• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Inpres Balayo Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, khususnya di kelas 1 tahun pelajaran 2012/2013, Dengan subyek penelitian berjumlah 25 siswa. Setelah melakukan observasi terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas khususnya yang berhubungan dengan materi pengukuran waktu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas 1 pada SD Inpres Balayo belum memahami kensep pemahaman pengukuran waktu.Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus , yang permasalahannya difokuskan pada kemampuan pemahaman konsep siswa pada pengukuran waktu dengan menggunakan metode bermain peran. Untuk jelasnya deskripsi hasil penelitian tindakan dapat diuraikan sebagai berikut.

4.1.1 Siklus 1

Pada pelaksanaan siklus pertama terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, sebagaimana diuraikan berikut ini.

a. Perencanaan (planning)

Dari hasil kesepakatan peneliti dengan kolaborator untuk menerapkan metode bermain peran dalam meningkatkan pemahaman pengukuran waktu. ada pelaksanaan siklus satu diadakan 2 kali pertemuan. Walaupun

(2)

penelitian bertujuan untuk meneliti kemampuan pemahaman metode bermain peran.

Mengingat betapa kompleksnya pembelajaran pengukuran waktu,maka penjelasan setiap komponen materi dibuat lebih menarik dan memberikan kemudahan bagi siswa menyelesaikan semua soal pengukuran waktu. Artinya, penjelasan setiap komponen itu tidak bisa dilaksanakan sekaligus dalam satu kali pertemuan.

Siswa dibimbing dan diarahkan untuk menyelesaikan soal pengukuran waktu dan merangsang pemikiran siswa dengan penerapan metode bermain peran.

Setelah itu siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan memperhatikan syarat pembagian kelompok yaitu setiap kelompok harus heterogen. Tujuan pembagian kelompok ini adalah agar siswa dapat shering dengan temannya dalam setiap kelompok, sehingga siswa merasa terbantu untuk dapat menyelesaikan soal- soal pengukuran waktu. Siklus 1 merupakan proses pembelajaran pengukuran waktu dengan menggunakan metode bermain peran.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan siklus pertama ini peneliti dan kolaborator mempersiapkan pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran. Ada sembilan tahap yang harus ditempuh dalam metode bermain peran yaitu: 1) pemanasan (warming up) 2) memilih parisipan 3) menyiapkan pengamat (observer) 4) menata panggung 5) memainkan peran 6) diskusi dan

(3)

evaluasi 7) memainkan peran ulang 8) diskusi dan evaluasi kedua 9) berbagi pengalaman dan kesimpulan. Adapun tahap- tahap dalam metode bermain peran tersebut dapat dideskripsikan di bawah ini.

1. siswa dibagi menjadi lima kolompok sehingga dalam setiap kelompok terdapat lima siswa dengan memperhatikan syarat pembagian kelompok, yaitu setiap kelompok harus heterogen.

2. Siswa bekerja sama dalam kelompok dalam mengembangkan imajinasi dan gagasan melalui kegiatan menemukan ( inquiri)

3. Kegiatan bertanya dilakukan untuk memperoleh pengetehuan atau informasi dari temannya.

c. Observasi dan Evaluasi (Observation and evaluation)

Kegiatan pelaksanaan tindakan pembelajaran oleh peneliti dan kolaborator dapat dilihat pada tabel lembar observasi proses pembelajaran (terlampir). Pada tabel lembar observasi pelakanaan pembelajaran dapat dilihat bahwa dari 3 kegiatan pembelajaran yang di lakukan hanya ada beberapa aspek pada setiap kegiatan itu oleh guru,Yaitu : (1) Aspek - aspek yang ada pada kegiatan awal telah dilaksanakan oleh guru, (2) pada kegiatan inti yang terdiri dari tujuh aspek, dua aspek telah dijalankan oleh guru,(3) kegiatan akhir terdiri dari satu aspek , telah dilaksanakan oleh guru, (4) Jumlah seluruh aspek yang telah dijalankan oleh guru sebanyak empat aspek atau 44.4 % dari seluruh aspek yang diamati, (5) Aspek yang belum dijalankan oleh guru adalah lima aspek atau 55.5%.

