• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR– FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA

PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA

SEMARANG 2015

SKRIPSI

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja

dan Kesehatan Lingkungan Industri (K3LI)

ERIK PRATAMA

NIM. D11.2011.01312

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

(2)

ii

© 2015

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama

: Erik Pratama

Tempat, tanggal lahir

: Baturaja, 22 Agustus 1992

Jenis Kelamin

: Laki – laki

Agama

: Islam

Alamat

: Perum Rejosari, RT 02 RW 05 Kecamatan Brangsong

Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 52 OKU, 1998 – 2004

2. SMP Muhammadiyah 03 Kaliwungu, 2004 – 2007

3. SMA Muhammadiyah 04 Kendal, 2007 – 2010

4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas

Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning Service di RSUD Kota Semarang 2015”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar derajat Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.

Penulis menyadari bahwa dalam Penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar Skripsi ini dapat diterima.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kes sebagai Rektor Universitas Dian Nuswanoro Semarang.

2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.

3. Suharyo, M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro.

4. Eni Mahawati, M.Kes, sebagai Ketua Peminatan K3 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

5. MG. Catur Yuantari, SKM, M.Kes, sebagai dosen pembimbing saat skripsi saya.

(8)

viii

6. Seluruh Staf Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan moril maupun material yang tak terhingga.

8. Teman–teman angkatan tahun 2011 Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang bersama – sama dalam suka maupun duka dalam proses studi.

9. Semua teman–teman atau pihak–pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.

Semarang, 06 November 2015

(9)

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk

Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya

Bapak dan Ibu ku yang tidak pernah berhenti memberikan doa Dan restu serta kasih sayang dan segala pengorbanannya

Keluarga ku yang selalu memberikan semangat Sahabat-sahabat ku yang selalu menemaniku

Dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing ku

“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat allah yang akan dituliskan, sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha bijaksana” (QS. Lukman: 27)

(10)

x ERIK PRATAMA

FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015

xix + 101 Hal + 42 Tabel + 7 Gambar + 10 Lampiran

Keluhan musculoskeletal disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Berdasarkan survey awal pada pekerja cleaning service mengalami keluhan nyeri pada punggung, leher belakang dan pegal-pegal pada tangan dan kaki. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

Jenis penelitian Explanatory Research dengan desain pendekatan cross sectional. Alat ukur yang digunakan yaitu menggunakan metode survei atau obesrvasi dan wawancara disertai dengan alat bantu berupa kuesioner, sampel adalah total populasi berjumlah 44 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Correlation dan Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukan keluhan muscloskeletal disorders terbanyak yaitu sakit di tangan kanan (100.0%), di tangan kiri (93.2%), di betis kanan (70.5%), di betis kiri (68.2%) dan di punggung (63.6%), mayoritas pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang yang mengalami keluhan berkategori sedang muskuloskeletal pada saat dilakukan pemeriksaan yaitu sebanyak 38 orang (86.4%).

Ada hubungan status gizi dengan musculoskeletal disorders dan tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja, sikap kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan aktivitas berulang dengan musculoskeletal disorders pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

Untuk fasilitas peralatan kerja sebaiknya disesuaikan dengan prosedur peralatan standar pekerja ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service.

Kata Kunci :musculoskeletal disorders, cleaning service, status gizi Kepustakaan: 26 buah, 1989-2014

(11)

xi

UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY

SEMARANG 2015 ABSTRACT

Erik Pratama

FACTORS CORRELATED TO MUSCULOSKELETAL DISORDER ON CLEANING SERVICES EMPLOYEE IN HOSPITAL OF SEMARANG DISTRICT 2015

xix + 101 Pages + 42 Tables + 7 Figures + 10 Appendices

Musculoskeletal disorder is complains on muscle of skeletal that can be felt by people begin from medium complains to very sick. Based on the initial survey on cleaning services employee has musculoskeletal disorders on back, neck, hands and foot. The purposed of this study was to analyze factors correlated to cases of musculoskeletal disorders on cleaning services employee in Semarang district hospital.

The study was explanatory research with cross sectional approach. Instrument used interview guidelines by observation and interview. Sample has been taken was 44 people. Data analyzed by pearson correlation and rank spearman.

Result showed that musculoskeletal disorder in right hand (100%), in left hand (93.2%), in right foot (70.5%), in left foot (68.2%) and in back pain (63.6%). Majority of the cleaning services employee suffered middle musculoskeletal disorder, whein done the examine found 38 people (86.4%) suffered middle musculoskeletal disorder.

There was correlation between nutritional status to msculoskeletal disorder and no correlation of age, gender, lenght of work, work period, work attitude, smoking, exercise and re-activities to musculoskeletal disorder.

Suggested to hospital to standardize the tool of work of cleaning service to prevents musculoskeletal disorders.

Keywords : musculoskeletal disorder, cleaning services, nutritional status. References : 26, 1989-2014

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HAK CIPTA... ii

HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN PRAKATA ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

ABSTRAK ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xviii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1 B.Perumusan Masalah ... 4 C.Tujuan Penelitian ... 4 D.Manfaat Penelitian ... 6 E.Keaslian Penelitian ... 7

F.Ruang Lingkup Penelitian ... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Musculoskeletal Disorders ... 14

B.Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 15

C.Jenis Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 23

D.Peningkatan Efisiensi Kerja Fisik ... 24

E.Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi ... 26

(13)

xiii

G.Rumah Sakit ... 32

H.Kerangka Teori ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A.Kerangka Konsep ... 38

B.Hipotesis ... 39

C.Jenis Penelitian ... 40

D.Variabel Penelitian ... 40

E.Definisi Operasional ... 41

F.Populasi dan Sampel ... 43

G.Pengumpulan Data ... 45

H.Pengolahan Data ... 46

I.Validitas dan Realibilitas ... 48

j.Analisis Data ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

B.Analisis Hasil Univariat ... 66

C.Analisis Bivariat ... 77

BAB V. PEMBAHASAN A.Keterbatasan Penelitian ... 89

B.Hubungan Varibel Bebas Dengan Keluhan Musculoskeletal disorders ... 89

1. Hubungan Umur Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 89

2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 90

3. Hubungan Massa Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 92

4. Hubungan Lama Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 93

(14)

xiv

5. Hubungan Status Gizi Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 94 6. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 95 7. Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 96 8. Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Pekerja Cleaning service ... 97 9. Hubungan Aktivias Berulang Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

