• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK /2012

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERAT

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang menyatakan bahwa "Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial". Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, penyandang disabilitas juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas).

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan sosial, termasuk penyandang disabilitas. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya-upaya nyata agar

(3)

kesamaan dan kesetaraan dengan warga negara Indonesia lainnya dapat terwujud, terpadu, dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menciptakan kemandirian dan kesejahteraan hidup bagi penyandang disabilitas. Ada tiga upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani permasalahan penyandang disabilitas yaitu rehabilitasi sosial, pemberdayaan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Upaya rehabilitasi sosial dan pemberdayaan ditujukan kepada penyandang disabilitas yang derajat kedisabilitasannya tergolong ringan dan sedang, dimana mereka masih bisa membantu dirinya sendiri dan/atau keluarganya. Sedangkan upaya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial ditujukan bagi mereka yang sudah tidak bisa direhabilitasi dan seluruh kegiatan sehari-hari tergantung pada orang lain.

Jumlah penyandang disabilitas berat berdasarkan data BPS tahun 2000 sebanyak 163.232 orang. Untuk memenuhi hak penyandang disabilitas maka dilakukan upaya "pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang diberikan kepada penyandang disabilitas berat, yang derajat kecacatannya tidak dapat direhabilitasi dan kehidupannya secara mutlak tergantung pada bantuan orang lain" (Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 Pasal 59).

Kegiatan Pemberian Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Berat (ASPD Berat) telah dilaksanakan oleh Kementerian Sosial sejak Tahun 2006 melalui Kegiatan Uji Coba Pemberian Bantuan Dana Jaminan Sosial Penyandang Cacat Berat (JSPC Berat) dengan jumlah penerima sebanyak 3.750 orang. Setelah dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya oleh penyandang disabilitas berat, keluarga dan masyarakat sekitar, maka sejak tahun 2011, Kegiatan Pemberian ASPD Berat (dahulu

(4)

JSODK Berat) ditetapkan sebagai Kegiatan Nasional sebagaimana Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan dan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2011.

Pada Tahun 2012, jumlah penerima ASPD Berat meningkat menjadi 22.000 orang. Pelaksanaan ASPD Berat melibatkan berbagai pihak terkait, pemerintah daerah, PT. Pos Indonesia, dunia usaha, organisasi sosial, dan masyarakat di semua lini, sehingga penanganannya dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu. ASPD Berat diarahkan untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari-hari penyandang disabilitas berat yang mencakup: pemenuhan kebutuhan makanan/peningkatan gizi, pembelian sandang, dan perawatan sehari-hari.

Untuk keberlanjutan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat, agar tercipta kesamaan pemahaman dan sinkronisasi serta koordinasi antara para pelaksana di berbagai lini dan tingkatan dan/atau pihak terkait, maka disusunlah Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Berat (ASPD Berat), yang merupakan hasil penyempurnaan dari tahun sebelumnya.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas dan para pihak terkait dalam melaksanakan Kegiatan Pemberian ASPD Berat. 2. Tujuan

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

(5)

a. tersedianya pedoman kerja bagi para petugas dan para pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan.

b. terwujudnya mekanisme pelaksanaan kegiatan pemberian ASPD Berat sehingga hak-hak penyandang disabilitas berat dapat terpenuhi.

C. Sasaran

Sasaran pedoman adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat antara lain:

1. pelaksana pada Kementerian Sosial, khususnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan;

2. pelaksana pada dinas/instansi sosial provinsi;

3. pelaksana pada dinas/instansi sosial kabupaten/kota;

4. koordinator lapangan pada dinas/instansi sosial kabupaten/ kota; 4. pendamping dan pendata; dan

5. pihak-pihak terkait seperti PT. Pos Indonesia, organisasi sosial penyandang disabilitas di segala lini.

D. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat adalah: 1. Undang- Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2) dan 34 ayat (1-2); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; 8. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas);

(6)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat;

10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

13. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

14. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kegiatan Pembangunan Yang Berkeadilan;

15. Instruksi Presiden RI Nomor 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2011

16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 07/KEP/ MENKO/ KESRA/III/2005 tentang Koordinasi Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penyandang Cacat Tahun 2004-2013;

17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial;

E. Pengertian

1. Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan /kerusakan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan untuk berpartisipasi secara efektif berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya (Undang-undang Nomor 19 Tahun 2011).

Dahulu dikenal dengan istilah penyandang cacat, yaitu setiap orang yang mengalami kelainan fungsi fisik dan atau mental yang karenanya tidak dapat melakukan aktivitas secara selayaknya sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997).

(7)

2. Penyandang disabilitas berat adalah penyandang disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi, tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan/atau sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak mampu menghidupi diri sendiri.

3. Penyandang disabilitas sedang adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu latih), fisik dan mental (ganda) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi dua tangan atas siku, amputasi kaki atas lutut, atas paha, tuna rungu, tuna netra, dan sebagainya. Penyandang disabilitas tersebut selain mampu melakukan aktivitas sehari-hari sendiri dan tidak sepenuhnya memerlukan pertolongan orang lain, juga masih bisa diberdayakan/direhabilitasi.

