• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Minat Belajar Siswa. kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Minat Belajar Siswa. kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Analisis Teoritik

1. Tinjauan tentang Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Siswa

Minat belajar mempunyai peran yang penting untuk mencapai kegiatan belajar, karena pada saat minat belajar dimiliki seseorang, maka pada saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan melainkan beralih menjadi spontan. Makin besar minat belajar seseorang akan makin besar tingkat perhatiannya. Menurut Muhibbin Syah (2011: 152) Minat berarti kecenderungan dan kegairahan tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono,2005: 56). Menurut Slameto (2010: 180) berpendapat bahwa Minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

(2)

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat siswa terhadap sesuatu. Ab.Rachman Abror (1993: 113) berpendapat bahwa Minat siswa terhadap bidang pelajaran apa pun tidak dapat dipisahkan dari bakat nyata dalam bidang tersebut, bila pelajaran itu dipelajari dan dikaji secara terus menerus, niscaya bisa menghasilkan kecakapan yang lebih besar disertai dengan bertambahnya minat, bukan hanya bidang-bidang lain yang berhubungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Minat Belajar IPS adalah rasa suka, tertarik, dorongan untuk berprestasi, memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap mata pelajaran IPS yang dipelajari siswa di Sekolah.

b. Unsur-Unsur Minat

Minat merupakan perasaan ingin tahu, mempelajari, menganggumi atau memiliki sesuatu. Menurut Djaali (2012: 122) minat memiliki unsur afeksi, kesadaran sampai pilihan hati, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Sedangkan menurut Bigot yang dikutip oleh Abd.Rahman Abror (1993: 112), minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh karena itu minat dianggap sebagai respon yang sadar karena kalau tidak demikian maka minat

(3)

tidak mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi berarti minat berangkat dari apa yang didapat mengenai informasi yang menjadikannya mengenal suatu hal atau kegiatan. Minat mengandung unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya rasa senang atau ketertarikan) sedangkan unsur konasi merupakan hasil dari unsur kognisi dan unsur emosi yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan. Oleh karena itu Minat belajar IPS dimulai dengan dimilikinya pengetahuan dan informasi tentang mata pelajaran IPS lalu akan timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mempelajari IPS dengan baik. Menurut Sumadi Suryabrata (2007: 13), minat belajar berhubungan dengan unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perhatian

Perhatian merupakan suatu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu/kumpulan obyek. Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian siswanya sehingga mereka mempunyai minat terhadap

(4)

pelajaran yang diajarkannya. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu belajar.

b. Perasaaan

Unsur yang tidak kalah pentingnya adalah perasaan dari siswa terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. Rasa senang adalah suatu pernyataan jiwa yang menyukai sesuatu secara subyektif dan tidak tergantung pada alat-alat indera. Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.

c. Motif

Motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Seseorang melakukan aktivitas belajar

(5)

karena ada yang mendorongnya. Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

d. Keingintahuan

Keingintahuan adalah dorongan nafsu untuk mencari tahu sesuatu hal yang masih belum dipahami dan diketahui .Sikap ingin tahu ditandai dengan sikap selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, menemukan dan meneliti.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Minat belajar dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa termasuk bidang IPS. Seorang siswa yang menaruh Minat belajar besar terhadap IPS akan memusatkan perhatian yang lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk berkeinginan untuk belajar, siswa menjadi aktif, dan perhatian siswa menjadi lebih besar terhadap materi IPS sehingga tercapainya Hasil Belajar IPS yang lebih tinggi. Unsur-unsur minat tersebut yang dapat mempengaruhi siswa dalam keberhasilan belajarnya.

(6)

Berdasarkan uraian dan pendapat diatas, dapat diketahui komponen-komponen yang digunakan untuk Mengukur Minat Belajar IPS antara lain dari unsur perhatian, unsur keingintahuan, unsur motif dan unsur perasaan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut Crow (1963: 159) minat terhadap objektivitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu:

a) The factor of Inner Urges

Faktor ini dititik beratkan dalam usaha individu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan jasmaninya. Faktor dorongan dari dalam menimbulkan minat untuk belajar ialah keinginan dan cita-cita serta harapan untuk mendapatkan penghargaan atau prestasi. Seseorang yang mempunyai keinginan tersebut aktif melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

b) The Factor of Social Motives

Faktor ini adalah motif dalam lingkungan. Faktor ini terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: lingkungan keluarga (rumah), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga (rumah) ikut mempengaruhi minat belajar yaitu suasana rumah, pendidikan orang tua, dan sikap orang tua.

