• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARIWISATA SPIRITUAL Daya Tarik Wisata Palasari Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARIWISATA SPIRITUAL Daya Tarik Wisata Palasari Bali"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

PARIWISATA SPIRITUAL

Daya Tarik Wisata Palasari Bali

Ni Kadek Widyastuti Dermawan Waruwu

I Ketut Suartana

Pustaka Larasan 2017

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(2)

PARIWISATA SPIRITUAL Daya Tarik Wisata Palasari Bali

Tata Letak

Slamat Trisila

Rancang Sampul

Ibed Surgana Yuga

Penerbit

Pustaka Larasan

Jalan Tunggul Ametung IIIA/11B Denpasar, Bali 80116 Ponsel: 0817353433 Pos-el: pustaka_larasan@yahoo.co.id Cetakan Pertama: 2017 ISBN 978-602-1586-88-4 Penulis Ni Kadek Widyastuti Dermawan Waruwu I Ketut Suartana

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(3)

KATA PENGANTAR

Oleh

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE. M.MA. MA.1

Pembangunan Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan dan mengusahakan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang pariwisata. Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial. budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang.

Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah wisatawan dapat terwujud jika wisatawan yang telah berkunjung puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang ditawarkan 1 Dosen Tetap Kepariwisataan pada Program Studi Manajemen Perhotelan Universitas Dhyana Pura, Alumni Program Dok-tor Pariwisata Universitas Udayana Bali, dan Alumni Program Master of Arts International Leisure and Tourism Studi, CHN University, Netherlands.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(4)

oleh pengelolanya. Wisatawan yang puas akan cenderung menjadi loyal untuk mengulang liburannya dimasa mendatang, dan memungkinkan mereka merekomen teman-teman, dan kerabatnya untuk berlibur ke tempat yang sama. Fenomena yang terjadi pada trend pariwisata, khususnya di dunia saat ini adalah pesatnya pertumbuhan wisata rohani atau spiritual.

Dari perspektif ekonomi, dampak positif pariwisata yaitu: (1) mendatangkan devisa bagi negara melalui penukaran mata uang asing di daerah tujuan wisata, (2) pasar potensial bagi produk barang dan jasa masyarakat setempat, (3) meningkatkan pendapatan masyarakat yang kegiatannya terkait langsung atau tidak langsung dengan jasa pariwisata, (4) memperluas penciptaan kesempatan kerja, baik pada sektor-sektor yang terkait langsung seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan, maupun pada sektor-sektor yang tidak terkait langsung seperti industri kerajinan, penyediaan produk-produk pertanian, atraksi budaya, bisnis eceran, jasa-jasa lain dan sebagainya, (5) sumber pendapatan asli daerah, dan (6) merangsang kreaktivitas seniman, baik seniman pengrajin industri kecil maupun seniman ‘tabuh’ dan tayang diperuntukkan konsumsi wisatawan.

Kasus pembangunan pariwisata di banyak destinasi, memang tak terbantahkan telah menimbulkan dampak positif bagi perekonomioan regional dan nasional, namun patut pula diakui bahwa pariwisata juga menimbulkan dampak negatif antara lain, menyusutnya lahan pertanian untuk pembangunan pendukung infrastruktur pariwisata, meningkatnya kriminalitas, kepadatan lalu lintas, urbanisasi dan emigrasi, bermuculannya ruko-ruko, shopping centre yang melanggar tataruang wilayah, degradasi lingkungan

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(5)

dan polusi. Dampak negatif yang disebutkan terakhir disebut eksternalitas, utamanya eksternalitas negatif yaitu aktivitas kepariwisataan yang menimbulkan kerusakan lingkungan, polusi air (sungai, laut dan sumur) dan tanah, sehingga menyebabkan kerugian sosial yang ditanggung oleh masyarakat di daerah tujuan wisata.