4. Penyandang disabilitas ringan adalah orang yang mengalami kelainan fisik, mental (mampu didik dan mampu latih) misalnya keadaan tubuh dengan amputasi tangan atau kaki, salah satu kaki layuh, tangan/kaki bengkok. Penyandang disabilitas tersebut mampu melakukan aktivitas sehari-hari sendiri dan tidak memerlukan pertolongan orang lain, juga masih bisa diberdayakan/direhabilitasi.

5. Asistensi sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang bertujuan memberikan bantuan kepada orang dengan masalah kesejahteraan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak.

6. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus menerus agar penyandang disabilitas dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar. 7. Kegiatan Pemberian Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas

Berat (ASPD Berat) adalah kebijakan pemerintah dalam bentuk bantuan langsung berupa uang tunai yang diberikan kepada penyandang disabilitas berat untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari-hari.

8. Kebutuhan dasar sehari-hari adalah kebutuhan hidup sehari-hari, yang meliputi pangan, sandang, dan perawatan diri penyandang disabilitas.

(8)

9. Wali adalah seseorang yang terdekat, yang sehari-harinya mengurus dan membantu aktivitas kehidupan penerima ASPD Berat, serta dapat mewakili kepentingan penerima ASPD Berat.

10. Pendamping adalah petugas lapangan yang ditunjuk dinas/instansi sosial kabupaten/kota berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial untuk melaksanakan tugas pendampingan dalam pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat. 11. Pelaksana adalah seseorang yang mempunyai tugas dan

bertanggung jawab melaksanakan Kegiatan Pemberian ASPD Berat di tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota.

12. Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data awal yang tercatat pada Data Dasar Utama.

(9)

BAB II

KEGIATAN PEMBERIAN ASISTENSI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERAT (ASPD BERAT)

A. Pengertian

Kegiatan Pemberian ASPD Berat adalah kebijakan pemerintah dalam bentuk bantuan langsung berupa uang tunai sebesar Rp. 300.000,00 per orang per bulan selama 1 (satu) tahun yang penyalurannya dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap. ASPD Berat diberikan kepada penyandang disabilitas berat melalui wali untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari-hari penyandang disabilitas berat.

B. Tujuan

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari-hari penyandang disabilitas berat (sandang, pangan, air bersih, perawatan sehari-hari) agar taraf kesejahteraan hidupnya dapat terpenuhi secara wajar.

2. Tumbuhnya kepedulian keluarga dan masyarakat terhadap penyandang disabilitas berat.

C. Sasaran

Penyandang Disabilitas Berat dengan kriteria sebagai berikut: 1. kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi;

2. tidak dapat melakukan sendiri aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, dan lain-lain (selalu memerlukan bantuan orang lain);

3. tidak mampu menghidupi diri sendiri dan tidak memiliki sumber penghasilan tetap, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar;

(10)

4. berusia antara 2 s/d 55 tahun (untuk pendataan awal dan penggantian);

5. tidak diberikan kepada kelayan yang sedang mendapat pelayanan dalam panti;

6. terdaftar sebagai penduduk setempat;

D. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan adalah penyampaian informasi dan penjelasan tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat melalui pertemuan yang sifatnya formal, informal dan media informasi baik cetak maupun elektronik.

2. Pendataan

Pendataan adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang calon penerima ASPD Berat dan keluarganya yang meliputi nama, alamat lengkap, jenis kedisabilitasan, keadaan sosial ekonomi keluarga dan lain-lain. Pendataan dilakukan dengan menggunakan instrumen pendataan penyandang disabilitas berat yang telah disediakan (Lampiran 1), disertai dengan foto berwarna terbaru seluruh badan yang menggambarkan kondisi kedisabilitasan apa adanya dan kondisi rumah/tempat tinggal penyandang disabilitas.

Informasi bisa berasal dari masyarakat, organisasi sosial, media massa, kemudian didata dan diseleksi oleh dinas/instansi sosial kabupaten/kota untuk selanjutnya dikirim ke Kementerian Sosial melalui dinas/instansi sosial provinsi. (Lampiran 3)

(11)

3. Penetapan Penerima ASPD Berat

a. Kementerian Sosial menerima data dari provinsi, yang selanjutnya diverifikasi ulang secara administratif, sebagai bahan untuk menetapkan daftar nama calon penerima ASPD Berat.

b. Pemilihan penyandang disabilitas berat tidak membeda-bedakan suku, ras, dan agama.

c. Penetapan penerima ASPD Berat disahkan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial.

d. Penetapan calon penerima ASPD Berat harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pedoman ini (Lampiran 3), yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Sosial. Apabila pada pelaksanaannya ditemukan kesalahan dalam penetapan penerima ASPD Berat, maka Kepala Dinas/instansi sosial kabupaten/kota segera mengganti kepada sasaran yang lebih tepat.

e. Kesalahan dalam penentuan calon penerima ASPD Berat menjadi tanggung jawab bersama antara pendata, pendamping, kepala desa/lurah, dinas/instansi sosial kabupaten/kota dan provinsi.

4. Penyaluran Asistensi Sosial

a. Berdasarkan SK Menteri Sosial diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh pembuat komitmen, kemudian diajukan ke KPPN Jakarta II.

b. Berdasarkan pengajuan SPM dari Direktorat Rehabilitasi Orang Dengan Kecacatan, KPPN Jakarta II menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada mitra kerja PT Pos Indonesia (Persero) sesuai Perjanjian Kerjasasama.

