• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN IKAN HERBIVORA SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERAIRAN TELUK BAKAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELIMPAHAN IKAN HERBIVORA SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERAIRAN TELUK BAKAU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN IKAN HERBIVORA SEBAGAI INDIKATOR

TINGKAT PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

PERAIRAN TELUK BAKAU

Oleh

Arief Pratomo, Falmi Yandri, Dony Apdillah, dan Lily Viruly

ABSTRAK

Penelitian ini ingin melihat tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang perairan Teluk Bakau melalui pendekatan kondisi kelimpahan ikan herbivora. Tingkat pemulihan ekosistem merupakan indikator penting bagi pengelolaan ekosistem terumbu karang. Penelitian dilakukan di sepanjang karang tepi (fringing reef) perairan Teluk Bakau selama bulan Oktober-Desember 2008. Dilakukan sensus visual terhadap ikan herbivora indikator yaitu suku Siganidae, Scaridae, dan Acanthuridae dengan metode Line

Transect. Dilakukan analisis kualitatif dilakukan untuk melihat hubungan kelimpahan

ikan herbivora dengan tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang melalui perbandingan hasil pengamatan dengan hasil eksperimen di Great Barrier Reef. Hasil pengamatan mendapatkan kelimpahan ikan herbivora ini adalah 577 ekor per ha. Berdasarkan pada hasil perbandingan, kelimpahan ikan herbivora tersebut tidak memadai untuk mendukung tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang di perairan Teluk Bakau.

(Kata kunci: tingkat pemulihan, ekosistem, kelimpahan, ikan herbivora)

PENDAHULUAN

Dengan sumber pendapatan utama berupa perikanan dan pariwisata bahari, maka keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakat Desa Teluk Bakau tergantung atas kondisi kesehatan ekosistem perairannya. Dilain pihak, ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang di perairan tersebut mengalami tekanan secara serempak baik karena proses alami maupun dampak kegiatan manusia.

Indikasi kesehatan ekosistem yang bagus dapat dilihat dari tingkat pemulihannya (resilience), yaitu kemampuan ekosistem untuk memperbaiki diri setelah mengalami

rangka pengelolaannya. Informasi ini diperlukan dalam menilai tingkat kerentanan terumbu karang yang akan dikelola serta memperkirakan lama proses perbaikan ekosistemnya baik jika melalui restorasi atau rehabilitasi (Grimsditch & Salm 2006).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang adalah tersedianya substrat keras sebagai tempat penempelan larva hewan karang (Grimsditch & Salm 2006; Salm 2002). Terdapat dinamika yang erat antara kelimpahan ikan herbivora, tingkat tutupan makroalga dan penempelan larva hewan karang pada substrat (Albert et al 2007). Larva hewan karang (planulae)

(2)

makroalga, karena adanya perilaku

grazing, yaitu, makroalga dimakan oleh

ikan herbivora (Marshal & Schuttenberg 2006). Oleh karena itu, persaingan dalam memperoleh substrat keras akan lebih dimenangkan oleh larva hewan karang (Sluka & Miller 2001). Penutupan makroalga yang berlebihan dapat menghambat penempelan larva hewan karang sehingga mengurangi kemampuan terumbu karang untuk pulih

(Marshal & Schuttenberg 2006). Deplesi ikan herbivora menyebabkan pertumbuhan makroalga tak terkendali sehingga menekan tingkat fekunditas, rekruitmen dan kelangsungan hidup terumbu karang (Hughes et al 2007). Dalam ekosistem terumbu karang yang sehat, ikan herbivora mampu memelihara substrat keras 50%-65% bebas dari alga (Williams et al 2001).

(3)

Hubungan kelimpahan ikan herbivora dengan kondisi ekosisitem karang telah diketahui sangat baik berdasarkan pada hasil eksperimen yang telah dilakukan di Great Barrier Reef (Hughes et al 2007). Melalui pendekatan perbandingan dengan hasil eksperimen tersebut, penelitian ini ingin melihat tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang perairan Teluk Bakau melalui pendekatan kelimpahan ikan herbivora.

PERMASALAHAN

Bagaimana tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang bila dipandang dari kondisi kelimpahan ikan herbivora di perairan Teluk Bakau, Pulau Bintan?

