• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN CALON PROFESOR KAJIAN AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA MOLEKULER ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN CHROMOLAENA ODORATA L PADA TIKUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN CALON PROFESOR KAJIAN AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA MOLEKULER ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN CHROMOLAENA ODORATA L PADA TIKUS"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

i

PENELITIAN CALON PROFESOR

KAJIAN AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA MOLEKULER ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN CHROMOLAENA ODORATA

L PADA TIKUS PUTIH WISTAR

Tim Peneliti

Dr. Hanifah Yusuf, M.Kes., Apt /195709111987032001 Dr. Yusni, M.Kes., AIF / 19731225 2000032001

Dr.dr. Reno Keumalazia Kamarlis, SpPA/ 197008012000032001

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan surat Perjanjian dan Penugasan

Pelaksanaan Penelitian Calon Profesor Tahun Anggaran 2020 Nomor : 272/UN11/SPK/PNBP/2020 Tanggal 18 Maret 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

OKTOBER TAHUN 2020

(11)
(12)

iii membuktikan khasiatnya secara ilmiah sehingga diperoleh obat yang aman, potensial dan selektif. Beberapa antikanker yang tersedia belum memberi hasil yang memuaskan karena tidak hanya mempengaruhi sel kanker, tapi juga mengganggu sel normal dan pada penggunaan lanjutan menimbulkan efek samping, toksisitas dan resistensi. Atas dasar hal ini, maka penelitian tentang: Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar penting dilakukan untuk mengetahui potensi dan mekanisme kerjanya dalam menghambat pertumbuhan kanker payudara pada hewan coba. Sebanyak 70 ekor tikus putih Wistar betina (dibagi atas 7 kelompok; n = 10): kelompok normal, kanker, kanker dengan doxorubicin dan 4 kelompok kanker dengan pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata dosis 500; 1000; 2000; 4000mg/kgBB. Induksi kanker dengan pemberian suspensi oral 7,12 dimethylbenzenantrassena (DMBA) 20 mg/kgBB dalam CMS-Na 0,5%, 3 kali seminggu selama 5 minggu, kecuali kelompok normal. Setelah 5 minggu berat badan, jumlah nodul, diameter dan volume nodul kanker diukur menggunakan Caliper. Selanjutnya diberi ekstrak uji sampai minggu ke 16. Pengukuran kembali dilakukan setelah 6, 11 dan 16 minggu pemberian ekstrak uji. Pada akhir observasi dilakukan pemeriksaan histopatologis terhadap jaringan kanker payudara yang dibuat dengan metode paraffin beku. Tujuannya untuk mengetahui tingkat keparahan kanker dan sifat karsinogenisitas seluler pada jaringan kanker payudara hewan coba. Kajian aktivitas proliferasi sel kanker payudara dilakukan dengan metode AgNOR, pemeriksaan ekspressi protein Bcl-2 dan p-53 dilakukan secara immunohistokimia untuk melihat mekanisme kerja ekstrak uji dalam menghambat pertumbuhan kanker melalui penurunan atau peningkatan ekspressi protein tersebut yang berperan sebagai proapoptosis atau antiapoptosis. Hasil kajian terhadap sediaan histopatologis jaringan kanker kelenjar payudara diperoleh gambaran adanya perbaikan pada jaringan tersebut setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata pada dosis 2000 dan 4000mg/kg BB. Tingkat proliferasinya dengan metode AgNOR (Argyrophilic Nuclear Organizer Region) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0,001) antara kelompok ekstrak uji dengan kelompok DMBA, kanker). Mekanisme kerja ekstrak etanol daun Chromolaena odorata dalam menghambat pertumbuhan kanker payudara tikus betina Wistar adalah dengan pemacuan apoptosis melalui penurunan ekspressi protein p53 dan Bcl-2 pada jaringan kanker payudara tikus yang diinduksi dengan DMBA. Pada masa mendatang, diharapkan penelitian ini mampu mengungkapkan strategi baru untuk meningkatkan efektivitas ekstrak uji pada pengobatan kanker sehingga hasil kajian ini dapat dilanjutkan ke tahap uji klinik pada manusia. Luaran yang ditargetkan adalah publikasi ilmiah, presentasi pada acara seminar dan pameran poster.

(13)

iv memberi rahmat dan petunjukNya sehingga laporan akhir penelitian ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Rektor dan Bapak Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Syiah Kuala yang telah memberi kesempatan dan sekaligus mendanai penelitian ini. Tak lupa ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah mengizinkan kami untuk melaksanakan penelitian ini. Adapun laporan akhir penelitian tentang “Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar” dibuat sebagai lanjutan hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan secara in vitro. Penelitian awal pada hewan coba ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun Chromolaena odorata sebagai antikanker secara in vivo pada tikus putih betina Wistar yang diinduksi dengan dimethylbenza(a)anthrasena (DMBA). Berbagai kendala telah terjadi pada saat kami melakukan penelitian, diantaranya penutupan laboratorium dan tenaga teknis yang terdampak akibat bencana Covid-19, namun sedikit demi sedikit diupayakan agar laporan penelitian dapat diselesaikan. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat dan terimakasih banyak kepada para pendukung yang telah membantu kelancaran penelitian ini, semoga Allah SWT memberi pahala yang berlipat ganda kepada kita semua. Aaamiiin.-

Banda Aceh, 30 Oktober 2020 Ketua Peneliti

(14)

v

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

RINGKASAN ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Permasalahan Penelitian ... 4 1.3. Tujuan Khusus ... 4 1.4. Urgensi Penelitian ... 5

1.5. Rekam Jejak dan Peta Jalan Penelitian ... 6

1.6. Target atau Luaran Yang Akan Dicapai ... 7

1.7. Rencana Target Capaian Tahunan ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker ... 9

2.2. Faktor Risiko Kanker Payudara ... 10

2.3. Pertumbuhan Kanker Payudara ... 10

2.4. Karsinogenesis ... 10

2.5. Stadium Kanker Payudara ... 11

2.6. Kandungan Senyawa Daun Chromolaena odorata L... 11

2.7. Aktivitas Farmakologi Chromolaena odorata L……... 12

2.8. Kajian Aktivitas Antikanker Secara In Vivo ... 12

2.9. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kanker... 12

2.10. Kajian Mekanisme Kerja Molekuler Antikanker... 12

(15)

vi

3.2. Manfaat Penelitian ... 14

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15

4.2. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian ... 15

4.3. Implikasi Klinik dan Kode Etik Penelitian Pada Hewan ... 15

4.4. Alat dan Bahan Penelitian... 15

4.5. Pengelompokan Hewan Coba... 16

4.6. Prosedur Penelitian ... 18

4.7. Analisa Statistik ………...……… 24

4.8. Alur Penelitian ... 24

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Chromolaena odorata... 25

5.2. Hasil Ekstraksi Daun Chromolaena odorata... 25

5.3. Hasil Identifikasi Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata ... 25

5.4. Jumlah Tikus Sebelum dan Sesudah Induksi Kanker, Insidensi, Nodul dan Multiplisitas Tikus Betina Wistar Setelah Induksi dengan 7,12-dimethylbenzenaanthracena 25 5.5. Rata-rata Jumlah Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu... 27

5.6. Rata-Rata Berat Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA Dan setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 16 minggu... 30

5.7. Berat Badan Rata-Rata Tikus Betina Wistar Sebelum, Setelah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu... 31

(16)

vii BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ……… 39

6.2. Saran ……….. 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel Sudah Dipublikasi ………...……. 44 Lampiran 2. Arikel Yang Sudah Disubmit Di Jurnal Internasional 46 Lampiran 3. Surat Keterangan Identifikasi Tumbuhan

Chromolaena odorata ………...……. 47 Lampiran 4. Surat Keterangan Hasil Uji Fitokimia ...….. 48 Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian

Pada Hewan Coba ………... 49 Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ………... 50 Lampiran 7. Surat Keterangan Penugasan Penelitian... 56 Lampiran 8. Surat Laporan Hasil Analisis LCMS dari LIPI... 58 Lampiran 9. Surat Laporan Hasil Analisis dari Laboratorium

Kesehatan Daerah Jakarta ... 59 Lampiran 10. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasi ... 60

(17)

viii Halaman

Tabel 1. Jadwal dan Lama Pemberian Perlakuan ... 13 Tabel 2. Jadwal Pengamatan Terhadap Hewan Coba ……….. 14 Tabel 3. Jumlah Tikus Wistar Sebelum, Setelah Induksi dan Perlakuan 26 Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu ………... 27 Tabel 5. Rerata Volume Nodul Kanker Payudara Tikus Betina Wistar Setelah Induksi dengan DMBA dan Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu ... 29 Tabel 6. Rata-Rata Berat Nodul Kanker Payudara Tikus Betina Wistar Setelah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak

Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 16 Minggu ... 30 Tabel 7. Berat Bada Rata-Rata Tikus Betina Wistar Sebelum, Setelah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberain Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata Selama 16 Minggu …...………. 31 Tabel 8. Hasil Analisa LCMS-ESI Terhadap komponen utama Ekstrak

Etanol Daun Chromolaena odorata………. 34 Tabel 9. Jumlah Rata-Rata Titik AgNOR pada Sel Kanker Payudara Pada Akhir Perlakuan ... 36