(12)

c. Pihak PT Pos Indonesia (Persero) menyampaikan ASPD Berat kepada pihak penerima sesuai dengan prosedur yang telah disepakati bersama antara Kementerian Sosial dengan PT Pos Indonesia (Persero) melalui KPRK Posindo dan Kantor Pos Cabang di bawahnya.

d. SK Menteri Sosial berikut lampirannya dan kartu penerima dikirim ke PT Pos Indonesia, melalui dinas/instansi sosial provinsi, dinas/instansi sosial kabupaten/kota. Berdasarkan SK tersebut pelaksana pada dinas/instansi sosial kabupaten/kota mengisi kartu dan menyerahkan kepada wali dan kantor pos setempat.

e. Dari kantor pos bayar setempat, dana Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Berat diberikan kepada wali secara langsung di alamat masing-masing. Bila walinya tidak berada di tempat selama dua kali pengantaran, dana dapat diambil di kantor pos bayar terdekat yang telah ditunjuk atau berdasarkan kesepakatan bersama.

Untuk lebih jelasnya mekanisme penyaluran ASPD Berat dapat dilihat pada bagan berikut ini.

(13)

BAGAN MEKANISME PENYALURAN DANA ASISTENSI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERAT (ASPD BERAT)

(14)

Dalam melaksanakan penyaluran ASPD Berat, setiap unsur yang terlibat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. kelancaran dan ketepatan waktu pelaksanaan penyaluran;

b. koordinasi untuk menghindari terjadinya kesalahan proses penyaluran;

c. transparansi dan akuntabilitas;

d. penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan makanan/peningkatan gizi, pembelian sandang, perawatan sehari-hari;

e. musyawarah dan mufakat dalam menangani permasalahan yang mungkin terjadi;

f. Apabila penerima ASPD Berat meninggal dunia, penerima pindah alamat ke kabupaten/kota lain yang bukan merupakan wilayah kegiatan ASDP Berat, dan tidak sesuai kriteria, pendamping segera melaporkan ke dinas/instansi sosial kabupaten/kota dengan melampirkan surat kematian, surat pindah. Selanjutnya dinas/instansi sosial kabupaten/kota membuat SK penunjukan pengganti yang ditandatangani oleh kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota dilampiri berita acara pemberhentian penerima ASPD Berat, instrumen dan foto berwarna terbaru seluruh badan yang menggambarkan kondisi kedisabilitasan apa adanya dan kondisi rumah/tempat tinggal penyandang disabilitas yang kemudian diteruskan ke dinas/instansi sosial provinsi dan Kementerian Sosial.

5. Pemberhentian dan Penggantian Penerima ASPD Berat

a. Pemberhentian penerima ASPD Berat dapat dilakukan apabila: 1) penerima meninggal dunia, yang dinyatakan dengan surat

keterangan kematian dari kepala desa/lurah (lihat lampiran 5) 2) penerima tidak sesuai dengan kriteria penyandang disabilitas

berat berdasarkan laporan hasil monitoring dan evaluasi petugas, maupun pengaduan masyarakat ( lampiran 5).

(15)

3) penerima pindah alamat ke kabupaten/kota lain yang bukan merupakan wilayah kegiatan ASDP Berat, dengan surat keterangan pindah alamat dari desa/kelurahan (lampiran 5). b. Pemberhentian penerima ASPD Berat dikuatkan dengan berita

acara pemberhentian yang ditandatangani oleh kepala dinas/ instansi sosial kabupaten/kota (Lampiran 6)

c. Penggantian penerima ASPD Berat dilakukan dengan cara penetapan ulang yang ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota, digantikan oleh penyandang disabilitas berat yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan skala prioritas, atau data terbaru yang sesuai dengan kriteria.

d. Penggantian wali dapat dilakukan apabila terjadi penyalahgunaan ASPD Berat oleh wali, pindah alamat, wali sulit ditemui atau bekerja diluar daerah atau meninggal dunia sehingga menghambat penyaluran berdasarkan laporan pendamping. Wali dapat diganti dengan keluarga dan/atau masyarakat, yang ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota.

e. Kartu Pengganti wajib diselesaikan oleh dinas/ instansi sosial kabupaten/kota bersamaan dengan SK pengganti dan dikoordinasikan dengan PT Pos Indonesia.

f. Bagi penerima dengan status pengganti, harus memiliki surat persetujuan kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota berdasarkan berita acara pemberhentian penerima ASPD Berat. g. Masa berlaku penerima pengganti ditetapkan oleh kepala

dinas/instansi sosial kabupaten/kota mulai bulan berikutnya.

6. Pemutakhiran Data

Seluruh data penerima ASPD Berat yang telah ditetapkan akan menjadi Data Dasar Utama (Master Data Base) ASPD Berat dan

(16)

merupakan daftar resmi. Seluruh informasi tersebut dapat diakses pada website Kementerian Sosial (www.kemensos.go.id) dan media publik lainnya. Berdasarkan Data Dasar Utama tersebut, akan diterbitkan kartu penerima ASPD Berat dan format-format lainnya yang diperlukan untuk pembayaran, pemutakhiran, dan sebagainya.

