pendidikan Pondok Pesantren dan didorong rasa ingin tahu, maka penulis melakukan penelitian tentang perbandingan penerapan Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Tujuan utama penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 2) Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 3) Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

(7)

ABSTRACT

Hasanah, Imarotul. 2016. Comparative Study Implementation Amtsilati Method and Al Miftah Method to Improve Reading Ability Yellow Book For New Students in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Cottage

Keyword : Comparison of Results Learning, Islamic Boarding School, Yellow Book, Amtsilati method, Al Miftah Method.

In the world of the boarding school, the term "yellow book", is already quite popular, namely Arabic books written by scholars' past, particularly in the Middle Ages. There are several methods of how to read yellow books include Amtsilati Method and Method Al Miftah. Both methods have advantages and disadvantages of each. Hence the author's experience had attended boarding school and driven curiosity, the authors conducted research on the application of the comparative method, there are Amtsilati method and Al Miftah Method in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan cottage.

The main objective of this research are: 1) To determine the learning outcomes of students using methods Amsilati at boarding Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, 2) To determine the learning outcomes of students using the Al-Miftah in Syaichona Moh. Cholil Bangkalan cottage, 3) To know the comparison of learning outcomes between methods Amsilati with Al-Miftah method in enhancing the ability to read yellow books for new students at the boarding school Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

(8)

صلختسم

.ةنسحلا ةرامع

6102

.

نراقما ةسارد

ة

تل

لا نب قيبط

و"يلثما" ةقيرط

نسحتل "حاتفما"

بتكةءارقةراهم

باطلل ةيثارت

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعمددجا

-نااك ب

تاملك

ثحبلا

تن،ةنراقما:

ةجي

بتك،يماسإدهعم،ملعتلا

."حاتفما"ةقيرطلا،"يلثما" ةقيرط،ةيثارت

ناك

يماسإادهعما

احلطصم

بتكلا"

،"ةيثارلا

لعفلابو

ي و،ةربكةيبعش

بتكلا

بتكةيبرعلا

اميساو،ةقباسلاءاملعلا

.ىطسولارصعلا

كا

قرطةدع

بتكلاةءارقةيفيكل

لمشتوةيثارلا

نتقيرطلااتلك."حاتفم"ةقيرطلاو"يلثمأ"ةقيرطلا

لك ناصقنوايازماه

ه م

م

فلؤما ناك كلذلو .ا

يماسإا دهعمااورضحدق

ماقف، اورضحتسا و

ثح فلؤما

ا

نع

ةنراقم

لا

قيبطت

و"يلثمأ" ةقيرط

"حاتفما"

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعم

.نااك ب

و

فدها

يسيئرلا

نم

ثحبلااذ

1

لوصح ةفرعم )

ملعتلا

باطلل

مادختساب

ةقيرطلا

ليلخ دمح ا خيش يماسإ دهعم"يلثمأ"

،نااك ب

2

)

لوصح ةفرعم

ملعتلا

باطلل

مادختساب

دهعم"حاتفما" ةقيرطلا

ليلخ دمح ا خيش يماسإ

،نااك ب

3

)

نبةنراقماةفرعم

تن

ي

ج

ة

ملعتلا

نب

نسحتل"حاتفما"و"يلثمأ" ةقيرط

بتكةءارقةراهم

باطلل ةيثارت

دمح ا خيش يماسإ دهعمددجا

ليلخ

.نااك ب

ثحبلاةقيرط ذ

ي

قيرط

ة

يمك

ة

مادختساب .

جه ما

يفصولا

باطلا و

ة س ددجا

2014

/

2015

غلبت

ددع

400

بلاط

ةبلاطو

و

ا

رخ

ليج

ة سديدجا

2015

/

2016

غلبت

ىإ

350

و اجذوم بلاطلا ناكو .ابلاط

76

،ابلاط

لك

ماع

38

.ابلاط

ذ و

تن

ةجي

مادختساب

غيصلا

ةيئاصحإا

(T-Test)

.

و

ترهظأ

:جئات لا

1

ناكو )

ت

ملعتلةلدعم ةجرد

مادختساب

ا

ب

ةقيرط

"يلثمأ"

89.4

نم

لامكلاةجرد

و

100

.

2

ناكو )

ت

ملعتلةلدعم ةجرد

مادختساب

ا

ب

"حاتفما"ةقيرط

91.1

نم

لامكلاةجرد

و

100

. 3)

ا خيش يماسإ دهعم "يلثمأ"ةقيرط قيبطت

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

LEMBARAN KEASLIAN TULISAN ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Asumsi Penelitian ... 10

G. Hipotesis Penelitian ... 11

H. Definisi Operasional ... 12

I. Metodologi Penelitian ... 15

J. Sistematika Pembahasan ... 22

(10)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Metode Amtsilati ... 23

1. Pengertian Metode Amtsilati ... 23

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Amtsilati ... 26

3. Langkah-langkah Metode Amtsilati ... 28

4. Garis-garis Besar Metode Amtsilati ... 29

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Amtsilati ... 30

6. Efektifitas Metode Amtsilati dalam Pembelajaran Kitab Kuning.... 32

B. Tinjauan Tentang Metode Al Miftah ... 33

1. Pengertian Metode Al Miftah ... 33

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Al Miftah ... 34

3. Langkah-langkah Metode Al Miftah ... 35

4. Garis-garis Besar Metode Al Miftah ... 36

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al Miftah ... 37

6. Efektifitas Metode Al Miftah dalam Pembelajaran Kitab Kuning ... 38

C. Perbedaan Antara Metode Amtsilati dan Metode Al Miftah ... 41

D. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Kitab Kuning ... 43

1. Pengertian Kitab Kuning ... 43

2. Tehnik Membaca Kitab Kuning ... 44

3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Kitab Kuning ... .46

E. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren ... 51

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 51

2. Tujuan Pondok Pesantren ... 55

3. Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rencana Penelitian ... 61

(11)

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 65

D. Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 76

B. Penyajian dan Analisis Data ... 87

1. Penyajian Data ... 87

2. Analisis Data ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 97

B. Diskusi ... 98

C. Saran ... 100

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sample santri ... 64

Tabel 3.2 Kategori perolehan nilai rata-rata ... 72

Tabel 3.3 Analisis data ... 74

Tabel 4.1 Sarana dan prasarana Pondok Pesantren ... 80

Tabel 4.2 Nama pengajar di Pondok Pesantren ... 82

Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Santri... 85

Tabel 4.4 Nilai hasil belajar santri metode Amtsilati ... 88

Tabel 4.5 nilai hasil belajar santri metode Al Miftah ... 90

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Santri Baru ajaran 2014/2015

Lampiran 2 Data Santri Baru ajaran 2015/2016

Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara

Lampiran 4 Surat Tugas

Lampiran 5 Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam

penerapan kurikulum pendidikan. Bahkan, keberhasilan kurikulum di tentukan

oleh kegiatan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran pada dasarnya

merupakan kegiatan yang paling utama di dalam pendidikan. Ciri utama

kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara

santri dengan dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru,

teman-temannya, tutor, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya.

Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seyogyanya memahami

bagaimana menerapkan dan merumuskan kegiatan pembelajaran agar dapat

berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kendala dalam pembelajaran merupakan persoalan yang selalu

digelisahkan oleh guru adalah menyangkut keaktifan seorang santri. Sebagai

orang yang bertugas mengelola kegiatan belajar dan mengajar, guru seringkali

dihadapkan dengan masalah rendahnya keaktifan santri dalam mengikuti proses

pembelajaran serta terlalu singkatnya para santri dalam pencarian ilmu di

pondok pesantren. Proses pembelajaran merupakan transformasi pengetahuan,

(15)

2

didik. Maka, keterlibatan peserta didik baik secara fisik maupun mental sebagai

bentuk pengalaman yang sangat penting di dalam proses pembelajaran.

Sedangkan, di beberapa lembaga pesantren, para guru sering dihadapkan

pada kenyataan bahwa santri mengalami kebosanan dan penurunan ketertarikan

dalam belajar dan terlalu singkatnya masa santri di Pesantren, sehingga proses

belajar tidak terlaksana secara efektif. Oleh karena itu, guru sebagai seorang

pendidik yang profesional diharapkan mampu mengembangkan aktivitas

belajar santri, baik aktivitas fisik maupun mental guna menciptakan suasana

belajar yang berkualitas. hal tersebut bisa dilihat dari keaktifan santri dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Dalam meningkatkan keaktifan tersebut terutama didalam peningkatan

kemampuan baca kitab kuning bagi santri baru, seorang pendidik dituntut untuk

melakukan perubahan yang sifatnya inovatif dan kreatif. Berbagai metode

dijalankan oleh pendidik untuk memacu keaktifan belajar santri. Namun dalam

kenyataanya, tidak jarang guru mengalami kesulitan dalam pemilihan metode

yang tepat penerapannya dalam kegiatan tersebut. Sebab, kurangnya daya

dukung metode tentu berimbas pada kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam

kegitan pembelajaran.

Maka dalam hal ini, metode memainkan peran penting dalam

terlaksanaanya kegitan pembelajaran. Bahkan, ada sebuah pepatah yang

diungkapkan oleh Arief, bahwa dalam dunia proses belajar mengajar, yang

(16)

3

daripada materi”.1 Sedangkan menurut KH. Imam Zarkasyi seorang pendiri

pondok modern Gontor juga pernah menyatakan bahwa:

ةقيرطلا نم م ا سردما حورو ةداما نم م ا ةقيرطلا

(metode itu lebih penting dari materi, tetapi pribadi guru lebih penting daripada

metode).

Ungkapan tersebut artinya bahwa seorang guru yang mengajarkan keimanan,

bisa saja mengajarkan konsep-konsep keimanan dengan materi yang lengkap,

dalam, luas dan akurat. Akan tetapi kemampuan guru menguasai metode

bagaimana menyampaikan materi yang dikuasai yang akan menjadi kunci

kesuksesannya dalam mengajar. Beda mengajar beda mendidik. Kalau

tujuannya untuk mendidik, apalagi mendidik keimanan, maka penguasaan

materi dan metode tidaklah cukup, akan tetapi haruslah materi keimanan itu

“terpribadi” dalam diri guru. Artinya guru akan berhasil mendidik keimanan

kalau gurunya benar-benar beriman. Disinilah transfer dan “setruman” iman akan terjadi dan membuahkan hasil. Dan ini akan semakin sempurna apabila

“keimanan” guru ini benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-harinya, jadi suri tauladan bagi murid-murid dan masyarakatnya.2

Hal tersebut cukup rasional karena secara tidak langsung cara yang

digunakan akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran kitab kuning.

1

(17)

4

Metode tidak hanya berfungsi sebagai penarik minat peserta didik dalam belajar

dan mengurangi kebosanan santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

melainkan juga meningkatkan kualitas dan kemampuan baca kitab kuning,

minimal paham kitab Fathul Qarib.

Begitu pula dalam kegiatan pembelajaran kitabiyah yang berlangsung di

pondok pesantren, tidak lepas dari unsur-unsur yang berhubungan dengan

metode pembelajaran, sebab penggunaan metode pembelajaran yang kurang

dapat menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran yang dilangsungkan.

Sebagaimana lazimnya pesantren, pola metode pembelajaran yang digunakan,

biasanya masih berpusat pada guru/kiai, sehingga seorang kyai atau ustadz

dituntut untuk menguasai metode pembelajaran yang tepat untuk santrinya.

Salah satu metode yang digunakan untuk membaca kitab kuning yaitu Metode

Amtsilati yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Darul Falah Jepara dan

Metode Al-Miftah yang baru dikembangkan oleh Pondok Pesantren Sidogiri

Pasuruan .

Kenyataan ini sebenarnya sudah sangat umum dipahami oleh para peneliti

atau pengkaji sistem pendidikan pesantren bahwasanya memiliki keunikan

tersendiri. Seperti yang dikatakan Abdurrahman Wahid bahwa keunikan

pengajaran di pesantren dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan

(18)

5

santri.3 Pelajaran yang diberikan dalam pengajian yang berbentuk seperti kuliah

terbuka, dimana sang kiai membaca, menerjemahkan, kemudian santri membaca

ulang, mempelajari di luar waktu, atau mendiskusikannya dengan teman sekelas

dalam bentuk yang dikenal dengan musyawarah, takror, dan lain sebagainya.

Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren

mencakup dua aspek, yaitu :

1. Metode yang bersifat tradisional (Salaf)

2. Metode pembelajaran modern (Tajdid)

Metode Amtsilati dan metode Al-Miftah termasuk kedalam metode

pembelajaran modern, bahkan metode tersebut menjadi metode yang paling

banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran kitabiyah di lingkungan

pesantren. Ini merupakan bukti bahwa metode ini memiliki kekhasan tersendiri

sebagai bentuk metode yang cakupannya tidak hanya pada pencapaian target

dalam keberhasilan kemampuan baca kitab kuning, melainkan juga pada proses

pemahaman dan kemampuan membaca dan memahami kitab kuning yang

berlangsung di pesantren.

Metode Amtsilati adalah metode cara cepat belajar kitab kuning. Metode ini

dikenalkan pertama kali di Jepara pada tanggal 16 juni 2002. Metode Amsilati

ini bermula ketika seorang alumni pondok pesantren yang sedang merintis

sebuah pondok pesantren kesulitan mengajarkan cara membaca kitab kepada

3

(19)

6

muridnya karena proses belajar mengajarnya menggunakan metode menulis

bait-bait di papan tulis, selanjutnya dibaca dan dipelajari bersama-sama dengan

murid..4

Dari peristiwa itu kemudian muncullah metode amtsilati yang berarti

beberapa contoh dari saya. Metode Amtsilati terdiri dari lima jilid yang

dijadikan pembelajaran bagi peserta didik, dua jilid tatimmah (praktek) yang

biasanya diterapkan setelah materi lima jilid selesai, satu khulasoh yang

dijadikan sebagai dasar atau nadzaman, satu qo’idati (kumpulan kaidah-kaidah).

Sedangkan Metode Al-Miftah juga merupakan metode cara cepat membaca

kitab kuning. Metode ini merupakan metode baru yang dirumuskan oleh Pondok

Pesantren Sidogiri Pasuruan.5 Metode Al-Miftah terdiri dari empat jilid dan pada

jilid ketiga terdapat tambahan kitab yaitu Edisi Tashrif. Setelah santri

menyelesaikan semua jilid kemudian dilanjutkan dengan praktek membaca kitab

kuning.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang penerapan metode metode Amtsilati

dan metode Al-Miftah dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan

penelitian di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yang dimana

kegiatan pembelajarannya masih mempertahankan metode Amtsilati dan

4

H. Taufiqul Hakim, Tawaran Revolusi Sistem Pendidikan Nasional, (Berbasis Kompetisi dan Kompetensi)(Jepara: PP. Darul Falah,2004), h. 7

5

(20)

7

Miftah sebagai salah satu metode yang diterapkan dalam proses meningkatkan

kemampuan baca kitab kuning, minimal Kitab Fathul Qarib.

