• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMBANGUNAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDA ACEH DAN PERSEPSI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PEMBANGUNAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDA ACEH DAN PERSEPSI MASYARAKAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

207 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

KAJIAN PEMBANGUNAN JALUR SEPEDA DI KOTA BANDA

ACEH DAN PERSEPSI MASYARAKAT

Sari Irma Wati1, Sofyan M. Saleh 2, Renni Anggraini3 1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3)

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email : sari_28sipil@yahoo.com

Abstract: By the increasing number of the cyclists in Banda Aceh city, the bike paths has been constructed by city government the authority as a strategy towards a green city. Nonetheless, some of the bike paths that are existed in seven roads networks are not working properly. As we know, one of the apprehensive factors in bicycling activity is the low-security factor, especially when the people bike in the highway. As for that case, the main aim of this research is to find out the existing condition of the bike paths in Banda Aceh, the people and bicyclist community perceptions on it. The study was implemented by direct observation in the study location, and distributing questionnaires to find out the perceptions of the respondent. Processing and analysis of data using descriptive analysis and data analysis of questionnaire result using a likert scale. The result of this research showed that there are some paths that are differ in width (1,5 m- 3,5 m), which means that the entire of seven paths are constructed based on the existing roads, because there are no explanations concerning the standard of bike paths construction in Qanun (Aceh constitution) RTRW Banda Aceh city. Consequently, the paths are poor of the safety and comfort, because the bicyclists interfered with some poor conditions of the paths. Such as: The unsteadiness condition of the paths, the bike path marking that is stuck by the traffic lane marking, the path that is covered by the branches and there are a lot of vehicles and cadgers or vendor on it. Furthermore, based on the result of the survey, there are 71,54% and 79,22% respondents who less agree on the security and comfort of the bike paths that are constructed in Banda Aceh. At last, the data showed that there are 90,77% of respondents who agree on the governments’ program to the provisions of bike paths in each highway or main way.

Keywords: green city, the respondents’ perceptions, bike paths, Banda Aceh city, security and comfort

Abstrak: Seiring dengan bertambahnya pengguna sepeda di Kota Banda Aceh, pemko telah membangun jalur khusus sepeda yang merupakan salah satu langkah mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai kota hijau. Akan tetapi, pembangunan jalur sepeda di tujuh ruas jalan tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu hal yang mengkhawatirkan dari kegiatan bersepeda yaitu jaminan keselamatan yang relatif lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting jalur sepeda di Kota Banda Aceh, serta mengetahui persepsi masyarakat dan komunitas sepeda terhadap pembangunan jalur sepeda. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, dan membagikan kuesioner untuk mengetahui persepsi responden. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis data hasil kuesioner menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar jalur sepeda bervariasi (1,5 m- 3,5 m), karena ke tujuh jalur sepeda tersebut mengikuti ruas jalan yang telah ada dan pada Qanun RTRW Kota Banda Aceh tidak dibahas mengenai rencana penyediaan jalur sepeda terhadap ruas jalan yang akan dibangun. Berdasarkan pengamatan jalur sepeda yang tersedia kurang memberikan rasa aman dan nyaman, karena permukaan jalur tersebut masih memberikan getaran bagi pesepeda, marka jalur sepeda yang tertimpa oleh marka lajur lalu lintas, jalur yang tertutup oleh ranting pohon dan sampah serta masih banyak kendaraan parkir dan pedagang kaki lima. Hal ini juga sesuai dengan hasil survei ke responden menyatakan kurang setuju terhadap kenyaman dan keamanan dari jalur sepeda yang telah tersedia di Kota Banda Aceh sebesar 71,54% dan 79,22%. Persepsi masyarakat dan komunitas sepeda tehadap program pemerintah yang mewajibkan penyediaan jalur sepeda di jalan protokol menunjukkan 90,77% responden setuju.

(2)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 208

PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya pengguna sepeda di Kota Banda Aceh maka pemerintah kota berencana untuk menyediakan jalur khusus sepeda di sepanjang jalan protokol dalam Kota Banda Aceh. Rencana tersebut dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengguna sepeda dan mengurangi dampak polusi udara serta sebagai salah satu langkah mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai kota hijau (green city).

