• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

79

BAB IV

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG

PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN

Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pola asuh orang tua dalam membina kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu pemberian predikat pada variabel penelitian sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan pola berpikir yang digunakan dalam proses analisis data adalah pola berpikir induktif. Pola berpikir induktif adalah proses analisis data yang dilakukan dari fakta-fakta khusus yang diperoleh dari penelitian dan kemudian dikerucutkan ke dalam suatu kesimpulan umum. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kemudian peneliti akan menganalisisnya berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki.

A. Analisis Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan

Kepribadian merupakan kualitas total tingkah laku seseorang yang ditunjukkan dalam kebiasaan cara berpikir dan ekspresinya, sikap dan interesnya, cara berperilaku, dan falsafah hidupnya sendiri.1

1 Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian: Paradigma Fisiologis, Tipologis, Psikodinamik, dan Organismik-Holistik (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 30-31.

(2)

Berdasarkan data yang telah peneliti jabarkan pada bab sebelumnya tentang tipe kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan dalam penelitian ini, setelah dianalisa terdapat empat tipe kepribadian yang paling dominan pada anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Hasil dari penelitian akan dimasukkan ke dalam tabulasi sebagai berikut :

Tabel XV

Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan

N o

Tipe Kepribadian Subjek Penelitian 1 Indikator Tipe Sanguin I F Al A F.

A T . U A d D N

Peramah dan periang dalam pergaulan

Y - Y - - - -

Umumnya cukup pemberani

- - - - Y - - -

Selalu senang pada permainan dan hiburan

Y Y Y - - Y - - -

Bersemangat - - Y - Y - - - -

Sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya

- Y - - - Y

Bertindak sesuai emosinya atau keinginannya

- Y - - - Y -

Kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah

Y - - - Y - - Y Y

Jumlah Tipe Sanguin (S) 3 3 3 - 2 2 - 2 2

2 Indikator Tipe Flegmatik I F Al A F. A T . U A d D N Cenderung tenang - - - Y - - Pendiam - - - Y - -

Tidak mudah marah - - Y Y - - Y - -

Pergaulannya kurang lancar

- - - - Y

Cenderung mengambil mudahnya dan tidak mau

(3)

susah

Cenderung egois - - - - Y - - - -

Jumlah Tipe Flegmatik (F) 1 1 1 2 1 - 4 - - 3 Indikator Tipe Melankolik I F Al A F. A T . U A d D N

Perasaannya sangat kuat - - - Y - - -

Sangat sensitif Y Y - - Y Y - Y Y

Sangat mudah dikuasai oleh perasaan

- - - Y - - -

Jumlah Tipe Melankolik (M)

1 1 - - 1 3 - 1 1

4 Indikator Tipe Kolerik I F Al A F. A T . U A d D N Mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya

Y Y Y Y Y Y Y Y Y

Kurang mampu merasakan perasaan orang lain

- Y - - - -

Kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita

- Y - - - -

Perasaannya kurang bermain

- Y - - - -

Jumlah Tipe Kolerik (K) 1 4 1 1 1 1 1 1 1

5 Indikator Tipe Asertif I F Al A F. A T . U A d D N Mampu menyatakan pendapat secara tegas dan kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain

- - - Y - - -

Mampu mengekspresikan perasaan sendiri dengan cara yang terbuka dan jujur

Y - Y Y Y Y - Y Y

(4)

1. Tipe Sanguin

Menurut Paul Gunadi orang yang berkepribadian sanguin memiliki ciri-ciri antara lain memiliki banyak kekuatan, bersemangat, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini memiliki kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya, sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya, dan kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah.2

Tipe kepribadian sanguin sebagaimana yang tercantum di atas dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Berdasarkan hasil penelitian ada lima anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian sanguin. Mereka adalah I anak Ibu H, Al Anak Bapak T, F.A anak Ibu K, D Anak Ibu M, dan N anak Ibu E. I memiliki kepribadian yang peramah dan periang dalam pergaulan, selalu senang pada permainan dan hiburan, namun kurang bisa menguasai diri. Menurut penuturan Ibu H, I sangat cerewet baik di rumah, ataupun sedang bersama tetangga dan teman-temannya.3

Al memiliki ciri kepribadian yaitu peramah dan periang dalam pergaulan, umumnya cukup pemberani, selalu senang pada permainan dan hiburan, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang, serta bersemangat. Hal ini sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan dimana sepulang sekolah Al langsung pergi keluar rumah dan

2 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),, hlm.11

(5)

berkumpul dengan teman-temannya yang saat itu akan bermain layangan. Hubungan pertemanan Al dengan teman-temannya cukup baik, bahkan dia sering memberikan candaan-candaan kepada teman-temannya.4 Sedangkan F.A dalam kesehariannya dia kurang bisa menguasai diri namun dia memilik semangat yang tinggi. Semangat F.A ini terbukti ketika ada tugas sekolah dia langsung mengerjakannya. Seperti penuturan Ibu K berikut ini.