(18)

ix

Gambar 1. Rekam Jejak dan Peta Jalannya Penelitian ... 5

Gambar 2. State of The Art Bidang Peneliti ... 10

Gambar 3. Kanker Payudara Pada Hewan Coba ... 19

Gambar 4. Alur Penelitian ... 24

Gambar 5. Histopatologi Jaringan Kanker Payudara ... 33

Gambar 6. Titik Hitam AgNOR Pada Sel Kanker Payudara... 36

(19)

x Lampiran 1. Artikel yang sudah dipublikasi ………. 44

Lampiran 2. Artikel yang sudah disubmit di Jurnal Internasional 46 Lampiran 3. Surat Keterangan Identifikasi Tumbuhan

Chromolaena odorata L ……… 47 Lampiran 4. Surat Keterangan Hasil Uji Fitokimia ………….. 48 Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian

Pada Hewan Coba ………. 49 Lampiran 6. Foto-Foto Penelitian ………. 50 Lampiran 7. Surat Keterangan Penugasan Penelitian ... 56 Lampiran 8. Surat Laporan Hasil Analisis LCMS dari LIPI .... 58 Lampiran 9. Surat Laporan Hasil Analisis dari Laboratorium

Kesehatan Daerah Ibukota Jakarta... 59 Lampiran 10. Personalia Tenaga Peneliti dan Kualifikasi ... 60

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti wanita, karena menyebabkan nyeri, kecacatan dan pada stadium lanjut sulit disembuhkan dan menyebabkan kematian. Saat ini terapi kanker dilakukan secara pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon, namun keberhasilan terapi belum optimal. Kemoterapi atau antikanker yang tersedia tidak hanya menghambat pertumbuhan sel kanker, tapi juga menyebabkan kerusakan sel-sel normal yang berakibat pada timbulnya efek samping seperti gangguan pada jantung, pertumbuhan rambut, sel-sel darah, penderita rentan terhadap infeksi, perdarahan, gangguan fisiologis dan psikologis (Bray et al, 2015).

Pada awal pemberian kemoterapi beberapa jenis kanker menunjukkan respon yang positif, namun tahap terapi lanjutan muncul resistensi yang menyebabkan kegagalan terapi (Galluzi et al, 2014).Oleh karena itu penemuan dan pengembangan antikanker, penting dilakukan untuk menemukan antikanker baru yang aman, selektif dan potensial. Terapi kanker butuh waktu lama dan biaya mahal, dengan demikian aspek hemat biaya penting juga diperhitungkan agar tercapai terapi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya penemuan obat baru adalah melalui pemanfaatan bahan alam, terutama tumbuhan yang banyak tersedia dan secara empiris terbukti berkhasiat dan aman.

Tumbuhan obat telah lama digunakan untuk terapi berbagai jenis penyakit, karena dinilai aman, bermanfaat, murah dan nyaman. Salah satu tumbuhan berkhasiat antikanker adalah Chromolaena odorata L termasuk familia Compositae atau Asteraceae. Beberapa peneliti menyatakan bahwa ekstrak daunnya mampu menghambat pertumbuhan sel kanker kolon HT29 (Adedapo et al, 2016, Asomugha

et al, 2015). Nilai dosis letal 50 (LD50) 16,5 g/kg BB pada mencit (Paulosel et al, 2016), sedangkan pada tikus Wistar lebih dari 5000 mg/kg untuk ekstrak etanol dan 2154 mg/kg BB untuk ekstrak air (Asomugha et al, 2015). Sebelum dilakukan uji

(21)

klinik pada manusia, obat harus melalui uji preklinik (in vitro dan in vivo) pada hewan coba.

Uji preklinik antikanker secara in vitro dinyatakan bahwa ekstrak tumbuhan ini mampu menghambat pertumbuhan sel kanker PC3 (prostat), MDA-MB-231 (payudara), HT-29 (colon), SiHa (cervix), dan kanker paru (A549) dengan nilai IC50

antara 30,9 mg/L- 58.9 mg/L (Mendez et al, 2018). Triterpen di dalam minyak atsiri daunnya memiliki aktivitas sitotoksik pada sel HepG2 (hepar) nilai IC50 206,7µg/mL

(Prabhu and Subban, 2012). Metileter narigenin dari ekstrak daun memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel L1210 (leukimia) sebesar 1,515 bpj (Fitra et al, 2017).

Aktivitas sel Hela, NIH3T3 dan HepG2 memiliki nilai IC50secara berturut-turut 60,3;

67,5 dan 72,0µg/mL.

Sebatas pengetahuan peneliti ekstrak etanol daun tumbuhan ini belum pernah diteliti pada tikus Wistar kanker yang diinduksi dengan 7,12-dimethyl benzenaanthracena (DMBA). Oleh karena itu penelitian yang berjudul: “Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata pada tikus putih Wistar” penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran aktivitas dan mekanisme kerjanya sebagai antikanker.

1.2. Permasalahan Penelitian

a. Apakah ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L memiliki potensi sebagai antikanker payudara pada tikus Wistar betina yang diinduksi dengan DMBA?

b. Bagaimanakah mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata L pada tikus Wistar betina kanker payudara tersebut ?

1.3. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui potensi antikanker payudara dan sifat progresivitasnya pada tikus Wistar betina setelah diinduksi dengan DMBA dan diberi ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L

(22)

b. Untuk mengetahui mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L pada tikus Wistar betina dengan metode immunohistokimia.

1.4. Urgensi Penelitian

Landasan ilmiah rasional terhadap penggunaan dan pengembangan antikanker perlu dibuktikan melalui penelitian yang terstruktur. Disiplin ilmu yang dimiliki ketua peneliti terkonsentrasi pada bidang Drug discovery and development khususnya obat malaria, kanker, gangguan metabolik, antinyeri, antiinflamasi, antirheumatik, penyakit kardiovaskuler dan lain-lain. Sebelumnya telah dilakukan kajian antikanker dari ekstrak, fraksi dan senyawa aktif dari akar tongkat ali atau akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack). Senyawa aktifnya yaitu eurikumanon berhasil diisolasi, disintesis turunannya serta diuji aktivitasnya sebagai antikanker dan antimalaria. Salah satu turunan eurikumanon hasil sintesis sangat berpotensi sebagai antikanker dan metode semisintesisnya sedang dalam proses pengajuan HKI. Sedangkan yang paling potensial sebagai antimalaria adalah eurikumanon. Timbulnya resistensi pada pengobatan malaria dan kanker, memicu peneliti untuk mencari obat baru terutama dari tumbuhan berkhasiat yang sering digunakan masyarakat dan mudah didapat. Daun tumbuhan Chromolaena odorata L dengan nama daerah Seurapoh (Aceh) menjadi target penelitian tentang: “Kajian aktivitas dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata Linn pada Tikus Putih Wistar”. Tujuannya untuk mengetahui potensi antikanker dan mekanisme kerjanya. Proliferasi kanker dapat diamati melalui pemeriksaan histopatologi melalui pengecatan haematoksilin-eosin dan metode AgNOR. Mekanisme kerjanya dikaji secara immunohistokimia dengan melihat ekspressi protein Bcl-2 dan protein p-53. Dua anggota peneliti memiliki keahlian di bidang Fisiologi (AIF) yang mampu menjelaskan proses fisiologis dan mekanisme molekuler yang memperantarai terjadinya kanker dan Ahli Patologi Anatomi (SpPA) memiliki kemampuan menganalisis proses biokimia yang terjadi pada progresivitas dan spektrum histopatologis jaringan kanker. Penggabungan ke tiga keahlian ini akan

(23)

memberikan kontribusi yang positif dan berkualitas terhadap keberhasilan penelitian ini.

1.5. Rekam Jejak dan Peta Jalan Penelitian

Sejak tahun 2012 ketua peneliti sudah melakukan kajian terkait antikanker akar tongkat ali (Eurycoma longifolia Jack) dan telah dipublikasi pada beberapa jurnal internasional. Tumbuhan Chromolaena odorata L menarik perhatian peneliti karena pada tahun 2019 melalui Hibah Lektor Kepala (dana PNBP Universitas Syiah Kuala) dengan judul “Penurunan Kadar Glukosa Darah Dan Derajat Katarakogenesis Paska Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena Odorata Linn Pada Tikus Diabetik”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Chromolaena odorata

memiliki aktivitas antidiabetik yang potensial dengan nilai dosis efektif 50 (ED50)

2,65 mg/kgBB. Salah satu mekanisme kerjanya diperkirakan terkait kandungan flavonoidnya yang mampu menghambat kerusakan sel beta pankreas dan meningkatkan sekresi insulin. Artikel terkait hal ini sedang dalam proses review pada

Journal of Applied Pharmaceutical Sciences.

