• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODELJIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPOKOSAWIT II

KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Sarjana S-1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

YOGI WIDYASMORO NIM 510080049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU

PENDIDIKAN

rr A Yani rromor Pos I Paberan Kartasura,fili;i33"1]j.11il,-ld,l,llfl;(0271)'11s448 Surakarta 57102

Surat

Persetujuan

Artikel

Publikasi

Ilmiah

Yang bertanda tangan d

Nama

Pembimbing

I

NIP/NIK

Nama

Pembimbing

II

NIP/NIK

i bawah

ini

Pembimbing skripsi/tugas akhir:

Dr. Samino,

MM

Drs. Muhroji, M.Si YOGI WIDYASMORO

A

510 080 049 FKIP/PGSD SKRIPSI

PENINGKATAN

HASIL

BELAJAR IPA

MELALUI

MODEL JIGSAWPADA SISWA KELAS

V

SD

NEGERI CEPOKOSAWIT

II KECAMATAN

SAWIT KABUPATEN

BOYOLALI

TAHI.IN PELAJARAN 201212013

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi tugas akhir dari mahasiswa :

Nama

NIM

Fakultas/Jurusan Jenis

Judul

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta,

l0

P"a*ai

2013

P3bimbins II

t

fuAA

J, nrr,*lr

*

Samino, MM

(3)

iii ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPOKOSAWIT II

KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Yogi Widyasmoro A 510080049

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Cepokosawit, Sawit, Boyolali sebanyak 13 siswa.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah pada tindakan pra siklus dari 13 siswa yang masuk terdapat 7 siswa (54%) yang mendapat nilai ≥ 70 sebagai KKM, pada siklus I dari 13 siswa yang masuk terdapat 9 siswa (69%) yang mendapatkan nilai

70 sebagai KKM, sedangkan pada siklus II dari 13 siswa yang masuk terdapat 11 siswa (84,61%) yang mendapatkan nilai ≥ 70 sebagai KKM. Secara keseluruhan, dari siklus I sampai siklus II terdapat peningkatan hasil belajar siswa sejumlah 15,61%. Untuk nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 73,84 sedangkan pada siklus II adalah 84,61 jadi pada siklus I sampai siklus II ada peningkatan nilai rata-rata sejumlah 10,77. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Cepokosawit, Sawit, Boyolali tahun 2012/2013.

(4)

1 A. PENDAHULUAN

Kegiatan belajar mengajar untuk pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada proses mencari dan menemukan, bukan memberikan materi supaya dihafal oleh siswa. Pembelajaran harus bisa mendorong dan menumbuhkan minat belajar siswa sehingga menjadi aktif. Siswa dimotivasi untuk bisa mengeluarkan ide/ gagasan yang ada pada dirinya, sehingga akan tercipta suatu kreativitas. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (PP No 19/2005: SNP, pasal 19, ayat 1 ).

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus diarahkan pembelajaran yang dapat memupuk dan mengembangkan kreativitas dan sikap ilmiah dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi, karena IPA sebagai produk dan sebagai proses. Pembelajaran IPA bukanlah sekedar memberikan informasi pada siswa tetapi lebih menekankan kepada pencarian dan penemuan fakta, konsep dan prinsip alam sekitar dan alam semesta melalui interaksi secara ilmiah. Untuk mencapai pola pembelajaran tersebut di atas, maka guru-guru mata pelajaran IPA harus kreatif dalam memilih model dan metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah. Ketepatan guru dalam memilih suatu metode yang sesuai dengan jenis dan sifat materi pelajaran akan sangat menentukan keberhasilan belajar.

Berbagai macam model pembelajaran dapat dikembangkan oleh guru, salah satunya adalah model Jigsaw. Model Jigsaw merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam melakukan pembelajaran, memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengeluarkan ide/ gagasan, serta memberikan penafsiran serta interpretasi sendiri permasalahan yang dihadapi. Siswa diarahkan untuk berani mengungkapkan gagasan sehingga akan termotivasi munculnya suatu kreativitas dari dalam dirinya.

(5)

2

Selain itu berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sendiri selama ini proses pembelajaran IPA di sekolah dasar jarang/belum menggunakan model

Jigsaw. Hasil belajar/kompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha

kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar pembelajaran.

1. Pengertian ModelJigsaw

Ada beberapa metode dalam model pembelajaran kooperatif,di antaranya adalah model Jigsaw, yang pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam model pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, mempunyai tanggung jawab dalam meteri yang dihadapi, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, belajar kepemimpinan sementara mereka mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dibahas dalam kelompok.