“Iya. Kemarin saja katanya ada tugas membuat prakarya, langsung dikerjakan minta bantuan saya. Katanya biar bisa langsung dikumpulkan. Dilembur semalaman sampai pukul 24.00 WIB. Eh ternyata tugasnya bukan buat yang itu, ya sudah buat lagi akhirnya”.5

Sedangkan D dalam kesehariannya kurang bisa menguasai diri dan cenderung bertindak sesuai emosinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu M serta diperkuat dengan observasi yang peneliti lakukan. Ibu M memberikan jawaban dimana anaknya mudah marah dan menangis, susah untuk dikendalikannya.6 Dan N mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan kurang bisa menguasai diri.

2. Tipe Flegmatik

Flegmatik mempunyai sifat dasar yaitu pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil. Sifat yang lainnya pada orang yang bertipe kepribadian flegmatik adalah merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak mudah terharu), pasif,

4 Hasil Observasi terhadap Al Anak dari Bpk T, Dukuh Galang Wolu, 11 Maret 2015 5 K, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

(6)

tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur.7

Tipe orang flegmatik adalah orang-orang yang hatinya tertutup, bekerja rajin, dapat dipercaya, tetapi pergaulannya kurang lancar. Mereka senang tinggal dirumah saja, dalam pertemuan-pertemuan tidak disukai orang lain karena pendiam. Mereka bekerja teliti dan cermat, kuat pendiriannya, suka tugas-tugas akademik.8

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis sesuai tabulasi di atas, terdapat dua anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian flegmatik, yaitu A anak Ibu T.S dan Ad anak Ibu B. Baik A maupun Ad sama-sama tidak mudah marah, mereka tergolong penurut. Selain itu, A cenderung untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu T.S dimana ketika anaknya ini ada masalah dengan temannya, A lebih memilih untuk mengalah.9

Sedangkan Ad cenderung tenang dan juga pendiam, dalam kehidupan sehari-harinya bahkan saat sedang bermain bersama teman-temannya ia lebih banyak diam.10

3. Tipe Melankolik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri yaitu perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif. Orang bertipe seperti ini memiliki

7 Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja

RosdaKarya, 2007), hlm. 26.

8

Ki Fudyartanta, Op.Cit., hlm. 85.

9 T.S, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 5 Maret 2015

10 Hasil Observasi terhadap H dan A Anak dari Ibu B, Dukuh Galang Wolu, 13 Maret

(7)

kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.11 Tipe kepribadian melankolik juga dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Pada tipe ini, seseorang lebih mengedepankan perasaan ketimbang yang lainnya. Dalam hal ini hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian melankolik, yaitu T.U anak Ibu Y.J.

T.U memiliki kepribadian yang sangat sensitif, ia akan mudah marah ketika keinginannya tidak dituruti, dan ketika marah biasanya ia akan masuk kamar. T.U juga termasuk tipe yang perhatian. Menurut penuturan ibu Y.J, anaknya ini sangat perhatian apalagi kalau dia tahu orang tuanya sedang mempunyai masalah. Berikut penuturan Ibu Y.J:

“Ya kalau seperti tadi, memperingatkan saya untuk jangan marah-marah, kemudian ketika saya sedang emosi dan meresponnya dengan memarahi dia, ya dia diam saja. Kalau TU itu begitu perhatian sekali sama saya. Kalau dia tahu saya punya masalah dia akan mendekati saya bertanya kadang memberi saran. Saya suruh pergi ndak mau. Dia takut kalau saya benar-benar meninggalkan rumah, soalnya saya pernah bilang mau pergi saja daripada di rumah pusing terus”.12

4. Tipe Kolerik

Orang bertipe ini mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Namun orang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan

11 Sjarkawi, Op. Cit., hlm. 12.

(8)

orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain.13

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dianalisis berdasarkan tabulasi di atas hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian kolerik yaitu F anak Ibu J. F tergolong disiplin dalam kaitannya dengan tugas dari sekolah, ia selalu mengerjakan meskipun tugas yang diberikan dirasa cukup sulit, namun ia tidak pernah meminta bantuan orang tuanya, ia akan pergi ke rumah temannya untuk meminta bantuan. Ia beranggapan bahwa jika ia meminta bantuan kepada orang tuanya pun mereka tidak akan bisa mengajarinya. F juga tidak peduli terhadap keadaan orang tuanya yang kurang dalam hal ekonomi, apapun yang ia butuhkan harus segera ia dapatkan, ketika tidak dituruti maka ia akan marah kepada orang tuanya itu.14

B. Analisis Penerapan Pola Asuh Orang Tua dalam Membina Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan

Setelah melakukan tahap pengumpulan dan penyajian data, peneliti akan menganalisis pola asuh yang diterapkan orang tua di Dukuh Galang Wolu. Orang tua di Dukuh Galang Wolu mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Cara pengasuhan orang tua di Dukuh Galang Wolu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

13 Sjarkawi, Loc. Cit., hlm. 12.

(9)

yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu J, Ibu K, dan Ibu E. Dalam wawancara dengan Ibu J pada tanggal 4 Maret 2015 beliau mengatakan kalau anaknya susah diatur, sehingga orang tua memilih membebaskan anak dan terserah apa yang dilakukan anak, karena apapun yang dikatakan orang tua, anak tidak akan menurutinya.15

Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Sri Lestari dalam buku berjudul “Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

dalam Keluarga” bahwa terdapat pandangan mengenai interaksi antara

orang tua dan anak. sebagian pendapat menyatakan bahwa sikap orang tua tergantung pada perilaku anak (child effect model), dalam interaksi ini orang tua dipandang lebih adaptif dan perilakunya kepada anak merupakan reaksi terhadap perilaku anak. Anak-anak yang sangat bandel dan impulsif akan mendorong orang tua untuk bersikap keras, membuat orang tua merasa kehabisan akal, kurang afektif, sehingga memunculkan tindakan konfrontif atau melakukan pengabaian.16 Faktor lain yang mempengaruhi penerapan pola asuh orang tua kepada anak-anaknya di Dukuh Galang Wolu adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Ibu B, Ibu T.S, dan Bapak T. Serta faktor lain dimana para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Y.J dan Ibu M.

15 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

16 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 50.

(10)

Dalam melakukan penelitian terhadap orang tua di Dukuh Galang Wolu, peneliti menemukan pola asuh yang berbeda dari tiap orang tua. Ada tiga bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter.

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk bergaul dengan siapapun, tetapi tetap mengawasi dan mengontrol kegiatan anak. orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis terhadap anaknya yaitu Ibu H yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana dikatakan beliau:

“Ya diawasi. Kalau pas waktunya Dhuhur kadang saya cari. Tak suruh pulang dulu, shalat dan makan. Kadang pas lagi main di rumah temannya bilangnya mau belajar kelompok, saya coba cek ternyata memang benar lagi belajar meskipun belajarnya sebentar. Kebebasannya dalam hal bermain. Tapi ya ndak tak bebaskan sekali, masih tetap saya perhatikan. Saya juga tahu dia mainnya dimana”.17

Beliau menerapkan pola asuh demokratis ini karena beliau sadar yang namanya anak masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua. Ibu H juga memberikan respon terhadap perilaku positif yang dilakukan oleh anak yaitu dengan memberikan hadiah berupa uang kepada anaknya itu dan beliau juga tidak memberi batasan kepada anak untuk melanjutkan sekolah dimana. Dan kaitannya dengan aturan beliau hanya memberikan aturan kepada anak untuk membantu pekerjaan

(11)

rumah ketika anaknya libur sekolah saja. Namun ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar aturan beliau langsung memarahi anaknya. Namun disini beliau sedikit permisif dalam kaitannya dengan keperluan anak, dimana beliau akan menyiapkan kebutuhan anak hanya ketika anak bercerita kepada beliau. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini:

“Kalau anak cerita dia butuh apa, pasti saya siapkan. Tapi kalau dia ndak cerita ya saya tidak tahu. Kaya kemarin itu si.. ada jadwal les pagi sebelum jam masuk sekolah, rencana itu dia mau bangun pagi, tapi ndak bilang sama saya, ya sudah akhirnya kesiangan karena tidak saya bangunkan”.18

Selanjutnya orang tua Di Dukuh Galang Wolu yang juga menerapkan pola asuh demokratis yaitu Ibu E yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau selalu mengawasi kegiatan anak, karena anak belum bisa mandiri. Di dalam rumah beliau menerapkan aturan kepada anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, yaitu berupa doa-doa harian, dan anak akan sering melakukannya. Berikut kutipan wawancara dengan beliau:

