• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN

PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI

PROVINSI BENGKULU

WAHYU WIBAWA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2013 5. Status Kegiatan (L/B) : L (lanjutan)

6. Penanggung Jawab

a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP b. Pangkat/Golongan : Penata /IIId

c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan sawah, lahan rawa dan lahan kering

9. Tahun Mulai : 2011 10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : 1. Penyediaan benih sumber tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) hasil inovasi Badan Litbang Pertanian di Bengkulu.

2. Pemetaan penyebarluasan dan kebutuhan VUB.

12. Output Akhir : 1. Benih sumber beberapa VUB padi hasil inovasi Badan Litbang Pertanian yang spesifik lokasi tersedia di Bengkulu.

2. Peta penyebaran dan kebutuhan VUB 3. Peningkatan adopsi VUB padi.

(3)

ii

13. Biaya : Rp. 331.370.000- (Tiga Ratus Tiga Puluh Satu Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh

Ribu Rupiah).

Koordinator Program

Dr.Ir. Wahyu Wibawa, MP

NIP. 196904271998031001

Penanggung Jawab RDHP

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP

NIP. 196904271998031001

Mengetahui,

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Dr. Agung Hendriadi, M.Eng.

NIP. 19610802 198903 1 001

Menyetujui,

Kepala BPTP Bengkului

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP

(4)

iii RINGKASAN

1 Judul : Penyediaan dan Percepatan Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu

2 Unit kerja : BPTP Bengkulu 3 Lokasi : Provinsi Bengkulu

4 Agroekosistem : Lahan Sawah, Lahan Rawa dan Lahan Kering 5 Status (L/B) : Lanjutan

6 Tujuan :

1.

Menyediakan benih sumber Varietas Unggul Baru (VUB) tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) di Bengkulu.

2.

Menyebarluaskan VUB tanaman pangan kepada petani dan penangkar.

7 Keluaran : 1. Penyediaan benih sumber VUB tanaman pangan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Bengkulu.

2. Peta penyebaran VUB tanaman pangan. 3. Peningkatan adopsi VUB tanaman pangan

8 Hasil/pencapaian :

1.

Penangkaran VUB padi (Inpari 1, 13, 14, 15, 20; Inpara 1, 3; Inpago 6), seluas + 30 ha.

2.

Penyebarluasan VUB padi + 15 ton melalui UPBS.

3.

Meningkatkan kerjasama dengan PSO BLBU padi Provinsi Bengkulu yaitu PT. Hidayah Nur Wahana untuk penyediaan benih sebar padi.

4.

Mendorong percepatan adopsi VUB padi hasil inovasi Badan Litbang Pertanian oleh petani.

5.

Peta penyebaran VUB hasil penangkaran.

9 Prakiraan Manfaat : Mempercepat diseminasi dan penggunaan VUB tanaman pangan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Bengkulu. Meningkatnya penggunaan VUB tanaman pangan akan mendorong peningkatan produksi, produktivitas lahan, dan pendapatan petani. Melalui kegiatan penangkaran di lahan petani, akan meningkatkan kemampuan teknis dalam kegiatan produksi benih.

10 Prakiraan Dampak : Penggunaan VUB tanaman pangan secara luas akan berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani.

(5)

iv

11 Metodologi : Kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu dilaksanakan di Provinsi Bengkulu melalui penangkaran benih di lahan petani penangkar dengan pengawalan teknologi sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Persiapan kegiatan meliputi penyusunan dan perbaikan rencana kegiatan (RODHP dan juklak). Dan pelaksanaan kegiatan meliputi: (a) koordinasi internal dan antar institusi (dinas/instansi terkait di pusat dan daerah), (b) produksi benih/pelaksanaan penangkaran di lahan petani penangkar, (c) pengawalan penangkaran, (d) pelaporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui penyebaran varietas unggul kepada pengguna. .

12 Jangka Waktu : 4 (tiga) tahun (2011 -2014).

13 Biaya

:

Rp. 331.370.000- (Tiga Ratus Tiga Puluh Satu Juta Tiga ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah).

(6)

v SUMMARY

1 Title : Seed Production / UPBS

2 Unit of work : BPTP Bengkulu

3 Location : Bengkulu Province

4 Agroecosystems : Wetland, Wetlands and Dryland Land

5 Status (C / N) : Continued

6 Goals : 1. Provide new superior variety of seed sources (VUB) food crops (rice, corn, and soybeans) in Bengkulu.

2. VUB disseminate crops for farmers and breeders.

7 Exodus : 1. Provision of seed crop VUB sources that have been produced by the Agency for Agricultural Research in Bengkulu.