(4)

Sedangkan kemampuan siswa pada siklus 1 berdasarkan aspek-aspek penilaian , yaitu aspek kemampuan siswa merespon penjelasan guru, aspek kemampuan siswa meyelesaikan soal, aspek keberanian menyampaikan pendapat di lihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data Akhir Kemampuan Belajar Siswa Siklus 1

NO NILAI BANYAKNYA SISWA PRESENTASE KETUNTASAN NILAI LEBIH DARI 6,5 KURANG DARI 6,5 1 1 - - - - 2 2 - - - - 3 3 1 4% - 4% 4 4 - - - - 5 5 5 16% - 16% 6 6 8 32% - 32% 7 7 5 20% 20% - 8 8 3 12% 12% - 9 9 2 8% 8% - 10 10 2 10% 8% - JUMLAH 25 100% 48% 52%

Sesuai tabel di atas menunjukan bahwa dalam perolehan nilai ketuntasan 6,5 pada pelaksanaan siklus 1 terdapat 12 siswa atau 48 %, sedangkan siswa yang belum tuntas atau kurang dari 6,5 terdapat 13 siswa atau 52 %.

(5)

Dari jurnal pengamat diperoleh beberapa pengamatan :

1. Untuk ketuntasan siswa hanya di peroleh 12 siswa atau 48%. Hal ini terjadi karena adanya penerapan metode bermain peran masih asing untuk siswa. Karena selama ini guru dalam mengajar hanya terfokus pada satu metode pembelajaran. Dan ini mendorong peneliti untuk lebih giat dalam menerapkan metode bermain dalam setiap pembelajaran khususnya penyelesaian pemahaman pengukuran waktu.

2. Dari hasil pengamatan masih terlihat sebagian siswa belum menguasai konsep pemahaman pengukuran waktu.

d . Refleksi (Reflecting)

Dari hasil refleksi bersama terungkap bahwa masih ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan serta cara guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran, yakni (!) Aspek penilaian pembelajaran yang belum dilaksanakan oleh peneliti dan kolaborator, (2) Sebagian siswa masih kelihatan pasif dalam proses pembelajaran, (3) perlu membimbing siswa yang belum menguasai pemahaman konsep pengukuran waktu, (4) reinforcement/penguatan yang diberikan tidak dihubungkan langsung dengan perilaku yang muncul.

Berdasarkan data hasil tes siklus 1 rata-rata nilai pada siklus 1 yang pelaksanaaan tindakan dilaksanakan pada hari selasa 13 oktober 2012 dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) memperoleh nilai rata-rata 6.5 terdapat 12 siswa.

(6)

Dengan melihat hasil pelaksanaan siklus 1, peneliti berkesimpulan bahwa faktor utama penyabab ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep pengukuran waktu adalah karena siswa belum menguasai materi pembelajaran dan kebiasaan siswa yang pasif yang selama ini pembelajaran hanya terpusat pada guru. Selain itupula siswa belum menguasai komponenen-komponen yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan soal-soal hitungan pengukuran waktu. Namun suasana kelas pada saat pembelajaran mulai terlihat kondusif karena siswa termotifasi dengan pelaksanaan penerapan metode bermain peran.

Pelaksaan siklus pertama belum sesuai dengan apa yang diharapkan hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (1) sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar yang berkelompok , (2) sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran. Untuk mengatasi masalah masalah tersebut dilakukan upaya dengan memberikan pengertian kepada siswa kondisi dalam kelompok, keikutsertaan dalam kelompok , dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran. Untuk memperbaiki kelemahan yang dicapai pada siklus pertama maka dirasa sangat perlu untuk melaksanakan siklus berikutnya.

4.1.2 Siklus II

a. Perencanaan (planing)

Pelaksanaan siklus kedua ini penilti dan kolaborator tetap berkolaborasi merencanakan pelaksanaan siklus kedua dengan melihat hasil

(7)

capaian aspek-aspek penilaian hasil pemahaman konsep pengukuran waktu siswa. Dari hasil kesepakatan maka tetap menerapkan metode bermain peran namun memprioritaskan namun aspek-aspek yang capaiannya rendah pada pelaksanaan siklus pertama. Pelaksanaan siklus kedua ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika yaitu 2 x 35 menit atau 2 kali pertemuan .