Pada Pekerja Cleaning service ... 99 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan ... 100 B.Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

HALAMAN DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 7

Tabel 2.1 Batas Ambang IMT Untuk Indonesia ... 17

Tabel 2.2 Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal ... 28

Table 3.1 Definisi Operasional ... 41

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas ... 49

Tabel 3.3 Hasil Uji Realibilitas ... 50

Tabel 3.4 Uji Statistik Hipotesis Penelitian ... 53

Tabel 4.1 Sejarah Tahun Berdirinya RSUD Kota Semarang ... 56

Tabel 4.2 Distribusi Frequensi Umur Pekerja Cleaning Service ... 66

Tabel 4.3 Distribusi Frequensi Jenis Kelamin Pekerja Cleaning Service ... 66

Tabel 4.4 Distribusi Frequensi Masa Kerja Pekerja Cleaning Service ... 67

Tabel 4.5 Distribusi Frequensi Lama Kerja Pekerja Cleaning Service ... 67

Tabel 4.6 Distribusi Frequensi Sikap Kerja Tidak Alamiah Pekerja Cleaning Service ... 68

Tabel 4.7 Distribusi Frequensi Status Gizi Pekerja Cleaning Service ... 69

Tabel 4.8 Distribusi Frequensi Aktivitas Berulang Pekerja Cleaning Service ... 70

Tabel 4.9 Distribusi Frequensi Kebiasaan Merokok Pekerja Cleaning Service .. 71

Tabel 4.10 Distribusi Frequensi Kebiasaan Olahraga Pekerja Cleaning Service ... 72

Tabel 4.11 Distribusi Frequensi Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Cleaning Service ... 73

Tabel 4.12 Distribusi Frequensi Skoring Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Cleaning Service ... 76

Tabel 4.13 Distribusi Frequensi Kategori Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Cleaning Service ... 76

Tabel 4.14 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Umur dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 77

Tabel 4.15 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Jenis Kelamin dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 77

(16)

xvi

Tabel 4.16 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Masa Kerja dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 78 Tabel 4.17 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Lama Kerja dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 78 Tabel 4.18 Distribusi Tabulasi Silang Kategori IMT dan Keluhan

Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 79 Tabel 4.19 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Konsumsi Rokok dan

Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 79 Tabel 4.20 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Olahraga dalam

seminggu sekali dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 80 Tabel 4.21 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Leher

Miring dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 80 Tabel 4.22 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi

Leher Memutar dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 81 Tabel 4.23 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Leher

Menunduk >200 dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 81 Tabel 4.24 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Leher

Ke Arah Belakang/Menangak dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Responden ... 82 Tabel 4.25 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Punggung

>200 dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 82 Tabel 4.26 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Tubuh

Miring dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 83 Tabel 4.27 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Tubuh

Memutar dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 83 Tabel 4.28 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Tubuh

Menahan Beban dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 84 Tabel 4.29 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Posisi Tangan

Menggenggam Benda dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 84 Tabel 4.30 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Kedua Tangan

Digunakan Untuk Bekerja dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 85

(17)

xvii

Tabel 4.31 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Sikap Kerja Kedua Kaki Digunakan Untuk Aktivitas Kerja dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Responden ... 85 Tabel 4.32 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Aktivitas Berulang Membuang

Sampah dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 86 Tabel 4.33 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Aktivitas Berulang Menyapu dan

Mengepel dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada

Responden ... 86 Tabel 4.34 Distribusi Tabulasi Silang Kategori Aktivitas Berulang Membersihkan

Kamar Mandi Serta WC dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Responden ... 86 Tabel 4.35 Analisis Bivariat ... 87

(18)

xviii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerja Otot Dinamik dan Statik ... 24

Gambar 2.2 Kerangka Teori ... 37

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 38

Gambar 4.1 Postur Tubuh Pekerja Pada Saat Menyapu Lantai ... 60

Gambar 4.2 Postur Tubuh Pekerja Pada Saat Mengepel Lantai ... 60

Gambar 4.3 Postur Tubuh Pekerja Pada Saat Membersihkan Kamar Mandi ... 62

(19)

xix

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian 2. Surat Penelitian

3. Surat Selesai Penelitian

4. Surat Pernyataan dari Tenaga Medis 5. Kuesioner Penelitian

6. Uji Normalitas dan Tabel Frekuensi 7. Uji Validitas dan Realibilitas

8. Uji Bivariat 9. Uji Crosstabs

(20)

1

A. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Efek jangka panjang musculoskeletal disorders dapat menyebabkan sakit menahun, cacat, perawatan medis, dan kerugian keuangan bagi mereka yang menderita stres karena mengalami musculoskeletal disorders.1

Pada studi yang telah dilakukan terhadap musculoskeletal disorders di berbagai jenis industri kecil maupun industri besar telah banyak dilakukan dan hasil dari studi tersebut telah menunjukan bahwa bagian otot yang sering dirasakan adalah otot rangka (skeletal yang meliputi otot leher, otot bahu, otot tangan, otot lengan, otot jari, otot panggung, otot pinggang serta otot-otot di bagian bawah.2

Laporan dari the Bureau of Labour Statistics (LBS) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang di publikasikan pada tahun 1982 menunjukan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan atau sakit pinggang. Sementara itu National Safety Council

(21)

melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiaanya paling tinggi adalah sakit punggung yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.1

Penelitian yang dilakukan oleh Octarisya tahun 2009 pada pekerja jasa pengiriman barang terdapat enam jenis aktivitas manual handling yang berisiko tinggi pada tangan dan pergelangan tangan, bahu kiri dan kanan, leher serta punggung. Keluhan MSDs terbanyak yang dirasakan oleh 27 pekerja adalah leher, punggung dan kaki yang dirasakan lebih dari 60% pekerja. Pekerja yang lebih dari 15 tahun mempunyai keluhan pada tangan dan pergelangan tangan baik kiri maupun kanan sebesar 33,3%, pada siku kiri dan kanan sebesar 33,3%, pada bahu baik kiri dan kanan sebesar 66,7%.3