2. Map of the spread of crop VUB. 3. Increased adoption of crop VUB

8 Results/achievements : 1. Breeding rice VUB (Inpari 1, 13, 14, 15, 20; Inpara 1, 3; Inpago 6), covering an area of around 30 hectares.

2. Dissemination VUB + 15 tons of rice through UPBS.

3. Increasing cooperation with PSO BLBU rice Bengkulu province, namely. Nur Hidayah rides for the supply of rice seedlings for distribution. 4. Encourage accelerated adoption of innovation

VUB rice farmers AARD.

5. Map of the spread of VUB captive.

9 Forecast Benefits : Accelerating the dissemination and use of VUB crops that have been produced by the Agency for Agricultural Research in Bengkulu. The increasing use of food crops VUB will encourage increased production, productivity and income of farmers. Through breeding activities in farmers' fields, will improve the technical ability of seed production activities.

10 Weather Impact : The use of food crops widely VUB will have an impact on increasing the production and productivity of crops in Bengkulu. Such improvements will lead to increasing farmers' income.

(7)

vi

11 Methodology : Seed Production Activities / UPBS implemented in Bengkulu province through seed in farmers' fields with escorts breeder technology in accordance with specific conditions. Seed Production activity / UPBS includes preparation, implementation and evaluation of activities. Preparation activities include the development and improvement of action plans (RODHP and guidelines). And activities include: (a) internal and inter-institutional coordination (agency / agencies at central and local), (b) seed production / implementation breeders breeding in farmers' fields, (c) escorts captivity, (d) reporting activities. While the evaluation of the activities carried out to determine the spread of improved varieties to the user.

12 Period : 4 (three) years (2011 -2014).

13 Cost : Rp. 331.370.000 (Three Hundred Thirty-One Million Three hundred and Seventy Thousand).

(8)

vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan usahatani (Badan Litbang Pertanian, 2009). Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah.

Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu (Rubiyo dkk., 2005). Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001).

Benih bermutu merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (Puslitbangtan, 2009; Sembiring dkk., 2008). Permasalahan yang dihadapi dalam percepatan adopsi VUB diantaranya adalah: (1) Sistem informasi, promosi dan diseminasi perbenihan yang belum mantap (2) Kegiatan pengkajian dan diseminasi masih belum terintegrasi (3) Prinsip 6 tepat perbenihan (jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga) belum terpenuhi.

Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengakomodasikan perubahan lingkungan strategis perbenihan dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) yang merupakan komoditas strategis (padi, jagung dan kedelai) yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi Pertanian, 2013).

Benih sumber terdiri atas 3 (tiga) kelas, yaitu (1) benih penjenis (BS) dengan label kuning, (2) benih dasar (FS) dengan label putih dan (3) benih pokok (SS) dengan label ungu. Berdasarkan kelas benih sumber yang diproduksi, maka UPBS di BPTP memiliki mandat menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS, sedangkan kuantitas dan varietas yang diproduksi disesuaikan dengan

(9)

viii

kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial budaya setempat. Karena dinamika lingkungan strategis di daerah yang membutuhkan benih ES VUB maka UPBS dapat memproduksi benih kelas ES (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013).

Pelaksanaan produksi benih sumber didasarkan pada Pedoman Umum UPBS Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk Pelaksanaan UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Aturan tersebut di atas dimaksudkan untuk menjamin pemenuhan prinsip 6 (enam) tepat perbenihan yaitu : tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat lokasi,dan tepatharga.

Pada tahun 2013 UPBS BPTP Bengkulu akan memproduksi benih sumber untuk komoditas padi, jagung dan kedelai dengan total produksi benih 30 ton dengan kelas benih FS dan SS. VUB padi yang akan diproduksi adalah Inpari, Inpara, Inpogo yang adaptif pada tipe lahan sawah, rawa dan lahan kering. Untuk VUB jagung dan kedelai akan diproduksi varietas yang adaptif pada lahan mineral dan lahan masam (bergambut) yang diantaranya adalah Sukmaraga, sedangkan untuk kedelai akan diproduksi varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Tanggamus.

1.2 Dasar Pertimbangan

Pengaruh negatif penggunaan varietas yang sama secara terus menerus sudah mulai dirasakan dengan tingginya serangan hama dan penyakit tertentu seperti wereng, penggerek batang, tikus, tungro, kresek (BLB) dan blast. Serangan hama dan penyakit ini mengakibatkan penurunan produktivitas padi secara signifikan.