TUJUAN

1. Mengetahui kondisi kelimpahan jenis-jenis ikan herbivora di perairan Teluk Bakau, Pulau Bintan.

2. Mengetahui hubungan antara kondisi kelimpahan jenis-jenis ikan herbivora dengan tingkat pemulihan terumbu karang di perairan Teluk Bakau

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di 2 stasiun (A & B) yang terdapat di sepanjang karang tepi Teluk Bakau pada tipe habitat reef flat dan reef crest (lihat

Gambar 1.). Di masing-masing tipe

habitat tersebut diambil 3 ulangan sampel secara acak tanpa saling tumpang

dengan metode Line Transect. Penelitian dilaksanakan selama bulan Oktober hingga Desember, 2008.

Dengan teknik Underwater Fish

Visual Cencus (English et al 1994),

jumlah dan jenis ikan herbivora diamati dengan masker-snorkel di atas pita roll

meter yang dibentangkan 100 meter di

kedalaman sekitar 2-3 meter pada radius 2,5 m sepanjang Line Transect.

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian

Kelimpahan jenis dan suku ikan herbivora dinyatakan dalam rerata jumlah individu ikan per ha menurut jenis atau suku (Zar 1996) yang dihitung dengan rumus:

Dimana:

= Jumlah individu ikan menurut jenis i atau suku i yang dijumpai di

setiap titik (dalam 5 x 100 m)

= Jumlah total stasiun yang diamati

Secara kualitatif, hasil perhitungan kelimpahan ikan herbivora diatas kemudian dibandingkan dengan pengamatan hasil Eksperimen Pengaruh Perlakuan Kondisi Kelimpahan Ikan Herbivora yang Berbeda terhadap Perubahan Struktur Ekosistem Terumbu

(4)

bioekoregion yang serupa yaitu berada di daerah tropis dan suatu ekosistem terumbu karang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan ikan herbivora di perairan Teluk Bakau secara total adalah 577 ekor per ha dimana 343 ekor per ha untuk daerah reef flat dan 810 ekor/ ha untuk daerah reef crest (Tabel 1.)

Kondisi komposisi dan kelimpahan ikan herbivora baik suku Scaridae maupun Siganidae adalah relatif tak berbeda antara stasiun Teluk Bakau A dengan Teluk Bakau B. Keragamannya baru terlihat bila diperbandingkan baik antara tipe habitat Teluk Bakau bagian reef flat dengan reef

crest secara keseluruhan maupun antara

stasiun Teluk Bakau A dengan Teluk Bakau B secara tersendiri (lihat Tabel

1.). Ikan herbivora lebih melimpah di

daerah tubir (reef crest) dibanding di daerah lamun (reef flat). Hal ini menunjukkan bahwa daerah tubir adalah habitat utama ikan herbivora dimana daerah lamun bagi ikan-ikan tersebut lebih berperan sebagai daerah pakan (feeding ground).

Ikan herbivora indikator suku Acanthuridae (termasuk yang non herbivora) tidak dijumpai pada stasiun pengamatan. Meskipun demikian, temuan fakta yang sama dijumpai pula pada hasil penelitian CRITC-Coremap untuk daerah yang mencakup Pantai Trikora-Bintan Timur, Pulau Numbing, hingga Pulau Mapur. Namun tidak terjadi di perairan Kepulauan Tambelan, Batam, dan Natuna. Meskipun begitu rata-rata suku Acanthuridae yang teramati dalam kondisi tidak begitu melimpah (CRITC, COREMAP II, LIPI 2004a, 2004b, 2004c & 2007).

Tabel 1. Kelimpahan Ikan Herbivora per ha di Teluk Bakau

Tipe habitat

Siganidae 47 627 513 460 343 487 287 543 415

Scaridae 60 213 67 320 130 193 57 267 323

Total 107 840 580 780 473 680 343 810 577 Sumber: Diolah dari hasil penelitian Tim Dosen FIKP Umrah 2008

Keterangan:

TBARF : Teluk Bakau A Bagian Reef Flat TBA : Total Teluk Bakau A

TBARC : Teluk Bakau A Bagian Reef Crest TBB : Total Teluk Bakau B TBBRF : Teluk Bakau B Bagian Reef Flat TBRF : Total Teluk Bakau Bagian Reef Flat

TBBRF : Teluk Bakau B Bagian Reef Crest TBRC : Teluk Bakau Bagian

Reef Crest

(5)