Pemutakhiran data adalah perubahan sebagian atau seluruh data awal yang tercatat pada data dasar utama, seperti:

a. meninggal dunia, b. perubahan alamat,

c. perbaikan nama atau dokumen,

d. perubahan nama wali karena menyalahgunakan ASPD Berat, meninggal dunia, atau pindah/bekerja di luar domisili.

Pemutakhiran data dilaporkan oleh pendamping kepada pelaksana di dinas/instansi sosial kabupaten/kota setempat.

7. Pengaduan Melalui Unit Pengaduan Masyarakat

Warga masyarakat, organisasi sosial yang ingin menyampaikan pengaduan dan atau saran-saran berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat dapat menyampaikan melalui surat/faks ke:

a. Dinas/instansi sosial provinsi/kabupaten/kota setempat.

b. Kementerian Sosial cq. Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan di Jakarta melalui nomor telepon: 021-333591 faksimile: 021-3100438 email: http://yanrehsos.depsos.go.id

E. ORGANISASI PELAKSANA Tim Pemantau

1. Tingkat Pusat : - Menteri Sosial

- Ketua Umum PPCI

(17)

2. Tingkat Provinsi : - Gubernur

- Ketua DPD PPCI 3. Tingkat Kabupaten/Kota : - Bupati/Walikota

- Ketua DPC PPCI atau Organisasi sosial penyandang disabilitas setempat

Unsur-Unsur Pelaksana

1. Lembaga/instansi di tingkat pusat

a. Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Ditjen Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial sebagai penanggung jawab pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

b. KPPN, Ditjen Perbendaharaan Negara, Kementerian Keuangan sebagai penanggung jawab keuangan.

c. Sentral Giro dan Layanan Keuangan / SGLK Jakarta PT Pos Indonesia (Persero) sebagai penanggung jawab penyaluran.

d. DPP PPCI sebagai pemantau pelaksanaan kegiatan. 2. Lembaga/instansi tingkat provinsi:

a. Dinas/Instansi Sosial Provinsi sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di provinsi.

b. DPD PPCI sebagai pemantau pelaksanaan kegiatan di provinsi. 3. Lembaga/instansi kabupaten/kota:

a. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota

b. DPC PPCI atau orsos kecacatan setempat sebagai pemantau pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota.

4. Kecamatan: seksi kesejahteraan sosial/seksi suku dinas sosial kecamatan atau sederajat sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di kecamatan

5. Desa/Kelurahan : kepala desa/lurah sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan.

6. Unsur masyarakat sebagai sumber informasi, baik secara perseorangan, kelompok ataupun organisasi seperti:

(18)

a. tokoh agama

b. organisasi-organisasi penyandang disabilitas lokal c. Karang Taruna

d. FK PSM

e. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) f. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat

(WKSBM) g. RBM

h. Tim Penggerak PKK 7. Pendamping.

a. Pendamping adalah penduduk setempat yang bersatus bukan pegawai negeri sipil antara lain:

1) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

2) Organisasi sosial penyandang disabilitas 3) Pengurus Karang Taruna.

4) TKSK

5) Kader RBM 6) PKK/WKSBM

b. Kompetensi pendamping adalah:

1) memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi untuk membantu penyandang disabilitas berat;

2) memiliki motivasi tinggi dan komitmen untuk melaksanakan tugas;

3) memiliki reputasi baik sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat;

4) memiliki kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi sosial yang harmonis dengan berbagai pihak di lingkungan masyarakat;

5) disiplin, responsif dan kreatif dalam setiap pemecahan masalah;

(19)

6) memiliki sikap empati, tulus, ikhlas dalam melaksanakan tugas;

7) tidak sedang menjadi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ;

8) diutamakan berpendidikan minimal SLTA/sederajat.

c. Rekruitment/Seleksi pendamping dilakukan oleh dinas/instansi sosial kabupaten/kota. Pendamping ditetapkan melalui surat keputusan kepala dinas/instansi sosial kabupaten/kota, serta berkoordinasi dengan dinas/instansi sosial provinsi.

(20)

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG A. Lembaga Tingkat Pusat

1. Kementerian Sosial

Kementerian Sosial c/q Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. menetapkan kebijakan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

b. menyusun dan menetapkan pedoman Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

c. merencanakan dan mengalokasikan anggaran; d. mensosialisasikan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

e. menetapkan daftar nama nominatif penerima ASPD Berat dengan Surat Keputusan Dirjen Rehabilitasi Sosial atas nama Menteri Sosial;

f. menyalurkan dana ASPD Berat bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia (Persero);

g. menyiapkan instrumen : pendataan, monitoring, evaluasi dan pelaporan;

h. melaksanakan monitoring, evaluasi serta supervisi pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

i. menerima dan menindaklanjuti pengaduan serta laporan tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

2. Kementerian Keuangan

a. memberikan persetujuan dan pencairan dana;

b. memberikan petunjuk penyaluran dan prosedur pertanggungjawaban keuangan;

(21)

c. menerima kembali dana yang tidak tersalurkan dari PT. Pos Indonesia (Persero).