Banyak varietas unggul yang telah di lepas untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan petani. Tiap varietas mempunyai spesifikasi tersendiri untuk dapat menampilkan potensi hasilnya, baik dari segi kesesuaian lahannya maupun ketahananya terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT). Ratusan varietas dapat dipilih untuk antisipasi terhadap kondisi lahan yang tersedia (sawah, ladang maupun rawa).

Secara empiris, pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi dari genotipe x lingkungan = f (faktor pertumbuhan internal x

(10)

ix

faktor pertumbuhan eksternal). Faktor internal sering digambarkan sebagai sifat bawaan (genetik) yang diantaranya adalah ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis, laju fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan. Faktor eksternal terdiri atas iklim (cahaya, temperatur, curah hujan, angin, panjang hari, dan kelembaban udara), tanah (tekstur, struktur, bahan organik, pH, dan ketersediaan unsur hara), dan biologis/OPT (hama, penyakit dan gulma).

Hasil survey menunjukkan bahwa produktivitas tinggi (61,18%), berumur genjah (11,76%), toleran terhadap serangan hama/penyakit (8,24%), dan rasa nasi (5,58%)merupakan alasan utama petani dalam pemilihan varietas (Wibawa dkk., 2011). Hasil ini dapat menjadi rujukan dalam penyediaan/logistik benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu. Dengan mengetahui kebutuhan dan preferensi masyarakat tani akan dapat mempercepat proses adopsi varietas unggul tanaman pangan. Benih yang dihasilkan oleh UPBS merupakan varietas-varietas yang telah resmi dilepas, namun masih belum banyak dikenal masyarakat, seperti Inpara 1, 2, Banyuasin, Indragiri, Inpari 6, 10, 13, 20 dan Inpago 8 untuk padi; Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan Tanggamus (kedelai) dan Sukmaraga (jagung).

Dalam sistem produksi tanaman pangan, diperlukan adanya ketersediaan benih dari varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan mutu baik. Dalam pertanian modern, benih berperan sebagai delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients (Adnyane, 2006). Dengan demikian kontribusi benih sangat penting dalam mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas produk tanaman pangan (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2013a).

1.3 Tujuan

Tujuan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 adalah:

1. Memprediksi kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.

2.

Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,

(11)

x

preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.

3.

Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

4.

Mengevaluasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu

1.4 Keluaran yang Diharapkan 1.4.1 Keluaran Tahunan

Keluaran pada tahun 2013:

1. Data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.

2. VUB tanaman pangan strategis spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu, khususnya untuk padi, dapat tersebar dan diadopsi di seluruh Kabupaten/Kota melalui kegiatan diseminasi, promosi, dan komersialisasi, sedangkan untuk komoditas jagung dan kedelai dapat terdistribusi dan diadopsi pada sentra-sentra produksi.

3. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan sebagian besar kebutuhan benih sumber untuk komoditas padi di Provinsi Bengkulu dan pada sentra-sentra produksi jagung dan kedelai sesuai dengan kebutuhan, permintaan, preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat Bengkulu.

4. Data base dan alternatif rekomendasi dalam optimalisasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.

1.4.2 Keluaran Jangka Panjang

1. VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh UPBS BPTP Bengkulu dapat tersebar dan diadopsi di seluruh Kabupaten/Kota sebagai akibat dari meningkatnya pemahaman dan kesadaran petani dalam penggunaan benih bermutu dan berlabel dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman.

(12)

xi

2. UPBS BPTP Bengkulu mampu menyediakan kebutuhan benih sumber yang memenuhi kriteria 6 tepat untuk komoditas tanaman pangan strategis di Provinsi Bengkulu dengan mengacu pada data base kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu yang selalu di update setiap tahun.

3. Networking/jaringan kerjasama yang kuat antara UPBS BPTP Bengkulu dengan kelembagaan perbenihan (BPSB, BBI, BBU, UPTD perbenihan, produsen benih, dan penangkar) di Provinsi Bengkulu.

1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak 1.5.1 Manfaat

Mempercepat diseminasi dan penggunaan VUB tanaman pangan yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian di Bengkulu. Mendorong peningkatan produksi, produktivitas lahan, dan pendapatan petani. Melalui kegiatan penangkaran di lahan petani, akan meningkatkan kemampuan teknis dalam kegiatan produksi benih.