Tabel 2. Pengaruh Kondisi Ikan Herbivora terhadap Perubahan Struktur Perubahan Ekosistem Terumbu Karang di Great Barrier Reef. (12 ulangan x 25 m2

selama 30 bulan)

Perlakuan Kondisi

Sedikit Herbivora Banyak Herbivora Biomassa (kg/m2) 0.45 ± 0.08 3.15 - 4,5 Kelimpahan (ekor/m2) 0.49 - 0.70 4.19 - 5.99 Rerata panjang (mm2) 200.00 200.00 % penutupan alga 56 ± 21% 1.7% - 4,7% % penutupan karang 6.0% ± 0.8% - 7.7% ± 1.0% 19.2% ± 2.3% - 20.2% ± 2.2% Rekruitmen (koloni/25 m2) 39 ± 11 108 ± 26 - 118 ± 21

% tingkat kematian karang 24.20% 9.8 - 11.3%

Perubahan jumlah koloni

(koloni/25m2) -72 ± 32 39±24 – 43 ± 21 % Perubahan jumlah koloni -26% 14 % - 16 %

Sumber: Hughes et al (2007) Hasil kelimpahan ikan herbivora kemudian dibandingkan dengan hasil eksperimen di Great Barrier Reef (Tabel 2.) dimana hasil

perbandingannya digambarkan secara grafis yang dapat dilihat pada Gambar

2. Hasil perbandingan memperlihatkan

bahwa kelimpahan ikan herbivora di Teluk Bakau sekitar 10% dibawah kondisi tingkat terendah hasil eksperimen. Implikasinya, kondisi tersebut kurang memadai untuk

mendukung tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang sehingga tidak memadai

untuk mengendalikan pelimpahan alga. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat penempelan larva karang akan tertekan yang seterusnya akan menghambat pembentukan koloni terumbu karang baru. Konsekwensinya, ekosistem terumbu karang Perairan Teluk Bakau secara relatif menjadi rentan, artinya seandainya terjadi sesuatu gangguan pada ekosistem karang tersebut, entah karena pengeboman karang atau

terjangan badai, maka tingkat pemulihan alaminya akan berjalan lambat.

(6)

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kondisi Kelimpahan Ikan Herbivora (ekor/ ha) antara Hasil Eksperimental di Great Barrier Reef (Hughes et al 2007) dengan Hasil

Pengamatan di Teluk Bakau Keterangan:

GBRA : Great Barrier Reef dengan perlakuan kondisi kelimpahan ikan herbivora banyak GBRA : Great Barrier Reef dengan perlakuan kondisi kelimpahan ikan herbivora sedikit TBA : Total Teluk Bakau A

TBB : Total Teluk Bakau B

TBRF : Total Teluk Bakau Bagian Reef Flat TBRC : Teluk Bakau Bagian Reef Crest TB : Total Teluk Bakau Keseluruhan

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut adalah kenyataan bahwa beberapa ikan herbivora seperti jenis Siganus guttatus termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi bagi masyarakat sekitar. Disamping itu, kegiatan pariwisata yang ada juga secara tidak langsung akan menambah permintaan jenis ikan ini sehingga semakin meningkatkan tekanan terhadap populasi ikan herbivora.

Kondisi yang demikian sebaiknya perlu mendapat perhatian oleh pengelola kawasan. Berikut ini mungkin dapat menjadi pertimbangan terkait beberapa aspek dan strategi pengelolaan perbaikan tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang di perairan Teluk Bakau, yaitu:

1. Meningkatkan kembali populasi ikan herbivora dengan cara mengendalikan, mencegah serta mengurangi tekanan tingkat penangkapan terhadap ikan herbivora.

2. Menekan sekecil mungkin gangguan penyebab kerusakan terumbu karang, diantaranya dapat, terutama, melalui penetapan kawasan perlindungan laut. 3. Mengembangkan program untuk mengurangi tingkat pemanfaatan ekstraktif,

(7)

4. Rekayasa lingkungan berupa restorasi, rehabilitasi dan pengayaan ekosistem terumbu karang melalui terumbu karang buatan, tranplantasi karang dan teknologi biorock (Grimsditch & Salm 2006; Goreau & Hilbertz 2002)..

KESIMPULAN

1. Kelimpahan ikan herbivora di perairan Teluk Bakau secara total adalah 577 ekor per ha dimana 343 ekor per ha untuk daerah reef flat dan 810 ekor/ ha untuk daerah reef

crest.