(7)

Lingkungan sekolah yang mempengaruhi minat belajar siswa diantaranya dipengaruhi oleh berbagai hal seperti guru, metode, dan model belajar mengajar, kurikulum dan laboratorium, serta fasilitas lain yang menunjang. Sedangkan kegiatan di lingkungan masyarakat yang mempengaruhi minat belajar yaitu ketika anak terlalu banyak mengikuti kegiatan di masyarakat yang membuat anak kesulitan membagi waktu untuk belajar. c) Emotional Factor

Faktor emosi ini berpengaruh terhadap minat individu. Dalam faktor ini dinyatakan bahwa suatu aktifitas yang dilakukan dengan perasaan senang akan membuahkan hasil yang lebih baik dan sekaligus memperbesar minat terhadap aktifitas tersebut. Faktor emosi yang mempengaruhi minat belajar adalah perasaan senang, perhatian serta keinginan anak untuk belajar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar dipengaruhi oleh faktor individu dalam memenuhi kebutuhan fisik dan jasmaninya, faktor motif dalam lingkungan dan faktor emosi. Faktor emosional mendasari timbulnya minat setelah dirasakan emosi menyenangkan pada peristiwa sebelumnya. Keberhasilan dalam suatu kegiatan yang menimbulkan rasa senang akan mempertinggi minat pada obyek yang bersangkutan.

(8)

d. Cara untuk Meningkatkan Minat Belajar

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami siswa. Suryosubroto (1988: 109) berpendapat bahwa usaha-usaha guru dalam membangkitkan minat siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan memilih bahasa yang lancar, dapat memilih metode mengajar yang tepat dapat mengaktifkan siswa, dapat membuat selingan, dapat memilih alat-alat peraga yang cocok.

Syaiful Bahri Djamarah (2008: 167) mengatakan ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan maupun meningkatkan minat siswa yaitu:

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa sehingga dia rela belajar tanpa adanya paksaan dari orang lain. 2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan

pengalaman yang dimiliki siswa, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

(9)

4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual siswa seperti penggunaan metode yang bervariasi dalam pembelajaran.

Menurut Slameto (2010: 180-181) cara untuk meningkatkan Minat Belajar adalah:

1) Menggunakan minat siswa yang telah ada.

2) Memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan datang.

3) Pengajar memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008:104) strategi yang sering membangkitkan minat siswa terhadap topik-topik di kelas adalah:

1) Modelkan (contohkan) kesenangan dan antusiasme tentang topik-topik di kelas.

2) Sesekali masukkan keunikan, variasi, fantasi, atau misteri sebagai bagian dari pelajaran dan prosedur.

3) Doronglah siswa mengidentifikasi tokoh-tokoh sejarah atau karakter fiksi serta membayangkan apa yang mungkin dipikirkan atau dirasakan oleh orang-orang ini.

(10)

4) Berikan kesempatan bagi siswa untuk merespon materi pelajaran secara aktif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membangkitkan maupun meningkatkan minat siswa terhadap proses pembelajaran terutama pembelajaran IPS, yaitu guru berperan untuk menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif untuk siswa dan menggunakan berbagai macam teknik mengajar sehingga siswa menjadi mudah menerima bahan pelajaran.

e. Ciri-Ciri Orang yang Berminat dalam Belajarnya

Menurut Slameto (2010: 180) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

b) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

c) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus. d) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

e) Adanya perilaku aktif, menelaah, mengikuti pelajaran dengan baik dari awal sampai akhir.

(11)

f) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasaan pada sesuatu yang diminati. Dalam hal ini, ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

g) Siswa selalu mencari buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran yang diminatinya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus, maka di dalam pembelajaran IPS ini yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam Minat belajar yaitu ditandai dengan perhatian, rasa keingintahuan, rasa senang dan ketertarikan saat belajar IPS.

2. Tinjauan Persepsi Siswa Tentang Pemberian Tugas a. Pengertian Persepsi

Menurut Sarlito W.Sarwono (2009: 24) Persepsi merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Menurut Deddy Mulyana (2003: 168) Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar), atensi dan interpretasi. Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis. Menurut Slameto (2010:102) Persepsi adalah proses yang menyangkut

(12)

masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Menurut Desmita (25: 108) Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu dalam memahami informasi yang datang dari lingkungan melalui inderanya. Sedangkan menurut Chaplin yang dikutip dari Desmita (2005: 108) “Persepsi adalah proses mengetahui objek dan kejadian objek dengan bantuan indera”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 863) Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau serapan dan merupakan seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya.

Persepsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya perhatian yaitu merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Jalaluddin Rakhmat,2007: 52).

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Bimo Walgito (2004:89) yaitu ada tiga:

(13)

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007: 56-59), merumuskan tiga dalil tentang persepsi:

1) Persepsi bersifat selektif secara fungsional, dalil ini berarti bahwa objek – objek yang mendapatkan tekanan dalam

(14)

persepsi kita biasanya objek – objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Sebagai contoh apabila ada orang lapar dan haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, dan yang kedua akan melihat air putih atau soft drink. Hal ini menjelaskan bahwa kebutuhan biologis yang berbeda menyebabkan persepsi yang berbeda pula.

2) Medan perseptual kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpersepsi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan. 3) Sifat – sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan

pada umumnya oleh sifat – sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok, dengan efek yang berupa asimilasi.

Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi dipengaruhi tiga faktor yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, dan perhatian. Persepsi dilakukan menggunakan stimulus, dimana stimulus ini harus jelas karena dapat berpengaruh terhadap ketepatan persepsi. Lingkungan dan objek

(15)

persepsi merupakan kedua hal yang menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan, apabila objek yang sama dengan kondisi yang berbeda maka akan membuat persepsi yang terjadi berbeda pula. Individu melakukan persepsi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai atau yang dibutuhkannya yang kemudian persepsi tersebut diberi makna oleh individu tersebut.

b. Pengertian Pemberian Tugas

Dalam proses belajar mengajar tugas diberikan guru kepada siswa dan merupakan alat atau metode dalam penyampaian materi pelajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 85) pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Pemberian Tugas merupakan salah satu metode dalam proses belajar mengajar yang sering digunakan dalam membantu menyampaikan materi pelajaran. Tugas sering diartikan sebagai pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya pemberian tugas ini memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas. Seperti halnya yang dikemukakan Nana Sudjana (2004: 81) metode tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilakukan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual atau dapat secara kelompok. Menurut Ngalim Purwanto (2007: 114) pemberian tugas yaitu siswa dituntut untuk mengulang kembali pelajaran yang

(16)

telah diajarkan dirumah. Menurut Roestiyah (2001: 133) teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas adalah metode pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, dimana guru memberikan tugas kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan sampai batas waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok. Tugas ini dapat dilakukan di kelas maupun di luar kelas yang tujuannya untuk mengaktifkan siswa dalam belajar.

c. Pengertian Persepsi Siswa tentang Pemberian Tugas

Persepsi adalah proses masuknya informasi yang didasarkan pada pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Jalaluddin Rakhmat (2005: 51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi tentang pemberian tugas merupakan kesan, tanggapan, penilaian seseorang terhadap pemberian tugas dari guru yang diamati dan ditangkap melalui pancainderanya dalam memandang pemberian tugas yang diberikan oleh guru. Jika seorang siswa mempunyai

(17)

tanggapan yang positif maka dengan senang hati menerimanya dan mengikutinya. Seseorang siswa mempunyai tangapan yang negatif maka ia akan berat hati dan tidak senang. Tugas dari guru merupakan bagian dari pelajaran sekolah yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Dengan demikian, tugas merupakan kegiatan siswa diluar jam tatap muka yang diberikan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat lebih mendalami dan memahami materi yang diberikan. Tujuan pemberian tugas adalah untuk melatih, mempermahir, dan memperdalam pengetahuan siswa terhadap pelajaran-pelajaran yang diterimanya di sekolah.

Proses memaknai tugas sebagai obyek persepsi para siswa, berkaitan erat dengan sensasi, harapan, motivasi dan ingatan para siswa. Pada sisi lain, persepsi siswa terhadap obyek tertentu dapat pula tumbuh akibat stimulus yang bersifat eksternal. Siswa dapat tuntas menyelesaikan tugas-tugasnya mungkin pula pada diri mereka akan tumbuh persepsi yang berbeda dengan persepsi semula terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Demikian pula, persepsi terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru dimaknai beragam oleh para siswa, ada yang memaknai positif dan ada pula yang negatif.

d. Kelebihan dan Kelemahan Tugas

Dengan adanya kelebihan dan kelemahan ini seorang guru dapat memilih tugas yang cocok untuk situasi dan kondisi apa dan