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Dayita tahun 2013 pada pekerja pabrik tahu sebanyak 20 orang (44,4%) pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal pada bagian tangan kanan, 14 orang (31,1%) bahu kanan, 13 orang (28,9%) pergelangan tangan kanan, 15 orang (33,3%) lutut kanan.4 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Firman tahun 2014 pada siswa sekolah dasar, dari 33 siswa yang di survei 45,4% mengeluhkan nyeri pada kaki, 3% mengeluhkan nyeri pada tangan, 9% mengeluhkan pada leher dan 21,2% mengeluhkan pada punggung.5

Pekerja cleaning service atau petugas kebersihan merupakan seseorang yang dalam tugasnya untuk menjaga atau memelihara kebersihan di suatu tempat, seperti kantor atau instansi sampai halaman rumah sakit. Selain tugasnya untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, pekerja cleaning service juga sangat dibutuhkan dalam

(22)

menciptakan kenyamanan dalam pelayanan kantor sampai kenyamanan para pasien yang berobat maupun pasien yang dirawat inap.

Secara umum, pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang memiliki tugas, diantaranya membersihkan seluruh taman maupun halaman yang ada di area rumah sakit, mengangkut sampah non-medis yang terdapat diseluruh area rumah sakit ke TPS (tempat pembuangan sementara), serta membersihkan setiap ruangan yang ada di area rumah sakit.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan ada sekitar 80 orang pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang. Dari hasil observasi dilapangan, terlihat bahwa pekerja cleaning service dalam mengangkat air galon, mengangkut barang dengan menggunakan troli tidak dalam posisi yang ergonomis serta posisi aktivitas tubuh yang tidak ergonomis. Hal tersebut dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders. Sedangkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan saat survei awal pada 15 responden diketahui bahwa 13 responden mengalami keluhan nyeri pada punggung, leher belakang dan pegal-pegal pada tangan dan kaki sedangkan 2 responden belum mengalami keluhan-keluhan tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis melakukan penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang”.

(23)

B. Perumusan Masalah

Dapat disimpulkan bahwa masalah yang berkaitan dengan otot skeletal pada pekerja fisik perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menjadi masalah yang cukup serius. Demikian halnya pada pekerja cleaning service, dimana aktivitasnya dimulai dari membersihkan lantai, kamar mandi sampai membersihkan arae yang sudah di tentukan oleh kepala cleaning service.

Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya keluhan musculoskeletal disorders. Kondisi tersebut akan semakin diperparah dengan adanya kombinasi dari faktor pekerja’an maupun dari lingkungan. Dari hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian bagaimanakah “Faktor-faktor yang berhubungan dengan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Faktor-faktor yang berhubungan dengan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan keluhan musculoskeletal disorders pada petugas cleaning service di RSUD Kota Semarang.

b. Mengidentifikasi karakteristik pekerja cleaning service meliputi (umur, lama kerja, jenis kelamin, status gizi, ukuran tubuh, lama waktu tidur, kekuatan fisik, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan masa kerja) pada pekerja cleaning

(24)

service dengan kejadian keluhan musculoskeletal disorders di RSUD Kota Semarang.

c. Mengindentifikasi jenis keluhan musculoskeletal disorders serta peningkatan efisiensi kerja fisik pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

d. Mengidentifikasi penilaian tingkat risiko ergonomi keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

e. Menganalisis hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal disorders.

f. menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan musculoskeletal disorders.

g. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders.

h. Menganalisis hubungan antara lama kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders.

i. Menganalisis hubungan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan musculoskeletal disorders.

j. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders.

k. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan musculoskeletal disorders.

l. Menganalisis hubungan antara aktivitas berulang dengan keluhan musculoskeletal disorders.

(25)

m. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan keluhan musculoskeletal disorders.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keilmuan

Menambah referensi di bidang kesehatan masyarakat khususnya Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Industri (K3LI) terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service. 2. Bagi Pekerja Cleaning Service

Menambah sumber informasi terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang, sehingga dapat dilakukan upaya atau program untuk memperbaiki sikap kerja.

3. Bagi Masyarakat

Menambah informasi terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders yang dialami oleh pekerja cleaning service, sehingga masyarakat khususnya para pekerja cleaning service dapat meningkatkan pengetahuan, sikap serta praktik dalam mendistribusikan barang dengan benar.

(26)

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Rahmaniyah Dwi Astuti6 Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan muskuloskeletal Tahun 2007 1. Variabel bebas adalah jenis kelamin, denyut nadi, postur kerja, posisi kerja 2. Variabel terikat kelelahan muskuloskel etal Rancangan Penelitian : Menggunakan independent variable dan dependent variabel

Aktivitas kerja subyek perempuan dan lakilaki memberikan pengaruh yang cukup

signifikan terhadap kelelahan

muskuloskeletal (denyut nadi kerja) dengan probabilitas < 0,05.

Sedangkan beban angkat subyek perempuan

dan laki – laki tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kelelahan muskuloskeletal (denyut nadi kerja) dengan

probabilitas > 0,05. Dan interaksi antara keduanya tidak

memberikan pengaruh yang

(27)

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian (lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 2 Nur ulfa7 Sikap Kerja dan

Risiko Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Laundry di Kecamatan Purwokerto Utara. Tahun 2014 1. Varibel bebas adalah Umur, sikap kerja, lama kerja 2. Variabel terikat risiko MSDs Rancangan Penelitian : menggunakan desain studi potong lintang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan kriteria inklusi responden Penelitian menemukan sikap kerja yang berhubungan dengan risiko kelainan otot rangka adalah pada bagian pencucian (nilai p = 0,014, nilai p < 0,05). Sedangkan sikap kerja bagian penimbangan (nilai p = 0,77), pengeringan (nilai p = 0,257), penyetrikaan (nilai p = 0,109) dan pengemasan (nilai p =0,370) tidak berhubungan dengan risiko MSDs (nilai p > 0,05). Hanya sikap kerja pada

bagian pencucian yang berisiko menimbulkan MSDs, sehingga perlu dilakukan intervensi berupa pelatihan sikap kerja mencuci yang benar.