(13)

xii 1.5.2 Dampak

Penggunaan VUB secara luas berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan kecukupan pangan. Menurut Nugraha et al. (2007), swasembada beras pada tahun 1984 di Indonesia tidak terlepas dari introduksi varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan melalui program Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus. Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional.

Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009). Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi (Kementerian Pertanian, 2010). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi tanaman pangan.

Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul relatif masih terbatas. Menurut Daradjat et al. (2008), benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang.

Rendahnya minat petani menggunakan varietas unggul berlabel diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu. Menurut Angka Ramalan III tahun 2011, produktivitas rata-rata padi di Bengkulu hanya mencapai 3,79 ton GKG/ha, termasuk dalam kategori rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional yang sudah mencapai 4,94 ton GKG/ha (BPS, 2011).

(14)

xiii

Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 telah dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai Lembaga Penelitian di Indonesia yang dapat digunakan sebagai benih sumber, 85% diantaranya adalah hasil inovasi Badan Litbang Kementerian Pertanian. Varietas yang paling luas ditanam adalah Ciherang, IR64 dan Cigeulis. Ketiga varietas di atas merupakan varietas-varietas yang sudah lama dilepas. IR64 misalnya telah dilepas sejak tahun 1986, Ciherang tahun 2000, dan Cigeulis tahun 2002 (Suprihatno et al., 2010). Varietas Unggul Baru (VUB) seperti Inpari, Inpara, dan Inpago yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum banyak ditanam petani. Dari survei yang dilaksanakan di Bengkulu pada tahun 2011, petani yang telah menanam VUB baru (release 2008) baru mencapai sekitar 27% (Ishak et al., 2011). Lambatnya adopsi VUB padi dikarenakan informasi keberadaan benih sumber masih sangat lemah disamping ketersediaannya yang relatif masih terbatas (Wahyuni, 2011). Oleh karena itu diperlukan percepatan penyebaran informasi tentang varietas unggul baru padi, karena keunggulan suatu varietas, baru dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan produksi dan mutu beras apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani (Daradjat

et al., 2008).

Secara umum, petani di Bengkulu belum membeli varietas unggul berlabel. Penanaman varietas unggul dalam skala luas dimungkinkan oleh adanya bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program, seperti subsidi benih, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dan bantuan benih unggul pada lahan display dan demfarm SL-PTT. Peranan Pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan benih unggul di tingkat petani, karena kebijakan yang diambil oleh Pemerintah akan sangat mempengaruhi seluruh jalannya sistem kehidupan masyarakat dan lingkungannya (Manuwoto, 1992).

Menurut data BPS Provinsi Bengkulu (2011), luas panen padi sawah di Bengkulu adalah 121.877 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25 kg benih, maka kebutuhan benih mencapai 3.046.925 kg. Bantuan benih melalui BLBU dan SL-PTT di Bengkulu mencapai 1.046.460 kg, atau 34,34% dari kebutuhan benih total (Ishak et al., 2011).

Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu, maka diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Hal ini telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

(15)

xiv

Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, Permentan Nomor 39/Permentan/05.140/8/2006 tentang Produksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01/KPTS/HK.310/C/I/2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan (Hanizar dan Barianto, 2011).

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan, pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi dibedakan atas beberapa kelas yaitu benih penjenis (label kuning, benih dasar (label putih), benih pokok (label ungu), dan benih sebar (label biru). Dari 10 kg benih penjenis dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih padi seluas 480.000 ha (Irawan, 2011). Ditambahkan lebih lanjut bahwa prosedur sertifikasi benih terdiri atas 5 tahapan yaitu permohonan sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih, pengujian benih, dan pelabelan.

Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul tentu saja mendapat respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Harini (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Selain itu faktor-faktor yang terkait dengan keragaan agronomis yang ditampilkan oleh varietas unggul tertentu juga sangat mempengaruhi respons petani terhadap penggunaan benih unggul tersebut.

Ruskandar (2012) berpendapat bahwa petani tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya. Oleh karena itu perlu digiatkan penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun bentuk diseminasi/promosi lain agar informasi varietas cepat sampai di lahan petani baik melalui media cetak maupun elektronik.

VUB yang cocok dan diminati oleh petani seharusnya tersedia tepat waktu. Keberadaan UPBS menjadi sangat penting dalam menunjang kegiatan peningkatan prosuktivitas dan produksi tanaman pangan.