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan siklus kedua ini lebih memprioritaskan pada aspek menyelesaikan soal pengukuran waktu yang belum dicapai siswa pada siklus pertama. Berdasrkan hasil repleksi siklus pertama, maka ditetapkan rencana-rencana sebagai berikut.

1. Memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan pada aspek-aspek pelaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam hal kegiatan penguasaan konsep pengukuran waktu.

2. Memperhatikan penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran pemahaman konsep pengukuran waktu.

Dari kegiatan pembelajaran yang masih sama dengan pembelajaran pada siklus pertama dan dengan persiapan pembelajaran yang terlampir, diperoleh lembar observasi kegiatan proses pembelajaran berlangsung sesuai tabel terlampir pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, karena pada siklus ini guru telah melaksanakan aspek-aspek yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga mengalami peningkatan dari siklus

(8)

sebelumnya 55 % meningkat menjadi 100 % jadi mengalami peningkatan 45 % dari siklus sebelumnya.

c. Observasi dan Evaluasi (Obsevation and evaluation)

Kegiatan pelaksanaan tindakan pembelajaran oleh peneliti dan kolaborator dapat dilihat pada tabel lembar observasi proses pembelajaran terlampir. Pada tabel observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat bahwa dari 3 kegiatan pembelajaran yang dilakukan hanya ada beberapa aspek pada setiap kegiatan itu dilaksanakan oleh guru, yaitu: (1) Aspek-aspek yang ada pada kegiatan telah dilaksanakan oleh guru, (2) pada kegiatan inti yang terdiri tujuh aspek, dua aspek telah dijalankan oleh guru (3) Kegiatan akhir terdiri dari satu aspek, telah dilaksanakan oleh guru, (4) jumlah seluruh aspek yang telah dijalankan oleh guru empat aspek atau 44,4 % dari seluruh aspek yang diamati , (5) Aspek yang belum dijalankan oleh guru adalah lima aspek atau 55,5 % .

Siklus II merupakan proses pemahaman konsep dalam pembelajaran pengukuran waktu yang dilaksanakan dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit) pada jam pertemuan pertama untuk persiapan dan pelaksanaan tindakan sedangkan jam pelajaran kedua digunakan untuk melaksanakan tes siklus dua. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator untuk pelaksanaan siklus dua ini dapat dilihat pada data akhir kemampuan belajar siklus dua setelah peneliti menerapkan metode bermain peran.

(9)

NO NILAI BANYAKNYA SISWA PRESENTASE KETUNTASAN NILAI LEBIH DARI 6,5 KURANG DARI 6,5 1 1 - - - - 2 2 - - - - 3 3 - - - - 4 4 - - - - 5 5 1 4% - 4% 6 6 3 12% - 12% 7 7 9 36% 36% - 8 8 6 24% 24% - 9 9 4 16% 16% - 10 10 2 8% 8% - JUMLAH 25 100% 84% 16%

Deskripsi data yang telah diuraikan di atas ternyata dari segi hasil sesuai dengan tabel di atas maka terjadi peningkatan dari pelaksanaan siklus I, ini dapat dilihat dari perolehan skor dari setiap aspek penilaian pada tabel di atas. Hasil yang diperoleh siswa pada pelaksanaan siklus dua ini terdapat 21 siswa telah memenuhi ketuntasan 6,5 ke atas atau 84 %, sehigga terjadi peningkatan 36 % dari pelaksanaan siklus I dan siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan sebanyak 4 siswa atau 16 %

Dari jurnal pengamat diperoleh beberapa hasil pengamatan:

1. Terjadi peningkatan hasil perolehan untuk semua aspek pemahaman konsep pengukuran waktu. Hal ini terjadi karena adanya penerapan metode bermain peran pada pelaksanaan siklus kedua ini. Dan ini

(10)

mendorong peneliti untuk lebih giat dalam menerapkan metode bermain peran pada setiap pembelajaran matematika khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.