Kota Banda Aceh merupakan salah satu dari 60 kota di Indonesia yang diproyeksikan oleh Kementrian PU dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Program tersebut adalah sebuah penghargaan yang diberikan oleh Kementerian PU karena Pemko Banda Aceh merupakan pemerintah daerah yang tercepat merampungkan regulasi tentang RTRW yaitu Qanun nomor 4 tahun 2009 (Tribunnews, 2012 a).

Untuk mewujudkan kota hijau tersebut, salah satu program yang dijalankan oleh Pemko Banda Aceh adalah membuka akses bagi pengguna sepeda di beberapa ruas jalan protokol dalam Kota Banda Aceh. Proyek ini direncanakan di ruas jalan pada 9 (sembilan) kecamatan Kota Banda Aceh dan diperkirakan akan rampung pada tahun 2015 untuk semua ruas jalan protokol (Tribunnews, 2012 b).

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kondisi eksisting jalur sepeda di Kota Banda Aceh, serta mengetahui persepsi masyarakat dan komunitas sepeda terhadap pembangunan jalur sepeda.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi eksisting jalur sepeda dan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah Kota Banda Aceh juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyediaan jalur sepeda ditahap berikutnya dengan mempertimbangkan masukan dari masyarakat dan komunitas sepeda.

KAJIAN KEPUSTAKAAN Kota Hijau (Green City)

Menurut Putra & Kamiluddin (2013), kota hijau (green city) adalah kota yang mensinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pengertian Jalur Sepeda

Menurut Dirjen Penaatan Ruang (2013), jalur sepeda adalah jalur khusus yang diperuntukkan untuk pengguna sepeda dan kendaraan yang tidak bermesin yang memerlukan tenaga manusia, dipisah dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna sepeda.

Klasifikasi Jalur Sepeda

Dirjen Penaatan Ruang (2013) menyatakan ada 3 tipe jalur sepeda, yaitu: 1. Jalur sepeda (bike path), adalah jalur

sepeda yang sepenuhnya terpisah dari jalan raya dan seringkali dipadukan dengan fasilitas untuk pejalan kaki.

(3)

209 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 2. Lajur sepeda (bike lane), adalah bagian

dari jalan yang ditandai dengan marka untuk penggunaan pengendara sepeda. 3. Rute sepeda (bike route), adalah desain

yang digunakan bersama antara lalu lintas bermotor.

Jalur Sepeda di Jalan

Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan Tahun 1992 menyatakan lebar minimum jalur sepeda yaitu :

1. Lebar minimum jalur sepeda adalah 2,0 m;

2. Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki adalah 3,5 m untuk jalan tipe II, Kelas I dan Kelas II, dan 2,50 m untuk tipe II Kelas III;

3. Lebar minimum jalur sepeda dan pejalan kaki boleh dikurangi sebesar 0,5 m, bila volume lalu lintas tidak terlalu besar atau di sepanjang jembatan yang cukup panjang (lebih dari 50 m); dan

4. Lebar minimum jalur sepeda adalah 1,0 m. Ruang bebas mendatar antar jalur sepeda dengan lalu lintas adalah 1,0 m.

Populasi dan Sampel

Menurut Noor (2012), populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan dari objek penelitian.

Menurut Nazir (2011), sampel adalah bagian dari populasi. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin (Noor, 2012) :

n = 𝑁

1+(𝑁𝑥𝑒2) ...(1)

dimana :

n = Jumlah elemen/anggota sampel;

N = Jumlah elemen/anggota populasi;

e = Error level (tingkat kesalahan).

Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2010), menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Untuk menguji validitas dapat digunakan rumus sebagai berikut (Noor, 2012) : rxy = N∑XY −(∑X)(∑Y) N∑X2−(∑X)2 N∑Y2−(∑Y)2 ...(2) dimana : 𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi; N = banyaknya responden;

X = skor yang diperoleh subjek dari seluruh

item;

Y = skor total yang diperolah dari seluruh

item;

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X; ∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y; ∑X2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X;

∑Y2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y.