(18)

bagaimana. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, (2006: 87) tugas memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

1) Kelebihan Tugas

a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok yang dapat dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dan dapat dikerjakan diluar sekolah.

b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, siswa menjadi lebih mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa khususnya. d) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

2) Kekurangan Tugas

a) Siswa sulit untuk dikontrol, apakah benar ia mengerjakan tugas atau orang lain yang mengerjakan tugasnya tersebut.

b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik dan tidak mengerjakan tugas kelompok tersebut

c) Tidak mudah memberikan tugas sesuai dengan perbedaan individu terutama tingkat intelegensi siswa berbeda-beda. d) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi dapat

menimbulkan kebosanan siswa dalam mengerjakan tugas). Menurut Roestiyah (1989: 75) Tugas memiliki kelebihan yaitu:

(19)

1) Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba sendiri.

2) Membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari solusi atas permasalahannya tersebut.

3) Melatih siswa berhadapan dengan persoalan, tidak hanya bersifat hafalan.

4) Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap penggunaan dan pengetrapan informasi/pengetahuan dalam menghadapi masalah yang aktual/sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa, bentuk pemberian tugas kepada siswa akan mendorong siswa untuk belajar aktif, siswa dituntut untuk mengerjakan soal diluar jam pelajaran sekolah sehingga siswa menjadi mandiri dan kreatif. Oleh karena itu, tugas yang diberikan tidak harus banyak, karena akan membosankan dan membebani bagi siswa. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan proporsi siswa itu sendiri.

e. Syarat dan Langkah Adanya Pemberian Tugas

Suatu tugas agar dapat memberikan makna yang jelas bagi siswa harus memiliki syarat-syarat sebagai tugas yang baik. Menurut Suprihadi Saputro dkk (2000:76), mengemukakan syarat-syarat tugas yang baik sebagai berikut ini:

(20)

Tugas ditulis di papan tulis, kapan harus diselesaikan dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

2) Tugas Hendaknya jika disertai penjelasan mengenai kesulitan yang akan dihadapi. Sebelum tugas diberikan, guru harus tahu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, sehingga tugas yang baik disertai dengan petunjuk-petunjuk tentang cara mengerjakannya.

3) Tugas itu harus berkaitan dengan apa yang telah dipelajari. Dalam materi pelajaran suatu masalah yang menarik memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Siswa dapat melihat betapa pentingnya tugas tersebut dan menarik bagi siswa dalam mengajukan pertanyaan dan pendapat sehingga memperoleh penjelasan dari guru

4) Hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan siswa. Pemberian tugas yang banyak dan lebih sukar atau tambahan hendaknya diperhatikan karena berhubungan dengan perbedaan kesanggupan siswa.

5) Tugas Hendaknya dilaksanakan oleh siswa itu sendiri. Siswa mengerjakan tugas sendiri karena yakin akan nilai pelajaran itu baginya, sehingga hal ini harus menjadi perhatian oleh guru. 6) Harus disesuaikan dengan waktu yang ada pada siswa. Tugas

(21)

memakan waktu sehingga siswa masih sempat melakukan kegiatan lain yang bermanfaat.

7) Tugas itu hendaknya didiskusikan oleh guru dan murid. Tugas yang didiskusikan bersama dengan guru, akan memberikan penjelasan yang lebih jelas dan siswa dapat mengajukan pertanyaan dan pendapat dari guru maupun siswa lainnya. Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan tugas atau resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 86) yaitu:

1) Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai.

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

c) Sesuai dengan kemampuan siswa.

d) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. 2) Langkah Pelaksanaan Tugas

a) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

(22)

c) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

3) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

a) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan.

b) Ada Tanya jawab atau diskusi kelompok kelas.

c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.

Menurut Roestiyah (2001: 136) dalam pelaksanaan Tugas perlu memperhatikan langkahnya sebagai berikut:

1) Kesesuaian tugas dengan materi yang telah dipelajari dan diujikan. 2) Tujuan yang hendak dicapai.

3) Penerimaan tugas oleh siswa.

4) Bimbingan dan pengawasan dari guru dalam pelaksanaan tugas. 5) Pelaksanaan atau pengerjaan tugas oleh siswa.

6) Pembahasan tugas di kelas.

7) Frekuensi pemberian tugas oleh guru.