(28)

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian (lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 3 Endang bukhori8 Hubungan faktor risiko pekerjaan dengan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)pada tukang angkut beban penambang emas Tahun 2010 1. Variabel bebas adalah Umur, pekerjaan 2. Variabel terikat keluhan MSDs Rancangan Penelitian : Pendekatan studi crossectional Hasil penelitian menunjukan keluhan MSDs menyerang 38 pekerja (79,2%). Adapun hasil uji statistik menunjukan bahwa variabel risiko pekerjaan (Pvalue 0.029) dan variabel karakteristik umur (Pvalue 0.031) dengan α 5% diyakini memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan MSDs.

(29)

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian (lanjutan)

No Nama Peneliti Judul Penelitian dan Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 4 Hajrah Hi. Sultan Bedu9 Faktor yang berhubungan dengan gangguan meuskuloskelet al pada cleaning service di RSUP Dr.wahidin sudirohusodo makasar Tahun 2013 1. Variabel bebas adalah umur, jenis kelamin, massa kerja, sikap kerja 2. Variabel terikat gangguan MSDs Rancangan Penelitian : Observasi analitik dengan pendekatan pontong lintang (Cross Sectional Study).teknik penarikan sampel diambil dengan metode exhaustive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian muskuloskeletal berat pada cleaning service di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar Tahun 2013 adalah sebesar 49,1% dan ringan sebesar 50,9%. Berdasarkan variabel umur (p = 0,000 < 0,05), jenis kelamin (p =0,051 < 0,05), , masa kerja (p = 0,000 < 0,05) dan sikap kerja (p = 0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa adanya hubungan dengan gangguan muskuloskeletal, sedangkan lama kerja (p = 0,686 > 0,05)

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan gangguan

muskuloskeletal.Sikap kerja yang ergonomis dalam melakukan pekerjaaan harus

diperhatikan agar dapat mengurangi

gangguan muskuloskeletal baik ringan maupun berat, Tenaga kerja yang yang tergolong dalam

kelompok tua serta yang masa kerjanya > 3 tahun sebaiknya memperhatikan kesegaran jasmaninya. Sumber : Rahmaniya Dwi Astuti (2007), Nur Ulfa (2014), Endang Bukhori (2010), Hajrah Hi. Sultan Bedu (2013).

(30)

Penelitian ini berbeda dengan peneliian-penelitian sebelumnya, dilihat dari lokasi penelitian, subyek dan variabel. Berdasarkan lokasi penelitian Rahmaniya Dwi Astuti meneliti dilokasi laboratorium surakarta, sedangkan Nur Ulfa meneliti dilokasi di Kecamatan Purwokerto Utara, sedangkan Endang Bukhori meneliti dilokasi Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Banten, sedangkan Hajrah Hi. Sultan Bedu meneliti dilokasi RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan sedangkan penelitian yang sekarang yaitu meneliti dilokasi RSUD Kota Semarang.

Berdasarkan subjek yang diteliti Rahmaniya Dwi Astuti meneliti tentang aktivitas kerja dan beban kerja pada pekerja laki-laki dan perempuan, sedangkan Nur Ulfa meneliti tentang pekerja laundry, sedangkan Endang Bukhori meneliti tentang tukang angkut beban penambang emas, sedangkan Hajrah Hi. Sultan Bedu meneliti tentang pada cleaning service di RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan sedangkan peneliti yang sekarang meneliti dengan kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

Berdasarkan variabel yang diteliti Rahmaniya Dwi Astuti mengambil variabel bebasnya adalah jenis kelamin, denyut nadi, postur kerja dan posisi kerja, sedangkan variabel terikatnya yaitu kelelahan muskuloskeletal. Nur Ulfa mengambil variabel bebasnya adalah umur, sikap kerja dan lama kerja, sedangkan variabel terikatnya yaitu risiko MSDs. Endang Bukhori mengambil variabel bebasnya adalah Umur dan pekerjaan, sedangkan variabel terikatnya yaitu keluhan MSDs. Hajrah Hi. Sultan Bedu mengambil variabel bebasnya adalah umur, jenis kelamin,

(31)

massa kerja dan sikap kerja, sedangkan variable terikatnya yaitu gangguan MSDs. Peneliti yang sekarang mengambil variabel bebas umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kebiasaan merokok dan status gizi, dengan variabel terikatnya yaitu keluhan musculoskeletal disorders.

Berdasarkan metode dan yang digunakan baik dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang masih menggunakan metode yang sama yaitu dengan metode Explanatory Research dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan kuesioner nordic body map (NBM) serta tempat yang dilakukan berbeda yaitu di RSUD Kota Semarang.

(32)

F. Lingkup Penelitian

1. Lingkup Keilmuan

Dasar dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Industri (K3LI).

2. Lingkup Materi

Materi dari penelitian ini adalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang.

3. Lingkup Lokasi

Penelitian dilakukan di wilayah kerja RSUD Kota Semarang. 4. Lingkup Metode

Metode pengambilan data melalui observasi, wawancara dan kuesioner.

5. Lingkup Obyek/Sasaran

Sasaran penelitian adalah para pekerja cleaning service yang mempunyai tingkat kejadian risiko keluhan musculoskeletal disorders yang sedang - tinggi, baik yang sudah mengalami atau belum mengalami.

6. Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian atau survei awal adalah bulan agustus-oktober 2015.

