• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN BENDUNG TETAP SUNGAI BATANG LUMPO II KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN BENDUNG TETAP SUNGAI BATANG LUMPO II KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN BENDUNG TETAP SUNGAI BATANG LUMPO II KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Rezzki Aullia , Bahrul Anif , Indra Khaidir

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang Email : Rezzkiaullia90@yahoo.com, bahrulanif@gmail.com, Elvione@yahoo.com

Abstrak

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air agar bisa diambil dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan. Perencanaan bendung sungai batang Lumpo II ini direncanakan dengan menggunakan mercu tipe Ogee dengan kondisi Geologi daerah irigasi relatif muda atau belum dapat dikatakan stabil. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan perhitungan-perhitungan seperti analisa hidrologi, perhitungan hidrolis bendung, perhitungan dimensi bendung dan perhitungan stabilitas bendung. Data-data pendukung adalah peta topografi berskala 1:50.000 dan data curah hujan berdasarkan 15 tahun pengamatan. Bendung ini direncanakan untuk umur rencana 100 tahun. Dari hasil perhitungan didapat : luas catchment area seluas 84 km2, debit 100 tahunan (Q100) =

775,3776 m3/dt. Lebar bendung 38,4 m, tinggi mercu bendung 4,5 m dan tinggi energi (H1) =

4,815 m, sehingga dapat mengairi areal pertanian seluas 779,00 Ha. Pada perhitungan Stabilitas Bendung dalam keadaan air normal didapat angka keamanan terhadap guling 2,117 dan geser 1,711. Pada saat air keadaan banjir didapat angka keamanan terhadap guling 2,817 dan geser 1,957. Maka didapat kontruksi bendung stabil.

(2)

WEIR PLANNING AND EQUIPMENT STEM RIVER LUMPO II KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Rezzki Aullia , Bahrul Anif , Indra Khaidir

Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University, Padang

Email : Rezzkiaullia90@yahoo.com, bahrulanif@gmail.com, Elvione@yahoo.com

Abstract

Weir is transverse building river serves to elevate water to be taken down and streamed to a channel through the building retrieval. Planning stem river weir Lumpo II is planned to use the summit to the conditions of Geology Ogee type of irrigation area is relatively young or can not be said to be stable. In making this Final Task performed the calculations such as hydrological analysis, calculation hidrolis weir, calculation dimensions weir and calculation stability weir. Supporting data is 1:50,000 scale topographic maps and rainfall data based on 15 years of observations. Weir is planned for the age of the planned 100 years. From the calculation results obtained: wide catchment area of 84 km2, 100 annual discharge (Q100) = 775.3776 m3/sec. Width weir 38,4 m, weir 4.5 m high summit and high-energy (H1) = 4.815 m, so as to irrigate an area of 779.00 hectares of agricultural area. In the calculation of dam stability in normal water conditions obtained safety factor against sliding bolsters 2.117 and 1.711. Water during flood conditions obtained safety factor against sliding bolsters 2,817 and 1,957. The importance of the construction of the dam is stable.

(3)

PENDAHULUAN

Seiring dengan kebutuhan air, manusia berusaha mengatasi kendala yang disebabkan air dan memanfaatkan seoptimal mungkin. Adanya sumber air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air pertanian dan kebutuhan sehari-hari. Siklus hidrologi yang terjadi menyebabkan jumlah volume air yang ada di dunia ini adalah tetap. Akan tetapi, dipandang dari aspek ruang dan waktu distribusi air secara alamiah tidaklah ideal. Sebagai contoh, dalam usaha sumber air baku. Jika tidak ada usaha pengendalian air pada musim hujan, maka akan menyebabkan terjadinya erosi dan banjir, sedangkan pada musim kemarau akan kekeringan dan kesulitan mendapatkan sumber air baku. Hal tersebut diatas merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam usaha pengembangan dan pengendalian sumber daya air.

Permasalahan tersebut perlu secepatnya diatasi. Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang baik terhadap pengembangan dan pengelolaan sumber daya air agar potensi bencana yang disebabkan oleh air tersebut dapat dicegah. Pengelolaan sumber daya air yang baik akan berdampak pada kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup baik sekarang maupun akan datang. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dengan

membuat sistem teknis seperti penghijauan, perkuatan tebing, bendung, bendungan, embung, dan sebagainya maupun dengan sistem non teknis seperti membuat perundang-undangan.