Daya Tarik Wisata

Sejarah Daya tarik wisata pada awal perkembangan pariwisata di Indonesia adalah untuk mengistilahkan objek wisata, namun setelah Peraturan Pemerintah (PP) pada tahun 2009 diterbitkan, kata objek wisata selanjutnya tidak digunakan lagi untuk menyebut kata objek wisata yang merupakan suatu daerah tujuan para wisatawan. Untuk memahami pengertian dan makna dari kata daya tarik wisata tersebut, berikut dijabarkan pengertian daya tarik wisata dari beberapa sumber berikut ini: Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata bisa dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.

Pada dasarnya, daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni daya tarik wisata alamiah, dan daya tarik wisata buatan. Daya tarik wisata alamiah adalah daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna, sedangkan daya tarik wisata buatan merupakan hasil karya manusia yang terdiri dari museum, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan kompleks hiburan. Daya tarik

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(6)

wisata lainnya yakni minat khusus yang merupakan suatu hal yang menjadi daya tarik sesuai dengan minat dari wisatawannya seperti berburu, mendaki gunung, menyusuri gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lainnya.

Daya tarik daerah untuk tujuan wisata akan mampu menarik wisatawan untuk mengunjunginya jika memenuhi unsur-unsur daya tarik wisata, yakni: (1) Daya tarik yang dapat disaksikan (what to see), hal ini mengisyaratkan bahwa pada daerah harus ada sesuatu yang menjadi daya tarik wisata, atau suatu daerah mestinya mempunyai daya tarik yang khusus dan atraksi budaya yang bisa dijadikan sebagai hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat terdiri dari pemandangan alam, kegiatan, kesenian, dan atraksi wisata. (2) Aktivitas wisata yang dapat dilakukan (what to do), hal ini mengisyaratkan bahwa di tempat wisata, menyaksikan sesuatu yang menarik, wiatawan juga mesti disediakan fasilitas rekreasi yang bisa membuat para wisatawan betah untuk tinggal lebih lama di tempat tujuan wisata. (3) Sesuatu yang dapat dibeli (what to buy), hal ini mengisyaratkan bahwa tempat tujuan wisata mestinya menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat yang bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal wisatawan. (4) Alat transportasi (what to arrived), hal ini mesti mampu dijelaskan bahwa untuk dapat mengunjungi daerah daya tarik tujuan wisata tersebut, kendaraan apa yang digunakan dan berapa lama wisatawan tiba ke tempat tujuan wisata yang akan dituju. (5) Penginapan (where to stay), hal ini menunjukkan bagaimana wisatawan akan dapat tinggal untuk sementara selama mereka berlibur. Untuk menunjang keperluan tempat tinggal sementara bagi

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(7)

wisatawan yang berkunjung, daerah tujuan wisata perlu mempersiapkan penginapan-penginapan, seperti hotel berbintang atau hotel tidak berbintang dan sejenisnya.

Wisata Rohani, Ziarah, Spritual?

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat– tempat suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya melakukan wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci, orang–orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke tempat–tempat tersebut di atas.

Jika dilihat dari unsur-unsur pembentuk Daya Tarik Wisata yang Ideal, maka Palasari sebagai Daya Tarik Wisata

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(8)

Spritual, Rohani, atau Ziarah sudah dianggap memenuhi kriteria, yakni:

Apa yang dapat disaksikan (

[1] what to see) di Palasari? atraksi budaya (artefak bangunan Gereja, Bendungan Palasari, areal pertanian) dapat dipromosikan sebagai hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat terdiri dari pemandangan alam berupa hamparan perkebunan, kegiatan keagamaan, ziarah di pemakaman Katolik, kesenian khas Jembrana, dan atraksi wisata lainnya.

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan (

[2] what to do)?

Palasari mengisyaratkan telah memenuhi unsur sebagai daya tarik wisata, karena wisatawan dapat melakukan aktivitas memancing, camping, trekking, dan aktivitas rohani Katolik

Apa yang dapat dibeli (

[3] what to buy)?, hal ini mengisyaratkan bahwa tempat tujuan wisata Palasari telah memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat yang bisa berfungsi sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal wisatawan.