(16)

xv

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1 Pendekatan/Kerangka Pemikiran

Kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu merupakan upaya untuk memproduksi dan mengelolah benih sumber tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) secara berkelanjutan, yang dilakukan melalui penangkaran, sertifikasi dan penyebaran VUB. Adopsi VUB dapat ditingkatkan jika stok benih selalu tersedia.

3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu merupakan kegiatan berkesinambungan yang telah dimulai sejak tahun 2011. Pelaksanaan produksi benih sumber didasarkan pada Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS) Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011.

UPBS di BPTP memiliki mandat menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS, sedangkan kuantitas dan varietas yang diproduksi disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial budaya setempat. UPBS dapat memproduksi benih kelas ES karena munculnya dinamika lingkungan strategis di daerah yang membutuhkan benih ES.

Pada tahap awal UPBS masih memprioritaskan produksi benih sumber untuk padi. Pada tahun 2013 UPBS akan memproduksi dan mengelola benih sumber tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) secara berkelanjutan, yang dilakukan melalui penangkaran, sertifikasi dan penyebaran VUB. Pada tahun ini, UPBS mentargetkan untuk memproduksi 30 ton produksi benih dari komoditas padi, jagung dan kedelai. Varietas yang akan diproduksi adalah varietas yang sudah pernah dikaji, memiliki adaptasi baik dan diminati oleh petani.

Kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 meliputi: (a) koordinasi internal dan antar institusi, (b) menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan pemetaan sebaran

varietas padi, jagung dan kedelai (mapping) (c) produksi benih sumber (d) diseminasi, promosi dan sosialisasi produk, (e) survey dan analisis peran dan

(17)

xvi

dukungan kelembagaan perbenihan (BPSB, BBI, BBU, UPTD perbenihan, penangkar dll).

3.3 Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan 3.3.1 Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu antara lain :

1. Benih Varietas Unggul Baru (VUB) padi (inpari, inpara, inpago), jagung (sukmaraga), kedelai (tanggamus, burangrang, argomulyo, anjasmoro) kelas BS atau FS.

2. Saprodi pupuk (pupuk ponska, urea), pestisida (herbisida, insektisida, fungisida).

3. Karung untuk hasil panen 4. Karung kemasan 20 kg 5. Plastik kemasan 5 kg 6. Tali

7. Elpiji

3.3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Lokasi kegiatan dan waktu

Kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 akan dilaksanakan di 10 kabupaten/kota. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013.

Tahapan pelaksanaan kegiatan

Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi penyusunan Rencana Operasional Diseminasi Hasil Penelitian (RODHP) dan petunjuk pelaksananaan (juklak). RODHP dan juklak disusun bersama antara penanggung jawabtim kegiatan. RODHP diseminarkan di tingkat Balai agar sesuai dengan progama dan arah kebijakan yang telah ditentukan oleh pimpinan.

(18)

xvii

 Penyusunan RODHP

RODHP disusun untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagai penjabaran dari proposal/RDHP. RODHP lebih rinci memuat aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

 Penyusunan Juklak

Kegiatan teknis di lapangan akan dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) kegiatan diseminasi yang berisi tahapan teknis kegiatan secara rinci di lapangan.

Pelaksanaan kegiatan

Target produksi benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu pada tahun 2013 untuk komoditas padi adalah 24 ton. Untuk komoditas jagung target produksinya 5 ton benih dan komoditas kedelai ditargetkan sebanyak 1 ton benih. VUB yang terseleksi akan ditangkarkan sebagai benih sumbernya, diantaranya Inpara 1, 2, Banyuasin, Indragiri, Inpari 10, 13, Inpari 20, dan Inpago 8 selain itu ditangkarkan juga benih sumber untuk jagung dengan varietas Sukmaraga dan kedelai dengan varietas Tanggamus, Burangrang, Anjasmoro dan Argomulyo untuk mengantisipasi permintaannya yang diperkirakan cukup tinggi di Bengkulu pada tahun 2013.

Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan setiap bulan. Dalam pertemuan ini akan dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan UPBS.

Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian UPBS perlu berkoordinasi dengan Dinas maupun kelembagaan perbenihan setempat antara lain BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan, penangkar dan produsen benih. Kegiatan koordinasi dilakukan pada tahap persiapan untuk perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih yang akan dihasilkan diketahui oleh lembaga perbenihan setempat dan sesuai

(19)

xviii

dengan kebutuhan maupun menampung aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan harus disebar luaskan, agar

stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi ketersediaan benih di UPBS.

Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan kegiatan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB Provinsi). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup Badan Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi (BB Pengkajian, BB Padi, Balitkabi dan Balitserealia).