Semua makhluk hidup yang ada di bumi sangat membutuhkan air, selain untuk kelangsungan hidup dan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun kegunaan air seperti yang kita ketahui, antara lain :

a. Air berguna untuk kebutuhan sehari-hari, seperti air minum, cucian, dan lain-lain

b. Air berguna untuk keperluan irigasi c. Air berguna untuk sektor pertanian d. Air berguna untuk pembangkit

tenaga listrik

e. Air berguna untuk sektor perindustrian dan lain-lain

Propinsi Sumatera Barat merupakan daerah agraris dimana secara umum masyarakatnya berada di pedesaan yang perekonomiannya lebih dititik beratkan pada sektor pertanian, khususnya menggarap lahan persawahan. Dalam rangka pengelolaan sawah ini perlu didukung sarana dan prasarana irigasi yang memadai, agar para petani dapat mengolah lahan persawahannya. Salah satu usaha untuk mencapai program tersebut, adalah pengembangan suatu areal pertanian khususnya Daerah Irigasi di Sungai Batang Lumpo 2 Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan.

(4)

Daerah irigasi Batang Lumpo 2 seluas 779,00 Ha, berdasarkan administrasi terletak di daerah Lumpo Utara Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan untuk menuju lokasi dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat dengan iklim yang tidak begitu jauh dari kota Padang.

Kondisi geologi daerah Irigasi Batang Lumpo 2 relatif muda atau belum dapat dikatakan stabil, sehingga masih banyak ditemukan lapisan – lapisan permukaan bebatuan yang terdiri dari endapan – endapan vukanik. Kondisi ini mengakibatkan sungai – sungai di daerah pegunungan ini dengan kemiringan dasar yang cukup tajam dan beraliran deras umumnya mengangkut material berupa kerikil, batuan berbagai ukuran, batang kayu, daun – daunan dan sampah. Untuk itu penulis mengangkat masalah ini sebagai bahan untuk pembuatan Tugas Akhir (TA) dengan judul “ Perencanaan Bendung

Tetap Sungai Batang Lumpo 2 Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan ”.

METODE

Penulis melakukan studi literatur dan pegumpulan data. Kegiatan yang akan dilakukan secara garis besar dibedakan atas: a. Studi literatur

Dalam studi literatur didapatkan teori-teori yang diperoleh melalui buku – buku untuk analisa hidrologi yang

berhubungan dengan penulisan tugas akhir.

b. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan adalah peta DAS, data curah hujan 15 tahun (tahun 1996 sampai tahun 2010) yang berasal dari 3 Stasiun yaitu Stasiun Surantih, Stasiun Lengayang dan Stasiun Batang Kapeh.

c. Analisa dan perhitungan. 1) Curah hujan maksimum

Pada analisa ini, data curah hujan yang akan digunakan adalah data curah hujan rata – rata maksimum yang diperoleh dengan menghitung data curah hujan 15 tahun dari 3 stasiun dengan menggunakan Metode Aljabar ( Arithmetic mean ).

2) Curah hujan rencana

Untuk menghitung curah hujan rencana penulis menggunakan 3 metode yaitu, metode Gumbel, Hasper dan Weduwen 3) Analisa Debit Banjir Rencana

Untuk perhitungan Debit Banjir Rencana dilakukan dengan metode Hasper. Data untuk metode tersebut di ambil dari nilai curah hujan rencana. Perhitungan debit rencana dengan metode ini, tinggi hujan yang diperhitungkan adalah tinggi hujan pada titik pengamatan.

(5)

4) Perhitungan Dimensi Bendung.

Perhitungan dimensi bendung berguna untuk mengetahui seberapa besar debit yang mampu ditahan oleh bendung dengan menggunakan data dimensi yang ada dilapangan pada saat ini. Selanjutnya hasil perhitungan akan menunjukkan apakah diperlukan dimensi baru untuk bendung atau tidak.