(33)

14

A. Musculoskeletal Disorders

Istilah dari ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan istilah “Bioteknologi” sedangkan di Amerika menggunakan istilah “Human Engineering” atau “Human Faktor Engineering”. Namun demikian, kesemuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.1

Dari uraian tersebut maka selanjutnya pengertian ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala failitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.1

Keluhan musculoskeletal disoreders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan

(34)

keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya di istilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disoerders (MSDs) atau cedera sistem muskuloskeletal.1

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beben kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.1

B. Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders

Terjadinya keluhan musculoskeletal disorders terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders, antara lain :

1. Faktor Individu a. Umur

Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (umur). Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga tingkat risiko terjadinya keluhan otot meningkat.1

b. Lama Kerja

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya dipergunakan untuk beristirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu biasanya disertai menurunnya efisiensi, timbulnya rasa lelah, penyakit dan kecelakaan kerja, faktor-faktor lingkungan seperti cuaca kerja

(35)

(panas atau dingin), getaran, penerangan berpengaruh terhadap lamanya kerja. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur waktu istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus. Pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.10

c. Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria.1 d. Status Gizi

Status gizi merupakan situasi keadaan tubuh manusia akibat mengkonsumsi makanan dan pengaruh zat-zat gizi yang lebih maupun kurang. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh serta untuk mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Disamping hanya untuk kesehatan, gizi juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.11

(36)

Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh / IMT (Body Mass Indeks / BMI):12

IMT = ( )

² ( )

Tabel 2.1

Batas Ambang IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : Depkes RI 1994 dalam Sunita Almatsier, 2001

e. Ukuran Tubuh

Walaupun pengaruhnya sangat relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot skeletal. Hal ini diperkuatnya temuan oleh Werner et al (1994) yang menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa tubuh >29) mempunyai tingkat risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (massa tubuh <20), khususnya pada otot kaki.1 Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi untuk tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. Apabila di cermati, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih di sebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.1

(37)

f. Kekuatan Fisik

Dalam kondisi kekuatan yang berbeda apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerah atau gerakan otot, sangat terlihat yang memiliki kekuatan otot yang rendah akan lebih rentan terhadap risiko cedera otot. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang memiliki kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya.1

g. Kebiasaan Olahraga

Mengingat pentingnya kesegaran jasmani (olahraga) untuk kesehatan dan produktivitas kerja, maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun berbagai jenis olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilakukan sejak seleksi tenaga kerja berupa tes kesegaran jasmani misalnya dangan progam aerobik.10

Pada umumnya, kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas keseharianya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Namun, sebaliknya bagi seseorang yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga atau gerakan otot yang besar dan disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders. Untuk tingkat kesegaran tubuh atau kebiasaan dalam berolahraga yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan musculoskeletal disorders serta keluhan musculoskeletal

(38)

disorders akan meningkat seiring dengan berjalannya aktivitas dalam bekerja.1

h. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Hal ini sebenarnya berkaitan erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Apabila seseorang harus melaksanakan tugas yang menuntut pengerahan tenaga extra, maka akan mudah lelah dikarenakan kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadinya tumpukan asam laktat serta akhirnya menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders.1

i. Masa Kerja

Masa kerja adalah seorang yang bekerja di hitung dari pertam masuk hingga saat penelitian berlangsung. Massa kerja ini menunjukan lamanya seseorang tertekan paparan ditempat kerja hingga saat terjadi penelitian. Semakin lama massa kerja seseorang, semakin lama tertekan paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja seperti musculoskeletal disorders. Massa kerja di kategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu 13 :

(39)

1. Masa kerja baru : < 6 tahun. 2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun. 3. Masa kerja lama : > 10 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Joice Sari Tampubolon (2014) menunjukan bahwa responden dengan masa kerja < 1 tahun berjumlah 10 orang (33,33%); kategori masa kerja 1-2 tahun berjumlah 16 orang (53,33%); dan kategori > 2 tahun berjumlah 4 orang (13,33%). Dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja laundry memiliki masa kerja ≥ 1 tahun (66,66%). Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.14

2. Faktor Pekerjaan

a. Peragangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering di keluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang di perlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi tingkat risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.1

(40)

b. Aktifitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beben kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.1

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal.1

3. Faktor Lingkungan a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.1

(41)

b. Geteran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah menjadi tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.1

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.1

(42)

C. Jenis Keluhan Musculoskeletal Disorders

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu 1 :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Menurut suma’mur, gejala-gejala MSDS yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah 15 :

1. Leher dan punggung terasa kaku.

2. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas. 3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.

4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak, dan kaku. 5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau

nyeri disertai bengkak.

6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan serta kehilangan kepekaan.

8. Kaki tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku, ataupun sensasi rasa panas.

(43)

D. Peningkatan Efisiensi Kerja Fisik

Gerakan-gerakan yang harus dilakukan oleh anggota tubuh manusia khususnya oleh kemampuan tenaga ototnya. Manusia bisa bergerak ataupun menggerakkan tubuhnya karena adanya sistem otot yang tersebar diseluruh tubuhya (lebih dari 45% berat badan). Kemampuan otot untuk mengencang dan mengerut inilah yang akan menghasilkan tenaga (muscle power) yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik. Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerjanya otot harus diperhatikan dengan benar. Hal ini kegiatan otot dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu 16 :

1. Kerja otot dinamik (berirama), yaitu otot akan mengencang dan mengerut (mengendor) secara bergantian atau berirama.

2. Kerja otot statik (kerja bersikap / tetap), yaitu akan berbeda dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama.

Gambar 2.1. Kerja Otot Dinamik (a) dan Kerja Otot Statik (b) (dalam Sritomo Wignjosoebroto 2003)

(44)

Selama kerja dinamik berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama tegang / kencang tekan dan kendor seperti layaknya kerja dari sebuah “pompa” yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Di sini otot akan banyak sekali membawa / menerima glukosa dan O2 pada saat mengencang dan selanjutnya

membuang metabolis (sisa hasil pembakaran) pada saat mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara bergantian. Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot statik, di sini mengencang otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah terganggu dalam menyuplai glukose dan O2 terhambat dan metabolis

tidak bisa segera terbuang yang mengakibatkan kondisi tersebut akan menimbulkan rasa sakit dan lelah pada otot.16

(45)

E. Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi

Terdapat beberapa metode yang telah diperkenalkan para ahli dalam mengevaluasi ergonomic untuk menilai tingkat risiko musculoskeletal di tempat kerja yaitu dengan menggunakan metode pengukuran risiko ergonomic (Risk Assesment Ergonomic). Berikut ini merupakan beberapa jenis dari metode pengukuran ergonomic.17

1. REBA (Rapid Entrie Body Assessment)

REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney yang secara efektif untuk menilai postur tubuh pekerja. Metode REBA, memungkinkan dilakukan suatu analisis secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. Selain itu metode REBA memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu sistem kerja, pegangan (coupling) dan aktivitas yang dilakukan. Metode ini relatif mudah digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik, hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai akhir dari REBA memberikan indikasi level risiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang harus dilakukan/diambil.17

Terdapat tiga tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu: Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video dan foto.17

a. Menentukan sudut pada pustur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :

(46)

1) Badan (trunk) 2) Leher (neck) 3) Kaki (leg)

4) Lengan bagian atas (upper arm) 5) Lengan bagian bawah (lower arm) 6) Pergelangan tangan (hand wrist)

b. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja. c. Menentukan nilai REBA untuk postur yang relevan dan

menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut. 2. NBM (Nordic Body Map)

Metode “Nordic Body Map”, merupakan penilaian yang sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukan penilaian.