Koordinasi dengan instituasi ditingkat Provinsi dan Kabupaten, khususnya dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU (alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi, jagung maupun kedelai.

2. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping). UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan sebarannya sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan secara optimal. Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun kunjungan ke lapangan. Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih dan varietas spesifik lokasi untuk mempermudah dalam perencanaan maupun dalam penyusunan kebijakan (policy). Data-ata pendukung ini dapat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT. SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan, dianalisis dan dipetakan secara informatif.

3. Produksi benih sumber

Penentuan Lokasi dan Petani Kooperator

Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.

(20)

xix

UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai media diseminasi. Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan prinsip agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi (kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.

BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar. Ada dua cara kerjasama dengan petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa lahan.

Budidaya , panen , prosesing dansertifikasi benih

Pelaksanaan penangkaran difokuskan pada produksi benih sumber padi, jagung dan kedelai. Untuk kegiatan produksi benih dimulai dengan budidaya yang meliputi kegiatan persemaian, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, penyiangan dan pengendendalian OPT, roughing, panen, pengeringan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan benih, sertifikasi, dan penyimpanan serta pengemasan. Untuk teknis pelaksanaan secara rinci akan dituangkan kedalam RODHP dan juklak yang dapat digunakan sebagai petunjuk dan pedoman dalam pelaksanaan produksi benih.

4. Diseminasi dan distribusi benih

Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang diantaranya adalah sosialisasi, temu usaha, temu lapang, pameran, open house. Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih. Produksi Benih/UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/instansi lingkup pertanian tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang, temu

(21)

xx

usaha, sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur, banner, poster) serta website. Melalui berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.

Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada pengguna, maka dapat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu (1) promosi/ diseminasi dan (2) komersial. Proporsi benih yang dapat dikomersialkan dengan benih non-komersial (promosi/diseminasi) disesuaikan dengan keragaman kondisi dan tantangan yang dihadapi di wilayah setempat.

Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian (provinsi/kabupaten/kota), badan koordinasi penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota setempat.

(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar, penjual beras dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.

(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian kabupaten/kota dan/atau badan pelaksana penyuluhan pertanian kabupaten/kota setempat untuk dimanfatkan dalam kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot, display varietas unggul baru (VUB), kaji terap varietas unggul, dsb.

(4) Temu lapang hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.

(5) Pertemuan evaluasi hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.

(6) Mengikuti atau menjadi peserta pameran dalam rangka hari krida pertanian, hari ulang tahun (HUT) kabupaten/kota, pameran pembangunan, dsb. (7) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih melalui ikatan

penangkar dan pedagang benih (IPPB) atau gabungan penangkar dan pedagang benih (GPPB) atau asosiasi perbenihan yang ada di

(22)

masing-xxi

masing kabupaten/kota. Monitoring oleh UPBS dalam hal pemanfaatan benih bantuan perlu dilakukan agar tepat sasaran.

Distribusi benih secara komersial

1). Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil penjualan sepenuhnya harus disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Pengaturan besar target PNBP dari hasil penjualan benih UPBS BPTP akan tergantung dari nilai alokasi anggaran biaya produksi benih, kebijakan manajeman UPBS BPTP setempat serta pertimbangan situasi dan kondisi lainnya di daerah setempat. Semakin besar proporsi benih yang dapat dikomersialkan oleh UPBS BPTP mengindikasikan bahwa adanya kepercayaan masyarakat kepada benih VUB yang dihasilkan oleh UPBS BPTP tersebut.

2). Pada prinsipnya dalam penyaluran (distribusi) benih, baik yang bersifat bantuan (gratis) maupun benih yang dikomersialkan (dijual) sebagai PNBP, maka perlu dilengkapi dengan bukti tanda terima (serah-terima) benih atau berita acara serah terima benih. Pelaksanaan pengelolaan UPBS harus sesuai Pedoman Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS) Badan Litbang Pertanian Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor: 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk Pelaksanaan UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Agar kegiatan pengelolaan UPBS dapat tertib administrasi maka dibutuhkan instrument berupa kelengkapan dokumen untuk setiap phase kegiatan. Kegiatan pengelolaan UPBS dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Instrumen di kelompokan dalam 8 kelompok sebagai berikut :

1. Instrumen manajemen 2. Instrumen produksi 3. Instrumen sertifikasi

4. Instrumen pengangkutan benih 5. Instrumen penyimpanan

6. Instrumen distribusi benih 7. Instrumen PNBP

(23)

xxii

5. Survey peran dan dukungan lembaga perbenihan

Survey ini ini dilakukan untuk mengetahui peran dan aktivitas dari lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll). Data dari kelembagaan perbenihan yang dikumpulkan diantaranya adalah kapasitas produksi, jenis benih yang diproduksi, infrastruktur/sarana dan prasarana (jalan, bangunan, alat, dan mesin).