Dari pendapat yang dikemukakan diatas, bahwa siswa harus diberi tahu mengenai tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, serta tugas yang akan dikerjakan. Siswa mengerjakan tugas mendapat

(23)

bimbingan dari guru, agar siswa dapat memahami tugas yang dikerjakan, sehingga hasil yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan oleh siswa.

Guru dapat memberikan bimbingan atau bantuan, pengawasan dan juga dorongan untuk mengerjakannya sendiri dan tidak menyuruh orang lain. Selanjutnya siswa mempertanggungjawabkan tugas tersebut kepada guru, bisa berupa laporan secara lisan atau tertulis sesuai dengan apa yang diminta oleh guru. Memberikan tugas kepada siswa dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa di kelas. Demikian siswa yang memiliki tingkat kesadaran dan keyakinan yang tinggi apabila diberi tugas akan merasa senang dan tertantang.

Persepsi siswa tentang pemberian tugas merupakan kesan, tanggapan, penilaian seseorang terhadap pemberian tugas dari guru yang diamati dan ditangkap melalui pancainderanya. Persepsi siswa tentang pemberian tugas merupakan cara pandang siswa dalam mempersepsikan pemberian tugas yang diberikan oleh guru seperti kesesuaian tugas dengan materi yang telah dipelajari dan diujikan, tujuan yang hendak dicapai, penerimaan tugas dari guru, bimbingan dan pengawasan dari guru dalam pelaksanaan tugas, pelaksanaan atau pengerjaan tugas, pembahasan tugas di kelas, frekuensi pemberian tugas oleh guru.

(24)

3. Tinjauan tentang Hasil Belajar IPS a. Hasil Belajar IPS

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan dalam diri yang dialami oleh setiap individu sejak lahir agar dapat mempertahankan kehidupannya. Pengalaman-pengalaman yang dialami oleh tiap individu pun dapat dikatakan sebagai proses belajar karena dari pengalaman tersebut mampu mengubah sikap atau kepribadian orang tersebut. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 85) “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut Hamzah B.Uno (2011: 23) “Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman, 2006: 20). Menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

(25)

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut W.S Winkel (2004: 59) “Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap”.

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh berdasarkan pengalaman hidupnya dimana perubahan tersebut menuju perubahan yang lebih baik untuk mencapai keberhasilan tujuan yang ingin dicapai seseorang tersebut. Tujuan tersebut dapat tercapai ketika proses belajar dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif bagi dirinya.

2) Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Menurut Supardi (2010: 8), IPS adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan di tingkat sekolah,

(26)

yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep-konsep insensial dari ilmu-ilmu humaniora.

Pendidikan IPS di Sekolah adalah “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi Negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.” Pendidikan IPS bagi perguruan tinggi adalah seleksi dari disiplin-disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. (Numan Sumantri, 2001: 92)

Tujuan IPS menurut Trianto (2010: 176), adalah mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat, sedangkan menurut Noman Somantri (2001: 44), tujuan IPS adalah:

1) Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama,

2) Menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuwan sosial 3) Menekankan pada reflective inquiry

Tujuan IPS adalah pendidikan yang mengajarkan tentang nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan melibatkan kepekaan terhadap permasalahan yang ada dikehidupan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada sehingga siswa terlatih untuk

(27)

dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

Tujuan umum pengajaran IPS adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan mengambil keputusan rasional maka ia harus mampu mengenal dan mengklarifikasi nilai-nilai sehingga ia dapat mengenal nilai-nilai yang berlaku, kemudian menemukan, menganalisis dan menempatkan nilai pilihannya dalam suatu hierarkhie, dan akhirnya mengembangkan nilai-nilai baru. Selain itu, juga dapat mengembangkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan manusia dan lingkungan hidupnya. Dengan mengembangkan tujuan tersebut, mata pelajaran IPS berfungsi membentuk sikap rasional dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang timbul akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya.

Jadi IPS merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu, seperti sejarah, ekonomi, sosiologi, geografi, politik, hukum, dan budaya yang dikembangkan untuk pendidikan tingkat lanjut. Perpaduan dari berbagai cabang ilmu ini bertujuan agar siswa nantinya dapat peka terhadap masalah sosial di sekitarnya.