3. Sentral Giro dan Layanan Keuangan / SGLK Jakarta PT Pos Indonesia (Persero)

a. bertanggung jawab terhadap penyaluran dana ASPD Berat hingga ke alamat penerima pada setiap tahap penyaluran sesuai Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Sosial dengan PT. Posindo.

b. mendistribusikan dana ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) di setiap kabupaten/kota;

c. membuat dan menyampaikan laporan realisasi pendistribusian dana ke KPRK pada setiap tahap pencairan kepada Kementerian Sosial RI;

d. mengembalikan dana ASPD Berat yang tidak tersalurkan dan biaya pengirimannya (apabila petugas pos sama sekali tidak mendatangi rumah wali) kembali ke kas negara melalui rekening Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan; 4. DPP PPCI

a. Mensosialisasikan Kegiatan Pemberian ASPD Berat

b. Memantau pelaksanaan kegiatan ASPD Berat, baik sasaran maupun pemanfaatan.

B. Lembaga Tingkat Provinsi

1. Dinas/ Instansi Sosial Provinsi

Dinas/instansi sosial provinsi mempunyai tugas dan wewenang antara lain:

a. sebagai penanggung jawab kegiatan ASPD Berat pada tingkat provinsi;

b. membantu Tim Pusat dalam melaksanakan sosialisasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat, pendataan, monitoring, evaluasi dan supervisi;

(22)

c. menghimpun data dari dinas/instansi sosial kabupaten/kota, dan menyampaikan pengajuan daftar calon penerima ASPD Berat ke Kementerian Sosial;

d. membuat laporan per triwulan dan tahunan tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Kementerian Sosial; e. menerima dan menindaklanjuti pengaduan pelaksanaan

Kegiatan Pemberian ASPD Berat ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Kementerian Sosial.

f. mengalokasikan dana (sharing budget) melalui APBD untuk Kegiatan Pemberian ASPD Berat seperti sosialisasi, pendataan, verifikasi data, monitoring dan evaluasi, pelaporan, honor petugas pendamping.

2. DPD PPCI

a. Mensosialisasikan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

b. Memantau pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat baik saran maupun pemanfaatan.

C. Lembaga Tingkat Kabupaten/Kota

1. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota

Dinas/instansi sosial kabupaten/kota mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut :

a. sebagai penanggung jawab kegiatan ASPD Berat pada tingkat kabupaten/kota;

b. membantu Tim Pusat dalam melaksanakan pendataan dan sosialisasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

c. menetapkan nama-nama, pendamping dan pelaksana melalui surat keputusan kepala dinas/instansi sosial provinsi;

d. mengumpulkan, mengkoordinasikan, dan merekapitulasi data calon penerima ASPD Berat di kabupaten/kota;

(23)

e. menyerahkan instrumen hasil pendataan, rekapitulasi data dalam media penyimpan data (compact disc [CD]/flash disk) ke dinas/instansi sosial provinsi;

f. membantu Kementerian Sosial dan dinas/instansi sosial provinsi dalam melaksanakan monitoring, evaluasi, dan supervisi;

g. menerima, menindaklanjuti pengaduan dan melaporkan ke dinas/instansi sosial provinsi;

h. melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

i. membuat laporan per triwulan dan tahunan tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat sesuai ketentuan; j. berkoordinasi dengan pendamping, unsur masyarakat/

organisasi sosial (tokoh agama, FK PSM, karang taruna, TKSK, TP PKK, organisasi sosial penyandang disabilitas lokal, RBM) setempat dalam pelaksanaan pendataan, pendampingan dan pengawasan;

k. menetapkan dan menerbitkan surat keputusan tentang penghentian, penggantian penerima ASPD Berat dan penggantian wali;

l. menyinkronkan data penerima ASPD Berat dalam SK untuk kemudian memasukkan data tersebut ke dalam kartu penerima ASPD Berat;

m. mengisi identitas lengkap penerima ASPD Berat dalam kartu penerima ASPD Berat serta menyerahkan kepada KPRK Pos Indonesia.

n. mengalokasikan dana (sharing budget) melalui APBD untuk Kegiatan Pemberian ASPD Berat seperti sosialisasi, pendataan, verifikasi data, monitoring dan evaluasi, pelaporan, honor petugas pendamping.

(24)

2. Pelaksana di kabupaten/kota

Tugas pelaksana di kabupaten/kota adalah:

a. mengoordinasikan pelaksanaan pendataan di kabupaten/kota; b. memantau pendampingan;

c. membantu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penyaluran ASPD Berat;

d. mengumpulkan/menghimpun instrumen pendataan dan laporan dari pendamping;

e. melaporkan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat setiap triwulan dan tahunan kepada Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial dan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi.

3. Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) di Kabupaten/Kota Tugas kantor pos pemeriksa di kabupaten/kota adalah:

a. menggunakan daftar nama yang berdasarkan pada SK Menteri Sosial, apabila ada perbedaan agar dikomunikasikan dengan dinas/instansi sosial kabupaten/kota sebagai penanggung jawab Kegiatan Pemberian ASPD Berat di kabupaten/kota;

b. mendistribusikan kartu penerima yang telah dikeluarkan Kementerian Sosial melalui dinas/instansi sosial kabupaten/kota kepada kantor pos cabang atau kantor pos bayar;

c. ikut membantu melaporkan kepada dinas/instansi sosial kabupaten/kota bila menemukan ketidaktepatan sasaran penerima ASPD Berat untuk segera diganti. Namun apabila sampai bulan berikutnya belum juga diganti, maka kantor pos dapat melaporkan kepada Kementerian Sosial dengan melampirkan data secara lengkap melalui SGLK Jakarta;

d. menyalurkan dana ke kantor pos cabang sebagai kantor pos bayar, sesuai dengan lokasi penerima ASPD Berat;