6. Evaluasi sebaran varietas dan pelaporan

Setiap UPBS harus melakukan penyusunan laporan pelaksanaan UPBS terdiri dari laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi : (1) data target produksi, (2) perencanaan penanaman, (3) pelaksanaan kegiatan : lokasi, varietas benih, mekanisme produksi, dll (4) realisasi produksi, distribusi, (5) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih di daerah , (5) permasalahan dan tindak lanjut.

3.3.3 Parameter yang Diukur

 Produksi benih tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai).

 Jumlah benih yang diproduksi dan disalurkan oleh UPBS BPTP Bengkulu.

 Kemampuan UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih sumber di Provinsi Bengkulu

 Jumlah penangkar yang dibina.

 Kebutuhan benih padi, jagung dan kedelai dikaitkan dengan kemampuan produksi benih oleh lembaga perbenihan Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten di Provinsi Bengkulu

 Jumlah diseminasi dan publikasi yang dihasilkan

(24)

xxiii IV. ANALISIS RESIKO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan. Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu tahun 2013.

No. Resiko Penyebab Dampak 1 Kegagalan usaha

penangkaran Ketidakpastian iklim dapat menyebabkan lanina (kekeringan)

Stok benih VUB berkurang

Tabel 2. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan Penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu tahun 2013.

No. Resiko Penyebab Penanganan 1 Kegagalan usaha

penangkaran Ketidakpastian iklim dapat menyebabkan lanina (kekeringan)

Introduksi varietas yang tahan

kekeringan dan berumur genjah

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN 5.1 Tenaga Yang Terlibat Dalam Kegiatan

Tenaga yang terlibat dalam kegiatan penyediaan dan percepatan penyebaran VUB melalui UPBS di Provinsi Bengkulu terdiri dari peneliti, teknisi dan tenaga administrasi, dengan latar belakang pendidikan yang beragam antara lain bidang agronomi, sosek, pasca panendan administrasi.

(25)

xxiv

Tabel 3. Tenaga pelaksana kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.

No Nama/NIP Jabatan Fungsional/ Bidang keahlian Jabatan dalam Kegiatan

Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/ minggu)

1 Dr. Wahyu Wibawa, MP

19690427 199803 1 001 Peneliti Muda/Agronomi Penanggung jawab 1. Mengkoordinir anggota tim dalam pelaksanaan kegiatan

2. Membuat perencanaan dan mengevaluasi kegiatan 3. Melaporkan hasil kegiatan

kepada Kepala Balai secara periodik

15

2 Andi Ishak, A.Pi, M.Si

19731121 199903 1 003 PNK/Sosek Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan 2. Membantu pengolahan

data sosial ekonomi

10

3 Yesmawati, SP

19760912 200912 2 001 -/Sosek Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan 2. Membantu pengolahan

data sosial ekonomi

10

4 Ahyadi Jakfar

19630921 199309 1 001 -/Administrasi Anggota tim 1. Membantu penyelesaian administrasi kegiatan 2. Mencatat distribusi mutasi

stok benih di gudang UPBS

10

5 Yanhar

19630119 198903 1 001

-/Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan

2. Membantu dalam kegiatan prosesing benih

10

6 Hendri Suyanto

19740401 200701 1 001 -/Teknisi Anggota tim 1. Membantu kegiatan teknis di lapangan 2. Membantu dalam kegiatan

prosesing benih

10

5.2 Jangka Waktu Kegiatan

Tabel 4. Jadual pelaksanaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.

No. Uraian 1 2 3 4 5 6 Bulan 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan, penyusunan (RODHP,

Juklak) xx

2 Penentuan lokasi, petani

kooperator x x

3 Produksi benih di lapangan x x x x x X x x

4 Prosesing benih x x x x

5 Sosialisasi/Open House x x x

6 Pelaporan x x

7 Evaluasi penyebaran benih x x

(26)

xxv 5.3 PEMBIAYAAN

Tabel 5. Pembiayaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.