Berpijak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

ingin mengkaji dan membandingkan dua metode dalam meningkatkan

kemampuan membaca kitab kuning khususnya kitab Fathul Qarib, yaitu metode

Amtsilati dan metode Al-Miftah. Dengan mengharap ridho dan inayah Allah

SWT, peneliti mengambil tema penelitian yang berjudul “Study Komparasi

Penerapan Metode Amsilati Dan Metode Al-Miftah Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Kitab Kuning Bagi Santri Baru Di Pondok Pesantren

Syaichona Moh. Cholil Bangkalan”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di Pondok

Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan?

2. Bagaimana hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di Pondok

Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan?

3. Bagaimanakah perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati dengan

metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning

(21)

8

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis maka penulis

memberikan batasan masalah dengan fungsi mempersempit obyek yang akan

diteliti agar lebih terarah, maka masalah hanya dibatasi pada penerapan metode

Amtsilati dan metode Al-Miftah yang penelitiannya kepada santri baru dalam

meningkatkan membaca kitab kuning minimal kitab Fathul Qarib di Pondok

Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan di atas,

tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Amsilati di

Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

2. Untuk mengetahui hasil belajar santri menggunakan metode Al-Miftah di

Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode Amsilati

dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab

kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

(22)

9

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari penelitian ini

adalah :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan telaah khususnya pada peneliti sendiri dan umumnya kepada

para pendidik, untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan

tanggung jawab sebagai pendidik, terutama di pondok pesantren Syaichona

Moh. Cholil Bangkalan.

2. Praktis

a. Bagi Pendidik (kyai/ustadz)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi oleh para tenaga pendidik umumnya dan tenaga pendidik di

pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan dalam penerapan

metode Amtsilati dan Metode Al- Miftah dalam meningkatkan

kemampuan membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Syaichona Moh.

Cholil Bangkalan.

b. Bagi Orang Tua

Bagi orang tua santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan memperoleh

(23)

10

dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning di Pondok

Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

c. Bagi Tokoh Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning dalam masalah

penerapan metode Amtsilati dan Metode Al- Miftah.

d. Bagi peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi penulis sebagai pengembangan

kemampuan dan penalaran berfikir. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman

yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga kependidikan.

F. Asumsi Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti haruslah telah

memiliki anggapan dasar atas penelitian yang dilakukan. Hal ini akan

mempermudah bagi peneliti untuk menggali informasi lebih lanjut melalui

data-data yang didapatkan. Di dalam penelitian anggapan-anggapan semacam

ini sangatlah perlu dirumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan

data, menurut Suharsimi Arikunto merumuskan asumsi adalah penting dengan

tujuan sebagai berikut:6

6

(24)

11

a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.

b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian.

c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Adapun asumsi yang penulis rumuskan adalah

a. Penerapan metode Amtsilati di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi

santri baru.

b. Penerapan metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi

santri baru.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, “hipo” artinya di bawah, “tesa” artinya kebenaran. Jadi hipotesis di bawah kebenaran

atau kebenarannya masih diuji lagi.

Dengan demikian, penulis merumuskan dan akan membuktikan

hipotesis Nihil (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut:

Hipotesis Nihil (Ho): tidak ada perbedaan yang signifikan antara

penerapan metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan

kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren

(25)

12

Hipotesis Alternatif (Ha): ada perbedaan yang signifikan antara

penerapan metode Amsilati dengan metode Al-Miftah dalam meningkatkan

kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di Pondok Pesantren

Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha) ditolak..

Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setalah diuji maka (Ha) diterima dan (Ho)

ditolak.

H. Definisi operasional

Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black

dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi

makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau

kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.7

Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari

kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional

variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:

a. Metode Amtsilati dan Al miftah

Merupakan metode cara cepat belajar kitab kuning yang dipakai di

Pondok Pesantren Khusunya di Indonesia dengan standar minimal bagi

para santri atau pelajar bisa membaca dan memahami kitab Fathul Qarib.

7

(26)

13

Metode Amsilati adalah metode cara cepat belajar kitab kuning. Secara

bahasa, kata “Amtsilati” bermakna “Contohku” .Metode ini dikenalkan pertama kali di Jepara pada tanggal 16 juni 2002 yaitu oleh KH. Taufiqul

Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsari, Jepara, Jawa

Tengah. Sedangkan Metode Al-Miftah juga merupakan metode cara cepat

membaca kitab kuning. Metode ini merupakan metode baru yang

dirumuskan oleh pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.8

b. Meningkatkan

Merupakan proses kegiatan yang disengaja, direncanakan untuk

mencapai mutu atau hasil yang lebih baik , sehingga dapat tercapai kualitas

hasil atau tujuan yang ditetapkan.9

c. Kemampuan

adalah potensi yang berupa kesanggupan, kecakapan atau kekuatran

kita berusaha dengan diri sendiri.

d. Kitab Kuning

adalah kitab-kitab islam klasik yang ditulis dengan bahasa arab atau

melayu yang tidak memiliki harkat atau syakl (tanda baca) dan biasanya

memakai kertas berwarna kuning. Yang didalamnya dapat dikatakan

8

Djunaidatul Munawaroh, “Pembelajaran Kitab Kuning Di Pesantren”, dalam Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2001), hal 178

9

(27)

14

berbobot akademis, tapi dari sistimatika penyajiannya Nampak sangat

sederhana.10

e. Hasil belajar

adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi

belajar peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima

pengalaman belajar.11

f. Pondok pesantren

adalah suatu asrama tempat murid-murid belajar mengaji.12 Menurut

Prof. DR. Abdul Mujib, M.Ag. pesantren adalah suatu lembaga pendidikan

Islam yang di dalamnya terdapat sorang kiai (pendidik) yang mengajar dan

mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan

untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya

pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.13

g. Santri

adalah berasal dari bahasa jawa Cantrik yaitu seseorang yang selalu

mengikuti seorang guru kemanapun guru itu pergi menetap, tentunya

dengan tujuan agar ia dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.

10M. Dawam Rahardjo, “

Pergulatan Dunia Pesantren” ,Membangun Dari Bawah, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1985), h. 55

11

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung:PT. Ramaja Rosdakarya,2010,(Cet. XV)),h. 22

12

W.J.S. Poerwodarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h. 998.

13

(28)

15

Istilah ini kemudian diadopsi oleh dunia pesantren untuk sekelompok

siswa di pesantren yang ingin menguasai kitab suci agama islam beserta

karya-karya tafsirnya antara lain dalam bentuk kitab kuning.14

I. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan oleh suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.15 Adapun rencana bagi

pemecahan yang diselidiki antara lain :

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti pada skripsi ini yaitu

“Study komparasi penerapan metode Amtsilati dan metode Al- Miftah

dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning bagi santri baru di

Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan maka penelitian ini

tergolong jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin peneliti

ketahui.16

2. Populasi dan Sampel

14

Ilyas Supena, Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang : 2008),h. 51

15

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:: Alfabeta, 2006), h. 6.