ANALISA DAN PEMBAHASAN a. Perhitungan Curah Hujan

Didalam perhitungan data curah hujan rencana dengan periode ulang, metoda yang digunakan adalah :

 Perhitungan dengan Metode Hasper  Perhitungan dengan Metode Gumbel  Perhitungan dengan Metode Weduwen Tabel 1. Perhitungan curah hujan

No Tahun Pengamatan Curah Hujan Maksimum Stasiun Surantih (mm) 1 1996 124 2 1997 103 3 1998 96 4 1999 108 5 2000 56 6 2001 101 7 2002 136 8 2003 77 9 2004 62 10 2005 132 11 2006 98 12 2007 208 13 2008 207 14 2009 130 15 2010 211 n=15 ∑R = 1849

(Sumber Data : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Tingkat I Sumatera Barat)

b. Curah hujan rencana

Untuk curah hujan rencana penulis menggunakan 3 metode yaitu metode Gumbel, Hasper, dan Weduwen.

 Metode Gumbel

Tabel 2. Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel

(Sumber Data: Hasil Perhitungan)

 Metode hasper

Tabel 3. Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Hasper

(Sumber Data : Hasil Perhitungan)

t (Th) Rrata-rata (mm) S Rt (mm) 2 123,2667 65,9251 108,7632 5 123,2667 65,9251 165,4588 10 123,2667 65,9251 206,3323 20 123,2667 65,9251 247,8651 25 123,2667 65,9251 261,7094 50 123,2667 65,9251 304,5607 100 123,2667 65,9251 349,3898 n Rrata-rata (mm) Sx Yn Sn Yt Rn (mm) 2 123,2 50,08 0,513 1.021 0,36 116,08 5 123,2 50,08 0,513 1.021 1,49 171,70 10 123,2 50,08 0,513 1.021 2,25 208,52 20 123,2 50,08 0,513 1.021 2,97 243,85 25 123,2 50,08 0,513 1.021 3,19 255,05 50 123,2 50,08 0,513 1.021 3,90 289,56 100 123,2 50,08 0,513 1.021 4,60 323,82

(6)

 Metode Weduwen

Tabel 4. Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Weduwen

(Sumber data: hasil perhitungan)

Dari perhitungan curah hujan rencana dengan 3 metode di atas, maka akan didapat curah hujan rencana rata-rata adalah :

Tabel 5. Rekapitulasi Curah Hujan Rencana Rata– Rata Metode Gumbel, Hasper, Weduwen

(Sumber data: hasil perhitungan )

c. Perhitungan Debit Banjir Rencana Tabel 6. Resume Debit Banjir

(Sumber data: hasil perhitungan)

Dari ketiga metode tersebut diambil Q100 yang mendekati Q100 rata-rata yaitu

hasil perhitungan Metode Melchior – Hasper. Jadi besarnya debit rencana (design flood) diambil harga Q100 hasil perhitungan

(Q100) = 775,3776 m3/dt

d. Perhitungan Bendung  Elevasi Puncak Mercu

Elevasi puncak mercu bendung harus ditentukan sedemikian rupa sehingga

1. Pada saat air sungai setinggi mercu bendung dapat mengairi semua daerah yang direncanakan.

2. Daya bilas pembilas bawah harus mampu membersihkan endapan dasar yang mendekati intake.

3. Daya bilas kantong lumpur cukup besar, sehingga endapan dikantong lumpur dapat dibilas dengan lancar. Elevasi puncak mercu = Elevasi dasar sungai dilokasi bendung + Tinggi mercu

(+250) + 2 = +252 m  Lebar Efektif Mercu Bendung

Lebar bendung yaitu jarak antara pangkal (abutment). Sebaiknya lebar bendung ini sama dengan lebar rata-rata

