• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006)."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113 spesies kupu-kupu dengan total 4049 individu. Indeks Shannon – Wiener dan nilai evenness keragaman kupu-kupu di Gunung Meja, menunjukkan nilai yang sangat tinggi (H’ = 4.08, E = 0.86). Keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi, kemungkinan dikarenakan masih tersedia tumbuhan inang bagi larva dan tumbuhan penghasil nektar bagi imago. Selain itu, Gunung Meja termasuk hutan heterogen yang cocok sebagai habitat kupu-kupu. Javier et al. (2005) melaporkan di hutan heterogen, keragaman kupu-kupu lebih tinggi dibandingkan di lahan basah dan padang rumput. Kupu-kupu yang ditemukan di Gunung Meja terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae (15 spesies), Pieridae (28 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies) dan Nymphalidae (55 spesies) (Tabel 1).

Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah anggota famili Nymphalidae (Tabel 2). Kupu-kupu dari famili ini memang memiliki jumlah anggota yang paling banyak dan penyebarannya luas dibandingkan dengan famili lainnya. Selain itu, juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dan kesesuaian kondisi lingkungan yang memungkinkan kehadiran spesies dari famili tersebut pada semua tipe habitat. Zobar & Genc (2008) melaporkan, penyebaran famili Nymphalidae sangat tinggi dan dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu, Rodrigues & Moreira (2002) melaporkan, larva famili Nymphalidae dapat hidup di beberapa jenis tumbuhan, sehingga dapat hidup pada tipe habitat yang berbeda. Jumlah anggota famili kupu-kupu yang paling rendah adalah famili Riodinidae (1 spesies). Di Papua, anggota Riodinidae hanya terdiri dari 2 genera dan 6 spesies (Mastrigt & Rosariyanto 2005).

Berdasarkan hasil analisis Shannon – Wiener, keanekeragaman kupu-kupu di hutan primer dan hutan sekunder tinggi (H’ = 3.48 dan 3.50), sedangkan di kebun dan pemukiman (H’ = 2.83) tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Severns (2008), keanekaragaman kupu-kupu lebih tinggi ditemukan pada hutan sekunder karena kondisi habitat yang tidak terlalu terbuka (tutupan kanopi rata-rata 69%). Pola & Paris (2005) melaporkan, bahwa hutan sekunder

(2)

juga merupakan tempat bermain dan mencari pakan yang paling cocok untuk kupu-kupu. Pada habitat kebun dan pemukiman, keberadaan vegetasi tidak bervariasi dan umumnya vegetasi yang ada merupakan tanaman perkebunan dan tanaman hias.

Jumlah individu kupu-kupu yang paling tinggi ditemukan di habitat kebun dan pemukiman, yaitu 1931 individu, namun jumlah spesiesnya lebih rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh proses pengamatan dan penangkapan kupu-kupu lebih mudah di kebun dan pemukiman karena lokasi yang terbuka dibandingkan dengan habitat lainnya yang lokasinya lebih rapat dan tertutup tumbuhan yang rapat. Beberapa spesies kupu-kupu terkadang dominan di suatu habitat, seperti J. hedonia (264 individu), M.

terminus (231 individu), M. phidon (204 individu), E. hecabe (157 individu), dan C. pomona (102 individu), yang ditemukan melimpah di kebun dan pemukiman.

Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh ketersediaan pakan dari spesies-spesies tersebut lebih banyak ditemukan di kebun dan pemukiman. Spesies-spesies tersebut lebih menyukai habitat yang terbuka dan sering terbang dan mencari pakan pada tumbuhan perdu, seperti tumbuhan buah putri (Passiflora foetida) dan

Lantana camara dan tumbuhan lainnya yang banyak ditemukan di kebun dan

pemukiman. Parsons (1999) melaporkan, C. pomona penyebarannya luas dan biasanya hidup pada daerah terbuka, seperti sungai, kebun, dan pemukiman.

Pada pengamatan di hutan primer, kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah E. puella (102 individu), M. duponchelii (101 individu), P.

aegeus (64 individu), P. jobaea (57 individu) dan T. catops (38 individu). Di

habitat lainnya, spesies-spesies tersebut ditemukan dalam jumlah sedikit. Kupu-kupu E. puella banyak ditemukan di lantai hutan yang tertutup dan mencari pakan pada tumbuhan dari famili Zingiberaceae (nanas hutan) yang banyak terdapat di hutan primer. Di hutan sekunder, kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah famili Lycaenidae dan Nymphalidae, seperti M. terminus (131 individu), P.

dionisius (45 individu), J. bochus (40 individu), dan C. prosope (44 individu).

Kupu-kupu P. dionisius lebih banyak ditemukan terbang pada daerah yang tidak terlalu terbuka (tutupan kanopi 60%) dan diamati sedang mengisap air pada

(3)

serasah yang lembab di hutan sekunder. Kupu-kupu M. terminus lebih banyak ditemukan sedang hinggap pada tumbuhan L. camara dan pakis-pakis yang juga terdapat di hutan sekunder.