2. Dari pengamatan masih terlihat beberpa siswa masih mengalami hambatan dalam menyelesaikan soal pengukuran waktu berdasarkan aspek penilaian pada tebel di atas.

Kesimpulan jurnal pengamat diperoleh beberapa hasil pengamatan yaitu suasana kelas sudah menunjukkan ciri dari pembelajaran dengan metode bermain peran dan proses pembelajaran pemahaman pengukuran waktu telah sesuai dengan kriteria dalam aspek-aspek penilaian. Metode bermain peran ini berpengaruh pada proses pembelajaran sehingga kelas menjadi aktif, efektif, inofatif, dan menyenangkan, dan indikator pencapaian di capai oleh siswa sudah 80 %.

Dengan melihat hasil perolehan penilaian berdasarkan aspek-aspek penilaian penguasaan konsep pengukuran waktu pada pelaksanaan siklus kedua ini mengalami peningkatan dan setelah merefleksikan tindakan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus pertama maka tindakan untuk siklus kedua ini lebih memperhatikan aspek-aspek tertentu yang belum di capai siswa pada pelaksanaan siklus pertama, sehingga hasil yang di harapkan sesuai dengan indikator kinerja.

(11)

Setelah hasil pembelajaran dalam penguasaan konsep pengukuran waktu di evaluasi, terlihat adanya peningkatan. Peningkatan itu meliputi seluruh komponen aspek penilaian.

Dari hasil repleksi bersama dan deskripsi data yang telah diuraikan di atas bahwa ternyata dari segi hasil belajar maupun segi kegiatan pembelajaran yang diadakan guru telah mencapai hasil yang optimal Hal ini ditunjukan dengan peningkatan hasil belajar dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua yakni jumlah siswa yang memperoleh kriteria sangat tepat mengalami peningkatan dari pelaksanaan siklus sebelumnya.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang didukung oleh data tentang kegiatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa serta presentase rata-rata hasil belajar yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan, sehinngga tindakan untuk siklus berikutnya.

1.2. PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru mengadakan uji coba tes yang dilaksanakan setiap siklus, Uji coba tes dilaksanakan setiap siklus. Dari analisis data hasil penelitian tindakan kelas ini yakni analisis terhadap pengamatan proses pembelajaran dan hasil belajar dengan pemahaman konsep pengukuran waktu dengan menerapkan metode bermain peran diperoleh hasil menuju kearah perbaikan dan peningkatan pemahaman pengukuran waktu. Penerapan metode bermain peran ini sangat efektif karena meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari

(12)

peranan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam penelitian tindakan kelas ini. Dalam tindakan kelas ini guru menempatkan diri sebagai sosok yang dapat membantu siswa belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Hal ini ditunjukan dengan sikap guru sebagai pemimpin belajar, fasilitator belajar, moderator belajar sekaligus sebagai evaluator belajar.

Hal ini bertugas menentukan tujuan belajar, sumber belajar serta mengarahkan bagaimana cara siswa melaksanakan kegiatan belajar, memotivasi siswa, mengawasi memberi bantuan, bimbingan, petunjuk, menilai proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa, Sedangkan untuk siswa sendiri dalam pelaksanaan tindakan kelas ini siswa tidak hanya terlihat dalam fisik semata, namun terlihat secara mental emosional intelektual dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan serta pembentukan sikap dan nilai dalam pembentukan ketrampilan. Hal ini ditunjukan dengan keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pengukuran waktu. Dalam proses pembelajaran siswa menjadi semangat, lebih bergairah dan tidak bosan.

Berdasarkan jurnal pengamatan dan refleksi bersama maka pada siklus 1 diperoleh data sekaligus kelemahan -kelemahan sebagai berikut ; 1) Guru tidak memberikan pre test sebelum menyajikan pelajaran, 2) Guru belum menerapkan langkah-langkah dalam penerapn metode bermain peran, 3) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertayaan-pertayaan sehubungan dengan materi pembelajaran, 4) Pengusaan

(13)

kelas masih didominasi oleh guru. Hal ini memotivasi peneliti untuk melaksanakan siklus pertama yang strategi pembelajaran telah didesain sesuai dengan penerapan metode bermain peran.