Menurut Arikunto (2010), analisis reliabilitas (keandalan) menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menguji reliabilitas dapat digunakan rumus (Noor, 2012), sebagai berikut :

(4)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 210 rii = 𝒌 𝒌−𝟏 1 − ∑𝜎2 𝜎12 ...(3) σ2 = ∑𝐗𝟐− (∑𝐗)𝟐 𝐍 𝐍 ...(4) dimana :

rii = Reliabilitas instrumen; k = Banyaknya butir pertanyaan; ∑σ2 = Jumlah butir pertanyaan;

σ12 = varians total.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kota Banda Aceh pada 4 (empat) kecamatan yaitu : Kecamatan Meuraxa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Lueng Bata. Kecamatan tersebut diambil karena telah tersedia jalur sepeda yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jalur Sepeda di Kota Banda Aceh

Keterangan : L = left (kiri) R = right (kanan)

Sumber : Dinas PU Kota Banda Aceh, 2013

Sumber dan Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa data pengamatan langsung di lapangan dan persepsi tentang jalur sepeda. Data persepsi tersebut didapatkan dari kuesioner yang sumber datanya terdiri dari masyarakat kota Banda Aceh, dan komunitas sepeda. Sedangkan data sekunder berupa peta Kota Banda Aceh, jaringan jalan, peta jalur sepeda, data penduduk Kota Banda Aceh untuk 4 (empat) kecamatan, dan data komunitas sepeda.

Penentuan Jumlah Sampel

Berdasarkan rumus Slovin dengan nilai

tingkat kesalahan yang dipakai 10% dan jumlah penduduk pada 4 (empat) kecamatan di Kota Banda Aceh maka jumlah sampel masyarakat Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Sampel Masyarakat

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Penentuan jumlah sampel terhadap komunitas sepeda ditetapkan sebesar 30 (tiga puluh) sampel. Adapun komunitas sepeda yang

No Jalur Sepeda L/R Panjang

(Km)

Tipe Jalur Sepeda

1 Jl. Residen Ibnu Sya'dan L/R 1,175 II (bike lane)

2 Jl. Sultan Iskandar Muda L/R 3,200 II (bike lane)

3 Jl. Tgk. Abdussalam Meuraxa L 0,772 II (bike lane)

4 Jl. Tgk. Chik Ditiro L/R 1,082 II (bike lane)

5 Jl. T. Hasan Dek L 0,866 II (bike lane)

6 Jl. Tgk. Daud Beureueh L/R 0,975 II (bike lane)

7 Jl. T. Imuem Lueng Bata L/R 1,100 I (bike path)

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Meuraxa 17.614

2 Baiturrahman 32.463 3 Lueng Bata 25.211

4 Kuta Alam 45.115

(5)

211 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 dibagikan kuesioner yaitu: BBC (Bima Cika Bike Community), KBC (Koetaraja Bike Community), ABC (Atjeh Bicycle Community), Wenglom, Leasing, dan Kibo.

Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauh mana kevalidan dari suatu alat yang diukur. Pengujiannya menggunakan rumus (2). Sedangkan, uji reliabilitas dianggap handal

berdasarkan Cronbach Alpha ( 𝛼) pada koefisien 0,60. Pengujiannya menggunakan rumus (3) sampai (4). Setelah uji validitas dan reliabilitas memenuhi persyaratan, maka kegiatan pembagian kuesioner akan dilakukan penyebaran ulang ke 30 (tiga puluh) responden yang sama.

Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. Bagan alir penelitian Perumusan Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data Data Sekunder :  Peta Kota Banda Aceh  Jaringan jalan  Peta jalur sepeda

 Data penduduk Kota Banda Aceh  Komunitas sepeda

Data Primer :  Observasi lapangan  Kuesioner

Analisis Data :

Analisis Statistik Deskriptif dengan Skala Likert

Rencana Hasil Penelitian :  Mengetahui kondisi eksisting jalur sepeda di Kota Banda Aceh;

 Persepsi masyarakat dan komunitas sepeda dalam bentuk persentase dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju terhadap pembangunan jalur sepeda yang merupakan salah satu dari 8 (delapan) atribut kota hijau;

Kesimpulan dan Saran

Selesai Mulai

(6)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 212

HASIL PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting Jalur sepeda di Kota Banda Aceh

Gambaran kondisi eksisting dari jalur

sepeda di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kondisi Eksisting Jalur Sepeda

Sumber : Survey Lapangan, 2014

Dari ketujuh jalur sepeda tersebut dapat dilihat bahwa semua jalur sepeda di Kota Banda Aceh memenuhi lebar minimun jalur sepeda yang disyaratkan sebesar 1,0 m.