No T Mn Rp Rn 1 2 0,498 208 135,22 2 5 0,602 208 163,46 3 10 0,705 208 191,43 4 20 0,811 208 220,21 5 25 0,845 208 229,45 6 50 0,948 208 257,42 7 100 1,05 208 285,11 No Rn Metode Haspe r (mm) Gumb el (mm) Wedu wen (mm) Rata - rata 1 R2 108,7 116,0 135,2 120,0 2 R5 165,4 171,7 163,4 166,8 3 R10 206,3 208,5 191,4 202,1 4 R20 247,8 243,8 220,2 237,3 5 R25 261,7 255,0 229,4 248,7 6 R50 304,5 289,5 257,4 283,8 7 R100 349,3 323,8 285,1 319,4 no Metode Q2 Q5 Q10 Q20 Q25 Q50 Q100 1 Hasper 242,80 396,17 494,04 593,49 626,63 729,24 836,58 2 Gumbel 277,96 411,13 499,28 583,87 610,69 693,33 775,38 3 weduwen 323,79 391,41 458,37 527,29 549,40 616,39 682,68

(7)

sungai pada bagian yang stabil (bagian yang lurus). Biasanya lebar bendung diambil antara 1,0 – 1,2 dari lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil.

Be = B – 2 (nKp + Ka). HI

Dimana :

Be = Lebar efektif bendung B = Lebar bendung (lebar total

– lebar pilar) n = Jumlah pilar

Kp = Koefisien kontraksi pilar Ka = Koefisien kontraksi

pangkal bendung HI = Tinggi energi (m)

(Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, KP 02 hal 114)  Tinggi Muka Air Banjir di Atas Bendung

Tabel 7. Resume perbandingan tinggi muka air di atas bendung

Uraian Tipe Mercu Mercu ogee (Perencana)

V 3,5617 m/dt

Ha = k 0,65 m

Hd 4,165 m

H1 4,815 m

(Sumber data: hasil perhitungan )

 Tinggi Muka Air Banjir di atas Bendung

 elevasi muka air diatas bendung : = Elevasi puncak mercu + h

= (+ 252,00) + 2,565 = 254,565m  Elevasi energi diatas mercu :

= Elevasi puncak mercu + H1

= (+252,00) + 2,875= 254,875 m  Elevasi muka air dihilir bendung :

= Elevasi dasar sungai di hilir bendung + h

= (+ 249,00) + 2,565 = + 251,565 m

Tabel 8. Resume perbandingan tinggi muka air di atas bendung

(Sumber data: hasil perhitungan )

 Perhitungan Back Water Dimana :

a = Kedalaman air sungai sebelum adanya bendung (m)

h = Tinggi air berhubung adanya bendung (m)

L = Panjang total dimana kurva pengempangan terlihat (m) Z = Kedalaman air pada jarak x dari bendung (m)

X = Jarak dari bendung (m) I = Kemiringan Perhitungan : a = 4,165 m h = 4,815 m I = 0,069 Sehingga : = = 1,1561 > 1 Maka L = No H (m) A (m2) P (m) R (m) I N V (m/dt) Q (m3/dt) 1 1,5 50,25 36,243 1,386 0.069 0.023 14,201 713,580 2 1,56 52,35 36,412 1,438 0.069 0.023 14,548 761,598 3 1,57 52,70 36,441 1,446 0.069 0.023 14,606 769,747 4 1,5764 52,93 36,459 1,452 0.069 0.023 14,643 775,262

(8)

L =

= 139,5652 m ≈ 0,1395652 km  Perhitungan Hidrolis Kolam Olak Dari hasil perhitungan terdahulu diperoleh data-data sebagai berikut :

 Debit banjir rencana = 775,3776 m3/dt  Elevasi puncak mercu

= + 252,00 m

 Elevasi air dihilir bendung = + 251,665 m

 Elevasi air dihulu bendung = + 256,165 m  Jari-jari mercu = 0,58 x Hd = 0,58 x 4,165 = 2,4157 m  Tinggi mercu = 4,5 m  Kemiringan sungai = 0,069

Tabel 9 Perhitungan Elevasi Kolam Olak Eleva si Z (m) V1 (m/dt ) Y1 (m) Fr (m) Y2 (m) Elevasi Air Loncat (m) 249.3 2.68 8,98 1.062 2.781 3,683 253.00 246,0 6,00 12,07 0,790 4,337 4,471 250,47 247,0 5.00 11,23 0,850 3,891 4,272 251,27 247,5 4,50 10,79 0,885 3.663 4,163 251,52 (Sumber data: hasil perhitungan )