Langkah-langkah pembelajaranya adalah sebagai berikut : 1) Sebelum melakukan kegiatan inti pembelajaran maka terlebih dahulu guru membagi kelompok yaitu kelompok yang heterogen, 2) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan tujuan dan mamfaat kegiatan ini, 3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan aspek-aspek yang diterapkan dalam proses pembelajaran, 4) Pada kegiatan pendahuluan dasar mereka tentang materi yang akan disajikan, 5) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasaalahan kepada siswa sesuai kompotensi dasar yang akan dicapai, 6) Guru memberikan kuis secarah individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal, 7) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam masyskata belajar/kelompok. 8) Guru mengecek pemahaman siswa tentang pengukuran waktu, jawaban salah satu persatu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kolompok .

Dari kegiatan pembelajaran di atas maka pada siklus pertam ini terjadi perubahan berikut ; 1) dari 25 siswa yang mencapai ketuntasan adalah 12 siswa atau 48 %, (2) Meningkatnya motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari perolehan kriteria yang ada dalam setiap aspek –aspek yang telah dicapai setelah penerapan metode bermain peran.Namun demikian pada kegiatan pembelajaran siklus pertama ini masih

(14)

terdapat juga kelemahan –kelemahan sebagai berikut ; 1) Dari pencapaian semua aspek rata-rata adalah 58.60% (2) Belum optimalnya guru dalam menerapkan metode bermain peran dalam proses pembelajaran khususnya penguasaan konsep pengukuran waktu.

Pada pelaksanaan siklus 11 tedapat 21 siswa atau 84% ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian dapat dianalisis bahwa pelaksanaan tindakan kelas pada siklus pertama ini ternyata masih rendah. Oleh karena itu peneliti mengadakan perbaikan-perbaikan pada pelaksanaan kegiatan siklus kedua. Upaya-upaya guru dalam mengadakan perbaikan untuk kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menciptakan situasi belajar yang membuat interaksi aktif antar guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa, 2) Guru menerapkan metode bermain peran, 3) Guru perlu mempariasikan reinforcement yang diberikan, agar siswa lainnya termotivasi untuk melahirkan perilaku yang diharapkan.

Melihat hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus kedua berarti semakin memperjelas adanya mamfaat daripenerapan metode bermain peran. Berdsarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa metode bermain peran telah berhasil dalam meningkatkan penguasaan konsep pengukuran waktu sesuai dengan indikator yang diharapkan.

Dengan demikian, maka hipotesis yang berbunyi ‘’Dengan menggunakan metode bermain peran penguasaan konsep pengukuran waktu pada siswa kelas 1 SD meningkat ‘’ dapat diterima

Gambar

Tabel  4.1  Data  Akhir  Kemampuan  Belajar  Siswa  Siklus  1

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pasar Kota Banjarmasin dalam melakukan peremajaan terhadap fasilitas pasar tradisional tidak hanya menekankan pada perbaikan (renovasi) fisik bangunan pasar, akan

Skripsi yang berjudul “Transformasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Cireundeu dalam Meningkatkan Civic Culture (Studi Etnografi Makanan Pokok Singkong

Berton et al (2009) juga mengemukan jika persepsi terhadap barang mewah menjadi faktor penentu niat beli dari konsumen, dimana dibagi menjadi dua yaitu: persepsi

Namun para pengadopsi (pengguna) awal C++ menemukan walaupun program dalam C akan melebihi suatu program C++ dalam banyak kasus, waktu untuk pengembangan lebih lanjut

Zat aditif adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat

Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan tentang musik iringan tari Jepin Langkah Penghibur Pengantin yang berhubungan dengan fokus penelitian, yaitu bagaimana bentuk

Pengurangan Resiko adalah tindakan dini terhadap anak dan keluarganya yang berada dalam situasi rentan atau beresiko mengalami berbagai bentuk tindak kekerasan, perlakuan

Khusus untuk pengguna paket Bisnis hosting yang terdapat fasilitas spam filter, sering kali kita mengalami kendala dalam melakukan proses pengiriman email yang di