1. Jalan Residen Ibnu Sya'dan

Gambar 2. Jalur Sepeda Jalan Residen Ibnu Sya’dan

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan lebar 1,5 meter dengan panjang 1,175 km di sisi kanan dan kiri pada jalan. Dari segi perkerasan sudah memberikan rasa nyaman karena sepanjang jalur sepeda tidak memberikan getaran dan permukaannya halus. Namun, marka yang membatasi jalur sepeda belum memberikan rasa nyaman karena marka tersebut tertimpa dengan marka lajur lalu lintas. Jalur sepeda di sepanjang jalan ini digunakan sebagai tempat parkir dan area perdagangan.

No Nama

Jalan

Lebar

Jalur Komponen Kondisi

Tipe Jalur Sepeda 1 Jalan Residen Ibnu Sya'dan 1,5 meter

 Perkerasan jalur sepeda Aspal

II (bike lane)

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

 Fasilitas parkir sepeda Tidak Ada

2 Jalan Sultan Iskandar Muda 1,5 meter

 Perkerasan jalur sepeda Aspal

II (bike lane)

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

 Fasilitas parkir sepeda Tidak Ada

Jalan Tgk. Abdussalam

Meuraxa

 Perkerasan jalur sepeda Aspal dan

Beton 3 1,5 meter dan 2,56 meter

 Rambu bagi pengendara

sepeda Ada, Baik

II (bike lane)

 Fasilitas parkir sepeda

Ada, sebagian rusak Jalan Tgk. Chik Ditiro

 Perkerasan jalur sepeda Beton

4 2,0

meter

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

II (bike lane)

 Fasilitas parkir sepeda Tidak Ada

Jalan T. Hasan

Dek

 Perkerasan jalur sepeda Aspal

5 2,0

meter

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

II (bike lane)

 Fasilitas parkir sepeda Tidak Ada

Jalan Tgk. Daud

Beureueh

 Perkerasan jalur sepeda Aspal

6 1,5

meter

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

II (bike lane)

 Fasilitas parkir sepeda Tidak Ada

Jalan T. Imuem Lueng Bata

 Perkerasan jalur sepeda Aspal

7 3,5

meter

 Rambu bagi pengendara

sepeda Tidak Ada

I (bike path)

(7)

213 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 2. Jalan Sultan Iskandar Muda

Gambar 3. Jalur Sepeda Sultan Iskandar Muda

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan lebar 1,5 meter dengan panjang 3,2 km di sisi kanan dan kiri pada jalan. Perkerasan sepanjang jalur sepeda berupa aspal serta sudah memberikan rasa nyaman bagi pesepeda karena sepanjang jalur sepeda tidak memberikan getaran dan permukaannya halus. Jalur sepeda pada ruas jalan ini belum termanfaatkan secara maksimal karena masih digunakan untuk parkir kendaraan bermotor, sehingga pesepeda merasa tidak aman ketika harus berebut jalan dengan sepeda motor.

3. Jalan Tgk. Abdussalam Meuraxa

Gambar 4 . Jalur Sepeda Jalan Tgk. Abdussalam Meuraxa

Gambar 5. Rambu dan Fasilitas Parkir Sepeda pada

Jalan Tgk. Abdussalam Meuraxa

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan lebar 1,5 meter dan lebar 2,56 meter di RTH pada satu sisi jalan dengan dua arah. Jalur sepeda pada jalan ini mempunyai panjang 0,722 km. Perkerasan sepanjang jalur sepeda berupa aspal pada jalan lalu lintas dan beton pada Ruang Terbuka Hijau (RTH). Perkerasan sepanjang jalur sepeda belum memberikan rasa nyaman karena pada jalur sepeda banyak tertutupi oleh ranting pohon dan sampah serta permukaan beton bergelombang yang dapat memberikan getaran bagi pesepeda.

Sepanjang jalur sepeda ini tersedia 4 (empat) buah rambu sehingga dapat memberikan informasi bagi orang yang ingin bersepeda, dan fasilitas parkir sepeda yang tersedia 3 (buah) dapat menampung 60 (enam puluh) sepeda tetapi sebagian dari tempat parkir sepeda telah rusak.