Atas dasar potensi dan mekanisme kerja kandungan zat aktifnya, maka kajian terkait profil kholesterol dan histopatologis organ tikus diabetik paska pemberian ekstrak daun ini juga telah dilakukan, namun belum dipublikasi. Salah satu mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel kanker adalah melalui peningkatan produksi Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan stress oksidatif. Aktivitasnya sebagai antioksidannya mampu menurunkan produksi Reactive Oxygen Spesies (ROS), stress oksidatif, maka diperkirakan juga mampu menghambat aktivitas pertumbuhan sel kanker. Pada tahun yang sama (2019) juga telah dilakukan penelitian in vitroekstrak etanol daun Chromolaena odorata terhadap sel MCF-7 dan sel T47D dan diperoleh

nilai IC50sebesar 1,177 mcg/mL dan 2,237 mcg/mL dan aman terhadap sel normal.

Hasil penelitian ini belum dipublikasi dan rencana akan dipublikasi pada Journal of

Pharmacological Sciences.

Kajian obat oleh WHO diharuskan melalui tahap uji pre klinik pada hewan coba maupun tahap uji klinik pada manusia. Oleh karena itu kajian aktivitas dan mekanisme molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata

(24)

pada tikus Wistar penting dilakukan sebagai langkah lanjut menuju uji klinik pada manusia. Diharapkan hasil penelitian ini memberi konstribusi yang positif bagi perkembangan antikanker. Direncanakan hasil penelitian ini akan dipublikasi di dalam Journal of Applied Pharmaceutical Sciences.

1.6. Target atau Luaran Yang Akan Dicapai

Hasil penelitian ini ditargetkan mencapai luaran sebagai berikut:

a. Menghasilkan artikel ilmiah yang akan dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi atau jurnal nasional terakreditasi

b. Akan dipresentasikan pada seminar nasional tahun 2020.

c. Mampu menjelaskan teori tentang terjadinya penghambatan pertumbuhan sel kanker dan mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L.

(25)

1.7. Rencana Target Capaian Tahunan

No Jenis Luaran Indikator Capaian

TS TS+1 TS+2

1 Publikasi ilmiah Internasional / Nasional terakreditasi Submitted Published  -2 Pemakalah dalam

pertemuan ilmiah Internasional / Nasional Dilaksanakan Tidak ada  -3 Key note speaker

dalam pertemuan ilmiah

Internasional / Nasional Tidak ada Tidak ada 

-4 Visiting lecturer Internasional Tidak ada Tidak ada 

5 Hak atas kekayaan

intelektual (HKI) Paten / Paten sederhana / Hak Cipta,Merek Dagang / Rahasia Dagang Desain Produk Industri

Indikasi Geografis, Perlindungan Variet Tanaman, Perlindungan Topografi Sirkuit Terpadu

Tidak ada Tidak ada 

6 Teknologi Tepat

Guna Tidak ada Tidak ada 

7 Model/Purwarupa/ Desain/Karyaseni/ Rekayasa sosial

Tidak ada Tidak ada 

(26)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker

Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya dan mempengaruhi individu dari berbagai jenis kelamin, usia, ras, dan tingkat sosioekonomi. Penyakit ini ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan dapat berinvasi atau bermetastasis ke berbagai jaringan tubuh. Penyakit ini timbul karena interaksi kompleks secara genetik, termasuk keterpaparan oleh berbagai faktor risiko kanker dan lingkungan sosioekonomi. Mekanisme kerja genetik di dalam tubuh, secara normal mengikuti jalur pertumbuhan, pembelahan, dan kematian yang teratur (terprogramkan). Pada sel kanker, pertumbuhan dan pembelahan terjadi secara cepat dan terus menerus, sehingga membentuk massa sel abnormal yang tumbuh di luar kendali (Hu et al, 2010).

Insidensi kanker diperkirakan ada 18,1 juta kasus baru pada tahun 2018, yang menyebabkan 9,6 juta kematian di seluruh dunia (Forman et al, 2014). Di antara semua kanker ganas, prevalensi kanker tertinggi pada tahun 2017 adalah kanker payudara (19%), prostat (12%), kolorektal (11%), paru-paru (5,8%), dan kanker serviks (4,8%). (Freddie et al, 2018). Kanker payudara umumnya terjadi pada wanita, diperkirakan terdapat 16% kanker payudara dari semua kanker pada wanita. Meskipun kanker payudara umumnya terdapat di negara maju, namun 69% kematian akibat kanker payudara terjadi di negara berkembang. Beberapa peneliti menyatakan bahwa peningkatan umur harapan hidup, urbanisasi dan adopsi gaya hidup yang tidak sehat telah meningkatkan insidensi kanker payudara di negara- negara berkembang.

Diperkirakan insidensi kanker payudara, morbiditas dan mortalitasnya akan terus meningkat di negara negara berkembang setiap tahunnya. Kanker payudara biasanya akan terdeteksi, pada saat pemeriksaan skrining, sebelum gejala berkembang dan setelah gejala berkembang terutama ketika wanita merasakan ada benjolan. Sebagian besar massa benjolan akan terlihat pada pemeriksaan dengan mammogram dan kadangkala diketahui ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.

(27)

2.2. Faktor Risiko Kanker Payudara

Faktor risiko kanker payudara diantaranya jenis kelamin perempuan, usia, riwayat kanker sebelumnya, faktor keturunan, usia dini saat menarkhe, usia saat menopause, pascamenopause, aktivitas fisik rendah, dan paparan radiasi. Faktor risiko lainnya adalah tidak pernah hamil, hanya mengalami sekali kehamilan, tidak menyusui, terapi pengganti hormon, penggunaan kontrasepsi oral, diet makanan tertentu, konsumsi alkohol, merokok dan obesitas menetap.

2.3. Pertumbuhan Kanker Payudara

Sel-sel kanker tumbuh dan membelah tanpa dapat dikontrol, membentuk massa benjolan yang disebut tumor, baik jinak maupun ganas. Tumor di payudara ditandai dengan adanya benjolan, penebalan berbeda pada jaringan payudara, salah satu payudara lebih besar, putingnya berubah posisi, kerutan kulit atau tekukan, ruam dan keluar cairan dari puting susu, muncul rasa nyeri yang menetap di bagian payudara atau ketiak, ada pembengkakan di bawah ketiak atau disekitar tulang selangka. Gejala utamanya adalah pembengkakan dan kemerahan pada payudara. Jenis kanker payudara lainnya adalah medullary carcinoma (kanker payudara invasif yang membentuk batas yang berbeda antara jaringan tumor dan jaringan normal), karsinoma lendir (dibentuk oleh sel-sel kanker yang memproduksi lendir) dan karsinoma tubular.

2.4. Karsinogenesis

Karsinogenesis merupakan proses aktivasi onkogen akibat berkurangnya atau hilangnya gen tumor supressor dalam suatu sel. Sel yang berproliferasi secara cepat dan kontinyu menjadi pemicu timbulnya kanker, diduga karena terjadi perubahan genetik dan keganasan kanker melibatkan gen-gen pengatur pertumbuhan. Tahap terjadinya kanker meliputi: a) tahap inisiasi diperantarai oleh agen inisiator yg menyebabkan perubahan genetik secara menetap dan bersifat irreversible; b) tahap promosi terlibat agen promoter yang menyebabkan gen pada tahap inisiasi berubah menjadi sel kanker. Aktivasi agen promoter secara berulang kali dalam waktu lama akan mempercepat perkembangan sel kanker. Aktivitas agen promoter ini dapat

(28)

dipengaruhi oleh bahan tertentu sehingga risiko terjadinya kanker dapat dihindari; c) tahap progresif merupakan tahap pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran sel kanker. Jalur ini dapat dihambat oleh antikanker yaitu pada jalur siklus sel, apoptosis dan jalur check point(Ramli et al, 2005).

2.5 Stadium Kanker Payudara

Stadium perkembangan kanker payudara berdasarkan kondisi klinis, ukuran, luasnya invasi, teraba tidaknya kelenjar getah bening aksila. Tanda-tanda ini digunakan untuk menentukan klassifikasi kanker, misalnya karsinoma in situ (lobular

carcinoma in situ (LCIS) dan karsinoma ductal in situ (DCIS). Kategori yang

ditetapkan oleh Union International Cancer Center (UICC) sebagai berikut: Stadium I - kanker payudara stadium awal, ukuran tumornya < 2 cm dan belum menyebar di luar payudara. Stadium II - kanker payudara stadium awal ukuran tumornya < 2 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan; atau tumornya antara 2 - 5 cm (dengan atau tanpa menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan); atau tumornya > 5 cm dan belum menyebar di luar payudara. Stadium III - kanker payudara stadium lanjut lokal, ukuran tumornya > 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan; atau kankernya meluas di kelenjar getah bening ketiak; atau kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang payudara atau ke jaringan lain di dekat payudara. Stadium IV- kanker payudara metastatik yang kankernya telah menyebar ke luar payudara dan menyebar ke organ-organ lain di dalam tubuh.