16

(29)

16

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.17 Adapun cara yang digunakan peneliti dalam mengambil

data dalam penelitian ini adalah teknik penelitian populasi. Alasan

peneliti mengambil teknik ini adalah karena peneliti hendak meneliti

semua elemen yang ada pada wilayah penelitian dan jumlah subjeknya

kurang dari 100%. Maka dalam penelitian ini populasinya adalah

santri baru (tahun ajaran 2014/2015) dan santri baru (tahun ajaran

2015/2016) di Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.18

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel ini, tidak ada ketentuan yang

baku. “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti tentang

besarnya sampel”.19

Hadi yang menyatakan bahwa “sebenarnya tidak ada ketepatan

yang mutlak berapa persen atau yang digunakan dari populasi”.20

17

Margono, Metodologi... , h. 117.

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur... ,h.131.

19

Sugiono, Metode..., h. 72.

20

(30)

17

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk penarikan

sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dalam

penelitian.21

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah santri

baru(angkatan 2014/2015) dan santri baru(angkatan 2015/2016)

pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yang berjumlah

750 santri.

Namun penulis berpedoman pada Arikunto yang

menyatakan bahwa “Apabila subjeknya kurang dari 100%, lebih

baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat

diambil diantara 10-15% atau 20-25% atau lebih. 22 Dari pendapat

diatas maka penulis mengambil sebanyak 10% dari populasi yang

ada ( 750 x 10%= 75 )

Dalam penetapan sampel, penulis menggunakan teknik

random sampling (sampel acak sederhana). Penulis hanya

menentukan 75 santri dari jumlah santri baru (angkatan 2014/2015)

dan santri baru (angkatan 2015/2016) Pondok Pesantren Syaichona

Moh. Cholil Bangkalan.

3. Jenis dan Sumber Data

21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif,(Jakarta: Pranada Media, 2005), h.105

22

(31)

18

a. Jenis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digolongkan

menjadi dua jenis yaitu :

1) Data Kualitatif adalah pengumpulan data dengan cara

gejala-gejala untuk memahaminya tidak mudah menggunakan alat ukur,

melainkan dengan naluri dan perasaan. 23

2) Data Kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan

ulang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

b. Sumber Data

1) Kepustakaan

Yaitu sumber data digunakan untuk mencari landasan teori

tentang permasalahan yang diteliti dengan menggunakan literatur

yang ada, baik dari buku, majalah, surat kabar maupun dari

internet yang ada hubungannya dengan topik pembahasan

penelitian ini sebagai bahan landasan teori.

2) Penelitian Lapangan

Adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan

penelitian, yaitu mencari data dengan terjuan langsung ke objek

penelitian untuk memperoleh data yang lebih konkrit yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian

23

(32)

19

lapangan dengan menggunakan analisis komparasional yaitu

membandingkan metode membaca kitab kuning antara Metode

Amtsilati dan Metode Al Miftah di Pondok Pesantren Syaichona

Moh. Cholil Bangkalan.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk menggali data yang ada, peneliti menggunakan beberapa

metode pengambilan data, yaitu :

a. Metode observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu

wawancara dan kuisioner.24 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa

observasi merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila

penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini,

peneliti mengamati:

1) Lingkungan Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

2) Letak geografis Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

24

(33)

20

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan melalui peninggalan tertulis,

sererti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori

dalil-dalil atau hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian.25

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari

Pondok Pesantren Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan yakni:

1) Data santri baru angkatan 2014-2015 dan angkatan 2015-2016

yang mempelajari metode amtsilati dan metode al miftah yang

dipilih menjadi sampel.

2) Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

3) Visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

4) Struktur pengurus Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

5) Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan.

6) Jumlah guru dan santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

25

(34)

21

7) Kegiatan sehari-hari Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil

Bangkalan

c. Nilai hasil belajar

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh

mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian

kompetensi(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab

pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta

didik. Dalam hal ini peneliti mencari nilai hasil belajar santri setelah

menggunakan metode Amtsilati dan metode Al-miftah dengan adanya

ujian membaca kitab kuning di Pondok Pesantren Pesantren Syaichona

Moh. Cholil Bangkalan.

d. Wawancara

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview.

Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara

lisan pula.26 Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan

tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber

informasi (interviewee). Dalam hal ini yang menjadi key people adalah

pengurus di Pesantren Pondok Pesantren Pesantren Syaichona Moh.

Cholil Bangkalan.

26

(35)

22

5. Teknik Analsis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan

dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan rumusan

masalah yang telah diajukan untuk menarik kesimpulan. Dalam

menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Tujuan

dari analisis diskriptif adalah untuk menyajikan data hasil pengamatan

secara singkat dan jelas. Pada penelitian diskriptif statistik yang

digunakan adalah diskriptif seperti tehnik persen, kuartal, modus,

median, mean, simpangan baku, korelasi dan lain-lain. Visualisasi data

bisa digunakan table, grafik, diagram dan sejenisnya.

J. Sistematika Pembahasan

Penulis membagi sistematika pembahasan penelitian ini menjadi lima

bab dengan rincian tiap bab sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan

hipotesis penelitian, definisi operasional, serta dalam bab satu ini berisi tentang

sistematika pembahasan.

Bab kedua, Berisi Kajian Teoriyang meliputi tentang: Tinjauan tentang

(36)

23

kelebihan dan kelemahan metode Amtsilati. Tinjauan tentang metode

Al-Miftah, yang meliputi pengertian, sejarah, langkah-langkah serta kelebihan dan

kelemahan metode Al-Miftah. Dalam bab ini juga berisi tinjauan tentang

kemampuan membaca kitab kuning, yang meliputi pengertian tentang kitab

kuning dan peran guru dalam meningkatkan kemampuan baca kitab kuning.

Serta tinjauan tentang pondok pesantren, yang terdiri dari pengertian, tujuan,

fungsi dan peranan pondok pesantren.

Bab ketiga, Berisi Metode Penelitian yang meliputi: jenis dan rencana

penelitian, tehnik penentuan objek penelitian, instrumen dan teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab keempat, Berisi tentang Laporan Hasil Penelitian yang meliputi:

gambaran umum obyek penelitian, penyajian dan analisis data.

Bab kelima , sebagai bab terakhir bab ini berisi tentang kesimpulan dari

skripsi dan diskusi serta saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG METODE AMTSILATI

1. Pengertian Metode Amtsilati

Secara lughowi metode dalam bahasa arab disebut dengan istilah

toriqoh yang berarti jalan. Terdapat beberapa pendapat dari definisi

metode:

a) Menurut Radliyah Zaenuddin metode adalah rencana yang

menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi secara

teratur, dimana tidak ada satu bagian yang lain dan kesemuanya

berdasarkan atas approach (pendekatan) yang telah ditentukan

sebelumnya.1

b) Menurut Wina Sanjaya metode adalah cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal.2

c) Menurut Muhibbin Syah metode diartikan sebagai cara yang

berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian

materi pelajaran kepada peserta didik.3

1 Radliyah Zaenuddin,Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,

(Cirebon:Pustaka Rihlah Group,2005),h.31

2Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses

Pendidikan,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008),h.147

(38)

25

Dari beberapa definisi tersebut dapat disebutkan bahwa metode

merupakan suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan proses

pembelajaran. Metode juga berhubungan dengan cara yang

memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka

mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

Sedangkan Amtsilati berasal dari kata “Amtsilah” yang artinya

beberapa contoh. Dan akhiran “ti” itu merupakan pengidofahan

(persambungan) lafadz Amtsilah dengan ya‟ mutakallim wahdah. Jadi

yang dimaksud metode Amtsilati yaitu suatu alat atau cara yang

dilakukan oleh guru dalam menyajikan materi kitab amtsilati di mana

dalam kitab tersebut lebih menekankan pada memperbanyak contoh dan

juga praktek dengan tujuan siswa mampu memahami qowa‟id dengan

baik.