Alat transportasi (

[4] what to arrived)?, Walaupun jarak Palasari dengan Kota Denpasar termasuk cukup jauh (120 km), namun Palasari sangat mudah diakses karena terletak dekat dengan jalan lintas Denpasa-Gilimanuk, dan dapat diakses dengan berbagai jenis kendaraan, seperti bus besar, mini bus, dan jenis kendaraan lainnya.

Adakah penginapan (

[5] where to stay)?, Poin ini menunjukkan bagaimana wisatawan akan dapat tinggal untuk sementara selama mereka berlibur. Untuk menunjang keperluan tempat tinggal

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(9)

sementara bagi wisatawan yang berkunjung, Palasari telah mempersiapkan penginapan-penginapan, seperti hotel dan sejenisnya yang dibangun oleh pengusaha lokal maupun penduduk setempat. Sesungguhnya jenis–jenis wisata lain dapat saja ditambahkan di sini, tergantung kapada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negeri yang memang mendambakan industri pariwisatanya dapat maju dan berkembang. Pada hakekatnya semua ini tergantung kepada selera atau daya kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam bisnis industri pariwisata ini. Makin kreatif dan banyak gagasan–gagasan yang dimiliki oleh mereka yang mendedikasikan hidup mereka bagi perkembangan dunia kepariwisataan di dunia ini, makin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri ini, karena industri pariwisata pada hakikatnya kalau ditangani dengan kesungguhan hati mempunyai prospektif dan kemungkinan sangat luas, seluas cakrawala pemikiran manusia yang melahirkan gagasan–gagasan baru dari waktu–kewaktu.

Pengembangan Palasari sebagai Daya Tarik Wisata Spritual dan berbagai strategi pengembangannya adalah usaha yang kreatif dan inovatif untuk memperkaya pembangunan sektor kepariwisataan Kabupaten Jembrana, Bali. Pengembangan daya tarik wisata Palasari diharapkan akan berdampak positif secara ekonomi, maupun dinamika pembangunan sosial dan budaya bagi Kabupaten Jembrana.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(10)

PENGANTAR

Tak dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata telah menjadi salah satu komoditi yang menunjang perekonomian berbagai negara di dunia. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia sangat memperhatikan sektor ini karena telah mampu menggenjot perekonomian masyarakat selama beberapa tahun terakhir. Wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan budaya, keindahan alam, dan benda-benda bersejarah lainnya telah memberikan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara selama ini.

Daerah Bali sudah lama terkenal di seluruh dunia serta menjadi penghasil devisa bagi daerah maupun negara selama ini. Pariwisata Bali salah satu ikon pariwisata nasional, karena memiliki daya tarik wisata berupa seni, budaya, benda-benda bersejarah, serta alam yang indah. Berbagai keunikan dan keindahan inilah sehingga Bali mendapat julukan: “Pulau Seribu Pura”, “The Island of Paradise”, dan “The Island of God”. Secara umum, pengelolaan dan pengembangan pariwisata Bali masih mengacu pada pendekatan kearifan lokal serta pariwisata berbasis masyarakat.

Penduduk Bali mayoritas beragama Hindu. Kendati demikian, anggota masyarakat yang mendiami pulau ini juga memiliki latar belakang budaya, etnis, suku, dan agama yang beragam seperti agama Kristen, Katolik, Islam, Budha, dan Kong Hu Chu. Setiap kayakinan agama ini biasanya

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(11)

mendiami suatu wilayah tertentu, sehingga memiliki ciri khas sesuai dengan agama yang dianut oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah Desa Palasari yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Desa ini memiliki ciri khas serta nuansa agama Katolik tanpa menghilangkan budaya Balinya.