Dalam aplikasinya, metode NBM dengan menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh yang meliputi 28 bagian otot-otot skeletal. Penilaian dengan metode NBM dapat dilakukan dengan berbagai cara; misalnya dengan menggunakan 2 jawaban sederhana ‘YA’ (ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal) dan ‘TIDAK’ (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit pada otot skeletal).

(47)

Metode NBM bisa juga menggunakan skoring dengan skala likert, dimana :

a. Skor 1 = tidak ada keluhan/kenyerian atau tidak ada rasa sakit sama sekali yang dirasakan oleh pekerja (tidak sakit). b. Skor 2 = dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian

pada otot skeletal (agak sakit).

c. Skor 3 = pekerja merasakan adanya keluhan/kenyerian atau sakit pada otot skeletal (sakit).

d. Skor 4 = pekerja merasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada otot skeletal (sangat sakit).

Tabel 2.2

Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu

Tingkat Aksi Total Skor Individu Tingkat Risiko Tindakan Perbaikan

1 28-49 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 50-70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari

3 71-91 Tinggi Diperlukan tindakan segera 4 92-112 Sangat

Tinggi

Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin

(48)

F. Pengendalian Keluhan Musculoskeletal Disorders

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara yaitu rekayasa (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kreteria dan organisasi kerja).1 1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif, sebagai berikut 1 :

a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.

c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, misalnya memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya dengan cara memasang alat peredam getaran.

2. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan, sebagai berikut 1 :

a. Pendidikan dan pelatihan, yaitu dengan melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan

(49)

inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja (keluhan musculoskeletal disorders). b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, yang artinya

adalah disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya.

c. Pengawasan yang intensif, yaitu dengan melalui pengawan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja (keluhan musculoskeletal disorders).

Sebagai gambaran, contoh tindakan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal pada berbagai kondisi atau aktivitas, sebagai berikut 1 :

1. Aktivatas angkat-angkut material secara manual a. Upayakan lantai agar tidak licin pada saat bekerja.

b. Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai, seperti kereta dorong, pengungkit, dan lain-lainnya.

c. Gunakan alas apabila harus mengangkat ke atas kepala atau bahu.

d. Upayakan agar beban yang diangkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja.

2. Berat bahan dan alat

a. Upayakan untuk menggunakan bahan dan alat yang tingan. b. Upayakan menggunakan wadah atau alat angkut dengan

(50)

3. Alat tangan

a. Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar genggam pekerja dan karakteristik pekerjaan.

b. Pasang lapisan peredam geteran pada pegangan tangan. c. Upayakan pemeliharaan yang rutin sehingga alat selalu dalam

kondisi layak pakai.

d. Berikan pelatihan sehingga pekerja terampil dalam mengoprasikan alat.

4. Melakukan pekerjaan pada ketinggian

a. Upayakan untuk mencegah terjadinya sikap kerja tidak alamiah dengan menyediakan alat-alat yang dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh.

b. Gunakan alat bantu kerja yang memadai, seperti tangga kerja dan lift.

(51)

G. Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang merupakan Rumah Sakit kelas B (terakreditasi) milik pemerintah Kota Semarang yang berdiri sejak tahun 1990 dengan luas tanah 9,2 Ha dengan pelayanan 24 jam. Secara administrasi berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang termasuk wilayah dari kelurahan Sambiroto. Dengan batas wilayah bagian utara berbatasan dengan masjid dan perumahan, bagian timur berbatasan dengan jalan fatmawati, bagian selatan berbatasan dengan rumah penduduk dan bagian barat berbatasan dengan rumah penduduk.18

a. Visi

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang menjadi Rumah Sakit Kepercayaan Publik di Jawa Tengah.

b. Misi

1. Memberikan Pelayanan kesehatan paripurna sesuai kebutuhan pasien dan keluarga secara profesional.

2. Meningkatkan pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten.

3. Menyediakan peralatan, fasilitas dan sarana prasarana yang aman mutahir terkini.

(52)

c. Jam berkunjung rawat inap Pagi hari : Jam 11.00-12.00 Sore hari : Jam 16.00-17.30 Hari libur pagi : Jam 10.00-12.30 Hari libur sore : Jam 16.00-19.00

2. Prosedur Kerja Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit

Prosedur kerja kebersihan lingkungan rumah sakit merupakan suatu aktivitas untuk menciptakan kebersihan. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dalam rangka memberikan rasa nyaman bagi pasien.18

a. Tata Cara Pelaksanaan Pembersihan Ruangan di Rumah Sakit Rumah sakit memerlukan suatu teknik khusus dalam pelaksanaan pembersihan ruangan, sebagai berikut 18 :

1. Kegiatan pemebersihan ruang dan lantai sebaiknya dilakukan minimal lima kali sehari diantaranya pada pagi hari jam 07.00 dan 10.00, pada siang hari jam 13.00, pada sore hari jam 16.00 dan 18.00.

2. Harus di hindari cara pembersihan yang dapat menyebarkan debu.

3. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah jam kunjungan dokter, setelah kunjungan keluarga. 4. Pembersihan lantai di mulai dari bagian ruangan paing dalam

(53)

menggunakan pembersihan dengan cara basah yaitu memakai kain pel yang tepat dan mampu menyerap debu.