Jadi : a. Debit satuan (Q100) q = = = 20,7115 m3/dt/m b. Kedalaman kritis (hc) hc = √ hc = √ = 3,5230 m c. Tinggi energi dihulu

= Elevasi mercu + H1

= (+ 252,00) + 4,815 = 256,815 m

d. Tinggi energi dihilir

∆H = (+256,815) – (+251,665) = 5,15 m

e. Menentukan jari-jari bak minimum yang diizinkan (Rmin)

= = 1,4618 → dari grafik didapat : Rmin /hc = 1,55 Rmin = 1,55 x 3,5230 Rmin = 5,46 → diambil R = 5,5

f. Menentukan batas hilir minimum (Tmin) = = 1,4618 → dari grafik didapat Tmin /hc = 1,88 ( )

 Perhitungan Lantai Muka ∆hmax = (+252,00) – (+246,70)

= 5,3 m

∆hmax . C = 5,3 . 6 = 31,8 m

Sebelum ada lantai muka

LV = 3,00 + 1,50 + 2,00 + 2,00 + 3,50 + 0,5 + 0,5 + 5,0 = 18,5 m LH = 0,80 + 0,70 + 1,40 + 2,00 + 2,40 + 3,00 + 0,50 + 0,5 + 6,00 + 0,50 + 1,00 = 18,8 m

(9)

Lv + 1/3 LH ≥ ∆h max . C

18,5 + 1/3 . 18,8 ≥ 31,8 m 24,77 m < 31,80 m

Dari hasil diatas maka diperlukan lantai muka dengan creep line minimal :

L = 31,80 – 24,77 = 7,03 m  Stabilitas Bendung

a. Pada Saat Air Normal

Tabel 10. Resume Gaya Yang Bekerja Pada Bendung (Saat Air Normal)

No Gaya-Gaya yang bekerja

Gaya (ton) Momen (tm)

V H Mv Mh 1 Berat sendiri bending - 228,58 - 2097,577 2 Gaya gempa 30,47 267,939 3 Tekanan lumpur - 1,55 2,02 - 27,78 3,75 4 Tekanan tanah - 13,33 - 6,40 5 Tekanan hidrostatis - 11,644 10,125 - 208,660 114,817 6 Tekanan uplift pressure 151,29 24,612 1348,01 118,67 Jumlah - 90,484 52,897 -1056,01 498,776

Kontrol Stabilitas Pada Saat Air Normal 1. Terhadap guling Sf = ∑ ≥ 1,5 = ≥ 1,5 = 2,117 ≥ 1,5...(Aman) 2. Terhadap geser Sf = f . ∑ ∑ ≥ 1,5 f = tan 370 = 0,75 Sf = 0,75 . ≥ 1,5 = 1,711 ≥ 1,5…. (Aman) 3. Terhadap eksentrisitas e = B/2 – d ≤ b/6 d = ∑ ∑ Perhitungan : d = – = 6,158 e = – 6,158 = 2,992 ≤ 3,05…. (Aman) 4. Terhadap daya dukung tanah

qult = C . Nc + γ . D . Nq + 0,5 .

γ . B . Nγ Dimana :

q = Daya dukung keseimbangan (Ultimate bearing Capasity t/m2) Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung tanah yang tergantung pada besarnya

sudut geser dalam tanah. Berdasarkan sudut geser tanah diatas dengan nilai Ø = 20o33’ di dapat dari tabel Terzaqhi : Nc = 17,02

Nq = 6,95 Nγ = 3,6 Data daya dukung tanah pondasi :

Berat jenis tanah (γ) = 2,63 t/m3 Nilai kohesi tanah (C) = 0,40 t/m2 Sudut geser tanah (Ø) = 20o33’ Kedalaman pondasi (D) = 2,85 m

Lebar dasar bendung (B) = 18,30 m qult = C . Nc + γ . D . Nq + 0,5 . γ . B . Nγ

= 0,40 . 17,02 + 2,63 . 2,85 . 6,95 + 0,5 . 2,63 . 18,30 . 3,6

= 6,808 + 52,0937 + 86,6322 = 145,5339 t/m2

(10)

Tegangan tanah yang di izinkan τ =

= = 72,7670 t/m2 5. Terhadap tekanan dibawah bendung

τ = ∑ (1 ± ) τ = (1 ± ) τ max = 9,7949 t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 τ min = 0,0940 t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 b. Pada Saat Air Banjir

Tabel 11. Resume Gaya Yang Bekerja Pada Bendung (Saat Air Banjir)

Kontrol Stabilitas Pada Saat Air Banjir 1. Terhadap guling Sf

=

∑ ∑

≥ 1,5 =

≥ 1,5

= 2,817 ≥ 1,5….. (Aman) 2. Terhadap geser Sf =

f .