4. Jalan Tgk. Chik Ditiro

Gambar 6. Jalur Sepeda Jalan Tgk. Chik Ditiro

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan rata-rata lebar 2 meter. Jalur sepeda pada jalan ini mempunyai panjang 1,082 km di sisi kanan dan kiri pada jalan. Jalur sepeda yang tersedia menggunakan bahu jalan dan perkerasannya berupa beton serta kurang memberikan rasa nyaman bagi penggunanya karena sebagian jalurnya terlalu

(8)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 214 memberikan getaran bagi pesepeda.

5. Jalan T. Hasan Dek

Gambar 7. Jalur Sepeda Jalan T. Hasan Dek

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan rata-rata lebar 2 meter dan panjang 0,866 km di sisi kiri pada jalan. Perkerasan sepanjang jalur sepeda berupa aspal dan kurang memberikan rasa nyaman, karena ada bagian pada jalur sepeda yang bergelombang. Jalur sepeda di ruas jalan ini belum termanfaatkan secara maksimal.

6. Jalan Tgk Daud Beureuh

Gambar 8. Jalur Sepeda Jalan Tgk Daud Beureuh

Jalan Tgk. Daud Beureueh ditetapkan sebagai jalur bebas berkendaraan / car free day yang khusus ditutup untuk kendaraan bermotor setiap hari Minggu pukul 07.00-10.00 WIB. Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe II (bike lane) yang dibatasi oleh marka dengan lebar 1,5 meter. Jalur sepeda pada jalan ini mempunyai panjang 0,975 km di sisi kiri dan kanan pada jalan. Perkerasan sepanjang jalur

sepeda berupa aspal dan sudah memberikan rasa nyaman bagi penggunanya.

Jalur sepeda pada ruas car free day tidak menjadi tujuan dalam bersepeda oleh masyarakat dan komunitas sepeda. Hal ini terjadi karena kegiatan car free day tidak difungsikan lagi seperti biasanya. Selain itu, jalur ini pada hari kerja selalu dipadati dengan kendaraan bermotor yang parkir pada jalur sepeda.

7. Jalan T. Imuem Lueng Bata

Gambar 9. Jalur Sepeda Jalan T. Imuem Lueng Bata

Jalur sepeda ini merupakan jalur sepeda tipe I (bike path) dengan lebar 3,5 meter dan panjang 1,1 km di sisi kanan dan kiri jalan serta dibatasi oleh jalur hijau lebarnya 2 meter. Jalur sepeda di ruas jalan T. Imuem Lueng Bata merupakan jalur yang terpisah dari jalan raya dan digunakan hanya untuk sepeda dan pejalan kaki. Perkerasan sepanjang jalur sepeda berupa aspal dan sudah memberikan rasa nyaman bagi penggunanya.

Analisis Persepsi Responden Terhadap Pembangunan Jalur Sepeda di Kota Banda Aceh

1. Tranportasi sehari-hari yang digunakan Moda transportasi yang digunakan oleh responden didominasi oleh kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang banyak digunakan

(9)

215 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 oleh masyarakat dan komunitas sepeda merupakan jenis sepeda motor sebanyak 73% dan 20%.

2. Program pemerintah terhadap jalur sepeda

Persepsi masyarakat dan komunitas sepeda tehadap program pemerintah yang mewajibkan penyediaan jalur sepeda di jalan protokol Kota Banda Aceh setuju sebesar 90,77%. Upaya untuk mendukung program tersebut harus menumbuhkan minat masyarakat seperti kegiatan bike week dan funbike 93,85% responden setuju, 95,35% berpendapat bahwa program car free day juga dapat meningkatkan minat masyarakat dalam bersepeda, 72,31% setuju penggunaan sepeda di hari kerja satu kali setiap minggu, dan sebanyak 80% responden setuju terhadap penyediaan sistem sewa sepeda di area Kota Banda Aceh.

3. Sepeda sebagai alternatif tranportasi dalam kota

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dari 130 responden terhadap kepemilikan sepeda, dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat telah memiliki sepeda sebesar 60%.