Metode Amtsilati bukanlah dua rangkaian kata yang terpisah

melainkan satu rangkaian dalam satu arti yang pengertiannya mencakup

maksud dan isinya. Jadi yang dimaksud dengan penerapan metode

amtsilati adalah: suatu metode atau cara praktis belajar membaca kitab

kuning.

Metode ini disusun secara lengkap dan sempurna, terencana serta

terarah dimulai dari pelajaran yang amat mendasar dan sedehana dengan

(39)

26

lagu bahar rajaz sehingga semuanya terasa ringan dan tidak

menjenuhkan.

Jadi metode Amtsilati ini merupakan terobosan baru untuk

mempermudah santri agar bisa membaca kitab kuning dengan kurun

waktu yang relatif singkat (3 sampai 6 bulan), serta metode ini dikemas

begitu menarik dan praktis sehingga mudah dipelajari, bahkan bagi anak

yang sedini mungkin.

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Amtsilati

Metode Amtsilati disusun oleh KH.Taufiqul Hakim,4 yaitu seorang

pendiri pondok pesantren Darul Falah, Bangsrih, Jepara. Berawal dari

pengalaman beliau nyantri di pondok pesantren Maslakul Huda,

Kajen-Margoyoso, pati, dengan merasakan begitu sulitnya membaca kitab

kuning dan belajar tentang ilmu kitab kuning (nahwu sharaf). Hal

tersebut sangat wajar sebab latar belakang pendidikan beliau dimulai

dari TK, SD, MTsN, yang notabene sangat kecil pendidikan tentang

agama. Persyaratan yang harus dipenuhi pada saat beliau nyantri di

pondok pesantren tersebut adalah hafal Alfiyah yang merupakan harga

mati dan tidak bisa ditawar lagi. Dengan sekuat tenaga beliau menghafal

Alfiyah walaupun belum tahu untuk apa Alfiyah dihafalkan, yang

penting mantap, yakin, ibarat mantra, bukan ibarat resep.

4

(40)

27

Setelah kelas dua Aliyah, beliau baru sedikit demi sedikit tahu

bahwa Alfiyah adalah sebagai pedoman dasar untuk membaca kitab

kuning. Motivasi untuk memahami Alfiyah muncul. Dari ghirah

tersebut beliau menyimpulkan bahwa ternyata tidak semua nadzam

kitab Alfiyah yang tersebut sebagai induknya gramatik Arab digunakan

dalam praktek membaca kitab kuning. Beliau menyimpulkan dari 1002

nadzam Alfiyah yang terpenting hanya berjumlah sekitar 100 sampai

200 bait, sementara nadzam yang lain hanya sekedar penyempurnaan.

Berawal dari adanya sistem belajar cepat baca Al Qur‟an, yaitu

dengan kitab Qiro‟ati, beliau terdorong dari kitab tersebut yang

mengupas cara membaca lafadz yang ada harakatnya, beliau ingin

menulis metode yang bisa digunakan untuk membaca lafadz yang tidak

ada harakatnya.

Akhirnya terbentukanlah nama Amtsilati yang berarti beberapa

contoh, yang beliau sesuaikan dengan akhiran “ti” dari kata Qiro‟ati.

Mulai tanggal 27 Rajab tahun 2001 M, beliau mulai merenung dan

muncul pemikiran untuk mujahadah5. Setiap hari beliau melakukan

mujahadah terus menerus sampai 17 Ramadlon yang bertepatan dengan

Nuzulul Qur‟an. Saat bermujahadah, beliau kadang seakan berjumpa

dengan syekh muhammad baha‟uddin An-Naqsyabandiyah, syekh

5http://www.nu.or.id/post/read/59992/daya-tarik-pesantren-amtsilati ,diakses pada tanggal

(41)

28

Ahmad Mutamakkin dan Imam Ibnu Malik dalam keadaan tidur

setengah sadar.

Hari tersebut, seakan ada dorongan kuat untuk menulis. Siang dan

malam, beliau ikuti dorongan tersebut dan akhirnya tanggal 27

Ramadlan selesailah penulisan Amtsilati dalam bentuk tulis tangan.

Dengan demikian Amtsilati tertulis hanya dalam jangka waktu 10 hari.

Kemudian diketik oleh Bapak Nur Shubki, Bapak Toni dan Bapak

Marno. Proses pengetikan mulai dari Khulashoh sampai Amtsilati

memakan waktu hampir satu tahun dan dicetak sebanyak 300 set.6

Sebagai follow up terciptanya Amtsilati, beliau dan rekan-rekannya

mengadakan bedah buku di gedung NU kabupaten Jepara tanggal 16

juni 2002 yang diprakarsai oleh Bapak Nur Kholis. Setelah itu mulailah

Amtsilati terkenal sebagai metode cepat baca kitab, sampai saat ini

Amtsilati tersebar dipelosok Jawa, bahkan sampai ke luar Jawa, seperti

Kalimantan, Batam dan Malaysia.

Dan dari tahun ajaran 2009/2010 pondok pesantren Syaichona Moch

Cholil menerapkan metode Amtsilati dalam lembaga Madrasah

Diniyah.

3. Langkah-langkah Metode Amtsilati

Bimbingan metode Amtsilati menggunakan bimbingan klasikal.

Bimbingan klasikal yang dimaksud dalam proses belajar mengajar

(42)

29

dilembaga amtsilati yaitu berbentuk pengajaran yang dilaksanakan

secara mimbar. Yang mana guru harus lebih aktif dalam berbicara,

menjelaskan, menulis. Karena peran guru sangat penting dalam hal ini,

oleh karena itu guru merupakan pemandu yang tidak bisa diganti oleh

orang lain sebagai asisten. Apabila guru tidak menguasai santri yang

jumlahnya banyak, maka kegiatan proses belajar mengajar dengan

bimbingan klasikal tidak akan berhasil.

Bimbingan klasikal ini memiliki beberapa metode pengajaran, yaitu

metode ceramah, metode tanya jawab, metode drill.

Adapun pembelajaran metode Amtsilati yang ada pada Madrasah

Diniyah Syaichona Moh. Cholil Bangkalan menggunakan metode

klasikal, yang mana langkah-langkah metode klasikal dalam

pembelajaran metode Amsilati adalah sebagai berikut:

a. Guru menerangkan kepada siswa/ santri secara bersama-sama di

depan kelas,

b. Kemudian guru menggunakan metode drill untuk membaca dan

mengingat materi yang sudah dijelaskan oleh guru,

c. Setelah itu santri diharuskan menyetor hafalan nadzam setiap kali

pertemuan.