Menurut Johnson & Johnson (2002:322)Jigsaw merupakan salah satu model belajar kooperatif formal. Belajar kooperatif formal merupakan benntuk belajar kooperatif yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam satu periode pelajaran hingga beberapa minggu untuk mencapai tujuan belajar.

Dari dunia nyata manusia telah diajari menggunakan keragaman kelompok seperti melalui permainan Jigsaw. Berbagai keahlian yang dimiliki seseorang mungkin tidak akan menyelesaikan suatu masalah. Dengan menggabungkan keahlian dan informasi yang dimiliki orang lain, maka sesuatu yang tidak diperkirakan akan dapat dilakukan. Semua orang dianggap sebagai penyumbang kesuksesan bersama dalam menyelesaikan masalah. a. Penerapan model Jigsaw

(6)

3

Menurut Benny A. Pribadi (2011:91)Langkah-langkah dalam menggunakan model pembelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) semua siswa dalam kelas dibagi dalam kelompok-kelompok dengan anggota sekitar 5 siswa; 2) setiap kelompok-kelompok diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan jumlah anggota kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok berusaha menjawab satu pertanyaan dan memahaminya betul; 3) anggota kelompok yang sudah bisa menjawab dan memahami, menjelaskan kepada anggota lain dalam satu kelompok yang sama; 4) dirumuskan hasil-hasil pemahaman setiap anggota kelompok dalam bentuk kesimpulan bersama; 5) guru membimbing diskusi kelompok dan diskusi kelas untuk mendapatkan kesimpulan akhir; 6) diberikan tes kooperatif sebagai ulangan harian.

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Jigsaw

KelebihanJigsawmenurut menurutBenny A. Pribadi (2011:91)

dibandingkan model yang lain dalam cooperative learning adalah sebagai berikut :

1) Jigsaw lebih meningkatkan pengetahuan umum dan keterampilan dasar siswa yang dapat dideskripsikan sebagai berorientasi produk dan dihitung dengan tes kemampuan standar.

2) Jigsaw menitikberatkan pada penguasaan materi meskipun juga melibatkan belajar keterampilan interpersonal.

3) Jigsawmenekankan elemen kerjasama dan berbagi (saling bertukar pengetahuan).

4) Dengan Jigsawsemua materi dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan metode yang lain.

Selain kelebihan tersebut, model Jigsawjuga mempunyai kekurangan, adalah sebagai berikut :

a) Masalah siswa yang dominan. b) Masalah siswa yang lambat.

(7)

4 B. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Herawati dkk (2009: 1) PTK adalah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran.

PTK (penelitian tindakan kelas) ialah kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau menguatkan hasil. Tetapi, umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama yang bertujuan untuk memperbaiki hambatan atau kesulitan yang ditemukan pada siklus pertama. Apabila guru merasa belum puas terhadap hasil yang diperoleh dari siklus kedua maka guru dapat melanjutkan kesiklus berikutnya.Data yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menurut Arikunto (dalam Samino dan Saring Marsudi, 2011: 48) hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Menurut Gunarso (dalam Samino dan Saring Marsudi, 2011:

(8)

5

48) Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tidakan.

Pembahasan berisi tentang uraian dan penjelasan mengenai hasil tindakan kelas. Hal-hal yang dibahas dalam pembahasan adalah sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan hipotesis tindakan. Permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah ”Apakah penerapanmodel Jigsawdapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Cepokosawit II Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013?”. Hasil penelitian yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas V menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran IPA melalui penerapan model Jigsaw telah meningkat hasil belajar siswa.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, guru harus bisa menentukan strategi pembelajaran yang tepat, model Jigsaw merupakan suatu pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran alat pernapasan. Jigsaw merupakan salah satu model belajar kooperatif formal. Belajar kooperatif formal merupakan bentuk belajar kooperatif yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam satu periode pelajaran hingga beberapa minggu untuk mencapai tujuan belajar. Siswa mengerjakan tugas dan latihan tertentu (Johnson & Johnson 2002:322). Dari pendapat tersebut maka pendekatan Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran nyata serta sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa maka siswa menjadi tertarik dan termotivasi belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Kelebihan

Jigsaw menurut menurut Benny A. Pribadi (2011:91) salah satunya adalah Jigsaw menekankan elemen kerjasama dan berbagi (saling bertukar

pengetahuan). Hal ini dibuktikan dengan kerjasama yang aktif antara murid yang pandai dan murid yang kurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utaminingsih, Murni, S. Pd (2012), dengan judul Peningkatan Pemahaman dan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

(9)

6

Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam penelitiannya Utaminingsih, Murni ingin mengetahui seberapa jauh penerapan pemahaman dan hasil belajar IPA dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw di SD. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD V SDN 01 Nglegok Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011 mengalami peningkatan. Jadi penerapan pendekatan pembelajaran Jigsaw dalam penelitian ini menunjukkan keberhasilan. Penelitian yang dilakukan oleh Utaminingsih, Murni, S. Pd sangat relevan, relevansinya terletak pada tepatnya pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu menggunakan pendekatan Jigsaw.