Tujuan penggunaan sepeda di Kota Banda Aceh berdasarkan hasil respon masyarakat hanya untuk berolahraga sebesar 78,33% dan rekreasi sebesar 21,67%, sedangkan untuk tujuan perjalanan ke sekolah dan ke tempat kerja tidak menjadi pilihan.

Selain itu komunitas sepeda menggunakan sepeda untuk berolahraga sebesar 83,33%, rekreasi 10%, dan 6,67% menggunakan sepeda sebagai olahraga dan

perjalanan ke tempat kerja. Hal ini sangatlah sulit diterapkan sepeda sebagai transportasi dalam kota. Namun, dari hasil kuesioner ke masyarakat dan komunitas sepeda, setuju sebesar 90,77% jka sepeda dijadikan alternatif transportasi dalam kota untuk mencapai program pemko dalam menuju konsep kota hijau.

4. Fasilitas untuk pengguna sepeda

Di Kota Banda Aceh jalur sepeda yang tersedia hanya di beberapa ruas jalan protokol perlu ditata kembali, sehingga masyarakat memfungsikan jalur tersebut sebagai jalur sepeda.

Dimana, menurut responden menyatakan kurang setuju terhadap kenyaman dan keamanan dari jalur sepeda yang telah tersedia di Kota Banda Aceh sebesar 71,54% dan 79,22%.

5. Hukum untuk pesepeda

Untuk melindungi hak pesepeda di jalan raya perlu mendapat fasilitas pendukung seperti : keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas.

Masyarakat dan komunitas sepeda setuju sebesar 90,77% jika pemerintah menerapkan hukum berlalu lintas untuk kemananan pengguna sepeda dan sebanyak 96,92% setuju terhadap penetapan peraturan dilarang parkir dan berjualan di jalur sepeda.

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil kuesioner responden dapat dilihat pada Tabel 4.

(10)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 216

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Responden terhadap Pembangunan Jalur Sepeda di Kota Banda Aceh

Keterangan : SS:Sangat Setuju, S:Setuju, KS:Kurang Setuju, TS:Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak Setuju

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Lebar jalur sepeda yang tersedia bervariasi (1,5 m - 3,5 m), karena ketujuh jalur tersebut mengikuti ruas jalan yang telah ada dan pada Qanun RTRW Kota Banda Aceh tidak dibahas mengenai rencana penyediaan jalur sepeda.

2. Jalur sepeda di Kota Banda Aceh kurang memberikan rasa nyaman dan aman bagi pesepeda, karena permukaan jalur tersebut masih memberikan getaran bagi pesepeda, marka jalur sepeda yang tertimpa oleh marka lajur lalu lintas, jalur yang tertutup oleh ranting pohon dan

sampah serta masih banyak kendaraan parkir dan pedagang kaki lima.

2. Persepsi masyarakat dan komunitas sepeda tehadap program pemerintah yang mewajibkan penyediaan jalur sepeda di jalan protokol setuju sebesar 90,77%. 3. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap

fasilitas untuk pengguna sepeda, responden menyatakan kurang setuju terhadap kenyaman dan keamanan dari jalur sepeda yang telah tersedia di Kota Banda Aceh sebesar 71,54% dan 79,22%.

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian dan pembahasan, yaitu :

SS S KS TS STS Total

% % % % % %

Penyediaan jalur sepeda di semua jalan protokol 50,77 40 8,46 0,77 - 100 Penyediaan jalur sepeda dalam menghadapi pengurangan emisi gas 53,08 40,77 4,62 1,54 - 100