“Aturannya paling kalau mau mandi, mau makan, dan mau tidur baca doa. Karena kan masih kelas 1 jadi ya yang sederhana dulu. Terus kalau sore harus sekolah TPQ, malamnya ngaji”.19 Beliau juga memberikan hadiah atau pujian kepada anak ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Namun dalam mengasuh anak beliau beserta suaminya sedikit otoriter kepada anak ketika anak melakukan kesalahan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan beliau:

18 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015 19 E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret 2015

(12)

“Ya, pernah. Pas lagi rewel terus. Dinasehati pakai omongan masih tetap rewel. Terus sama abahnya dimasukkan ke kamar sebentar, akhirnya diam”.20

Anak dengan pola pengasuhan orang tua yang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar dan anak-anak cenderung lebih mudah berkembang dengan baik.

2. Pola Asuh Permisif

Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif di Dukuh Galang Wolu adalah Ibu B, Ibu J, Ibu M, Ibu Y.J, Bapak T, dan Ibu T.S. Pola asuh permisif yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua cenderung tidak memperhatikan apa yang dilakukan anaknya serta memberikan kebebasan kepada anak. Sebagaimana dikatakan Agus Wibowo dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter Usia Dini” bahwa ciri-ciri pola asuh permisif diantaranya orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat serta orang tua kurang kontrol dan perhatian terhadap anak.21 Orang tua juga kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Meskipun di dalam rumah ada aturan yang harus dilakukan anak, namun orang tua kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada. Ketika anak lupa atau menunda-nunda dalam melakukan tugas rumah, orang tua tidak mengingatkan atau menegurnya. Disisi lain ketika anak melakukan suatu hal yang baik, entah itu mengerjakan tugas rumah atau yang lain, orang tua jarang

20 E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret 2015

21 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013),

(13)

memberi hadiah atau pujian kepada anak. Ibu B yang sebelumnya hanya sebagai ibu rumah tangga, sekarang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suaminya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada beliau, akibatnya urusan anak sedikit dikesampingkan. Beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada pengawasan sama sekali. Berikut hasil wawancara dengan beliau:

“...Suami saya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada saya. Kalau suami saya ada uang diberikan ke saya. Kalau tidak ada ya sudah saya yang harus mikir, biarpun saya sakit atau hujan deras sekalipun saya harus cari uang...” Ya itu tadi mereka tahu sendiri jadwal-jadwalnya. Sayanya kerja dari jam 14.00 sampai sore kadang juga sampai Maghrib. Paling ya uang sakunya sudah saya siapkan di tasnya”.22

Ibu B juga kurang terlibat dalam tugas yang anak kerjakan, dimana dalam hal ini adalah tugas sekolah. Namun dalam kaitannya dengan keperluan anak, Ibu B masih menyiapkan semua keperluan anak, dan beliau bersikap otoriter dalam menerapkan aturan kepada anak berupa jatah uang saku yang harus anak patuhi.

Selanjutnya Ibu J juga lebih banyak bersikap permisif kepada anak. Ibu J yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga dimana waktu luang beliau juga banyak, namun beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak, hal ini disebabkan karena anak susah diatur. Namun beliau peduli dan ingin terlibat dalam kaitannya dengan sekolah anak. Sebagaimana jawaban beliau berikut ini:

(14)

“Saya membebaskan dia. Terserah dia. Ya paling ngandani untuk belajar. Kalau saya tanya-tanya misal tentang pelajarannya juga dia jawabnya „tapi tanya-tanya juga ndak bisa mengajari‟. Ya saya sadar sendiri sajalah”.23

Ibu M dan Ibu Y.J yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga serta Ibu T.S yang berprofesi sebagai dukun bayi juga memberikan kebebasan kepada anak dalam hal bermain serta tanpa ada pengawasan dari orang tua, sebelumnya mereka hanya menanyakan serta memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh ketika bermain. Hal ini sesuai hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap R anak dari Ibu M. Hasil observasi menunjukkan bahwa memang Ibu M memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain, dan beliau kurang kontrol terhadap apa yang dilakukan anak. Saat itu R sedang bermain layangan bersama teman-temannya, mereka baru berhenti ketika hujan turun. Namu R tidak pulang ke rumah, ia bersama teman-temannya berkumpul dihalaman rumah tetangga, kemudian pindah lagi ke Gardu. Di Gardu tersebut ia bersama dua orang temannya melewatkan waktu Ashar dan jadwal TPQ yang seharusnya mereka lakukan. Namun Ibu M tidak terlihat mencari untuk kemudian menyuruhnya berangkat sekolah, padahal Ibu M sendiri dari pagi sampai sore berada di rumah.24 Dalam kaitannya dengan aturan yang diterapkan di dalam rumah, Ibu T.S kurang tegas terhadap anak. Ketika anak lupa tidak melakukan tugasnya, beliau tidak menegur atau mengingatkan anak.