4. Garis-garis Besar Metode Amtsilati

Yang dimaksud garis-garis besar metode Amtsilati adalah pola

(43)

30

tersebut agar dijadikan dasar dan pelaksanaannya. Adapun garis-garis

besar metode Amtsilati adalah :

a. Buku Amtsilati terdiri dari 5 jilid ditambah pedoman praktis

belajar kitab kuning, khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, rumus dan

qoidah serta tatimmah dan tuntunan evaluasi metode.

b. Buku Amtsilati diprioritaskan pada anak yang sudah tamat

metode Qiro‟ati atau bagi anak yang sudah fasih membaca

Al-Qur‟an.

c. Setiap santri hendaknya mempunyai buku amtsilati untuk

belajar.

d. Dalam sehari Amtsilati dipelajari 2 jam saja.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Amtsilati

Metode Amtsilati yang terskema dalam beberapa jilid buku

panduan, memiliki beberapa hal yang cukup menarik untuk dikaji. Dari

panduannya saja, siapapun pengguna Amtsilati akan dimanjakan dengan

materi-materi yang sangat sederhana dengan banyak contoh, yang

sekaligus menjadi panduan bagi mereka dalam menyampaikan materi

Amtsilati. Dengan metode Amtsilati, seorang guru tidak perlu melirik

referensi yang lain. Karena dalam metode penyampaiannya guru cukup

memandu peserta didik untuk membaca dan menghafalkan

(44)

31

Amtsilati adalah pengulangan dan perluasan materi yang itu pun oleh

penyusun Amtsilati sudah dipersiapkan dengan baik di buku materi.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki metode Amtsilati ini,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Lebih praktis dan mudah dipahami.

b. Peletakan rumus disusun secara sistematis.

c. Contoh diambil dari Qur‟an dan hadist.

d. Siswa dituntut untuk aktif, komunikatif dan dialogis.

e. Siswa dapat menjadi guru bagi teman-temannya7.

f. Penyelesaian gramatika bahasa arab melalui penyaringan dan

pentarjihan.

g. Rumus yang pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang

terangkum dalam dua buku khusus, yaitu rumus qa‟idah dan

khulashoh alfiyah.

h. Masa pendidikannya relatif singkat.

i. Bisa diterapkan pada anak-anak sedini mungkin

j. Nahwu dan sharaf yang menjadi kendala terhadap para guru

dengan adanya Amtsilati menjadi sebaliknya.

Selain itu metode Amtsilati juga memiliki kekurangan

diantaranya :

(45)

32

a. Materi yang diajarkan hanyalah materi inti dari nahwu-sharaf,

jadi peserta didik diharapkan memperluas pengetahuannya.

b. Bagi santri yang sudah pernah belajar nahwu-sharaf akan merasa

jenuh karena setiap materi harus ada pengulangan.

Dalam pelaksanaannya metode Amtsilati adalah sebagai

pengantar sebelum membaca dan mempelajari kitab kuning.

Metode Amtsilati disini memuat tentang pelajaran nahwu-sharaf

yang diperlukan untuk bisa membaca kitab kuning. Selain itu

juga denga menggunakan metode Amtsilati, santri diharapkan

bisa mebaca kitab kuning dengan waktu yang relatif singkat,

oleh karena itu pengasuh pondok pesantren Syaichona Moh.

Cholil Bangkalan menggunakannya dalam madarsah diniyah.

6. Efektifitas Metode Amtsilati Dalam Pembelajaran Kitab Kuning

Setelah mengamati berbagai kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki oleh metode Amtsilati, maka selanjutnya kita bisa melihat

sejauh mana efektifitas metode tersebut dalam pembelajaran kitab

kuning. Efektifitas merupakan suatu hasil atas pengaruh, jadi

diterapkannya metode Amtsilati pada pembelajaran kitab kuning, untuk

menjadikan santri mencapai hasil yang diharapkan, yakni mampu

memahami teks-teks berbahasa arab (kitab kuning/kitab gundul) baik

dari arah bacaannya, pengi‟robannya dan juga yang tak kalah

(46)

33

dalam teks kitab tersebut. sehingga efektifitas dapat dilihat secara

komprehensip melalui berbagai sudut.

Dalam mencapai suatu keberhasilan, yang perlu kita pahami adalah

peranan pelaku utama sebagai pengajar, yang mana dalam hal ini sosok

Ustadz/ustadzah yang paham/mengerti akan penggunaan metode ini.

Selain dari pada kapabilitas seorang pengajar dalam mengaplikasikan

metode tersebut, satu hal juga yang perlu diperhatikan adalah sosok

pengajar harus mengetahui psikis anak didik, sehingga keberhasilan

akan mudah diraih.

Seiring dengan kelebihan dan kekurangan dalam mencapai

keberhasilan, kita juga mencermati sosok dibalik pelaksanaan metode

Amtsilati ini. Kita tahu bahwa sebagus apapun metode yang dipakai

dalam pembelajaran namun orang yang melakukannya tidak faham

betul akan metode itu sendiri, maka keberhasilan yang diimpikan akan

kandas ditengah jalan. Sehingga kita kembalikan pada pelaku metode

ini.

B. TINJAUAN TENTANG METODE AL-MIFTAH

1. Pengertian Metode Al-Miftah

Al-Miftah adalah nama dari sebuah metode cepat membaca kitab

kuning bagi santri usia dini yang disusun oleh BATARTAMA (yaitu

(47)

34

sidogiri) yang berisikan kaidah Nahwu dan Sharraf untuk tingkat dasar.

Hampir keseluruhan isi Al-Miftah Lil Ulum disadur dari kitab Jurmiyah

dan ditambah beberapa keterangan dari Alfiyah Ibn Al-Malik dan Nadzm

Al„Imrity. Istilah yang digunakan dalam materi ini hampir sama dengan

kitab-kitab nahwu yang banyak digunakan di pesantren. Jadi, metode ini

sama sekali tidak merubah istilah-istilah dalam ilmu nahwu.

Sebagai metode cepat membaca kitab kuning bagi anak-anak,

Al-Miftah Lil Ulum disetting agar mudah difaham oleh anak usia dini.

Mulai dari bahasa Indonesia yang mudah difaham, kesimpulan dan

rumusan yang sederhana, serta dilengkapi dengan table, skema, dan

beberapa model latihan, hingga kombinasi dengan lagu-lagu yang cocok

untuk usia anak-anak

2. Sejarah dan Perkembangan Metode Al-Miftah

Di mulai Pada tahun 2010 pendidikan di Sidogiri mengalami

kemunduran khususnya dalam bidang baca kitab kuning yang tentunya

berdampak pada pelajaran-pelajaran yang lain dan otomatis

mempengaruhi nilai hasil ujian. Hal ini menuntut Batartama untuk

berfikir keras mengatasi permasalahan tersebut. Hingga kemudian ada

instruksi langsung dari majelis keluarga untuk tanggap dan sigap

menangani permasalahan ini.8

8

(48)

35

Melihat situasi tersebut, Batartama dengan cepat membuat konsep

dasar materi kurikulum dan sistem pendidikan baru yang sasarannya

adalah santri dan murid baru hingga terciptalah metode Al-Miftah Lil

Ulum dengan motto “ mudah membaca kitab kuning”.

Pada awal-awal percobaan metode ini dibatasi hanya sekitar 500

peserta yang semuanya adalah santri baru. Dari ke-500 peserta tersebut

adasekitar 350 yang berhasil menguasai kitabFath Al-Qorib( sebuah

kitab yang dijadikan tolok-ukur dalam metode ini ).