Meningkatnya kemampuan hasil belajar IPA dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan hasil tes setelah tindakan. Siswa dikatakan tuntas jika dapat memperoleh nilai diatas KKM ≥ 70. Pada waktu sebelum tindakan siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 7 siswa (54%), pada siklus I siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 9 siswa (69%) dan pada siklus II sebanyak 11 siswa (84,61%) .

Selain itu siswa yang memperoleh nilai di atas nilai rata-rata juga meningkat. Pada waktu sebelum tindakan nilai rata-rata kelas adalah 68,8 dan siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 7 siswa (54%), pada siklus I pertemuan pertama nilai rata-rata kelas adalah 73,84 dan pada pertemuan kedua nilai rata-rata kelas adalah 74,23, dan siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 9 siswa (69%), pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 84,61 dan siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 11 siswa (84,61%). Dilihat dari deskripsi data, tindak mengajar yang dilakukan oleh guru selama pelaksanaan menunjukan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran dengan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Cepokosawit tahun ajaran 2012/2013.

(10)

7

siklus II penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi alat pernapasan pada manusia dan hewan pada siswa kelas V SD Negeri Cepokosawit II Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hsil belajar IPA yang mampu mencapai KKM ≥ 70. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut dapat menjawab masalah diatas.

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, hipotesis yang menyatakan bahwa “Menerapkan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajarpada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cepokosawit II tahun 2012/2013. Dapat diterima kebenarannya.

D. SIMPULAN

1. Hasil dari penelitian ini adalah dengan penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD N Cepokosawit II Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2012. Hal ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 dan siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata.

a. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah sebagai berikut: Pada siklus I pertemuan pertama sebanyak 9 siswa (69%) dari 13 siswa, dan pada pertemuan kedua sebanyak 9 siswa (69%) dari 13 siswa, siklus II sebanyak 11 siswa (84,61 %) dari 13 siswa.

b. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas nilai rata-rata juga meningkat. Pada siklus I pertemuan pertama nilai rata-rata kelas adalah 73,84, dan pada pertemuan kedua sedikit meningkat denga nilai rata-rata kelas 74,23, dan siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rat sebanyak 9 siswa (69%), pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 84,61 dan siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 11 siswa (84,61 %). 2. Hipotesis yang berbunyi “Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di

atas, maka pada penelitian ini, hipotesis tindakan yang diajukan adalah “Menerapkan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil

(11)

8

belajarpada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cepokosawit II tahun 2012/2013”. Dengan demikian hipotesis diterima.

(12)

9

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Hidayat,(2004 : 8) Teori Pembelajaran. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.

Johnson and Johnson. 1994. An Overview of Cooparetive Learning. http://www.co-operation.org/pages/overviewpaper.html diunduh tanggal 20 Oktober 2012.

PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Pribadi, Beny A.2011.Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses.

Jakarta :Dian Rakyat.

Samino dan Saring Marsudi, 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Srini M. Iskandar (2001: 2) Pendidikan IPA II. Jakarta ; Depdikbub. Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian implikatur percakapan melarang terhadap anak-anak dalam bahasa Jawa Ngapak di Desa Bukit Telago Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo bertujuan untuk

Sebagian besar nelayan bagan sudah termasuk dalam kategori sejahtera berdasarkan 14 kriteria rumah tangga miskin penerima BLT dan tidak ada yang memiliki pendapatan

Bapak karno tidak tinggal dengan orang tuanya tetapi beliau tinggal. Wawacara bersama bapak Karno, 8-9

Menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998), susu kambing mengacu pada SNI 01-3141-1998 tentang susu segar adalah susu yang berasal dari ambing induk kambing yang sehat dan

Saat ini juga telah berkembang teknologi pengolahan tepung ubikayu modifikasi dengan menambahkan starter pada saat proses fermentasi/ perendaman, sehingga dihasilkan tepung

Berdasarkan indikator kinerja, secara klasikal mahasiswa masih belum memiliki kompetensi pada matakuliah evaluasi hasil belajar matematika sehingga pembelajaran berbasis proyek

Untuk mendapatkan data tentang inklusivitas kelas pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V sebelum dan ketika pelaksanaan pembelajaran

Gambaran umum kondisi Kabupaten Bengkalis di atas dapat menjadi dasar perumusan kebijakan yang tepat untuk diterjemahkan secara baik ke dalam program maupun