5. Setiap percikan air liur (ludah), darah pada dinding atau lantai harus segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. 6. Langit-langit dan pentilasi udara dibersihkan minimal satu kali

dalam seminggu.

b. Tata Cara Pelaksanaan Pembersihan Kamar Mandi atau WC di Rumah Sakit

Untuk kamar mandi atau WC rumah sakit, tata cara pembersihannya adalah dengan membersihkan 2 kali sehari (pagi dan sore).18

c. Pedoman Pemeliharaan Rumah Sakit

Pemeliharaan halaman rumah sakit meliputi pembersihan taman, pagar, lapangan parkir dan tempat sampah di rumah sakit, sebagai berikut 18 :

1. Pemeliharaan Taman

Pemeliharaan taman dilakukan setiap hari dengan cara merawat tanaman dan pembersihan taman dari rumput liar dan kotoran lainnya.

2. Pemeliharaan Pagar

Pagar rumah sakit terdiri dari dua jenis, yaitu : a. Pagar Hidup (tanaman)

Pembersihan pagar hidup ini dilakukan dengan cara menyiram dan memberikan pupuk secara rutin.

(54)

b. Pagar Beton dan tralis

Dalam pemeliharaan pagar beton dan tralis ini dilakukan dengan cara pembersihan pagar dari debu dan kotoran menggunakan sikat, lap basah dan kering serta disemprot air, agar debu dan kotoran tersebut tidak menempel terlalu lama. Dalam pemeliharaan ini dilakukan tiga bulan sekali. 3. Pemeliharaan Lapangan Parkir

Pemeliharaan lapangan perkir ini dimaksudkan untuk membersihkan dari sampah dan rumput liar yang tumbuh di halaman parkir dengan cara di sapu, sekop kecil, serta di cabut. Pemberisihan sampah dilakukan setiap hari dan untuk rumput bisa dilakukan satu bulan sekali.

4. Pemeliharaan Tempat Sampah

Untuk melakukan pemeliharaan tempat sampah bisa menggunakan cara di cuci dengan air, sabun serta antiseptik (bila perlu).

3. Sistem Kerja Pekerja Cleaning Service

Petugas cleaning service di RSUD Kota Semarang mempunyai beberapa tugas, diantaranya 18 :

a. Membersihkan seluruh taman dan halaman yang ada di area rumah sakit.

b. Membersihkan ruangan, meliputi kantor, ruang rawat inap, unit gawat darurat, kamar mandi dan WC serta koridor rumah sakit. c. Mengangkut sampah non medis ke TPS (tempat pembuangan

(55)

d. Mengangkut dan mengangkat barang ke tempat penyimpanan barang (gudang).

Jam kerja pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang dimuali pukul 06.00 WIB – 21.00 WIB, terbagi dalam dua shift, yaitu 18 :

a. Shift 1 (pukul 06.00 WIB – 14.00 WIB). b. Shift 2 (pukul 14.00 WIB – 21.00 WIB).

4. Pelayanan Kesehatan Bagi Pekerja Cleaning Service

Dalam pelayanan kesehatan ini setiap petugas cleaning service mendapatkan pengobatan gratis di RSUD Kota Semarang.18

(56)

H. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Teori Peter Vi (2004)1

Dalam Buku Tarwaka

Faktor individu

1. Umur 2. Lama kerja 3. Jenis kelamin 4. Status gizi 5. Ukuran tubuh 6. Kekuatan fisik 7. Kebiasaan merokok 8. Kebiasaan Olahraga 9. Masa kerja

Faktor Pekerjaan

1. Peregangan otot yang berlebihan 2. Akrivitas berulang 3. Sikap kerja tidak

alamiah

Faktor Lingkungan

1. Tekanan 2. Getaran 3. Mikroklimat

Keluhan

Musculoskeletal

Disorders

(57)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.1. kerangka Konsep Umur

Keluhan

Musculoskeletal

Disorders

Jenis kelamin

Sikap Kerja tidak

alamiah

Kebiasaan merokok

Status gizi

Aktivitas berulang

Massa kerja

Lama kerja

Kebiasaan olahraga

(58)

B. Hipotesis Penelitian

1.

Ada hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal disorders.

2.

Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan musculoskeletal disorders.

3.

Ada hubungan antara massa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders.

4.

Ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders.

5.

Ada hubungan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan musculoskeletal disorders.

6.

Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders.

7.

Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan keluhan musculoskeletal disorders.

8.

Ada hubungan antara aktivitas berulang dengan keluhan musculoskeletal disorders.

9.

Ada hubungan antara status gizi dengan keluhan musculoskeletal disorders.

(59)

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Explanatory Research yang menyatakan hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih, yiatu antara vaiabel bebas (umur, jenis kelamin, massa kerja, lama kerja, sikap kerja tidak alamiah, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, aktivitas berulang dan starus gizi) dihubungkan dengan kejadian musculoskeletal disorders sebagai variabel terikat yang menggunakan metode survei atau observasi dan wawancara disertai dengan alat bantu berupa kuesioner. Desain pendekatan menggunakan cross sectional, penelitian dilakukan dalam satu waktu tertentu.19

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang memungkinkan dapat mempengaruhi musculoskeletal disorders pada pekerja cleaning service dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, massa kerja, lama kerja, sikap kerja tidak alamiah, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, aktivitas berulang dan starus gizi.

2. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah musculoskeletal disorders.

(60)

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, instrumen Penelitian dan Skala Variabel

No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur

1 Umur Lama hidup responden sejak lahir sampai penelitian dilakukan.

Rasio

2 Jenis Kelamin Perbedaan orang berdasarkan jenis kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan.

Nominal Kategori : 1) Laki-laki 2) Perempuan 3 Massa Kerja Lamanya subyek penelitian

sebagai pekerja cleaning

service dari pertama kali

menjadi pekerja cleaning service sampai saat penelitian dilakukan.

Rasio

4 Lama Kerja Rata-rata jam kerja sebagai pekerja cleaning service dalam sehari.

Rasio

5 Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap tubuh pada saat bekerja sesuai dengan jenis

pekerjaannya.

Rasio

6 Kebiasaan Merokok

Kegiatan yang berulang-ulang dalam menghisap rokok mulai dari satu batang ataupun lebih, dalam satu hari.