(25)

e. melaporkan realisasi penyaluran dana pada setiap tahap penyaluran ke SGLK Jakarta, dinas/instansi sosial provinsi, dan dinas/instansi sosial kabupaten/kota;

f. mengembalikan dana yang tidak tersalurkan ke SGLK Jakarta. 3. DPC PPCI/Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas setempat

Tugas DPC PPCI/organisasi sosial penyandang disabilitas setempat adalah:

a. mensosialisasikan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

b. memantau pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat, baik sasaran maupun pemanfaatan;

c. bersama jaringan lokalnya menginformasikan keberadaan penyandang disabilitas berat.

4. Pendamping

Tugas pendamping adalah :

a. mengikuti pelatihan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kompetensi pendamping.

b. melakukan kunjungan kepada keluarga/wali ASPD Berat sesuai dengan kebutuhan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali, dengan mengisi format yang telah itetapkan

c. menyusun laporan kegiatan dan hasil kunjungan ke penerima ASPD Berat sesuai dengan format yang telah ditentukan. Laporan kegiatan dibuat dalam rangkap 2 (dua), dikirim kepada pelaksana kabupaten/kota dan arsip.

d. mensosialisasikan Kegiatan Pemberian ASPD Berat kepada keluarga/wali dan masyarakat lingkungannya tentang bantuan dana dari Kementerian Sosial.

e. melakukan pendataan/pemutakhiran data untuk penggantian penerima ASPD Berat bagi yang sudah meninggal, tidak sesuai kriteria dan pindah alamat. Pengganti penerima harus sesuai dengan kriteria dan dilengkapi persyaratannya antara lain:

(26)

mengisi formulir pendataan melalui wawancara dengan keluarga/wali

membuat foto berwarna calon penerima ASPD Berat seluruh badan dan foto tempat tinggal wali/keluarga.

Melampirkan semua persyaratan seperti foto copy kartu keluarga dan kartu tanda penduduk.

D. Lembaga/Non Lembaga Tingkat Kecamatan 1. Kecamatan

Tugas kecamatan adalah :

a. membantu pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

b. membantu dinas/instansi sosial kabupaten/ kota dalam melaksanakan sosialisasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat dan pendataan;

c. membantu pengawasan penyaluran dana. 2. Kantor Pos Cabang

Tugas kantor pos cabang adalah :

a. menyalurkan dana sampai ke alamat penerima ASPD Berat; b. menyampaikan laporan realisasi penyaluran dana setiap tahap

penyaluran ke KPRK;

c. berkoordinasi dengan petugas pendamping dalam menyalurkan dana ke alamat penerima ASPD Berat.

3. Unsur Masyarakat/Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas

Unsur masyarakat/ organisasi sosial penyandang disabilitas diharapkan dapat :

a. membantu menyampaikan informasi tentang keberadaan penyandang disabilitas berat;

b. membantu pendataan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

c. membantu memantau pelaksanaan pendataan di lokasi yang telah ditentukan;

(27)

d. membantu pelaksanaan pengawasan (delik aduan) terhadap pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

e. membantu sosialisasi dan publikasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

f. membantu memberikan bimbingan kepada pendamping ASPD Berat dalam pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

g. membantu membimbing keluarga/wali dan penerima ASPD Berat dalam pemanfaatan dana yang diterima sesuai dengan arah dan tujuan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

E. Lembaga/Non Lembaga Tingkat Kelurahan/ Desa 1. Kepala Desa/Lurah

Tugas kepala desa/lurah adalah:

a. bertanggung jawab terhadap hasil pendataan;

b. membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan ASPD Berat;

c. membantu membuatkan surat identitas diri (KTP/surat keterangan), Kartu Keluarga/ surat kematian/ surat pindah penerima ASPD Berat.

2. Unsur Masyarakat/Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas Unsur masyarakat diharapkan dapat :

a. membantu menyampaikan informasi tentang keberadaan penyandang disabilitas berat;

b. membantu pendataan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

c. membantu melaksanakan pengawasan (delik aduan) terhadap pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

d. membantu sosialisasi dan publikasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

e. membantu memberikan bimbingan/pendampingan kepada penyandang disabilitas sebagai penerima ASPD Berat agar pemanfaatannya sesuai dengan arah dan tujuan Kegiatan Pemberian ASPD Berat

(28)

BAB IV

MONITORING, EVALUASI, RESERTIFIKASI, DAN PELAPORAN

A. Monitoring 1. Pengertian

Monitoring merupakan rangkaian kegiatan pengamatan secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan kegiatan, hambatan yang dihadapi serta upaya pemecahan dan dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak.