2.6. Kandungan Senyawa Daun Chromolaena odorata L

Daunnya Chromolaena odorata L mengandung senyawa utama: tannin, fenol, flavonoid, saponin dan steroid. Minyak essensial daunnya mengandung α-pinene, cadinene, camphora, limonene, β-caryophyllene dan isomer candinol (Benjamin, 2011). Ekstrak etanol daun tumbuhan ini berkhasiat sebagai antioksidan yang diduga disebabkan oleh kandungan yang tinggi flavonoid (Ngozi et al, 2009). Senyawa fitokimianya terdiri dari: (1) aglikon flavonoid : flavanon, flavonol, flavon) termasuk acacetin, chalcones, eupatilin, luteolin, naringenin, kaempferol, quercetin,

(29)

quercetagetin, dan sinensetin (Hung et al, 2011; Ezenyl et al 2014; Emani et al, 2015); (2) terpene dan terpenoid; (Wafo et al, 2011); (3) minyak esensial (Joshi et al, 2013); (4) alkaloid pirolidindion (Yakubu, 2012); (5) saponin dan tanin (Asomugha et al, 2015); (6) asam fenolik: asam ferulat, asam protocatechuic; (7) senyawa phytoprostane: asam kromomorat (Heiss et al, 2014).

2.7. Aktivitas Farmakologi Chromolaena odorata L

Tumbuhan ini telah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, misalnya disentri, malaria (Lawal et al, 2015), sakit gigi, diare, demam, penyakit kulit dan diabetes (Onkaramurthy et al 2013; Ijioma et al, 2014). Chromolaena odorata L juga memiliki aktivitas antelmentik, analgesik, antiantipiretik, inflamasi, antispasmodik, antigonore, antioksidan, insektisida, antimikobakteri, fungisida (Naidoo et al, 2011), diuretik, penyembuhan luka (Robert et al, 2011), antipembekuan darah, antibakteri (Okoroiwu et al, 2016) dan antihipertensi (Ikewuchi et al, 2012; Krishanti et al, 2010).

2.8. Kajian Aktivitas Antikanker Secara In Vivo

Beberapa hewan model dapat digunakan untuk kajian antikanker, misalnya mencit Balb/C, mencit Swiss, tikus Sprague Dawley dan tikus Wistar. Kanker payudara dapat diinduksi dengan senyawa 7,12-dimethylbenzanthracene (DMBA) atau N-nitrosomethylurea, misalnya kanker pada tikus Sprague Dawley menggunakan DMBA 20 mg/kgBB (Nisa et al, 2012).

2.9. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan Kanker

Pemeriksaan histopatologis jaringan kanker dilakukan terhadap sediaan mikroskopis yang dibuat dengan metode parafin beku dan telah diwarnai dengan Haematoksilin-Eosin. Sediaan tersebut dibuat pada akhir penelitian yang tujuannya untuk mengetahui sifat karsinogenisitas selulernya. Sifat karsinogenisitas ini juga dapat diamati melalui perubahan berat badan yang diukur setiap 2 minggu selama 16 (enam belas) minggu paska induksi kanker (Meiyanto et al, 2007).

(30)

2.10. Kajian Mekanisme Kerja Antikanker

Target terapi kanker ada beberapa jalur, yaitu jalur siklus sel, apoptosis dan jalur check point. Penghambatan jalur siklus sel merupakan cara untuk mengontrol pertumbuhan dan proliferasi sel. Adanya gangguan pada jalur siklus sel akan menyebabkan ketidakseimbangan proliferasi dan kematian sel yang bertanggung jawab terhadap pembentukan kanker. Beberapa antikanker diketahui dapat menghambat siklus sel pada fase G0/G1, S atau G2/M dengan mempengaruhi regulator siklus sel sehingga menginduksi apoptosis (Yin et al, 2011). Apoptosis atau kematian sel terprogram merupakan mekanisme untuk mengeliminasi sel-sel yang tidak diinginkan dengan mempertahankan homeostatis jaringan sehat. Karakteristik adanya apoptosis ditandai dengan perubahan morfologi sel seperti kehilangan volume, cytoplasma blebbing, kondensasi nuklear, agregasi kromatin, dan degradasi DNA. Mekanisme terjadinya apoptosis juga mempengaruhi beberapa protein ekspressi misalnya p53, Bcl-2, Apaf-1, BH3 dan protein kelompok caspase. Penghambatan jalur siklus sel merupakan cara untuk mengontrol pertumbuhan dan proliferasi sel. Mekanisme kerja molekuler antikanker pada penelitian ini menggunakan metode immunohistokimia untuk mengetahui ekspressi protein Bcl-2 dan protein p-53 yang berperan pada perkembangan kanker. State of the art bidang peneliti ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini :

(31)
(32)

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui potensi antikanker payudara dan sifat progresivitasnya pada tikus Wistar betina setelah diinduksi dengan DMBA dan diberi ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L.

b. Untuk mengetahui mekanisme kerja molekuler antikanker ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L pada tikus Wistar betina dengan metode immunohistokimia.

3.2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi tentang manfaat ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata sebagai kemopreventif terhadap kanker payudara secara in vivo

b. Memberi bukti secara ilmiah tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata terhadap perubahan histopatologis, mekanisme kerja molekuler, dan hambatan proliferasi kanker payudara pada tikus putih betina Wistar yang diinduksi dengan DMBA.

(33)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis, Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap menggunakan metode Randomized post test only with

control group design.

4.2. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Gizi, Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada dengan subyek tikus putih Wistar betina, sehat, umur 45 hari yang diperoleh dari Unit Penelitian Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

4.3.Implikasi Klinik dan Kode Etik Penelitian Pada Hewan Coba

Tindakan klinis terhadap hewan coba disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang tercantum di dalam “Etika Penelitian Terhadap Hewan Coba ” dan protokol penelitian ini telah diuji kelayakan etiknya oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dengan Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance) Nomor. 240/KEPK-FK UNLAM/EC/VII/2020. 4.4. Alat dan Bahan Penelitian

Alat pemeliharaan hewan coba: kandang, tempat makanan/minuman, dan timbangan hewan. Alat pembuatan ekstrak maserator, alat pengaduk, corong, gelas ukur, kertas saring, jerigen, rotary vacum evaporator dan botol bertutup kedap dan bermulut lebar. Alat uji aktivitas antikanker: timbangan analitik, masker, sarung tangan, jangka sorong, spuit, alat-alat gelas dan sonde oral.Alat pembuatan sediaan histopatologis: alat-alat gelas, mikrotom, obyek dan deck glass, alat pengecatan, alat bedah (pinset, gunting, scapel, alat fiksasi), mikroskop binokuler dan kamera digital.

Bahan pemeliharaan hewan coba: tikus Wistar betina, pakan standar, akua dan biji padi.Bahan pembuatan ekstrak: daun tumbuhan Chromolaena odorata dan etanol 70%. Bahan uji aktivitas antikanker: tikus Wistar betina, ekstrak etanol daun tumbuhan Chromolaena odorata, doxorubicin, akuades, DMBA dan CMC-Na.

(34)

Bahan pembuatan sediaan histopatologis: formalin 10%, NaCl 0,9%, etanol 100%, 90%, 80%, 70%, parafin blok, jaringan kanker payudara, etanol absolut, xylol, entelan dan haematoksilin-eosin.

Bahan pengujian mekanisme kerja antikanker: jaringan kanker payudara, gelatin, perak nitrat, asam formiat, aqua bidestillata steril, monoclonal mouse

anti-human Bcl-2 oncoprotein (antibodi untuk ekspressi protein Bcl-2), antibodi

monoklonal anti-p53 (antibodi untuk ekspressi protein p-53), hidrogen peroksida, xylol, etanol 96%, pospat bufer saline, diamino benzidin dan Mayer-hematoksilin.

Biotinylated universal secondary antibody, use streptavidin/peroxidase complex,

antibodi sekunder (conjugated to horse radish peroxidase) 4.5. Pengelompokan Hewan Coba

Sebanyak 42 ekor tikus Wistar betina diaklimatisasi selama 7 hari di dalam kandang bersih dan higienis, dialasi biji padi, dengan pengaturan cahayanya 12 jam gelap dan 12 jam terang. Hewan dipelihara pada suhu 220± 30C dan diberi pakan

standar serta akua ad libitum. Hewan coba dibagi secara random untuk 7 kelompok (n = 10 ekor). Enam kelompok diinduksi kanker dengan pemberian oral suspensi DMBA 20mg/kg BB di dalam CMC-Natrium 0,5% selama 5 minggu dengan interval pemberian 3 (tiga) kali seminggu (Nisa et al, 2012). Pengelompokan hewan coba, jadwal pemberian perlakuan dan pengamatan serta pencatatan disajikan dibawah ini : - Kelompok 1 (normal) = CMC-Na 0,5%

- Kelompok 2 (negatif) = kanker (DMBA 20mg/kgBB dalam CMC-Natrium 0,5% - Kelompok 3 (positif) = kanker + doxorubicin 15mg/kgBB

- Kelompok 4 = kanker + ekstrak etanol daun Chromolaena odorata 500 mg/kgBB - Kelompok 5 = kanker + ekstrak etanol daun Chromolaena odorata 1000 mg/kgBB - Kelompok 6 = kanker + ekstrak etanol daun Chromolaena odorata 2000 mg/kgBB - Kelompok 7 = kanker + ekstrak etanol daun Chromolaena odorata 4000 mg/kgBB

(35)