Sebanyak 37 spesies kupu-kupu ditemukan di ketiga habitat (Tabel 3). Jumlah spesies yang sama tersebut termasuk tinggi. Hal ini disebabkan vegetasi di ketiga habitat tidak terlalu jauh berbeda. Kupu-kupu O. priamus ditemukan di ketiga tipe habitat host plant atau tumbuhan inang bagi larvanya, yaitu A. tagala (Aristochiaceae) terdapat di ketiga tipe habitat tersebut. Spesies kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan primer berjumlah 18 spesies, yaitu P. polydorus, G.

thule, D. aruna, N. cyanea, P. caelius, T. assarica, E. phaenareta, E. treitschkei, T. dimona, M. albertisi, M. durga, M, mehadeva, M. comes, P. jupiter, E. aetion, E. aconthea, D. hexophtalmos, dan D. noorna. Kupu-kupu yang hanya

ditemukan di hutan sekunder berjumlah 10 spesies, yaitu H. polycletus, P.

harterti, R. varuna, A. admete, E. lineata, I. helicon, Z. labradus, M. amabilis, A. erminea, P. consimilis, dan M. geoffroyi. Kupu-kupu yang hanya ditemukan di

kebun dan pemukiman terdapat 11 spesies, yaitu P. demoleus, C. pomona,

C.scylla, C. pyranthe, C. ancyra, C. panormus, Z. hylax, D. affinis, M. elia, H. bolina, dan J. vilida.

Kesamaan spesies kupu-kupu antara hutan primer dan hutan sekunder tinggi (CN = 0.50) dan antara hutan primer dengan kebun dan pemukiman lebih

rendah (CN = 0,22) (Tabel 3). Jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu

penyusun komunitas pada hutan primer dengan hutan sekunder tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan di hutan primer dan hutan sekunder yang tidak terlalu berbeda.

Berdasarkan periode pengamatan, kupu-kupu yang banyak ditemukan di

pagi hari (pukul 08.00–12.00) dibandingkan siang hari (pukul 12.00–16.00) (Gambar 8 dan Gambar 9). Tingginya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada periode pagi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Singer et

al. 2002 melaporkan, volume nektar lebih tinggi pada pagi hari dibandingkan

dengan siang hari. Roland (2006) melaporkan, kelompok Pieridae sebagai polinator pada tanaman hias, lebih aktif dan lebih lama hinggap di pagi hari.

(4)

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006). Selain itu, pengamatan di sore hari pada saat penelitian sering gerimis hingga hujan deras, sehingga aktivitas kupu-kupu berkurang.

Kelembaban, suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah individu kupu-kupu. Kecepatan angin tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0,78) terhadap komunitas kupu-kupu (Tabel 5 dan Gambar 11). Suhu rata-rata saat penelitian berkisar antara 24– 26 oC. Freitas et al. (1997), melaporkan suhu optimum untuk kupu-kupu untuk aktif mencari makan adalah berkisar antara 23–30 oC.

Hasil analisis PCA (Gambar 12) menunjukkan parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman menunjukkan adanya pengaruh terhadap jumlah spesies dan jumlah individu pada tipe habitat yang berbeda. Besar kecilnya pengaruh variabel terhadap jumlah spesies dan jumlah individu, ditunjukkan dari besar sudut dan panjangnya anak panah (Gambar 12). Jika sudut yang dibentuk mendekati 90o, maka variabel terhadap observasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Jumlah individu kupu-kupu dipengaruhi oleh kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu dan curah hujan pada habitat kebun dan pemukiman. Severns (2008) melaporkan, populasi kupu-kupu dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan aktivitas kupu-kupu berkurang. Keadaan di lapangan pada saat pengamatan, hujan turun saat sore hingga malam hari. Jumlah spesies dipengaruhi oleh kelembaban dan tutupan kanopi di hutan sekunder. Bergstrom et al. (2006) melaporkan, tutupan kanopi yang tinggi (80–100%) mempengaruhi keberadaan kupu-kupu menjadi berkurang pada suatu habitat. Gaston (2000) melaporkan, yang paling berpengaruh pada tingginya keanekaragaman spesies adalah variasi vegetasi penyusun suatu komunitas dan ketinggian tempat. Keberadaan kupu-kupu pada hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan bagi larva. Terdapat 28 spesies tumbuhan dari 12 famili yang merupakan makanan larva bagi 17 spesies kupu-kupu (Mastrigt & Rosariyanto 2005). Tumbuhan pakan larva tersebut tersebar di tiga lokasi

(5)

pengamatan (Tabel 7). Beberapa spesies Nymphalidae, seperti I. juventa, T.

hamata, T. catops, H. alimena, J. hedonia, dan J. vilida memiliki pakan larva

lebih dari satu jenis tumbuhan. Kupu-kupu yang memiliki jenis pakan larva yang sama adalah P. demoleus, P. aegeus, dan P. ambrax, yaitu dari tumbuhan Citrus spp. Tumbuhan Cassia alata merupakan pakan larva bagi C. pomona, E. hecabe, dan E. puella. Kupu-kupu M. phidon dan M. terminus memiliki pakan larva yang sama, yaitu dari jenis Imperata sp.

Referensi

Dokumen terkait

fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai

berbantuan media mistery box tidak efektif terhadap hasil belajar siswa kelas IV akan tetapi proporsi siswa yang tuntas menerima pembelajaran IMPROVE.. berbantuan

Apabila karakteristik tersebut yang digunakan, maka ketiga varietas nilam Aceh yang diuji termasuk dalam kategori peka, karena tidak ada jaringan nekrosa yang

Dalam penelitian ini tujuan sales dalam mendapatkan gaji tambahan antara lain adalah mencukupi kebutuhan hidup, menambah pendapatan, membeli barang-barang mewah serta

Dalam konteks seperti ini, lahatol perlu diapresiasi dan “didorong” untuk menjadi nilai bersama dalam pelayanan, maupun dalam tatanan kehidupan yang lebih luas,

Dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa pengolahan talas melalui perendaman menggunakan larutan asam sitrat dan air perasan jeruk nipis mampu menurunkan kadar kalsium

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar Glukosa darah yang melebihi nilai normal pada keadaan puasa lebih atau sama dengan 126 mg %