23 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

(15)

Di dalam mengasuh anak Bapak T juga bersikap permisif dalam kaitannya dengan pergaulan anak. Beliau membebaskan anak untuk berteman dengan siapa saja, beliau mengatakan ada senangnya juga ketika anak bermain, karena anak tidak akan minta uang terus. Dalam hal ini beliau hanya memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh. Bapak T hanya akan bersikap otoriter dalam kaitannya dengan ngaji dan sekolah.

Anak-anak di Dukuh Galang Wolu yang diasuh dengan pola asuh permisif ini cenderung lebih terbiasa mandiri karena mereka sering melakukan sesuatu tanpa pengawasan orang tua, dan cenderung lebih bebas, tidak bisa mengontrol waktu dan sikap, karena mereka merasa benar melakukan apapun yang mereka kehendaki serta anak menjadi kurang bertanggung jawab terhadap aturan yang diterapkan keluarga. 3. Pola Asuh Otoriter

Orang tua di Dukuh Galang Wolu yang menerapkan pola asuh otoriter yaitu Ibu K yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga sekaligus berjualan nasi dipagi hari. Beliau bersikap keras dalam mengasuh anaknya, beliau memberikan aturan-aturan yang harus dikerjakan anak, beliau hanya akan memberikan kebebasan kepada anak ketika anak ada tugas sekolah atau ada jadwal try out. Dalam kaitannya dengan pergaulan anak, beliau juga membatasi waktu bermain anak meskipun dalam memilih berteman dengan siapa beliau tidak memberikan batasan, hal ini karena beliau paham betul anaknya

(16)

hanya bermain disekitar rumah saja dan beliau kenal dengan teman-teman anaknya. Ibu K menuturkan:

“Aturannya ya kalau sudah pukul 20.30 WIB harus tidur. Tapi ya kadang sampai malam masih melek aja nonton tv. Tak kandani terus. Apalagi sekarang sudah pegang HP, jadi mainan HP terus. Padahal saya ndak pernah ngizinin buat megang HP. Awalnya bapaknya itu bilang kalau dapat ranking bakal dibelikan HP, lah ternyata kok ranking..ya sudah langsung ditagih. Tapi sekarang ini sementara Hpnya tak sita. Aturan lainnya si tak suruh bantu mengerjakan tugas rumah, seperti menyapu dan melipat baju. Ya karena anak pertama kan ya... tapi harus diomeli dulu baru dia mau mengerjakan. Kalau pas sadar sendiri ya iya dipatuhi, kalau tidak harus disuruh dulu”.25 Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter membuat anak merasa terkekang dan cenderung agresif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua di Dukuh Galang Wolu menerapkan pola asuh yang berbeda-beda terhadap anaknya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur, keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya.

Gambar

Tabel XV

Referensi

Dokumen terkait

Produktifitas Ternak Sapi yang di Beri Ransum Komplit Berbasis Pelepah Sawit Amoniasi yang di Suplementasi dengan Rumen Microbes Growth Factor (RMGF)..

07/03/18 DEPDIKNAS RI, 2007 DEPDIKNAS RI, 2007 3 3  Emosi menggambarkam perasaan manusia Emosi menggambarkam perasaan manusia.. menghadapi berbagai situasi

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka penelitian tentang optimasi parameter respon mesin cetak sistem injeksi perlu dilakukan dengan prosedur terpadu yang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Fisika materi pokok Fluida Statis dengan penerapan model pembelajaran

Faktor kemampuan PPK mengarahkan pelaksanaan konstruksi untuk memenuhi tingkat layanan seluruh bagian-bagian jalan dinilai penting, karena kemampuan PPK mengarahkan

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit internal adalah Andreas dkk (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan

kelapa.Fator B adalah perlakuan suhu rendah dan suhu ruang, sehingga didapat 6 kombinasi percobaan, dengan 4 kali ulangan.Parameter yang diamati adalah daya

Di dalam sistem ini, pemain dapat melihat hasil kerjanya dalam permainan ini yang berupa Trophy yang diperoleh dari pencapaiannya di Story Mode dan juga High Score yang