• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa konsekwensi logis bahwa suatu negara tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa peran serta dari negara lain atau setidaknya suatu negara harus bekerjasama dengan negara lain dalam konsep kerjasama yang saling menguntungkan.

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan tehnologi dalam sistem informasi sehingga semakin luas jangkauan komunikasi antar negara di seluruh dunia. Kerjasama dalam perdagangan sebagai salah satu bentuk kerjasama terutama dalam hal perdagangan industri. Perdagangan industri masing-masing negara mempunyai ciri khusus tersendiri tergantung dari buah pikir atau ide masing-masing ahli negara tersebut baik karya yang tidak terwujud maupun yang kasat mata yang disebut dengan karya intelektual.

Karya intelektual dalam dunia perdagangan diwujudkan dalam kreatifitas yang menghasilkan suatu barang sebagai ciri khas suatu negara. Era globalisasi seperti sekarang ini dimungkinkan banyaknya pelanggaran dalam hal pengakuan karya intelektual atau hasil karya sebagai ciri khas suatu negara oleh negara lain. Mengantisipasi hal tersebut negara-negara dunia berkumpul untuk membicarakan perlindungan hukum atas karya intelektual yaitu lebih dikenal Hak Kekayaan Intelektual selanjutnya ditulis HKI sebagai dasar adanya ciri khas perdagangan suatu negara.

(2)

2

Masalah norma-norma universal yang mengatur perdagangan antar negara tersebut telah berlaku pada semua negara-negara yang menjadi anggota GATT (General Agreement On Tariffs and Trade) sejak tahun 1947. Namun, beberapa negara maju merasa tidak puas dengan isi perjanjian GATT dikarenakan perjanjian tersebut bukan merupakan instrument yang dapat mengikat dan dapat mengakomodasi aturan-aturan yang berkaitan dengan masalah pelanggaran HKI yang dilakukan oleh negara-negara berkembang. Mengantisipasi hal tersebut beberapa negara maju mengambil beberapa kebijakan di bidang perdagangan untuk mencegah terjadinya pelanggaran HKI.1

HKI oleh negara-negara maju dimasukan kedalam Agreement On Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) dalam Agreement Establishing the World Trade Organization Agreement (WTO). WTO adalah organisasi perdagangan dunia yang dibentuk sebagai hasil Uruguay Round pada tahun 1994 di Marakash, Maroko. Negara-negara anggota WTO menandatangani Final Act.

2

1

Ansori Sinungan, 2011, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam Praktiknya di Indonesia, Cet I, PT Alumni, Bandung, Hal. 6.

2 Final Act adalah dokumen yang merupakan catatan (records) selama proses persidangan. Final

Act cukup ditandatangani tidak perlu di ratifikasi: J.G Starke, INTRODUCTION TO INTERNATIONAL LAW, Ninth Edition, (London: Butterworths, 1984), p. 420.

Negara-negara yang menandatangani Final Act sekaligus sepakat menandatangani Agreement Establishing TheWorld Trade Organizations (WTO Agreement) beserta lampiran-lampirannya (Annex 1 yang terdiri dari Annex 1A, 1B dan 1C; serta Annex 2, Annex 3 dan Annex 4). Ketentuan HKI diatur dalam

(3)

3

Annex 1C yang berjudul Agreement on Trade – Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement) yang berlaku sejak tahun 1995.3

TRIPs diberlakukan bagi negara-negara yang sedang berkembang (Developing Countries) paling lambat 4 tahun atau setidak-tidaknya sampai awal tahun 2000, sedangkan untuk negara-negara terbelakang (Least Development Countries) diberlakukan paling lambat awal tahun 2006.4

Bangsa Indonesia menyadari bahwa sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri yang tidak akan terlepas dari perdagangan nasional dan menjadi bagian dari perekonomian global. Indonesia terus memacu sumber daya manusianya untuk berkreasi dan menghasilkan karya-karya di bidang industri. Indonesia turut aktif dalam keanggotaan WTO yang dituangkan dalam UU No. 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Masa pemerintahan orde baru Indonesia dikenal sebagai negara agraris, memiliki tanah yang subur dan menghasilkan berlimpah pangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri tanpa harus impor dari negara lain. Seiring dengan perkembangan, Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam serta kaya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga secara universal negara Indonesia disebut sebagai negara berkembang.