Keberhasilan metode bisa dianggap begitu pesat. Dari pertama kali

diterapkannya metode ini sampai sekarang( sekitar 5 tahun ) sudah

berhasil mewisuda sebanyak 2000 santri dalam kategori baca. Dan 50

santri kategori hafal.Bahkan ada 70 lembaga yang sudah menerapkan

metode ini.9

3. Langkah Pembelajaran Metode Al-Miftah

Sistem yang digunakan pada metode ini adalah sistem modul bukan

klasikal. Anak yang mampu menguasai materi jilid lebih cepat, dialah

yang akan naik jilid terlebih dahulu dan melanjutkan jilid-jilid

setelahnya. Dalam realitanya, satu jilid bisa diselesaikan selama tiga

atau tujuh hari. Standartnya anak menyelesaikan satu jilid selama dua

atau bahkan sampai tiga minggu.

9

(49)

36

Dalam satu kelas bila terdapat sebagian peserta didik yang sudah

menguasai materi jilid, maka mereka segera diteskan sebagai syarat

untuk naik ke jilid selanjutnya. Apabila sudah dinyatakan lulus

satu-jilid, -semisal sudah lulus jilid satu- maka akan dikumpulkan pada kelas

yang sama-sama sudah dinyatakan lulus untuk kemudian menerima

materi jilid selanjutnya, sedangkan yang tidak lulus akan dimutasi ke

kelas lain. Sehingga setiap hari ada kenaikan dan mutasi kelas.

Anak yang sudah meyelesaikan materi al-Miftah sampai jilid empat

maka tahapan selanjutnya adalah setoran baca kitab Fathul Qarib

berikut memahami kedudukan lafadznya. Anak yang sudah sampai

ketahapan ini diistilahkan denganKelas Taqrib‟. Pada tahap akhir, jika

dirasa sudah mampu membaca kitab Fathul Qarib dengan baik maka

berhak mengikuti tes untuk kemudian di wisuda.

4. Garis-garis Besar Metode Al-Miftah

Yang dimaksud garis-garis besar metode Al-Miftah adalah pola

pikiran dan penggunaan secara global sebagai ciri khas dari metode

tersebut agar dijadikan dasar dan pelaksanaannya. Adapun garis-garis

besar metode Al-Miftah adalah;

a. Kitab Al-Miftah terdiri dari 4 jilid Nadhom danTashrif10

b. Buku metode Al-Miftah diprioritaskan bagi santri baru yang sudah

bisa membaca dan menulis Arab pego.

(50)

37

c. Setiap santri hendaklah mempunyai buku metode Al-Miftah untuk

belajar.

d. Waktu pelaksaan KBM yang mencapai 4 jam. ( 3 jam pagi sampai

siang, dan 1 jam di waktu malam)

e. Setiap kelas tidak lebih dari 15 peserta.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Al-Miftah

a. Singkat dan Praktis

Disampaikan dengan bahasa yang sangat singkat dan praktis.

Kandungan isinya hanya mengambil poin-poin paling penting

didalam membaca kitab dan membuang poin yang tidak perlu atau

bersifat pendalaman.

b. Desain warna

Didesain dengan tampilan dan kombinasi warna agar tidak

membosankan dan cocok untuk anak-anak, Karena menurut

penelitian, belajar dengan menggunakan warna lebih efektif untuk

anak-anak dari pada hanya sekedar hitam-putih

c. Lagu dan skema

Untuk memancing otak kanan maka metode ini dilengkapi

dengan skema dan lagu yang sudah familiar ditelinga anak-anak

sepertil lagu“Balon ku ada lima” yang dijadikan lagu “Isim-isim

yang lima”. Hasilnya sangat mudah sekali untuk bagi anak

(51)

38

d. Ciri-ciri (Rumus)

Diantara yang membedakan dengan metode baca kitab pada

umumnya adalah metode Al-Miftah ini dilengkapi dengan ciri-ciri

kedudukan yang sering dijumpai dalam susunan bahasa Arab,

sehingga dengan ciri-ciri tersebut anak bisa membaca kitab

sekalipun belum tahu arti dan pemahamannya.

Selain kelebihan, Al-miftah juga mempunyai kekurangan.

Diantaranya ;

1) Materi yang diajarkan hanyalah materi inti dari

nahwu-sharaf, sehingga peserta didik masih membutuhkan

terhadap kaidah-kaidah tambahan dalam pemantapan

membaca kitab.

2) Bagi santri yang sudah pernah belajar nahwu-sharaf akan

merasa kejenuhan karena setiap materi harus ada

pengulangan.

3) Bagi santri yang sudah dewasa akan merasa diberlakukan

seperti anak kecil, karena metode ini dilengkapi dengan

lagu anak-anak.

4) Dengan banyaknya waktu KBM dapat menjadikan santri

mudah jenuh. Dan disinilah peran guru sangat menentukan

(52)

39

6. Efektivitas Metode Al Miftah dalam Pembelajaran Kitab Kuning

Setelah penulis jabarkan dari berbagai revrensi tentang kelebihan

dan kekurangan yang dimiliki oleh metode Al-Miftah, maka selanjutnya

dapat disimpulkan sejauh mana efektifitas metode tersebut dalam

pembelajaran kitab kuning. Efektifitas berasal dari kata efektif yang

menurut KBBI digital kata evektif berarti ada efeknya (akibat,

pengaruhnya, kesannya)/ dapat membawa hasil; berhasil guna.

Sedangkan kata evektifitas sama arti dengan keefektifan, yang mana

artinya adalah keadaan berpengaruh; hal berkesan; keberhasilan.11 Jadi

diterapkannya metode Al-Miftah pada pembelajaran kitab kuning, untuk

menjadikan santri mencapai hasil yang diharapkan, yakni mampu

memahami teks-teks berbahasa arab (kitab kuning/kitab gundul) baik

dari arah bacaannya, pengi‟robannya dan juga yang tak kalah

pentingnya adalah membahasnya melalui struktur kata yang tertera

dalam teks kitab tersebut. Selain itu, metode al-Miftah juga tidak

menafikan atau malah justru menekankan penggunaan Nahwu-Sharaf

yang baik dan benar, hal ini dibukitikan dengan isi di dalam kitab

al-Miftah yang berisikan kaidah Nahwu dan Sharraf untuk tingkat dasar,

serta tidak merubah sama sekali istilah-istilah dalam ilmu nahwu.

11 KBBI Android 4.0.0, by Yuku, www.kejut.com/kbbimobile, Data kamus Hak Cipta ©

(53)

40

Selain itu, system yang digunakan pada metode ini adalah system

modul, yang mana memungkinkan para peserta didik dapat menguasai

secara penuh dan mampu menguasai materi jilid lebih cepat. Hal ini

dapat dibuktikan dengan percobaan pada awal-awal penerapan metode

ini, yang mana pesertanya dibatasi hanya sekitar 500 peserta yang

semuanya adalah santri baru. Dari ke-500 peserta tersebut ada sekitar

350 yang berhasil menguasai kitab Fath Al-Qorib(sebuah kitab yang

dijadikan tolok-ukur dalam metode ini).

Sama dengan pembahasan di atas tentang efektivitas penerapan

metode Amsilati, bahwasannya dalam mencapai suatu keberhasilan,

yang perlu diperhatikan adalah kualitas pengajar itu sendiri yang mana

dalam hal ini sering disebut Ustadz/ustadzah di kalangan pesantren.