Tabel 1. Jadwal dan Lama Pemberian Perlakuan Minggu

ke- Normal Kontrol negatif(DMBA) Kontrol(Doxorubicin)positif Ekstrak Uji 1 - 5 CMC-Na 0,5% + pakan +

akuades, oral 20mg/kgBB, 3X/minggu, oral 20mg/kgBB,minggu, oral 3X/ 20mg/kgBB,/minggu, oral 3X 6 - 10 CMC-Na 0,5% + pakan +

akuades, oral Doxorubicin 15mg/kgBB, 1X/ minggu, ip

Setiap hari, sesuai dosis, oral

11 - 16 CMC-Na 0,5% + pakan +

akuades, oral Setiap hari sesuaidosis, oral

Tabel 2. Jadwal Pengamatan Terhadap Hewan Coba Minggu,

hari

ke-Kelompok normal Kontrol negatif

(DMBA) Kontrol(Doxorubicin)positif Ekstrak Uji 1, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan lalu diinduksiDitimbang berat badan,Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat 3, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan lalu diinduksiDitimbang berat badan,Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat 5, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan lalu diinduksiDitimbang berat badan,Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat Ditimbangbadan, lalu diinduksiberat 6, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul 7, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan badanDitimbang berat 8, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul 9, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan 10, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul 11, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan 12, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul 13, hari ke-1 Ditimbang berat

Badan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan Ditimbang beratbadan 14, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

(36)

15, hari ke-1 Ditimbang berat

badan Ditimbang beratbadan badanDitimbang berat Ditimbang beratbadan 16, hari ke-1 Palpasi, hitung jumlah

nodul, ukur volume nodul nodul, ukur volumePalpasi, hitung jumlah nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul

Palpasi, hitung jumlah nodul, ukur volume nodul 17, hari ke-1 Ditimbang berat

badan dan Pengambilan jaringan Ditimbang berat Badan dan Pengambilan jaringan Ditimbang berat Badan dan Pengambilan jaringan Ditimbang berat Badan dan Pengambilan jaringan 4.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut

4.6.1. Pengumpulan dan pemilihan bahan uji daun Chromolaena odorata L Daun tumbuhan Chloromoena odorata L dikumpulkan pada pagi hari, kemudian dipilih daun yang baik, lalu dicuci bersih dengan air mengalir sebanyak tiga kali. Setelah itu ditiriskan dan dikeringkan selama 2 minggu, lalu diserbukkan.

4.6.2. Identifikasi tumbuhan Chromolaena odorata

Identifikasi tumbuhan dilakukan agar tidak salah dalam menentukan bahan uji. Kegiatan ini dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia “Herbarium Bogoriense” atau Laboratorium Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

4.6.3. Pembuatan ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L

Sebanyak 10 kg serbuk daun Chromolaena odorata kering diekstraksi dengan etanol 80% sambil diaduk sesering mungkin selama 24 jam. Kemudian disaring, residunya diekstraksi dengan cara yang sama dengan pelarut baru sebanyak tiga kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan, lalu disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur 40°C. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol bermulut lebar serta tertutup rapat lalu disimpan di lemari es sampai saat akan digunakan.

(37)

4.6.4. Identifikasi fitokimia ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L

Identifikasi fitokimia senyawa di dalam ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata L dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

4.6.5. Induksi dan uji aktivitas antikanker pada tikus putih Wistar betina

Sebelum diinduksi dengan senyawa karsinogenik DMBA, semua hewan coba ditimbang berat badannya. Induksi dilakukan menurut metode Meiyanto dkk, 2007 yang telah dimodifikasi terkait jumlah pemberian DMBA dalam seminggu menjadi 3 kali. DMBA disuspensi dengan CMC-Na 0,5%, diberi secara oral selama 5 minggu dengan interval 3 (tiga) kali seminggu kepada semua hewan coba kecuali kelompok 1 (kelompok normal). Penimbangan berat badan hewan coba selanjutnya dilakukan setelah induksi (minggu ke-6 dan minggu ke-11) dan paasetiap 2 (dua) minggu sampai minggu ke-16. Setelah induksi sampai minggu ke-5, dilakukan palpasi pada dada hewan coba dan dihitung jumlah nodul, diukur diameter dan volume nodul kanker yang terbentuk. Kemudian diberi perlakuan dengan ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata sesuai rencana dosis pada masing-masing kelompok dan setiap

dua minggu dilakukan pengukuran seperti diatas sampai minggu yang ke-16.

4.6.6. Parameter yang Diukur dari Nodul Kanker

Pengamatan secara makroskopis dilakukan terhadap: berat badan, jumlah nodul, diameter dan volume nodul kanker. Penimbangan berat badan hewan coba dilakukan

(38)

sebelum induksi dan setiap 2 (dua) minggu sampai akhir perlakuan. Untuk mengetahui keberadaan nodul pada payudara dilakukan perabaan (palpasi), selanjutnya diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 cm. Data diameter nodul ini digunakan untuk menghitung volume nodul dengan menggunakan rumus berikut (Kubatka et al.2014) dan (Alisan et al, 2007):

V = 4/3π (d1) (d2) Keterangan :

V = volume kanker atau tumor π = 22/7

d1, d2 = diameter tumor dengan 2 kali pengukuran

Volume nodul kanker merupakan volume dari setiap nodul kanker yang muncul sesudah induksi dan sesudah pemberian ekstrak uji dari setiap kelompok .Total volume nodul kanker didapat dari penjumlahan volume nodul kanker payudara tikus dari setiap kelompok setelah induksi kanker dan sesudah pemberian ekstrak uji. Jumlah nodul kanker yang dihitung adalah jumlah nodul kanker yang muncul setelah induksi sampai akhir perlakuan dari setiap kelompok. Sedangkan berat nodul kanker ditimbang pada hari akhir perlakuan setelah dilakukan pembedahan pada tiap kelompok. Insidensi kanker merupakan jumlah tikus yang terkena kanker dari tiap kelompok dan dihitung dengan rumus berikut, Meiyanto et al. (2007):

% Insidensi = Jumlah tikus yang terkena kanker x 100% Jumlah tikus dalam tiap kelompok

Multiplisitas tumor merupakan perkembangan pertumbuhan nodul kanker yang dihitung dari rata-rata jumlah nodul kanker dari tiap kelompok dibandingkan dengan jumlah total tikus dalam tiap kelompok. Pada penelitian ini perhitungan dilakukan setiap dua minggu. Nilai multiplisitas dihitung dengan rumus sebagai berikut: Meiyanto et al. (2007).

(39)

Multiplisitas = Jumlah total nodul kanker tiap kelompok Jumlah total tikus dalam tiap kelompok 4.6.7. Pembuatan sediaan histopatologis jaringan kanker payudara

Tujuan pemeriksaan histopatologis jaringan kanker payudara adalah untuk melihat spektrum proliferasi kanker pada berbagai perlakuan. Pekerjaan ini diawali dengan pengambilan jaringan payudara dan pembuatan sediaan histopatologisnya. Sebelum pengambilan jaringan, hewan dieuthanansia yaitu diinjeksi dengan Ketamin 2 mg/kg BB. Setelah hewan coba dipastikan mati maka dilakukan pembedahan dengan hati-hati untuk mengambil jaringan kanker pada hewan coba. Jarigan yang diambil dicuci dengan larutan NaCl 0,9% lalu difiksasi dalam larutan Formalin 10%. Pembuatan sediaan histologis dengan menggunakan metode parafin beku, diawali dengan dehidrasi bertingkat menggunakan alkohol seri 70% sampai dengan alkohol absolut, kliring dalam xilol, infiltrasi dan embeding dalam parafin dengan titik leleh 56-58oC. Sediaan yang telah diembedding disayat dengan ketebalan 4-5 mikron

menggunakan mikrotom putar. Setiap ulangan dibuat 4 sayatan, masing-masing sayatan diperoleh dengan interval 10 sayatan dan selanjutnya diletakkan pada kaca benda yang telah diberi larutan mounting. Selanjutnya sediaan diwarnai dengan hematoksilin-eosin dan pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 10 x 40 kali.

4.6.8. Uji mekanisme kerja antikanker melalui pengamatan titik AgNOR

Pengamatan jaringan kanker secara immunohistokimia melalui pemeriksaan AgNOR bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai dosis ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata terhadap proliferasi sel kanker payudara tikus melalui warna

titik hitam pada preparat jaringan kanker yang diberi perlakuan. Preparat AgNOR dibuat dari preparat histopatologi yang belum diberi pengecatan dengan haematoksilin-eosin. Kaca preparat (slide) yang terdapat irisan jaringan kanker payudara direndam di dalam buffer sitrat (pH 6,0), kemudian diinkubasi di dalam autoclave pada suhu 120oC selama 20 menit. Setelah didinginkan sampai suhu 37oC,

(40)

volume gelatin 0,5% dalam asam formiat 1% dan 2 bagian volume AgNO350%, lalu

diinkubasi pada suhu 37oC selama 11 menit. Reaksi dihentikan dengan cara mencuci

slide dengan aqua bidestillata untuk menghilangkan presipitat perak agar tidak terganggu pada saat pengamatan. Selanjutnya jaringan pada slide tersebut didehidrasi dengan serial etanol dari konsentrasi rendah sampai ke konsentrasi yang tinggi. Lalu dibersihkan dengan xylene (Bankfalvi et al, 2002).