3) Pengertian Hasil Belajar IPS

Bagi siswa, Hasil belajar IPS sebagai tolok ukur kemampuan mereka yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam belajar mata pelajaran IPS

(28)

sehingga dapat membuat perencanaan studi kelanjutannya. Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tabrani Rusyan (1994: 79) mengemukakan bahwa Hasil Belajar adalah kebulatan pola tingkah laku. Perilaku atau tingkah laku mengandung pengertian yang luas mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Hal ini dapat diidentifikasi, bahkan dapat diukur dari penampilan (behavioral performance). Penampilan ini dapat berupa kemampuan,menjelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan sesuatu kegiatan atau perbuatan. Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana,2005: 22).

Hasil belajar sebagai objek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan instruksional. Menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana,2005: 22) hasil belajar diklasifikasikan menjadi 3 macam, antara lain:

(29)

a) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, organisasi, dan internalisasi. c) Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan serta kemampuan bertindak.

Menurut Adin Syamsuddin (Tabrani, 1994: 22) untuk memudahkan sistematika identifikasi wujud perubahan perilaku siswa maka dapat digunakan penggolongan perilaku menurut Bloom dalam kawasan-kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menyadari sepenuhnya bahwa mungkin sekali ada jenis perubahan atau hasil belajar itu yang sukar untuk dimasukkan secara tegas kepada salah satu di antaranya. Beberapa indikator dan kemungkinan cara mengungkapkannya secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

(30)

Tabel 1. Jenis Hasil Belajar

Jenis hasil belajar Indikator-indikator Cara pengungkapan A.kognitif -pengamatan/ perceptual -hafalan/ingatan -pengertian/ pemahaman -aplikasi/ penggunaan -analisis -sintesis -evaluasi B. Afektif -penerimaan -sambutan -penghargaan/ apresiasi -internalisasi/ pendalaman -karakterisasi/ penghayatan C.psikokomotorik -keterampilan bergerak/bertindak -keterampilan ekspresi verbal/non verbal -dapat menunjukkan, membandingkan,menghubungkan -dapat menyebutkan, menunjukkan lagi -dapat menjelaskan,

Mendefinisikan dengan kata-kata sendiri

-dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat

-dapat menguraikan, mengklasifikasikan -dapat menghubungkan,menyimpulkan, menggenerasikan -dapat menginterpretasikan, memberikan kritik, memberikan pertimbangan penilaian

-bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya

-bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan,atau sebaliknya -memandang penting,bernilai, berfaedah, indah, harmonis, kagum, atau sebaliknya

-mengakui, mempercayai meyakinkan, atau sebaliknya

-melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

-koordinasi mata, tangan, dan kaki -gerak, mimik,ucapan -tugas, tes,observasi -pertanyaan, tugas,tes -pertanyaan, soal, tes, tugas -tugas, persoalan, tes, observasi - tugas, persoalan, tes -tugas, persoalan,tes -tugas, persoalan, tes - pertanyaan, tes skala sikap -tugas, observasi, tes -skala penilaian,tugas, Observasi -skala sikap,tugas, ekspresif, pro ektif -observasi -tugas, observasi,tes, tindakan -tugas, observasi, tes tindakan

(31)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan dan penampilan siswa dalam kehidupan sehari-hari. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar IPS siswa baik faktor internal yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. Menurut Tabrani Rusyan (1994: 81) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal meliputi pertama, faktor jasmaniah, baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Kedua, faktor psikologis terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat), dan faktor nonintelektif (unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi). Ketiga, faktor kematangan fisik maupun praktis. Faktor eksternal juga mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah yang terdiri atas faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 162-165) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang berasal dari dalam diri orang dan dari luar dirinya, diantaranya : Faktor-faktor dalam diri

(32)

individu merupakan faktor yang menyangkut aspek jasmaniah (kondisi dan kesehatan jasmani dari individu) dan rohaniah dari individu (menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif dan kongnitif dari inidividu). Faktor Lingkungan merupakan salah satu faktor yang menyangkut faktor fisik, maupun sosial-psikoligis yang berada pada lingkungan keluarga seperti keadaan rumah, ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan sekitar rumah. Lingkungan sekolah juga mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya serta staf sekolah yang lain.

Pendapat lain dari Nana Sudjana (2005: 39) mengemukakan bahwa Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar diri siswa dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai yaitu

(33)

kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran.

Menurut Slameto (2010: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua macam yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yaitu faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan (kelelahan, jasmani dan rohani). Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (berkaitan dengan proses pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, fasilitas sekolah, metode belajar dan tugas rumah atau pemberian tugas), faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

Menurut Winkel (dalam Miranda D. Zarfiel, 2006: 68) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1) Bersifat internal, terdiri dari intelegensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi diri, dan kondisi fisik.