Desa Palasari memiliki keunikan serta daya tarik wisata tersendiri bila dibandingkan dengan desa-desa lain di sekitarnya. Mulai dari lokasi pemukiman, tempat ibadah, serta ritual peribadatan dilakukan dengan perpaduan antara budaya Bali, Katolik, dan Eropa atau modern. Pada setiap kegiatan ibadah terlihat adanya suasana yang menggambarkan masyarakat Bali pada umumnya, tetapi mereka sebenarnya beragama Katolik. Gedung gereja yang berarsitektur Bali dan Eropa, Goa Maria sebagai tempat berdoa, keindahan alam yang dipoles dengan nuansa budaya Bali, serta bendungan Palasari sebagai sumber air yang kental dengan nilai-nilai religius. Jadi, setiap wisatawan yang datang ke Palasari akan diberikan kepuasan secara jasmani maupun rohani. Keunikan inilah yang membuat wisatawan domestik maupun mancanegara semakin tertarik untuk mengunjungi desa ini.

Dengan demikian, buku ini merupakan hasil penelitian serta beberapa pengalaman dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama ini. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan informasi menarik serta pengetahun yang baru tentang jenis-jenis pariwisata di Indonesia, ciri khas pariwisata spiritual, konsep dan teori pariwisata spiritual, budaya organisasi spiritual, dan strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual. Oleh

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(12)

sebab itu, kiranya buku ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat mengembangkan pariwisata spiritual di daerahnya masing-masing.

Denpasar, Februari 2017

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENGANTAR PENULIS DAFTAR ISI

BAB I. PARIWISATA INDONESIA

Dasar Hukum Kepariwisataan 1.1

Bali Ikon Pariwisata Nasional 1.2 Pariwisata Budaya 1.3 Pariwisata Alam 1.4 Pariwisata Spiritual 1.5

BAB II. PERKEMBANGAN PARIWISATA

DI INDONESIA

Penelitian Pariwisata 1.1

Potensi Wisata 1.2

Daya Tarik Wisata 1.3

Motivasi Wisatawan 1.4

Persepsi Wisatawan 1.5

Strategi Pengembangan Pariwisata 1.6

BAB III. TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA

Teori Motivasi 1.1

Teori Persepsi 1.2

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(14)

Teori

1.3 the Tourist Qualities of a Destination

BAB IV. METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

Rancangan Penelitian 1.1

Lokasi Penelitian 1.2

Jenis dan Sumber Data 1.3

Teknik Pengumpulan Data 1.4

Jenis dan Pengukuran Variabel 1.5

Teknik Analisis Data 1.6

Penyajian Hasil Analisis Data 1.7

BAB V BUDAYA ORGANISASI SPIRITUAL

Konsep Dasar Budaya Organisasi 1.1

Budaya Organisasi Spiritual 1.2

Hakikat Budaya Organisasi Spiritual 1.3

Karakteristik Budaya Organisasi Spiritual 1.4

Pembentukkan Budaya Organiasi

1.5 Spiritual

BAB VI PARIWISATA SPIRITUAL PALASARI

Kondisi Geografis Palasari 1.1

Demografis Palasari 1.2

Sejarah Palasari 1.3

Daya Tarik Wisata Palasari 1.4

Potensi Wisata Palasari 1.5

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(15)

BAB VII. DASAR PEMBENTUKAN

PARIWISATA SPIRITUAL PALASARI

Tuhan Yesus Hadir di Palasar 1.1

Kepemimpinan Sang Guru Spiritual 1.2

Kehadiran Pemimpin Spiritua 1.3

Peran Pemimpin Menuju Perubahan 1.4

BAB VIII. MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

Dasar Motivasi Wisatawan 1.1 Motivasi Fisik 1.2 Motivasi Kebudayaan 1.3 Motivasi Pribadi 1.4

Motivasi Status atau Prestise 1.5

BAB IX. PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

Persepsi Terhadap Atraksi Wisata 1.1

Persepsi Terhadap Aksesibilitas 1.2

Persepsi Terhadap Amenitas 1.3

Persepsi Terhadap Organisasi 1.4

BAB X. FAKTOR PENGEMBANGAN

PARIWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

Faktor Kekuatan 1.1 Faktor Kelemahan 1.2 Faktor Peluang 1.3 Faktor Ancaman 1.4

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(16)