Preparat AgNOR digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas proliferasi sel epitel kelenjar mammae. Parameter yang diukur adalah titik hitam AgNOR di dalam nukleus (inti sel) dan jumlah selnya. Basher et a.l, 2016 menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah titik hitam AgNOR yang signifikan pada tumor jinak dan ganas. Pada tumor ganas titik hitam tersebut ditemukan lebih banyak di setiap nukleus dibandingkan pada tumor jinak (Nepal and Talwar, 2014). Pada setiap preparat AgNOR, dihitung minimal 100 sel untuk tiap lapang pandang dan dilakukan sebanyak 3 lapang pandang yang berbeda. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop binokuler Olympus dengan perbesaran 1000 X. Selain itu profil titik hitam tersebut direkam dengan kamera digital. Nilai aktivitas proliferasi metode AgNOR ini dihitung dari jumlah rata-rata titik hitam pada setiap sel yaitu seluruh jumlah titik hitam dalam sejumlah sel yang diamati dibagi dengan seluruh jumlah sel yang diamati. Selanjutnya rata rata (mean) titik hitam kelompok perlakuan dibandingkan dengan rata-rata titik hitam pada kelompok DMBA dan kelompok obat uji.

4.6.9. Pemeriksaan ekspressi protein Bcl-2 secara immunohistokimia

Mekanisme kerja senyawa dalam mencegah dan menghambat pertumbuhan kanker dapat dilakukan dengan mempengaruhi target molekuler tertentu, diantaranya melalui penurunan ekspressi protein yang berperan sebagai antiapoptosis yaitu Bcl-2, BCIXL dan Bcl-XL. Penurunan ekspressi protein ini akan mengakibatkan induksi apoptosis (Sidi et al, 2006). Antibodi primer yang digunakan pada pemeriksaan ekspressi protein Bcl-2 ini adalah monoclonal mouse anti-human Bcl-2 oncoprotein, Clone 124, Code-Nr. M 0887 (Dako Cytomation, Gloustrup, Denmark). Potongan jaringan kanker dari blok parafin ditempatkan pada slide, kemudian dideparafinasasi

(41)

dengan xylol sebanyak 2 (dua) kali masing-masing selama 3 menit. Kemudian direhidrasi dengan alkohol bertingkat (absolut ,95%, 90%, 80%, 70%) dan air masing-masing selama 5 menit. Selanjutnya preparat dicuci dibawah air kran selama 1 menit, lalu dengan PBS. Kemudian direndam dalam blocking solution selama 10 menit atau dibawah air kran selama 5 menit, lalu preparat di inkubasikan di dalam

prediluted blocking serum selama 10 menit suhu 25oC. Antibodi Bcl-2 ditambahkan

ke preparat sebanyak 100 ul, lalu diinkubasi 1 jam pada suhu kamar atau semalam dengan suhu 40oC. Preparat dicuci dengan PBS selama 5 menit, lalu ditambahkan Biotinylated universal secondary antibody sebanyak 100 ul tiap slide, kemudian

diinkubasi selama 10 menit dalam suhu kamar. Preparat dicuci dengan PBS selama 5 menit, lalu inkubasi dilanjutkan dengan reagen ready to-use streptavidin/peroxidase

complex selama 10 menit. Kemudian dicuci dengan PBS selama 5 menit, lalu

preparat diinkubasikan dalam peroksidase subtrate solution (DAB) 100 ul tiap preparat selama 2-10 menit. Kemudian preparat dicuci dengan air mengalir, lalu ditambahkan Mayer-hematoxylin (counterstain) sampai tergenang. Lalu diinkubasikan lagi selama 1-3 menit, kemudian dicuci dibawah air mengalir, selanjutnya slide dicelupkan ke dalam alkohol, lalu dibersihkan dan dicelupkan ke dalam xylol. Terakhit slide ditetesi dengan maounting media kemudian ditutup dengan cover slip dan diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 X. 4.6.10. Pemeriksaan ekspressi protein p-53 secara immunohistokimia

Penelitian ini menggunakan mouse monoclonal antibody p-53 (BioGenex) dan potongan jaringan kanker dari blok parafin pada slide, dihilangkan parafinnya dengan

xylene sebanyak 3 kali masing-masing selama 3 menit. Kemudian preparat tersebut

direhidrasi dengan etanol serial (100%; 95% dan 70%) masing-masing selama 2 menit; 2 menit; 1 menit dan terakhir dengan air selama 1 menit. Penghambatan adanya aktivitas peroksidase endogen di dalam jaringan tersebut dapat dilakukan dengan cara merendamnya di dalam peroksidase blocking solution (larutan H2O2)

selama 10 menit pada suhu kamar. Selanjutnya preparat diinkubasi di dalam

prediluted blocking Serum pada temperatur 25°C selama 10 menit. Kemudian

(42)

Lalu dicuci dengan Phospate Buffer Saline (PBS) selama 5 menit, dan dilanjutkan dengan menginkubasi preparat dengan antibodi sekunder (conjugated to horse radish

peroxidase) pada 25°C selama 10 menit. Lalu cuci dengan PBS selama 5 menit dan

dilanjutkan dengan inkubasi dalam peroksidase pada suhu 25°C selama 10 menit. Selanjutnya preparat dicuci dengan PBS selama 5 menit dan diinkubasi dengan kromogen DAB (Diaminobenzinidine) pada 25°C selama 10 menit. Setelah itu diinkubasi Hematoxylin- Eosin selama 3 menit , lalu dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih preparat ditetesi dengan mounting media dan preparat ditutup dengan

coverslip. Pengamatan ekspressi protein p-53 ditandai dengan munculnya warna

coklat pada sel dengan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 1000 X dan dilakukan perekaman dari setiap pengamatan.

4.8. Analisa Statistik

Semua data yang diperoleh dari pengukuran dianalisa secara ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji post hoc. Akan tetapi, bila data tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisa statistik non parametrik Kruskal Wallis dengan metode Mann-Whitney.

4.9. Alur Penelitian

60 ekor hewan coba Aklimatisasi 1 minggu

minggu Induksi dengan DMBA

Ekslusi Inklusi dan Randomisasi 7 Kelompok (n =6)

Normal

DMBA DMBA + Doxo

Doxo

DMBA + Ekstrak Daun C.odorata 500mg/kg BB

DMBA + Ekstrak Daun C.odorata 4000mg/kg BB DMBA + Ekstrak Daun C.odorata 2000mg/kg BB DMBA + Ekstrak Daun C.odorata 1000mg/kg BB

Palpasi, ukur berat badan dan volume nodul kanker payudara paska induksi dan paska pemberian obat uji ekstrak etanol daun C. odorata

Preparasi jaringan payudara dengan Metode Parafin Beku, Warnai dengan Hematoksilin-Eosin, Preparasi jaringan tersebut untuk melihat ekspressi AgNOR, protein P-53, Bcl2 dan Caspase

(43)

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Chromolaena odorata

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan agar tidak salah dalam menentukan bahan uji. Setelah dilakukan identifikasi terhadap tumbuhan dimaksud, ternyata daun yang digunakan sebagai bahan untuk membuat ekstrak uji ini benar dari tumbuhan

Chromolaena odorata (L) RM.King & H.Rob dengan sinonim atau nama lain Eupatorium odoratum L. Identifikasi tumbuhan tersebut dilakukan oleh ahlinya dari

Laboratorium Biologi Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dengan Surat Keterangan Nomor: B/435/UN11.1.8.4/TA.00.01/2020 (Lampiran 5).

5.2. Hasil Ekstraksi Daun Chromolaena odorata

Sebanyak 25 kg daun segar Chromolaena odorata, setelah dikeringkan dan dijadikan serbuk diperoleh 10 kg. Lalu serbuk ini diekstraksi secara maserasi dengan etanol 80%. Kemudian ekstrak cair ini dievaporasi dan dihilangkan sisa etanolnya sampai bobot tetap. Hasilnya diperoleh ekstrak kental sebanyak 220 gram.

5.3. Hasil Identifikasi Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Chromolaena odorata L Identifikasi fitokimia terhadap senyawa yang terkandung di dalam ekstrak etanol daun Chromolaena odorata L dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung : flavonoid, alkaloid, tannin, steroid, kuinon, polifenol dan saponin (Lampiran 6).