(34)

2) Bersifat eksternal, terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sangat dipengaruhi faktor internal (intern) dan faktor eksternal (ekstern). Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti faktor jasmani (bentuk fisik siswa yaitu cacat tidaknya fisik siswa tersebut) dan faktor rohaniah (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, persepsi siswa). Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (berkaitan dengan proses pembelajaran, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, fasilitas sekolah, metode belajar dan tugas rumah atau pemberian tugas), faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian Dewi Prastika pada tahun 2011 yang berjudul “ Hubungan antara kemandirian Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Standar Kompetensi Mengelola Peralatan Kantor Siswa Kelas X

(35)

Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Wonosari Tahun AJaran 2010-2011” menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan Hasil Belajar IPS, dibuktikan dengan koefisien korelasi (R) 0,619 dan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,383, F hitung = 21,135 > F tabel = 3,13. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang Hasil Belajar. Perbedaan penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu Kemandirian Belajar dan Motivasi Belajar. Sedangkan penelitian ini variabel bebasnya yaitu Minat Belajar dan Persepsi Siswa Tentang Pemberian Tugas.

2. Penelitian Tri Susanti pada tahun 2010 yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Tentang Pemberian Tugas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se Kota Yogyakarta” menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi tentang pemberian tugas dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan Prestasi belajar PKn, dibuktikan dengan nilai f hitung > f tabel (8,813 > 3,021) dan p<0,05. Nilai koefisien determinasi (R²) 0,047 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh persepsi tentang pemberian tugas dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar PKn adalah sebesar 4,7%, sedangkan sisanya sebesar 95,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. variabel persepsi tentang

(36)

pemberian tugas mempunyai sumbangan efektif sebesar 1,536%, variabel motivasi belajar mempunyai sumbangan efektif sebesar 3,169%. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti Persepsi siswa tentang Pemberian Tugas. Perbedaan penelitian ini adalah objek penelitian dan salah satu variabel bebasnya yaitu Motivasi Belajar. Sedangkan penelitian ini salah satu variabel bebasnya yaitu Minat Belajar. Dalam penelitian ini variabel terikatnya hasil belajar IPS sedangkan penelitian tersebut prestasi belajar PKn.

3. Penelitian Astuti Juliani pada tahun 2010 yang berjudul “Hubungan Minat Belajar dan Persepsi Siswa tentang Metode Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Depok Tahun Ajaran 2010/2011” menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara minat belajar dan persepsi siswa tentang metode mengajar guru secara bersama-sama dengan Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan dengan koefisien korelasi (R) 0,643 dan nilai F hitung sebesar 35,689. Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang Minat Belajar. Perbedaan penelitian ini adalah salah satu variabel bebasnya yaitu Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru dan variabel terikatnya yaitu prestasi belajar akuntansi.

(37)

C. Kerangka Pikir

1. Hubungan antara Minat Belajar dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Minat adalah kecenderungan terhadap suatu objek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang yang digelutinya. Hal ini sangat penting karena beberapa siswa menganggap mata pelajaran IPS membutuhkan pemahaman yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan sesuatu, sesuatu yang dimaksudkan di sini adalah belajar. Hasil belajar menggambarkan suatu tingkatan yang dicapai oleh seseorang dalam menguasai suatu pelajaran yang biasanya diukur dan ditunjukkan dengan angka atau huruf yang diberikan oleh guru. Untuk mencapai hasil belajar maka seseorang harus memiliki minat belajar. Demikian, jelas bahwa ada hubungan antara Minat belajar dengan hasil belajar. Jika seseorang memiliki minat belajar yang tinggi maka diduga ia akan memiliki hasil belajar yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya, bila seseorang memiliki minat belajar yang rendah maka diduga ia juga akan memiliki hasil belajar yang rendah pula.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

(38)

2. Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Pemberian Tugas dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Persepsi merupakan kesan, tanggapan, penilaian seseorang terhadap sesuatu atau objek yang diamati disekitarnya dan ditangkap melalui pancaindera. Jika seorang siswa mempunyai tanggapan yang positif maka dengan senang hati menerimanya dan mengikutinya. Namun bila seorang siswa mempunyai tanggapan yang negatif maka ia akan berat hati dan tidak senang. Persepsi siswa terhadap pemberian tugas merupakan aktivitas siswa dalam memandang dan menilai pemberian tugas yang dilakukan oleh guru. Hal ini juga menentukan dalam mencapai tujuan akhir siswa dari proses pembelajaran yaitu hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