No JenisPengeluaran Volume HargaSatuan (Rp.000) (Rp.000) Biaya

1 Belanja Bahan 105.670

 Benih, saprodi, dan bahan pendukung kegiatan

1 keg 80.000 80.000

 ATK, komputer suply dan pelaporan 1 paket 7.170 7.170

 Pencetakan bahan informasi 1 keg 5.000 5.000

 Konsumsi dalam rangka pertemuan, dll 270 OH 50 13.500

2 Honor yang terkait dengan Output Kegiatan 33.250

 UHL Petani 729 OH 35 25.515

 Honor prosesing benih 221 OH 35 7.735

3 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 57.800

 Akomodasi dalam rangka Rapat koordinasi dengan stakeholder, open house

7 kali 4.000 28.000

 Pengiriman benih, porto 1 paket 15.500 15.500

 Analisa tanah 1 keg 4.500 4.500

 Biaya sertifikasi benih 1 keg 9.800 9.800

4 Belanja Sewa 26.000

 Sewa kendaraan 8 hari 500 4.000

 Sewa lahan 1 keg 22.000 22.000

5 Belanja Jasa Profesi 4.000

 Nara sumber, pengarah, dll 8 OJ 500 4.000

6 Belanja Perjalanan Lainnya 104.650

 Perjalanan ke pusat 4 OP 5.000 20.000

 Perjalanan ke kabupaten dan kota 210 OP 365 76.650

 Perjalanan pendek 80 OP 100 8.000

Jumlah 331.370

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2011. Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor 142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tentang Unit Pengelola Benih Sumber. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013a. Petunjuk Teknis UPBS. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2013b. Petunjuk Teknis Produksi Benih. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

BPS. 2011. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?eng=0.

BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu Nomor 43/11/17/Th. V, 1 November 2011. BPS Provinsi Bengkulu.

(27)

xxvi

Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi – Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta.

Hanizar, M. dan Barianto. 2011. Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam Temu Lapang Penangkaran Padi di Kota Bengkulu tanggal 12 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.

Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di Kecamatan Seyegan. Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94.

Irawan, B. 2011. Prosedur Penangkaran Benih Padi. Makalah disampaikan dalam Sosialisasi Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) di Kabupaten Bengkulu Utara tanggal 13 Desember 2011. BPSB-TPH Provinsi Bengkulu.

Ishak, A., Afrizon, Yahumri, Yesmawati, Y. Oktavia, dan T. Hidayat. 2011. Laporan Akhir Tahun Kegiatan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu: Kementerian Pertanian..

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.

Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.

Manuwoto. 1992. Sinkronisasi Kebijakan dalam Perencanaan dan

Pelaksanaan Pembangunan, Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi

Lahan. Dalam: Utomo, M., E. Rivai, dan A. Thahar (Ed.). Pembangunan

dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar Lampung: Universitas

Lampung. p. 45-57.

Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihan di Indonesia. Prosiding Hasil Penelitian Padi Tahun 2007. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.

Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10.

Ruskandar, A. 2006. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf

Saryoko, A. 2009. Kajian Pendekatan Penanda Padi (Rice Check) di Provinsi Banten. Widyariset 12(2):43-52.

(28)

xxvii

Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.

Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikan dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 dan Koordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Gambar

Tabel 3. Tenaga pelaksana kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.
Tabel 5. Pembiayaan kegiatan UPBS/Perbenihan Tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

disambung KU tadi. 6) Setelah itu hubungkan konektor output splitter menuju ODP di OTB yang berada dibawah OTB yang menuju sentral. 7) Kemudian teruskan kembali penarikkan

Ketiga langkah pembelajaran tersebut mencerminkan keterorganisiran materi (Presentasi Advance Organizer), pemaparan materi yang terorganisir (Presentasi tugas-tugas

DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL KELOMPOK KERJA (POKJA) PENGADAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN MUARO JAMBI1. Komplek Perkantoran Bukit Cinto

Jika suatu tata bahasa bebas konteks dapat dimodifikasi ruas kanan aturan produksinya sedemikian sehingga panjangnya hanya satu atau dua, tentu dapat dengan mudah

Penelitian yang dilakukan Wardani (2017), berjudul Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Kontribusinya

Dengan demikian Kristologi saksi Yehuwa yang menyatakan bahwa Kristus adalah ciptaan yang pertama kali diciptakan oleh Allah tidaklah tepat.. …(Petrus Yunianto) ...(

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga pada kesempatan ini penulisan skripsi yang

All will certainly be so very easy without complex thing to move from site to website to get guide Discrete Probability (Undergraduate Texts In Mathematics) By Hugh Gordon desired.