5.4. Jumlah Tikus Sebelum dan Sesudah Induksi Kanker, Insidensi, Nodul dan Multiplisitas Tikus Betina Wistar Setelah Induksi dengan 7,12-dimethylbenzenaanthracena (DMBA)

Jumlah nodul, insidensi dan multiplisitas tikus betina Wistar setelah diinduksi dengan DMBA 20 mg/kg BB ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:

(44)

Tabel 3. Jumlah tikus sebelum dan sesudah induksi kanker, insidensi, nodul dan multiplisitas tikus betina Wistar Setelah Induksi dengan DMBA

Kelompok Jumlah tikus sebelum induksi Jumlah tikus kanker setelah induksi Persentase insidensi kanker Jumlah nodul kanker setelah induksi Multiplisitas Normal 6 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 6 6 100 16 2,67 DMBA+ Doxorubicin 6 5 83,33 14 2,33 DMBA+ECO 500mg/kg BB 6 5 83,33 10 1,67 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 6 4 66,67 13 2,17 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 6 6 100 11 1,83 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 6 6 100 12 2,00

Kajian antikanker ini dilakukan secara in vivo dengan menggunakan subjek hewan coba hidup yaitu tikus Wistar betina. Hewan coba dari 7 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 6 ekor sampai dengan akhir penelitian masih hidup. Paska induksi dengan DMBA jumlah tikus yang mengalami kanker payudara dan jumlah nodul yang terbentuk pada tiap kelompok hewan coba bervariasi. Demikian juga halnya insidensi dan multiplisitasnya ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil analisa statistik secara umum terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,001) antara kelompok yang mengalami kanker dengan kelompok normal. Hewan coba pada kelompok perlakuan baik dengan DMBA, DMBA dengan Doxorubicin, DMBA dengan ekstrak etanol daun Chromolaena odorata, memiliki nilai insidensi dan multiplisitas kanker yang berbeda dari kelompok normal. Hal ini membuktikan bahwa induksi dengan menggunakan DMBA efektif dalam menimbulkan kanker pada hewan coba yang digunakan, kecuali kelompok normal. Insidensi dan multiplisitas kanker yang terjadi juga berbeda dengan peneliti sebelumnya (Meiyanto, 2007), diperkirakan perbedaan ini muncul karena karena induksi kanker payudara dengan menggunakan DMBA 20 mg/kg BB telah dimodifikasi yaitu dilakukan 3 kali seminggu selama 5 minggu.

(45)

5.5. Rata-Rata Jumlah Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena Odorata Selama 6, 11 dan 16 Minggu

Pada Tabel 4, jumlah rata-rata nodul kanker payudara tikus betina Wistar setelah induksi dengan DMBA 20 mg/kg BB dengan frekwensi pemberian 3 kali seminggu selama 5 minggu dan setelah perberian ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata selama 6, 11 sampai 16 minggu menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar

kelompok (P < 0,001).

Tabel 4. Rerata jumlah nodul sesudah induksi dengan dmba dan setelah pemberian ekstrak etanol daun chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

Kelompok Pemberian

KELOMPOK 5DMBA (setelahminggu induksi) 6 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata 11 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata 16 minggu ekstrak daun Chromolaena odorata P -Value Normal 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 2.67 ± 0.52 2.83 ± 0.98 3.00 ± 1.10 3.00 ± 1.10 0,001 DMBA+ Doxorubicin 2.33 ± 0.82 2.00 ± 0.63 1.33 ± 0.52 0.67 ± 0.52 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 1.67 ± 0.52 1.67 ± 0.52 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 2.17 ± 0.75 2.00 ± 0.63 1.67 ± 0.52 1.00 ± 0.00 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 2.00 ± 0.63 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0.67 ± 0.52 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 2.00 ± 0.89 1.67 ± 0.52 1.33 ± 0.52 0.50 ± 0.55 0,001 Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara jumlah nodul pada hewan coba kelompok DMBA dengan hewan coba kelompok lainnya setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata (P < 0,001) hal ini dapat disimpulkan bahwa DMBA mampu menginduksi kanker payudara pada

(46)

semua kelompok hewan coba, kecuali kelompok normal yang tidak mendapat intervensi dengan DMBA, doxorubicin maupun ekstrak uji. Berdasarkan uji Tukey HSD Post Hoc-Test, setelah 6 minggu jumlah nodul pada kelompok hewan coba dengan dosis 500 mg/kg BB, 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB menurun secara signifikan (P < 0,005) jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi DMBA. Hal yang sama juga terjadi pada 11 minggu perlakuan, disini terjadi penurunan jumlah nodul pada semua kelompok perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok normal dan kelompok DMBA (P < 0,05 di semua perbandingan). Pada akhir perlakuan yaitu 16 minggu paska induksi kanker, jumlah nodul pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji juga terlihat menurun jika dibandingkan dengan kelompok DMBA (P < 0,001). Pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji tidak terlihat penurunan jumlah nodul yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok Doxorubicin (P > 0,05). Begitu juga halnya pada semua kelompok perlakuan dengan ekstrak uji pada berbagai tingkatan dosis tidak terlihat perbedaan jumlah nodul yang signifikan secara secara statistik (P > 0,05). Perbedaan jumlah nodul antar minggu ke-6; 11 dan 16 disebabkan karena hewan coba telah mendapatkan pengobatan dengan ekstrak uji sesuai dosis yang direncanakan. Pemberian ekstrak uji pada tiap kelompok hewan coba dilakukan sesuai dosis yang direncanakan satu kali sehari selama 16 minggu paska induksi.

Penelitian Selvanathan and Sundaresan, 2020 tentang antikanker ekstrak etanol

daun Chromolaena odorata secara in vitro terhadap sel kanker payudara (MCF-7)

dan kanker colon (HCT116) diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol masing-masing

sebesar 70 µg/mL dan 100 µg/mL. Sedangkan penelitian secara in vivo pada hewan coba sebatas pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Adapun kandungan di dalam ekstrak etanol daun Chromolaena odorata oleh peneliti lain dinyatakan terdapat flavonoid glikosid yaitu genkwanin 4’-O-[alfa-1-rhamnopyranosyl (1 2)-glucopyranoside dan sakuranetin 4’-O[glucopyranosyl (1  2) β-D-glucopyranoside] (Hung et al., 2011). Berbagai turunan alkaloid, flavonoid, karotenoid, lignan, tannin, fitosterol, asam benzoat, asam hidroksisinamat yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun ini telah dikemukakan secara detail oleh

(47)

Ikewuchi et al, 2013. Kajian tentang senyawa-senyawa terkait antikanker, telah ditelusuri dari berbagai jurnal dan senyawa yang memiliki aktivitas antikanker, diantaranya adalah: lutein pro-vitamin A, quercetin, apigenin, narigenin, paclitaxel dan kaemferol. Isolasi yang dilakukan oleh Devi dan Sri pada tahun 2019 diperoleh 3 senyawa yaitu odoratenin, isosakuranetin dan subscandenin yang merupakan turunan flavonone.

Tabel 5. Rerata volume nodul kanker payudara tikus betina Wistar setelah induksi dengan DMBA dan pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

H asil analisa statistik secara ANOVA menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata memberi pengaruh terhadap volume nodul kanker payudara pada hewan coba di semua tingkatan dosis. Volume nodul kanker setelah pemberian ekstrak uji selama 6 minggu menurun secara signifikan (P < 0,001) jika dibandingkan dengan hewan coba kelompok DMBA, kecuali kelompok hewan coba yang diberi ekstrak uji 1000 mg/kg BB. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi doxorubicin maka penurunan volume nodul signifikan hanya pada kelompok hewan coba yang diberi ekstrak uji 4000 mg/kg BB (P < 0,001). Hasil ini menunjukkan bahwa, secara umum pemberian ekstrak uji selama 6 minggu paska induksi belum maksimal untuk mengurangi volume nodul

Kelompok Volume nodul

kanker setelah induksi (mm3)

Volume nodul kanker payudara setelah pemberian

ekstrak C. odorata (mm3) 6 minggu 11 minggu P-Value Normal 0 0 0 0 DMBA 20mg/kg BB 3,86 ± 0,66 3,25 ± 0,25 3,56 ± 0,14 0,001 DMBA+ Doxorubicin 2,94 ± 0,45 2,64 ± 0,20 2,15 ± 0,16 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 2,86 ± 0,42 2,66 ± 0,12 2,50 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 3,05 ± 0,15 2,98 ± 0,18 2,25 ± 0,10 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 2,75 ± 0,20 2,36 ± 0,10 1,55 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 2,55 ± 0,10 2,24 ± 0,18 1,97 ± 0,18 0,001

(48)

kanker payudara, karena ekstrak uji diberikan setelah muncul nodul kanker pada hewan coba. Dengan kata lain pengobatan yang diberikan bersifat kuratif.

5.6. Rata-Rata Berat Nodul Sesudah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena Odorata Selama 16 Minggu

Tabel 6 menunjukkan berat nodul pada akhir perlakuan yaitu pada minggu ke-16. Berdasarkan hasil analisa statistik secara ANOVA, maka berat nodul pada minggu terakhir perlakuan terlihat ada perbedaan di semua kelompok (P < 0.001). Berdasarkan uji Tukey Post-Hoc, berat nodul kanker payudara setelah pemberian ekstrak uji sampai dengan minggu ke -16, terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kg BB jika dibandingkan dengan kelompok doxorubicin. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata mampu menurunkan volume dan berat nodul kanker payudara pada hewan

coba paska induksi dengan DMBA. Perbedaan penurunan volume maupun berat nodul kanker payudara pada hewan coba, kemungkinan disebabkan perbedaan variasi biologi antar hewan coba yang tidak diketahui, meskipun pada awal penelitian sudah diupayakan agar semua prosedur dilaksanakan secara seragam.