3. Hubungan antara Minat Belajar dan Persepsi Siswa tentang Pemberian Tugas secara bersama-sama dengan Hasil Belajar IPS

Minat merupakan rasa suka dan tertarik akan sesuatu hal, dalam hal ini minat belajar siswa yang besar cenderung menghasilkan hasil belajar yang tinggi siswa namun sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Selain itu, di dalam proses belajar mengajar, persepsi siswa terhadap pemberian tugas merupakan hal yang

(39)

sangat menentukan dalam mencapai tujuan yaitu hasil belajar. Dari persepsi siswa ini akan mempengaruhi sikapnya terhadap mata pelajaran IPS. Persepsi siswa yang positif akan menumbuhkan suasana hati yang senang yang pada akhirnya akan merangsang siswa untuk aktif dalam belajar dan minat siswa untuk mencapai hasil belajar yang tinggi pula.

Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa kedua faktor yaitu minat belajar siswa dan persepsi siswa tentang pemberian tugas secara bersama-sama diduga memiliki hubungan dengan hasil belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

Maka, Hubungan antara Minat belajar dan persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

(40)

Gambar 1. Kerangka Pikir Hubungan Minat Belajar dan Persepsi Siswa tentang Pemberian Tugas dengan Hasil Belajar IPS

D. Paradigma Penelitian

Penelitian ini mempunyai satu variabel dependen (terikat) dan dua variabel independen (bebas). Hasil belajar IPS sebagai variabel dependen (Y), minat belajar sebagai variabel independen pertama ( ) dan persepsi siswa tentang pemberian tugas sebagai variabel independen kedua ( ). Hubungan variabel independen dan variabel dependen tersebut dapat dilihat melalui paradigma sebagai berikut:

kesesuaian tugas dengan materi yang telah dipelajari dan diujikan, tujuan yang hendak dicapai, penerimaan tugas dari guru, bimbingan dan pengawasan dari guru dalam pelaksanaan tugas, pelaksanaan atau pengerjaan tugas, pembahasan tugas di kelas, frekuensi pemberian tugas oleh guru.

Hasil Belajar IPS Proses Belajar

Persepsi siswa tentang pemberian tugas Siswa Kelas VIII SMP N 4 Yogyakarta

perhatian, rasa keingintahuan, rasa senang dan ketertarikan saat belajar IPS Minat Belajar

(41)

r

r

Gambar 2. Paradigma Penelitian Keterangan:

: Minat Belajar

: Persepsi siswa tentang Pemberian Tugas : Hasil Belajar IPS

r : Hubungan Minat Belajar Dengan Hasil Belajar IPS r : Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pemberian Tugas

dengan Hasil Belajar IPS

R xy(1, 2) : Hubungan Minat Belajar dan Persepsi siswa tentang

Pemberian Tugas secara bersama-sama dengan Hasil Belajar IPS

E. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yang didasarkan pada kajian pustaka dan kerangka pikir, yaitu:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

Y

(42)

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan persepsi siswa tentang pemberian tugas dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat belajar dan persepsi siswa tentang pemberian tugas secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Jenis Hasil Belajar
Gambar 1. Kerangka Pikir Hubungan Minat Belajar dan Persepsi Siswa         tentang Pemberian Tugas dengan Hasil Belajar IPS
Gambar 2. Paradigma Penelitian   Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

 Adverse trading, terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan megambil kebijakan melakukan pengeluaran tetap (fixed costs) yang besar setiap tahunnya,

 BAB III, Pasal 8 ayat (4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan tata cara Pencatatan Peristiwa Penting bagi Penduduk yang agamanya belum diakui

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa di Kelas II B SD Negeri 62 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kontekstual

Dengan demikian, dapat diduga fenomena ledakan populasi ulat bulu dan tomcat yang terjadi di beberapa kota di Indonesia disebabkan oleh tidak optimalnya peran

Analisis kebutuhan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menelaah lebih jauh tentang berbagai aspek yang dibutuhkan terkait penyusunan pengembangan aplikasi

Sama halnya dengan siswa-siswa di kelompok B, awalnya siswa-siswa kelompok C (kemampuan kognitif rendah) juga sedikit ragu dalam memahami langkah kerja yang disajikan

Hasil penelitian menunjukan penciptaan proposisi nilai baru pada perancangan model bisnis dimasa depan berupa program hiburan eduwisata untuk anak dan keluarga di