2. Kondisi kelimpahan ikan herbivora kurang memadai untuk mendukung tingkat pemulihan ekosistem terumbu karang di perairan Teluk Bakau.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, S., Udy, J., and Tibbetts, I. R. 2007. Responses of Algal Communities to Gradients in Herbivora Biomass and Water Quality in Marovo Lagoon, Solomon Islands. Coral Reefs 27.

hal.: 73-82. DOI:

10.1007.s00338-007-0292-0. CRITC, COREMAP II, LIPI. 2004a.

Laporan Coremap: Studi

Baseline ekologi Kabupaten Kepulauan Riau.

CRITC, COREMAP II, LIPI. 2004b.

Studi Baseline Ekologi Pulau Batam.

CRITC, COREMAP II, LIPI. 2004c.

Studi Baseline Ekologi

Kabupaten Natuna.

CRITC, COREMAP II, LIPI. 2007.

Studi Baseline Ekologi Pulau Bintan Kabupaten Kepulauan Riau.

Townsville: Australian Institute of Marine Science. Goreau T. J., Hilbertz W. 2001. Biorock®:

New Technology for Growing, Restoring, and Farming Coral Reefs and for Coastal Protection.

Indonesian Conference on Coral Reef and Coastal Zone Management Sanur, Bali, Indonesia May 2002.

Grimsditch, Gabriel D. and Salm, R. V. (2006). Coral Reef Resilience

and Resistance to Bleaching.

IUCN, Gland, Switzerland. 52 hal.)

Hughes T. P., Rodrigues M. J., Bellwood D. R., Ceccarelli D., Guldberg O. H., McCook L., Moltschniwskyj N., Pratchett M. S. 2006. Phase Shifts, Herbivory,

and the Resilience of Coral Reefs to Climate Change, Curent

Biology (2007),

doi:10.1016/j.cub.12.049

Marshal, P., Schuttenberg, H. 2006. A

reef manager’s guide to coral bleaching. Great Barrier Reef

Marine Park Authority

Salm, R. V. 2002. Building Survivability

into Marine Protected Area

Networks. The Nature

Conservancy.

Russ, Garry. 1984. Distribution and

Abundance of Herbivorous Grazing Fishes in The Central Great Barrier Reef. II. Pattern of Zonation of Mild Shelf and Outer

(8)

and Herbivory pressure on Laamu Atol, Republic of Maldives. Coral Reefs 20, hal.:

255-262. DOI: 10.1007.s003380 100166.

Williams I. D., Polunin N. V. C., Hendrick V. J. 2001. Limits to

grazing by herbivorous fishes

and the impact of low coral cover on macroalgal abundance on a coral reef in Belize. Mar

Ecol-Prog Ser 222:187–196. Zar. J. H. 1996. Biostatistical Analysis.

Second edition. Prentice-Hall Int. Inc. New Jersey. 662 hal.

Gambar

Tabel 2. Pengaruh Kondisi Ikan Herbivora terhadap Perubahan Struktur  Perubahan Ekosistem Terumbu Karang di Great Barrier Reef
Gambar  2. Grafik Perbandingan Kondisi Kelimpahan Ikan Herbivora (ekor/ ha)  antara Hasil Eksperimental di Great Barrier Reef (Hughes et al 2007) dengan Hasil

Referensi

Dokumen terkait

Strategi dari pengumpulan data tersebut adalah pengumpulan dokumen dari studi literatur maupun studi komparatif dan data dari pemerintah daerah, wawancara informal

PERBEDAAN ANTARA AUDIT DAN AKUNTANSI (LANJUTAN) Transaksi Yang Mempunyai Nilai Uang Bukti Pembukuan Special Journal Trial Balance General Ledger Subsidiary Ledger Laporan

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan dalam penelitian untuk

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI pada Materi Operasi

Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah Sebelumnya kalian telah mempelajari grafik fungsi kuadrat. Daerah grafik fungsi kuadrat berupa

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

Namun terlepas dari itu semuanya kenya- taan tetaplah harus dihadapi, bahwa tidak semua warga Negara ini memiliki kemampuan dana yang cukup mendapatkan rumah

Sebagai proses terakhir di hari kedua pertemuan, peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil evaluasi kegiatan yang