Pengetahuan yang luas dan pemahaman tentang metode ini sangat

diperlukan oleh pengajar sebagai bekal untuk memahamkan

pemahaman kepada para santri. Di samping itu, pengetahuan tentang

pesikologi setiap peserta didik (santri) juga harus dikuasai oleh seorang

pengajar, hal ini dapat lebih menunjang efektivitas penerapan metode

ini, sehingga keberhasilan pencapaian pembelajaran akan mudah diraih.

Seiring dengan kelebihan dan kekurangan dalam mencapai

keberhasilan, kita juga mencermati sosok dibalik pelaksanaan metode

Al-Miftah ini. Kita tahu bahwa sebagus apapun metode yang dipakai

(54)

41

pemahaman metode itu, maka keberhasilan itu selamanya tidak akan

memenuhi target pencapaian pembelajaran.

C. PERBEDAAN ANTARA METODE AMTSILATI DAN METODE

AL-MIFTAH

Dari kedua metode ini sekalipun mempunyai tujuan yang sama;

yaitu memudahkan anak dalam membaca kitab, dalam penerapannya

ternyata terdapat beberapa perbedaan yang sejatinya tidak begitu signifikan.

Meski demikian, penulis disini akan mencoba menjelaskan tentang “cara

penerapan kedua metode ini pada kitab kuning”. Agar lebih mudah

disimpulkan, disini penulis mencoba menggabungkan perbedaan antara

ke-dua metode seperti berikut;

1. Dalam amtsilati anak sudah dikenalkan pada mufrodat bahasa arab sejak

dini dengan cara menghafalkan mufrodat serta menyetorkan hafalan

mereka pada masing-masing Pembina. Dan untuk mengoptimalkan

kegiatan ini maka hafalan mufrodat tersebut dijadikan persyaratan naik

jilid. Sehingga anak tidak bisa ikut tes kenaikan jilid sebelum

menyelesaikan hafalan mufrodatnya. Dan jumlah mufrodat yang harus

dihafal berbeda disetiap jilid; semakin tinggi jilidnya, semakin banyak

pula mufrodat yang harus dihafalkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah

untuk menunjang perbendaharaan bahasa arab mereka.

Selain hafalan mufrodat, mereka juga diajarkan untuk memaknai

(55)

42

kitab kuning disertai maknanya) kitab kepada pembinanya. Dan hal

kegiatan ini berlanjut sampai mereka menamatkan semua jilid dan mulai

praktik ke kitab kuning.

2. Al-Miftah Lil Ulum sebagai metode cepat baca kitab dengan system

modul lebih mengedepankan pada praktik baca bukan pada makna.

Sehingga dalam metode ini tidak ada kegiatan-kegiatan yang mengarah

pada makna, semua kegiatan yang ada pada metode ini hanya mengarah

pada cara baca saja.

Anak yang sudah meyelesaikan materi al-Miftah sampai jilid

empat maka tahapan selanjutnya adalah setoran baca kitab Fathul Qarib

berikut memahami kedudukan lafadznya. Anak yang sudah sampai ke

tahapan ini diistilahkan dengan „Kelas Taqrib‟. Pada tahap akhir, jika

dirasa sudah mampu membaca kitab Fathul Qarib dengan baik maka

berhak mengikuti tes untuk kemudian di wisuda. Baru setelah mereka

berhasil diwisuda, mereka akanmemasuki jenjang berikutnya dan akan

diajari tata cara memaknai kitab dan cara memahaminya secara

khusus.Tujuan dari kegiatan ini agar anak lebih fokus pada target yang

harus mereka capai; yaitu hatam kitab fathul qorib dengan bacaan yang

benar.

Dari perbedaan diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode

Amtsilati adalah sebuah metode yang menekankan cara baca dan makna

(56)

43

menekankan cara baca dan makna secara bertahap. Dan perbedaan

penerapan ini akan sangat terlihat ketika anak disuguhi kitab kuning

untuk mereka baca. Anak dengan latar belakang Amtsilati tidak akan

langsug bisa membacanya, karena mereka masih harus memikirkan arti,

kedudukan dan terjemahannya. Sedangkan anak dengan latar belakang

Al-Miftah Lil Ulum akan langsung dapat membacanya tanpa harus

memikirkan makna dan terjemahannya.

D. TINJAUAN TENTANG KEMAMPUAN MEMBACA KITAB

KUNING

1. Pengertian Kitab Kuning

Dalam dunia pondok pesantren, istilah “kitab kuning”, sudah cukup

populer, yaitu kitab-kitab berbahasa Arab yang dikarang oleh ulama‟

masa lalu, khususnya di abad pertengahan. Di lingkungan pondok

pesantren tradisional, kitab-kitab inilah yang jadi inti kurikulum dan

boleh dikatakan sebagai makanan pokok santri sehari-hari12.

Kitab itu disebut “kitab kuning” karena umumnya dicetak di atas

kertas berwarna kuning yang berkualitas rendah. Kadang-kadang

lembar-lembaranya lepas tak terjilid sehingga bagian-bagian yang perlu

mudah diambil. Biasanya, ketika belajar, para santri hanya membawa

12Drs.Imam Bawani M.A,Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam,(Surabaya: Al-Ikhlas,

(57)

44

lembaran-lembaran yang akan dipelajari dan tidak membawa kitab

secara utuh.13

Kitab-kitab kuning tersebut (yang berbahasa Arab) tertulis dengan

redaksi tanpa harokat dan tanda baca lainnya, seperti titik dan koma.

Maka tak heran para orang pondok pesantren memperkenalkan istilah

kitab kuning dengan kitab gundul.14

Pengertian umum yang beredar di kalangan pemerhati masalah

pesan

Gambar

Tabel 3.1 Sample santri ......................................................................................
Table 3.1 Sample
Table 3.2  Kategori perolehan nilai rata-rata
Table 3.3  Analisis Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren ..... Kajian Penelitian

Metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Panggung Tulungagung menggunakan (1) metode bandongan yang bertujuan supaya santri lebih teliti dalam menulis

Metode praktis mendalami Al-Qur’an dan membaca kitab kuning ini sangat terbukti memberi pemahaman pada para santri Di Pondok Pesantren Bahrul-Ulum Besuk dan dapat menjadi

Jauh dari itu sebenarnya jika penggunaan metode-metode pembalajaran kitab kuning di pondok pesantren di seluruh Indonesia pada umumnya dan di pondok pesantren Sunan

Wahibatul Mukaromah, 2022 : Implementasi Metode Al-Miftah Lil-Ulum Sidogiri dalam Membaca Kitab Kuning di Madrasah Aliyah Al-Maliki Lumajang Tahun Ajaran 2020/2021. Kata Kunci :

Pada tahap ini pembelajaran kitab kuning dengan metode Alfatih di pondok pesantren Sumber Mas Daerah Almadinah mulai dilaksanakan dengan beberapa ketentuan sebagai berikut; pertama,

Tahapan-Tahapan Penerapan Metode Al-Miftah di Pondok Pesantren Miftahul Hikmah Cupel Negara Bali Landasan yang digunakan oleh pondok pesantren Miftahul Hikmah dalam penerapan metode

Hasil Dari Implementasi Program Akselerasi Baca Kitab Kuning dalam Meningkatkan Kompetensi Santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Toronan Bara’ Leke .... Temuan penelitian