Tabel 6. Berat nodul kanker payudara tikus betina Wistar setelah induksi dengan DMBA dan pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata selama 16 minggu

Kelompok Berat nodul kanker (g)

pada minggu ke-16 P-Value

Normal 0 0 DMBA 20mg/kg BB 3,85 ± 0,15 0,001 DMBA+ Doxorubicin 1,80 ± 0,10 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 2,65 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 1,90 ± 0,25 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 1,05 ± 0,15 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 1,70 ± 0,10 0,001

(49)

5.7. Berat Badan Rata-Rata Tikus Betina Wistar Sebelum, Setelah Induksi dengan DMBA dan Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Chromolaena OdorataSelama 6, 11 dan 16 Minggu

Perubahan berat badan rata-rata hewan coba sebelum, setelah induksi dengan DMBA dan setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata selama 6, 11 dan 16 minggu ditunjukkan pada Tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7. Rerata berat badan tikus betina Wistar sebelum, setelah induksi dengan DMBA dan setelah pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena Odorata selama 6, 11 dan 16 minggu

Kelompok Berat badan tikus betina Wistar (g)

P-Value Sebelum

induksi Setelahinduksi Setelah 6 minggupemberian ekstrak uji Setelah 11 minggu pemberian ekstrak uji Setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji Normal 130 ± 9 140 ± 9 185 ± 3 195 ± 3 210 ± 4 0,001 DMBA 20mg/kg BB 125 ± 7 132 ± 12 140 ± 1 155 ± 1 105 ± 1 0,001 DMBA+ Doxorubicin 120 ± 6 134 ± 3 144 ± 2 154 ± 2 165 ± 7 0,001 DMBA+ECO 500mg/kg BB 125 ± 1 136 ± 8 145 ± 1 150 ± 1 156 ± 8 0,001 DMBA + ECO 1000mg/kg BB 120 ± 5 138 ± 12 140 ± 3 168 ± 1 175 ± 3 0,001 DMBA + ECO 2000mg/kg BB 135 ± 2 146 ± 12 165 ± 2 180 ± 2 195 ± 2 0,001 DMBA + ECO 4000mg/kg BB 125 ± 1 135 ± 18 165 ± 4 175 ± 4 210 ± 5 0,001

Hasil observasi terhadap berat badan hewan coba setelah pemberian ekstrak uji selama 6 minggu, pada hewan coba kelompok ekstrak uji dosis 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB menunjukkan ada kenaikan berat badan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang diberi doxorubicin (p < 0,001). Hal yang sama juga terjadi peningkatan berat badan yang signifikan setelah 11 minggu pemberian

(50)

ekstrak uji jika dibandingkan dengan kelompok doxorubicin (P < 0,001), kecuali kelompok ekstrak uji dosis 500 mg/kg BB (P = 0,0590). Setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji yaitu pada akhir perlakuan, ternyata berat badan kelompok ekstrak uji dengan berbagai tingkatan dosis meningkat secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok doxorubicin, dimana p < 0,05 untuk kelompok ekstrak uji dosis 500 mg/kg BB dan1000 mg/kg BB. Sedangkan perbedaan berat badan yang sangat nyata (P < 0,001) untuk kelompok 2000 mg/kg BB dan 4000 mg/kg BB. Peningkatan berat badan juga diamati diantara kelompok ekstrak etanol daun Chromolaena odorata dimana dengan peningkatan dosis, maka berat badan hewan coba pun meningkat secara signifikan, terutama setelah 11 minggu pemberian ekstrak uji (P < 0,05, di semua pebandingan) dan setelah 16 minggu pemberian ekstrak uji juga berbeda signifikan (P < 0,001, di semua perbandingan).

Induser kanker payudara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DMBA menyebabkan gangguan fungsi hati yang mempengaruhi proses metabolisme sehingga berpengaruh terhadap saluran cerna dan menurunnya nafsu makan. Diperkirakan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak uji memiliki aktivitas hepatoprotektif yang dapat memperbaiki fungsi hati dan fungsi saluran cerna. Dengan demikian peningkatan berat badan terjadi karena kandungan yang terdapat pada ekstrak tersebut mampu memperbaiki berbagai hal yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna dan gangguan metabolisme tubuh selama kanker.

5.8. Hasil Pengamatan Histopatologi Jaringan Payudara Hewan Coba

Pengamatan terhadap jaringan payudara dilakukan untuk melihat ada tidaknya perubahan morfologi sel-sel epitel kelenjar payudara tikus dan untuk maksud tersebut dilakukan pembedahan tikus dan diambil payudaranya dari masing-masing kelompok untuk dipreparasi jaringannya menggunakan metode paraffin beku dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Sebelum diproses, payudara tikus diambil secara hati-hati dan ditimbang beratnya. Pengamatan terhadap jaringan payudara dilakukan di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran 400 kali untuk mengetahui tingkat keparahan kanker yang terjadi. Pembacaan dan analisa hasil dilakukan oleh seorang ahli patologi

(51)

anatomi.. Perubahan histopatologik epitel jaringan kanker payudara akibat paparan DMBA telah banyak dibuktikan dalam penelitian sebelumnya, yang mengakibatkan perubahan sel epitel jaringan payudara menjadi karsinoma in situ. Hasil analisa histopatologi terlihat bahwa hampir semua nodul kanker dari semua kelompok perlakuan sudah menunjukkan adanya karsinogenesis (Gambar 4), kecuali kelompok normal. Pada hewan coba kelompok DMBA terlihat dengan jelas terjadi proliferasi sel epitel dan hiperplasia yang sangat progresif jika dibandingkan dengan sel epitel pada hewan coba kelompok normal.

Normal DMBA Ekstrak 1000 mg/kgBB Ekstrak 2000 mg/kgBB 5.6. Proliferasi Sel Kanker Payudara Tikus Melalui Pemeriksaan AgNOR

Setelah

Pada kelompok hewan coba yang diberi ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata dosis 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB juga masih terlihat beberapa lapis

sel epitel, tetapi lebih sedikit jika dibandingkan dengan hewan coba kelompok DMBA. Pengurangan progresivitas kanker dapat ditandai dari ketebalan lapisan sel epitel dan hiperplasia pada kelenjar payudara hewan coba. Terkait dengan waktu munculnya nodul kanker pada hewan coba berbeda dalam hitungan hari dan hal ini tidak dilakukan evaluasi secara rinci, namun tetap diperhitungkan kecukupan jadwal pemberian ekstrak etanol daun Chromolaena odorata. Pada hewan coba kelompok DMBA ditemukan perubahan jaringan hepar dan ginjal, namun hal ini tidak terlihat pada hewan coba kelompok perlakuan lain, baik perlakuan dengan doxorubicin, Gambar 4. Histopatologis jaringan kanker payudara tikus betina dengan pewarnaan

Hematoksilin – Eosin. Pada kelompok normal terdapat satu lapis sel epitel acini; kelompok DMBA ada beberapa lapis sel epitel acini yang berproliferasi secara progresif dan tampak ada hiperplasia; kelompok ekstrak 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB sel epitel acini berproliferasi lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok DMBA (Perbesaran 400 X)

(52)

maupun kelompok ekstrak uji. Pada kelompok perlakuan dengan ekstrak uji, hal ini tidak terjadi karena senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata menghambat perubahan-perubahan ke arah terjadinya

metastase. Beberapa senyawa yang telah dikaji dari ekstrak etanol daun Chromolaena

odorata melalui pemeriksaan dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrophotometry (LCMS) diduga berperan dalam penghambatan perkembangan

pertumbuhan kanker payu dara diantaranya adalah terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil analisa LCMS-ESI terhadap komponen utama dari ekstrak etanol daun

Chromolaena odorata

No Nama Senyawa Berat Molekul Formula RT

1 1-Carboethoxy-β-carboline 240,08 C14H12N2O2 4,31

2 3-Methylxanthin-2,6-dione 250,07 C15H10N2O2 6,88

3 5,7,8,3’,4’-Pentamethoxyflavonone 374,13 C20H22O7 4,07

4 Canthin-6-one 220,06 C14H8N2O 6,76

5 Candidate C18H16O 248,12 C18H16O 4,70

Adapun struktur dari senyawa-senyawa tersebut adalah sebagai berikut:

1-Carboethoxy-β-carboline 3-Methylcanthin-2,6-dione

Gambar

Gambar 1. Rekam Jejak dan Peta Jalannya Penelitian
Gambar 2. State of The Art Bidang Peneliti
Tabel 1. Jadwal dan Lama Pemberian Perlakuan
Gambar 3. Kanker Payudara Pada Hewan Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Misalkan x adalah variabel linguistik dengan semesta numeris X, dan A adalah suatu predikat kabur yang dikaitkan dengan himpunan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi penutupan karang di daerah pulau Menjangan Kecil, mengetahui total nitrat dan total fosfat, densitas zooxanthellae ,

Berkenaan dengan itu, maka berdasarkan asas lex superior derogate lege inferior maka Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 13 Tahun 2010 tentang Retribusi

Pemilihan penggunaan kompos kotoran sapi dan paitan dalam usaha mencari alternatif penyedia unsur hara makro yang dibutuhkan dalam budidaya tanaman cabai keriting

Perancangan ini berbentuk karya foto pre- wedding bertema dekonstruksi, diperuntukkan bagi vendor-vendor di Surabaya sebagai inspirasi dan pengenalan suatu cara

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat kendala-kendala yang muncul pada saat pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan media kartu kuartet

Melalui instrumen pengumpulan data berupa kuesioner maka dilakukan analisis terhadap variabel-variabel penelitian yang terkait dengan faktor- faktor kesuksesan