∑ ∑

≥ 1,2 F = 0,75 Sf = 0,75 . ≥ 1,5 = 1,957 ≥ 1,5…. (Aman) 3. Terhadap eksentrisitas e = B/2 – d ≤ b/6 d = ∑ ∑ ∑ Perhitungan : d = –

= 6,952 e =

– 6,952

= 2,198 ≤ 3,05 …. (Aman) 4. Terhadap tekanan tanah dibawah

bendung τ = ∑

(

1 ±

)

τ =

(

1 ±

)

τ max = 9,8898 t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 τ min = 1,6056 t/m2 ≤ 72,7620 t/m2 KESIMPULAN

Dari pembahasan analisa perencanaan yang dilakukan pada Bendung Tetap Sungai Batang Lumpo 2, didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari peta topografi didapat luas catchment area yang mempengaruhi debit Sungai Batang Lumpo 2 sekitar 84 km2.

2. Dalam perhitungan debit banjir rencana periode ulang 100 tahun pada perencanaan Bendung Tetap No Gaya-Gaya

yang bekerja

Gaya (ton) Momen (tm) V H Mv Mh 1 Berat sendiri bending - 228,58 - 2097,577 2 Gaya gempa 30,47 267,939 3 Tekanan lumpur - 1,55 2,02 - 27,78 3,75 4 Tekanan tanah - 13,33 - 6,40 5 Tekanan hidrostatis - 62,29 - 0,852 - 464,982 - 97,791 6 Tekanan uplift pressure 187,237 35,393 1456,654 234,961 Jumlah - 105,183 53,701 -1133,685 402,459

(11)

Sungai Batang Lumpo 2 ini didapat Q100 = 775,3776 m3/dt.

3. Pada perencanaan Bendung Tetap Sungai Batang Lumpo 2 digunakan mercu tipe Ogee pada kondisi yang sebenarnya dengan jari-jari mercu 1,88 m.

4. Pada hasil perhitungan tinggi muka air banjir diatas bendung didapat perbandingan tinggi muka air di atas bendung sebagai berikut :

Tabel 12. Perbandingan tinggi muka air di atas bendung

Uraian Tipe Mercu Mercu ogee (Perencana) V 3,5617 m/dt Ha = k 0,65 m

Hd 4,165 m

H1 4,815 m

Dimana :

V = Kecepatan aliran dihulu mercu Ha = k = Tinggi energi

Hd = Tinggi energi rencana diatas

mercu

H1 = Tinggi energi diatas mercu

5. Pembangunan Bendung Sungai Batang Lumpo 2 ini berguna untuk meninggikan muka air sungai agar bisa disadap untuk mengairi areal persawahan seluas 1362 Ha.

6. Tipe kolam olak yang digunakan dalam perencanaan yaitu tipe bak tenggelam (Bucket), karena harus sesuai dengan jenis kandungan

sedimen yang berada di area setempat dimana banyak mengangkut bongkahan-bongkahan atau batu-batu besar.

7. Hasil dari perhitungan elevasi dan kedalaman air adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Kesimpulan hasil perhitungan

Uraian Analisa Perencanaan Kedalaman air di

hilir bendung (h) 4,165m Elevasi muka air di

hilir bending 251,665 m Elevasi muka air di

atas bending 256,165 m Elevasi energi diatas

bending 256,815 m 8. Jari-jari kolam olak yang di dapat

pada perencanaan bendung tetap ini adalah 5,5 m.