3 Ahmad Zen Umar Purba, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Cetakan ke-1, PT

Alumni, Bandung, Hal. 4

4

(4)

4

Organization (WTO), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 No. 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3564.5

1. UU No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

Sejak menjadi anggota WTO yang mencakup juga TRIPs, Indonesia termasuk negara yang progresif dan responsif dalam melaksanakan perjanjian tersebut dengan dibuatnya Undang-Undang yang mengatur tentang HKI sebagai berikut:

2. UU No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

3. UU No. 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu 4. UU No. 14 Tahun 2001 Tentang Paten

5. UU No. 15 tahun 2001 Tentang Merk 6. UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

7. UU No. 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman

8. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

Hak Kekayaan Intelektual adalah hak bagi pemilik karya intelektual yang sifatnya individu, perorangan atau privat.6

5 Ibid Ansori Sinungan, 2011, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam

Praktiknya di Indonesia, Cet I, PT Alumni, Bandung, Hal. 6.

6 Opcit, Ahmad Zen Umar Purba, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Cetakan ke-1, PT

Alumni, Bandung, Hal. 14

Kekayaan intelektual yang telah mendapatkan hak eksklusif yang merupakan property sehingga pemiliknya menciptakan pasar antara permintaan dan penawaran. Perlindungan yang diberikan atas “hak yang tidak berwujud” (onlichamelijk) lebih muda usianya daripada hak yang menurut hukum lebih dikenal atas sesuatu benda yang berujud

(5)

5

(lichamelijke zaak) dengan contoh hak atas tanah, hak atas rumah yang telah diakui sejak awal peradaban manusia. Menerima adanya hak milik yang tidak berwujud sebagai perlindungan milik intelektual jauh lebih recent, tidak begitu mudah untuk dapat menerima adanya “hak milik” yang tidak berwujud dan untuk memisahkannya dari benda materiil dalam mana hak itu diwujudkan.7

Hak Cipta adalah hak Eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan ijin, untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8

Hak Kekayaan Intelektual (HKI)/ (intellectual property rights) adalah Hak Milik atas benda secara Immaterial atau tidak mempunyai benda (berwujud) dan dapat menjadi objek dari suatu hak benda maupun objek bukan benda.9

Hak Milik Intelektual merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (immaterial). Benda dalam kerangka hukum Perdata dapat diklasifikasikan dalam berbagai kategori. Salah satu kategori tersebut adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Pasal 499 KUH Perdata berbunyi” menurut paham undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”. Pasal 503 KUH Perdata menggolongkan benda ke dalam kelompok benda berwujud atau bertubuh dan tidak berwujud atau tidak Hak kekayaan Intelektual diantaranya adalah hak paten, merk, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, dan sebagainya.

7

Sudargo Gautama, 1995, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Cet. Ke-2, PT Eresco, Jakarta, Hal. 6

8 UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 1 ayat (1)

9 Saidin, 1995, Aspek Hukum Hak kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Cet I, PT

(6)

6 bertubuh. 10

1. Material yakni benda berwujud

Benda Immateriil dapat berupa hak tagih, hak atas bunga uang, hak sewa, hak guna bangunan, hak guna usaha,hak atas benda berupa jaminan, hak kekayaan intelektual.

Benda terbagi menjadi 2 (dua):

2. Immaterial (benda tidak berwujud) yakni Hak Kekayaan Intelektual yang terbagi menjadi:

a. Hak Cipta yang terdiri dari: 1). Hak Cipta (Copy Rights)

2). Hak yang berpadu padan dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights)

b. Hak Kekayaan Perindustrian: 1). Patent

2). Utility Models 3). Industrial Designs 4). Trade Secrets 5). Trade Marks 6). Service Marks

7).Trade Names or Commercial Nam es 8). Appelations of Origin

9). Indications of Origin

10). Unfair Competition Protection 11). New Varieties of Plants Protection 12). Integrated Circuits

10

(7)

7

Selanjutnya Hak Kekayaan Perindustrian dapat diklasifikasikan lagi menjadi: 1). Paten (Patent)

2). Model dan Rancang Bangun (Utility Models) 3). Desain Industrial (Industrial Design)

4). Merek dagang (Trade Mark)

5). Nama Niaga atau Nama Dagang (Trade Names)

6). Sumber tanda atau sebutan asli (Indication of Source or Appelation Of Origin)

Menurut Convention Establishing The World Intellectual Property Organization khususnya Ilmuwan yang menganut siatem Anglo Saxon, Bidang Kekayaan Perindustrian selain tersebut diatas ditambah lagi beberapa bidang yakni: Trade Secrets, Service Mark, Unfair Competition Protection.11

Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Desain Industri. Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas

Hak Kekayaan Intelektual salah satunya adalah mengenai Desain Industri yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri, yang dimaksud dengan Desain Industri adalah:

“suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.”