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud

Monitoring dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat dimaksudkan untuk memantau ketepatan penerima, proses penyaluran dana, pemanfaatan dana, hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat dan upaya pemecahan masalah.

b. Tujuan

Tujuan monitoring adalah:

1) mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana;

2) mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi;

3) mengetahui apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan. 3. Sasaran

Sasaran monitoring meliputi: a. ketepatan penerima;

b. ketepatan waktu pelaksanaan;

c. ketepatan jumlah dana yang diterima; d. ketepatan pemanfaatan dana;

(29)

e. prosedur pencairan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban berdasarkan ketentuan yang berlaku;

4. Pelaksana

Monitoring dilaksanakan secara berjenjang oleh penanggung jawab dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan, pelaksana dari dinas/ instansi sosial provinsi, pelaksana di kabupaten/kota, dan pendamping secara periodik.

5. Metode

Monitoring menggunakan metode: a. kunjungan lapangan;

b. memantau melalui telepon;

c. berdasarkan pengaduan masyarakat. 6. Indikator

Indikator keberhasilan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat adalah sebagai berikut:

a. mekanisme penyaluran ASPD Berat dilaksanakan sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara Kementerian Sosial cq. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan PT. Pos Indonesia;

b. ASPD Berat senilai Rp. 300.000,00 diterima per orang per bulan selama 12 bulan yang diterima secara bertahap (3 kali penyaluran);

c. tidak ada pengaduan;

d. disalurkan tepat waktu, tepat sasaran serta tepat pemanfaatan;

e. terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari- hari penyandang disabilitas berat.

B. Evaluasi

1. Pengertian

Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap seluruh kegiatan ASPD Berat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai hasil pelaksanaan kegiatan.

(30)

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud

Evaluasi dimaksudkan untuk melihat keberhasilan dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan kegiatan selanjutnya.

b. Tujuan

Tujuan evaluasi untuk:

1) mengetahui ketepatan sasaran, waktu penyaluran, dan jumlah dana yang disalurkan;

2) memberikan penilaian terhadap proses pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat;

3) memberikan penilaian terhadap hasil (output, outcome dan dampak) apakah sesuai dengan tujuan pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

3. Sasaran

Sasaran evaluasi adalah:

a. penerima, pendamping, pelaksana, jumlah dana ASPD Berat dan PT Pos Indonesia;

b. proses pelaksanaan kegiatan ASPD Berat; c. hasil yang dicapai (output/outcome).

4. Pelaksana

Evaluasi dilaksanakan secara terpadu oleh pendamping, dinas/instansi sosial kabupaten/kota, dinas/instansi sosial provinsi dan Kementerian Sosial dengan pihak lain yang terkait.

5. Metode

Evaluasi dilakukan dengan metode: a. diskusi kelompok;

b. survey ke lapangan (uji petik) dari hasil laporan monitoring; b. pengamatan.

(31)

INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI

Indikator keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi Kegiatan Pemberian ASPD Berat yaitu:

a. mekanisme penyaluran ASPD Berat dilaksanakan sesuai dengan Perjanjian Kerjasama antara Kementerian Sosial cq. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dengan PT. Pos Indonesia;

b. ASPD Berat senilai Rp. 300.000,00 diterima per orang per bulan selama 12 bulan yang diterima secara bertahap (3 kali penyaluran);

c. tidak ada pengaduan;

d. disalurkan tepat waktu, tepat sasaran serta tepat pemanfaatan;

e. terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dan perawatan sehari- hari penyandang disabilitas berat.

C. Resertifikasi

1. Pengertian

Resertifikasi adalah proses evaluasi status kepesertaan apakah penerima masih layak atau tidak sebagai penerima ASPD Berat sesuai dengan kriteria dan aturan yang telah ditentukan.

2. Tujuan

Resertifikasi bertujuan untuk menghindari terjadinya salah sasaran yang berkelanjutan.

3. Sasaran

Sasaran resertifikasi adalah kesesuaian penerima ASPD Berat dengan kriteria yang telah ditetapkan.

4. Pelaksana

Pelaksana kegiatan resertifikasi adalah: a. pendamping;

b. pelaksana kabupaten/kota.

(32)

5. Cara Pelaksanaan

Untuk melakukan resertifikasi, pelaksana kabupaten/kota mendatangi dan melihat penerima ASPD Berat secara langsung kondisi penerima ASPD Berat, dengan mengajukan pertanyaan seperti pendataan awal, antara lain menggali informasi dasar penerima ASPD Berat (nama, alamat, umur dan jenis kelamin, kondisi disabilitas, kondisi sosial ekonomi, kondisi tempat tinggal, dan sebagainya).

Data yang diperoleh dari hasil resertifikasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan kelanjutan status penerima.

Proses resertifikasi dilakukan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:

a. Resertifikasi otomatis dilakukan ketika diketahui ada penerima ASPD Berat yang meninggal dunia, maka secara otomatis status penerima harus dihentikan.

b. Resertifikasi kedua dilakukan ketika pendamping/ pelaksana kabupaten/kota melakukan monitoring.

Apabila hasil resertifikasi tahap ini menunjukan bahwa penerima sesuai dengan kriteria sasaran, penerima tersebut tetap menerima ASPD Berat. Namun apabila hasil resertifikasi mengindikasikan bahwa penyandang disabilitas tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, penerimaan ASDP Berat akan dihentikan.