Nominal Kategori : 1) Merokok

(61)

Tabel 3.1

Variabel Penelitian, Definisi Operasional, instrumen Penelitian dan Skala Variabel (Lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Skala Variabel 7 Kebiasaan

Olah raga

Kebiasaan pekerja melakukan kegiatan olah raga dalam seminggu. Nominal Kategori : 1) Tidak melakukan olah raga 2) Melakukan olah raga 8 Aktivitas Berulang

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Rasio

9 Status Gizi Kondisi status gizi pekerja saat dilakukan penelitian. Dihitung dengan menggunakan ukuran indeks masa tubuh (IMT)

Kategori :

<18,5 (kurus) diberi nilai 1 18,5-22,9 (normal) diberi nilai 2 23-24,9 (gemuk) diberi nilai 3 25-29,9 (obesitas I) diberi nilai 4 ≥ 30 (obesitas II) diberi nilai 5

Interval

10 Musculoskele

tal Disorders

Gangguan nyeri pada bagian otot berupa pegal dan rasa tidak nyaman pada sistem otot yang dirasakan berdasarkan palpasi petugas medis.

Diberi nilai 1 = tidak sakit Diberi nilai 2 = agak sakit Diberi nilai 3 = sakit

Diberi nilai 4 = sangat sakit

(62)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja cleaning service di RSUD Kota Semarang yang berjumlah 80 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti. Sampel yang diambil pada shift pagi yang terdapat di Instalansi Rawat Inap (Bangsal), IGD, Kamar Bersalin, Perinatologi, Hemodialisa, Laboratorium, Radiologi, Bedah Sentral, Rehabilitasi Medik, Apotik Rawat Jalan, Gizi, K3, Sterilisasi Sentral, Rekam Medik, serta Pemulasaraan Jenazah (Kamar Mayat).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu probability sampling dengan menggunakan metode pengambilan secara Simple random sampling.

Jumlah sampel yang diambil di tentukan dengan menggunakan

rumus : = N 1 + N (d) Keterangan : n : Besar Sampel N : Besar Populasi d : Tingkat Kepercayaan (0,1)2

(63)

Perhitungan : = N 1 + N (d) = 80 1 + 80 (0,1) = 80 1 + 80 (0,01) = 80 0,8 + 1 = 80 1,8= 44 = 44 orang

Sehingga didapatkan sampel sebanyak 44 orang dari keseluruhan instalansi yang ada di RSUD Kota Semarang.

Kreteria sampel :

a) Merupakan pekerja tetap di RSUD Kota Semarang b) Pekerja yang memang bekerja di area yang di teliti

c) Pekerja yang bersedia menjadi responden dalam penelitian d) Pekerja yang mempunyai lama kerja minimal 1 tahun

(64)

G. Pengumpulan Data

1.

Jenis dan Sumber Data

a.

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung kepada pekerja cleaning service dengan menggunakan berupa kuesioner Nordic Body Map (nama, umur dan jenis kelamin), pengukuran berat badan menggunakan timbangan sedangkan tinggi badan menggunakan alat mikrotoa, untuk mendukung dalam pengukuran kuesioner Nordic Body Map, peneliti menggunakan tenaga ahli untuk memperoleh data secara objektif terhadap keluhan musculoskeletal disorders yang dirasakan oleh setiap pekerja cleaning service yang ada di RSUD Kota Semarang.

b.

Data Sekunder

Data sekunder di dapat dari RSUD Kota Semarang berupa data tentang gambaran umum rumah sakit, data jumlah petugas cleaning service yang diperoleh dari pengelola pegawai cleaning service.

2.

Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi dilakukan secara langsung di RSUD Kota Semarang untuk mendapatkan data primer yang diperlukan. b. Lembar observasi awal

Lembar yang digunakan untuk mendapatkan gambaran umum di RSUD Kota Semarang.

(65)

c. Kajian dokumen

Kajian dokumen dilakukan untuk mencari informasi yang terkait penelitian. Data yang didapatkan berasal dari International Labor organization, World Health Organization, profil kesehatan Indonesia dan berbagai macam buku acuan yang sesuai dengan penelitian.

3.

Alat Pengumpulan Data a. Alat tulis.

b. Timbangan badan dan mikrotoa untuk mengukur tinggi badan. c. Kuesioner, lembar observasi, check list, lembar aktivitas berulang

dan kuesioner Nodic Body Map (NBM) yang ditunjang oleh hasil pemeriksaan medis.

H. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukan kedalam computer untuk diolah dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0 dengan tahapan sebagai berikut :

1.

Editing

Meneliti data yang diperoleh, meliputi kelengkapan terhadap hasil data pengukuran kuesioner untuk dikumpulkan dan selanjutnya di olah.

2.

Coding

Proses pemberian kode tertentu terhadap setiap variabel penelitian untuk mempermudah dalam pengolahan analisis data ke dalam program SPSS for Windows versi 16.0.

Gambar

Gambar 2.1. Kerja Otot Dinamik (a) dan Kerja Otot Statik (b)  (dalam Sritomo Wignjosoebroto 2003)
Gambar 2.2. Kerangka Teori  Sumber : Modifikasi Teori Peter Vi (2004) 1
Gambar 3.1.  kerangka Konsep Umur  Keluhan  Musculoskeletal DisordersJenis kelamin
Tabel 3.2  Hasil Uji Validitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara faktor umur, status gizi, kebiasaan

Variabel bebas: Masa kerja, pengguna an masker, umur,jenis kelamin, riwayat penyakit, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok dan status gizi Variabel terikat:

Hasil analisis bivariat, diketahui hubungan sikap kerja dengan Musculoskeletal Disorders dengan P value = 0.015 , yang berarti ada hubungan bermakna antara sikap kerja

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, penggunaan masker dan posisi kerja dengan kapasitas vital paru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian gangguan fungsi paru akibat paparan debu, umur, masa kerja, status gizi, lama kerja, kebiasaan merokok,

Hubungan Intensitas Getaran Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tenaga Kerja Unit Produksi Paving Block CV.. Sumber Galian

adanya hubungan antara karakteristik individu yang meliputi umur, masa kerja,. lama kerja, merokok dan indeks masa tubuh dengan keluhan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kejadian gangguan fungsi paru akibat paparan debu, umur, masa kerja, status gizi, lama kerja, kebiasaan merokok,