11

(8)

8

hasil kreasinya untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada dibawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Tanggal penerimaan adalah tanggal penerimaan permohonan yang telah memenuhi syarat-syarat administratif.12

Pendaftaran desain industri dalam rangka mendapatkan perlindungan hukum merupakan implementasi dari asas pendaftar pertama yang berarti bahwa orang yang pertama mengajukan permohonan hak atas desain industri yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan berdasar atas asas orang pertama yang mendesain. Pendaftaran desain industri sangat essensial, membutuhkan ketelitian dan profesionalitas Direktorat Hak Kekayaan Intelektual dalam rangka penelitian atau verifikasi terhadap pendaftaran yang dilakukan oleh pemohon

Hasil dari suatu kreasi tidak secara otomatis diperoleh oleh pemegang hak, namun undang-undang memberikan ketentuan mengenai Perlindungan Hak. Desain Industri diberikan oleh Negara Republik Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM cq Direktorat Hak Kekayaan Intelektual cq Direktur Desain Industri. Desain Industri dimintakan melalui prosedur pendaftaran oleh pemohon atau badan hukum yang berhak atas desain industri tersebut kepada Direktur Desain Industri.

12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri, Pasal 1

(9)

9

desain industri karena berdampak pada persaingan usaha yang sehat dan sebagai bentuk perlindungan terhadap konsumen.

Hak atas desain industri akan diberikan jika memenuhi unsur baru ataupun kebaruan. Unsur kebaruan (Novelty) mempunyai arti bahwa hasil kreasi baru pertama kali diajukan dan pada saat pendaftaran tersebut tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan atau publikasi sebelumnya, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Selain unsur kebaruan dalam pemberian hak desain industri dapat juga mengembangkan suatu desain industri yang telah ada sebelumnya dengan penambahan konfigurasi, bentuk, komposisi garis dan warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari keduanya.

Pemohon hak desain industri yang telah memenuhi semua persyaratan secara administratif dan memenuhi semua unsur yang telah ditentukan undang-undang akan memperoleh Sertifikat Desain Industri. Seseorang atau badan hukum yang telah memperoleh Sertifikat Desain Industri maka akan memperoleh hak ekslusif untuk menggunakan hak desain industri yang telah dimilikinya dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Pentingnya pendaftaran dan pemberian perlindungan kepada pendesain karena desain industri mempunyai ciri khas yang mudah diingat oleh konsumen, dimana desain industri satu dengan lainnya memiliki daya pembeda atas kenyamanan, fungsi dan kualitas yang akan diperoleh oleh konsumen atas desain industri tersebut.

(10)

10

Undang-Undang Desain Industri juga telah mengatur mengenai pelanggaran mengenai desain industri yang telah dikategorikan dalam ranah perdata maupun pidana, namun pengaturan tersebut masih lemah sehingga terjadi banyak sengketa antara para pemegang atau pemilik sertifikat desain industri yang sama-sama dikeluarkan oleh Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia cq Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Direktur Desain Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang selanjutnya disebut Direktur Desain Industri. Banyaknya sengketa adalah bukti lemahnya UU Desain Industri. Antara pemegang hak desain industri yang sama-sama telah memiliki sertifikat desain industri ternyata dikemudian hari terjadi kesamaan atau kemiripan satu sama lain, sedangkan para pemilik sertifikat desain industri tersebut tidak berniat menjiplak, memalsu, meniru satu sama lain. Mereka telah mendaftarkan desain industri masing-masing secara prosedur yang ditentukan menurut UU Desain Industri, namun ternyata dikemudian hari terjadi sengketa baik pidana dengan melaporkan ke pihak Kepolisian dan juga secara perdata dengan mengajukan gugatan pembatalan Sertifikat Desain Industri pada Pengadilan Niaga.

Semakin peliknya masalah perlindungan desain industri terhadap pemilik hak berupa sertifikat desain industri yang melindungi bentuk dan atau konfigurasi dengan bukti semakin banyaknya sengketa desain industri yang pada faktanya seharusnya telah dilindungi oleh UU Desain Industri namun implementasinya dalam keseharian semakin banyak sengketa antara pemegang hak desain industry sebagaimana pengalaman penulis yang bekerja pada Kantor Hukum yang

(11)

11

mengkhususkan pada penanganan perkara HKI sehingga penulis telah melihat, mendengar, menyaksikan sendiri permasalahan sengketa HKI terutama Desain Industri sehingga penulis mengkaji lebih dalam hal tersebut dalam rumusan masalah sebagai berikut:

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana implementasi unsur kebaruan dalam pemberian hak Desain Industri di Indonesia atas permohonan perlindungan bentuk dan atau konfigurasi?

2. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri terhadap pemegang hak Desain Industri atas bentuk dan atau konfigurasi?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Dari pengamatan penulis pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Internet, penulis menemukan 2 (dua) karya ilmiah yang membahas mengenai desain industri, pertama, dengan judul: “PERLINDUNGAN HAK DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELKTUAL” disusun oleh Linda L, mahasiswi fakultas hukum UNLA tahun 2012, dengan rumusan masalah 1)Apakah Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Indsutri telah melindungi para pemilik

(12)

12

hak desain industri. 2) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dirjen HKI dalam menyelesaikan sengketa hak desain industri. Kedua, judul tesis: “PENERAPAN PRINSIP KEBARUAN (NOVELTY) DALAM PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA (Studi Kasus Desain Industri Iphone 3G Inc. v. Galaxy S Samsung Electonics Co. Ltd), disusun oleh Agitya Kresna Adiyan, mahasiswi Universitas Brawijaya, tahun 2013, dengan rumusan masalah 1) Bagaimana penerapan prinsip kebaruan (Novelty) dalam perlindungan desain industry di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri? 2) Bagaimana penerapan prinsip kebaruan (Novelty) dalam perlindungan desain industry pada kasus desain industry Iphone 3G Apple inc. v. Galaxy S. Samsung Electronics Co. Ltd?

Selanjutnya, bahwa sampai dengan penyusunan tesis ini, penulis tidak menemukan tesis yang membahas mengenai desain industri berjudul “IMPLEMENTASI UNSUR KEBARUAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI (Ditinjau Dari Sudut Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Desain Industri Atas Bentuk Dan Atau Konfigurasi).” Selain itu penulisan tesis ini disamping didasarkan pada penulis sebagai mahasiswi yang berusaha berpijak pada disiplin ilmu hukum, juga dilandasi oleh ketertarikan penulis pada dunia Hak Kekayaan Intelektual khususnya bidang Desain Industri di Indonesia.

(13)

13

Faedah yang diharapkan dari penulisan tesis ini agar berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai sumbang pikir dalam rangka memperluas wawasan dalam dasar hukum dalam bidang desain industri terkait unsur kebaruan dalam pemberian hak Desain Industri atas bentuk dan atau konfigurasi.

b. Memberikan pemahaman sejauh mana perlindungan hukum yang diberikan Undang-Undang Desain Industri bagi pemilik hak Desain Industri atas bentuk dan atau konfigurasi.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para praktisi dalam memahami implementasi unsur kebaruan dalam pemberian Hak Desain Industri atas bentuk dan atau konfigurasi.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemegang hak Desain Industri dalam memahami mengenai perlindungan yang diberikan negara terkait adanya unsur perdata dan pidana dalam undang-undang tersebut.

c. Penulis menyadari masih banyak masalah lain yang belum dapat diungkapkan terkait dengan penulisan diatas, kiranya dapat diungkapkan dan diteruskan oleh penulis lain yang berminat dibidang Hak Kekayaan Intelektual. Penulis berharap, sekiranya tulisan ini dapat berguna dalam pemahaman hukum mengenai desain industri.

(14)

14

E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengetahui dan menganalisa:

a. Bagaimana implementasi unsur kebaruan dalam pemberian hak Desain Industri di Indonesia atas bentuk dan atau konfigurasi.

b. Sejauhmana perlindungan hukum bagi pemilik hak Desain Industri atas bentuk dan atau konfigurasi terkait adanya unsur perdata dan pidana di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tesis ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan yang diwajibkan dalam rangka memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Nije proveravao zavoje samo zbog toga što je to bilo neophodno, već i zato što nije bio u stanju da naĊe reĉi za nešto. Posmatram ga

Sumber : Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.. kepentingan utama dalam penyesuaian hidup mereka. Kreativitas yang membantu mereka mencapai keberhasilan di bidang yang berarti bagi

Kata yang menjadi kandidat jawaban ialah kata yang memiliki entitas sesuai dengan kata tanya pada query pertanyaan. Dalam perolehan entitas jawaban, yang perlu

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering jerami, gabah, dan gabah 1000 butir meskipun ada kecenderungan peningkatan bobot kering jerami, gabah, dan gabah 1000

Sosialisasi juga dilakukan oleh tim Relawan diman tim relawan merupakan tim yang tidak terstruktur namun berasal dari kalangan masyarakat yang nantinya akan ikut turun

(n=85) Asiakassuhteiden hallinta (n=85) Strategiaprosessin hallinta (n=35) Rahoituksen suunnittelu (n=85) Henkilöstöhallinto ja henkilöstön kehittäminen (n=84) Palveluiden

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi optimum parameter-parameter yang mempengaruhi proses ekstraksi oleoresin jahe