D. Pelaporan 1. Pengertian

Pelaporan merupakan penyampaian informasi kegiatan mulai dari proses, pelaksanaan dan hasil kegiatan secara tertulis. Pelaporan digunakan sebagai bahan dokumentasi, pertanggungjawaban keuangan dan tujuan fungsional kegiatan, menjadi bahan masukan

(33)

perbaikan dan optimalisasi serta merupakan kontrol pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

2. Maksud dan Tujuan a. Maksud

Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat sekaligus sebagai pertanggungjawaban kegiatan.

b. Tujuan

Tujuan pelaporan adalah untuk memperoleh informasi, tersedianya fakta, data yang lengkap tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat, baik hasil yang dicapai pada setiap tahapan kegiatan maupun hasil seluruh kegiatan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

3. Materi Pelaporan

Materi pelaporan meliputi:

a. input kegiatan (ketepatan penerima, waktu dan jumlah dana). b. Proses pelaksanaan setiap tahapan pelaksanaan

yang telah ditentukan.

c. Keberhasilan yang dicapai, baik pada setiap tahap kegiatan maupun hasil dari seluruh kegiatan. d. Informasi lain yang perlu dilaporkan seperti

data jumlah penerima ASPD Berat, dana yang dibayarkan,

sisa dana yang tidak tersalurkan, baik riil maupun persentasenya (%), lengkap dengan keterangan yang mencantumkan alasan dari dana yang belum tersalurkan (misalnya meninggal, pindah, dsb),

ada atau tidaknya pengaduan masyarakat.

(34)

d. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan.

e. Upaya pemecahan masalah.

Materi pelaporan diperoleh pada saat monitoring, resertifikasi dan evaluasi pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat.

4. Pelaksanaan Pelaporan

Pelaporan dibuat secara berjenjang oleh: a. Pendamping

Laporan dibuat per triwulan, paling lambat pertengahan atau tanggal 15 pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Laporan dikirim ke pelaksana kabupaten/kota.

b. Pelaksana di kabupaten/kota

Laporan dibuat per triwulan dan tahunan oleh dinas/instansi sosial kabupaten/kota tentang pelaksanaan kegiatan yang sifatnya kualitatif sesuai dengan format yang tercantum pada Pedoman Pelaksanaan ASPD Berat (Lampiran 13), disampaikan ke Kementerian Sosial dengan tembusan kepada dinas/instansi sosial provinsi. Laporan triwulanan paling lambat minggu terakhir bulan ke 3, 6, 9 dan khusus bulan Desember sekaligus dengan laporan tahunan paling lambat tanggal 10 Desember pada tahun yang bersangkutan.

c. Pelaksana di provinsi

Laporan dibuat per triwulan dan tahunan oleh dinas/instansi sosial provinsi tentang pelaksanaan Kegiatan Pemberian ASPD Berat kabupaten/kota di wilayahnya, yang sifatnya kualitatif sesuai dengan format yang tercantum pada Pedoman Pelaksanaan ASPD Berat (Lampiran 13), disampaikan ke Kementerian Sosial. Laporan triwulanan paling lambat 1 minggu

(35)

awal bulan berikutnya dan laporan tahunan paling lambat tanggal 15 Desember pada tahun yang bersangkutan.

d. PT Pos Indonesia

Laporan PT Pos Indonesia (Persero), yang disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setiap tahap penyaluran kepada Kementerian Sosial. Tembusan disampaikan kepada dinas/instansi sosial kabupaten/kota, dinas/instansi sosial provinsi, dengan mencantumkan keterangan alasan dana yang belum tersalurkan (misalnya meninggal, pindah alamat, dan sebagainya).

e. Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Laporan Tahunan dibuat oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan sebagai penanggung jawab Kegiatan Pemberian ASPD Berat, paling lambat tanggal 31 Desember pada tahun berjalan.

(36)

BAB V P E N U T U P

Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Asistensi Sosial bagi Penyandang Disabilitas Berat (ASPD Berat) merupakan acuan bagi pemerintah, pemerintah daerah dan seluruh unsur terkait di lapangan. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan secara terkoordinasi, efektif, efisien, akuntabel, tepat waktu dan tepat sasaran sehingga dapat digunakan sebagai pedoman kerja.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya selama proses penyempurnaan.

Jakarta, 16 April 2012

A.N. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI SOSIAL,

ttd. SAMSUDI

Referensi

Dokumen terkait

Bila node tersebut mempunyai nilai 1 lebih dari satu pada posisi yang bersangkutan, akan dilakukan random untuk nilai mana yang akan bernilai 1. Dan apabila pada posisi

Sejumlah kriteria untuk proses pembuatan keputusan dalam memilih karyawan SPG untuk produk rokok yang telah ditetapkan adalah performance, comunicating style, body

96 SONI ANGGARA SAPUTRA PONTIANAK BARAT JL.KOM.YOS SUDARSO GG.JERUJU III DALAM B/E NO.81 97 SONIA QADARIAH PONTIANAK BARAT JL. KOM YOS SUDARSO GG. ALPOKAT INDAH JALUR 3 98 SY.

Indonesia yang diukur menggunakan persen memberikan korelasi negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan dengan koefisien sebesar 0.164718 yang berarti bahwa

Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produksi kedelai bersifat inelastis terhadap perubahan harga di tingkat petani karena memiliki nilai |E| <1.. Sifat inelastis ini

Penelitian ini dilatar belakangi diantaranya oleh kurang maksimalnya penyuluhan dari penyuluh pertanian tentang cara budidaya tanamam yang baik dan benar.Berdasarkan