9. Pada perhitungan Stabilitas bendung dalam keadaan air normal didapat angka keamanan terhadap guling 2,117 dan terhadap geser 1,711. Pada saat air dalam keadaan banjir didapat angka keamanan terhadap guling 2,817 dan terhadap geser 1,957. Dari hasil perhitungan yang didapat maka konstruksi bendung stabil.

(12)

SARAN

1. Dalam merencanakan suatu bendung hendaknya menggunakan data-data yang akurat, sehingga dalam pengerjaannya dilapangan sesuai dengan kebutuhan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

2. Pada perhitunganan gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung hendaknya dilakukan secara teliti, karena pengaruh gaya-gaya tersebut sangat besar dalam pengontrolan stabilitas bendung.

3. Untuk mengatur pola tanaman diusahakan kepada para petani pemakai air untuk mengatur pola tanam dan disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada di sungai Batang Lumpo 2.

4. Untuk merencanakan lantai muka hendaknya memperhatikan tekanan air yang mempengaruhi bendung tersebut, sehingga dapat diketahui lantai muka yang direncakan untuk menghambat tekanan air tersebut perlu diperbesar atau diperpanjang. 5. Dalam menentukan tipe kolam olak

harus mempertimbangkan kondisi sedimen yang ada di lokasi sungai setempat karena sangat mempengaruhi ketahanan dari kolam olak tersebut, kolam olak juga harus tahan terhadap gerusan dan juga harus

mampu meredam loncatan air yang terjadi dihilir bendung.

6. Pada perhitungan dimensi bendung harus sesuai dengan debit banjir rencana dan dalam menentukan debit banjir rencana juga harus mempertimbangkan perode ulang yang harus diambil supaya konstruksi bendung tersebut aman.

7. Bendung yang sudah di dibangun hendaknya diadakan suatu pemeliharaan sehingga fungsi dari pembangunan bendung tersebut masih dapat digunakan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Erman. Memed, Moch. 2002.

Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis. Bandung: Alfabet.

Direktorat Jenderal Pengairan

Departemen Pekerjaan Umum, Standar

Perencanaan Irigasi Bangunan KP-02,

Cetakan Pertama, Bandung, 1986. Direktorat Jenderal Pengairan

Departemen Pekerjaan Umum, Standar

Perencanaan Irigasi Bangunan KP-04,

Cetakan Pertama, Bandung, 1986. Direktorat Jenderal Pengairan

Departemen Pekerjaan Umum, Standar

Perencanaan Irigasi Bangunan KP-06,

Cetakan Pertama, Bandung, 1986. Triamodjo, Bambang. 2008. Hidrologi

Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.

Wilson.E.M. 1993. Hidrologi Teknik

Gambar

Tabel 3. Perhitungan Curah Hujan  Rencana Metode Hasper
Tabel 5. Rekapitulasi Curah Hujan   Rencana Rata– Rata Metode Gumbel,   Hasper, Weduwen
Tabel 9 Perhitungan Elevasi Kolam Olak
Tabel  10.  Resume  Gaya  Yang  Bekerja  Pada Bendung (Saat Air Normal)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor yang menyebabkan inkonsistensi ini, antara lain: (a) pengembangan petani tidak sesuai dengan rencana induk perkebunan Aceh yang telah diterbitkan sejak

Ukuran-ukuran pada liang terlihat pada Gambar 2, yaitu dibedakan menjadi SD (surface diameter yaitu lebar lubang permukaan liang bioturbasi), AW (arm width yaitu

Koefisien regresi variabel pajak memiliki nilai sebesar 0,037 memiliki tingkat signifikansi 0,091 lebih dari α 5% Hal tersebut berarti, variabel pajak tidak memiliki

• Menurut the American Hotel and Motel Association (AHMA) sebagaimana dikutip oleh Steadmon dan Kasavana: Hotel dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara

Luaran kegiatan program ini adalah kemampuan menangkap peluang Investor dan calon investor pada kegiatan kuliah umum pasar modal serta pengenalan pasar modal pada

Artinya, bahwa bila kedisiplinan meningkat, maka kecelakaan kerja akan menurun dan Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kelalaian kerja terhadap kecelakaan

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas hipoglikemik ekstrak air daun Angsana terhadap kadar glukosa darah (KGD) dan terhadap histopatologi sel beta pada