Kegiatan bike week dan fun bike 44,62 49,23 4,62 1,54 - 100

Program car free day 41,54 53,85 4,62 0 - 100

Mewajibkan penggunaan sepeda 31,54 40,77 23,08 4,62 - 100

Sistem penyewaan sepeda di area Kota Banda Aceh 40,77 39,23 14,62 3,85 1,54 100

Sepeda sebagai alternatif transportasi dalam kota 52,31 38,46 7,69 1,54 - 100

Sepeda sebagai transportasi ramah lingkungan 49,23 45,38 3,08 0,77 1,54 100

Sepeda dapat mengurangi pemanasan global 56,15 42,31 1,54 - - 100

Sepeda dapat mengurangi beban subsidi BBM 50 39,23 10,77 - - 100

Sepeda membuat pengayuh lebih sehat 52,31 46,15 1,54 - - 100

Cuaca berpengaruh terhadap kegiatan sepeda 29,23 36,15 29,23 5,38 - 100

Penyediaan rambu lalu lintas 43,08 48,46 7,69 0,77 - 100

Kenyamanan terhadap jalur sepeda 6,15 22,31 49,23 19,23 3,08 100

Kemanan terhadap jalur sepeda 7,69 13,08 36,15 37,69 5,38 100

Hukum berlalu lintas untuk keamanan 43,85 46,92 7,69 1,54 - 100

Peraturan dilarang parkir dan berjualan 57,69 39,23 1,54 0,77 0,77 100 Pertanyaan

Program pemerintah terhadap jalur sepeda

Sepeda sebagai alternatif transportasi dalam kota

Fasilitas untuk pengguna sepeda

(11)

217 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 1. Perlu dilakukan review terhadap Qanun

Kota Banda Aceh No. 4 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 – 2029 mengenai penyediaan jalur khusus sepeda di ruas jalan Kota Banda Aceh.

2. Perlu dilakukan penertiban parkir dan pedagang pada jalur sepeda dengan cara memasang rambu-rambu lalu lintas dengan simbol gambar sepeda yang bertulisan wajib untuk lalu lintas bersepeda serta memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Selain itu, pemko dapat melibatkan komunitas sepeda untuk kegiatan pengelolaan RTH, dan penyewaan sepeda (bike sharing).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik, 2013. Banda Aceh dalam Angka 2013. Banda Aceh.

Dirjen Bina Marga, 1992. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan. Direktur Pembinaan Jalan Kota. Jakarta.

Dirjen Penataan Ruang, 2013. Panduan Pengembangan Kota Hijau di Indonesia. Penerbit Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan ruang. Jakarta. Nazir, M., 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Noor, J., 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Putra, DDR & Kamiluddin, C., 2013. Mengenal Lebih Dekat Penataan Ruang Bagi Generasi Muda. Jakarta.

Tribunnews, 2012(a). Jalur Sepeda di Kota Banda

Aceh, tanggal akses 08

November2013,(http://bandacaehkotamadani .wordpress.com/2012/11/28/jalur-sepeda-kota-banda-aceh/#more-829).

Tribunnews, 2012(b). Buka Jalur Sepeda, tanggal

akses 04 Desember 2013,

(http://banjarmasin.tribunnews.com/2012/12/

Gambar

Gambar 1. Bagan alir penelitianPerumusan Masalah                       Studi Literatur Pengumpulan Data  Data Sekunder :
Tabel 3. Kondisi Eksisting Jalur Sepeda
Gambar 3.  Jalur Sepeda Sultan Iskandar Muda

Referensi

Dokumen terkait

NO. DAFTAR FPIPS: 4574/UN.40.2.4/PL/2015 penduduk berdasarkan hasil perhitungan yang akan dijadikan sebagai responden untuk menjawab rumusan masalah apakah jalur sepeda

Dari hasil survei 100 responden tekstur yang disukai oleh konsumen yaitu produk dengan tekstur dari empuk/lembut sampai sangat empuk/lembut dengan persentase sebesar

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa persentase sebaran posisi sepeda motor tertinggi pada pagi hari untuk jalur cepat dan jalur lambat cenderung berada di sektor tengah. Untuk

rencana pembangunan superblok “Hartono Lifestyle Mall” adalah negatif, faktor pembentuk persepsi memiliki hubungan yang lemah dengan persepsi masyarakat terhadap rencana

Persepsi masyarakat terkait dengan keterlibatan 77.50% masyarakat menjawab sangat setuju dengan adanya keterlibatan masyarkat dalam pengelolaan hutan mangrove,

Saat ini, berdasarkan karakteristik kondisi transportasi di Kota Semarang maka peluang yang paling realistis untuk penerapan jalur sepeda adalah di jalan lingkungan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan tentang persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan Kota Kotamobagu, sebagai berikut:

Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Kecamatan Haur Gading Terhadap Kegiatan Wisata Pertanyaan Jumlah Responden Persentase % S R TS S R TS Apakah anda setuju apabila kawasan