BAB XI. STRATEGI PENGEMBANGAN

PARIWISATA SPIRITUAL PALASARI

Strategi 1.1 Strenghts Opportunities Strategi 1.2 Strenghts Threats Strategi 1.3 Weaknesses Opportunities Strategi 1.4 Weaknesess Threats … BAB XII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA INDEKS

PROFIL PENULIS

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(17)

BAB I

PARIWISATA INDONESIA

1.1 Dasar Hukum Kepariwisataan

N

egara Indonesia merupakan salah satu kawasan yang memiliki daya tarik wisata yang unik, indah, dan langka di dunia. Daya tarik wisata ini berupa keindahan alam, seni, budaya, adat istiadat, benda-benda bersejarah, dan sebagainya. Pemerintah saat ini sedang menata dan mengembangkan segala potensi daya tarik wisata tersebut. Tujuan pengembangan daya tarik wisata ini adalah sebagai upaya pelestarian budaya serta menjadi identitas kebanggaan bangsa Indonesia di dunia internasional. Selain itu, keanekaragaman daya tarik wisata juga memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan devisa bagi daerah maupun negara selain komoditi alam lainnya.

Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha mengembangkan kepariwisataan di Indonesia. Da-lam TAP MPR No. IV/MPR/1978 menjelaskan bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapan-gan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembi-naan maupun pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan pelestarian budaya serta

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(18)

keperibadian nasional. Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari suatu daerah ke daerah lain. Kunjungan wisatawan terus merangsang interaksi sosial dengan penduduk di sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang ekonomi, kemasyarakatan maupun kebudayaan (Soebagyo, 2012: 17).

Dasar hukum dalam pengembangan serta pengelolaan kegiatan kepariwisataan terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan jaman dan fenomena sosial. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat atau stakeholder berusaha untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pembangunan kepariwisataan yang bersifat menyeluruh dalam rangka menjawab perubahan lingkungan strategis, baik eksternal maupun internal. Salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan di seluruh wilayah Indonesia yaitu dengan membuat Undang-undang, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah (pusat dan daerah), dan berbagai peraturan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan. Salah satu peraturan yang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(19)

Dasar hukum dalam pengembangan serta pengelolaan kegiatan kepariwisataan di Indonesia terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan jaman dan fenomena sosial di masyarakat.

Secara ringkas materi yang diatur dalam UU No. 10 Tahun 2009 di atas adalah hak dan kewajiban masyarakat, wisatawan, pelaku usaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pembangunan kepariwisataan yang komprehensif dan berkelanjutan, koordinasi lintas sektor, pengaturan kawasan strategis, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata, badan promosi pariwisata, asosiasi kepariwisataan, standardisasi usaha, dan kom-petensi pekerja pariwisata, serta pemberdayaan pekerja pariwisata melalui pelatihan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia, sumber daya alam, dan modal yang tersedia harus dimanfaatkan secara maksimal sehingga tercipta keanekaragaman daya tarik wisata di Indonesia. Dengan banyaknya daya tarik wisata diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta menambah devisa bagi daerah atau negara. Keberadaan pariwisata dapat juga memperluas serta membuka lapangan kerja baru secara khusus yang

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(20)

berkompetensi dalam industri pariwisata. Selain itu, kehadiran pariwisata dapat mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan seni, budaya, dan adat istiadat suatu daerah, serta mendayagunakan daya tarik wisata tersebut sebagai strategi dalam memperat persahabatan antar suku, agama, ras, dan golongan di seluruh wilayah Indonesia.

Pembangunan industri pariwisata di Indonesia tentu bukan pekerjaan yang mudah sekalipun sudah ada Undang-undang maupun kebijakan pemerintah sebagai dasar

hukum-nya. Pembangunan in-dustri ini masih men-galami proses yang cukup panjang. Oleh sebab itu, semua

stake-holder harus mampu

bekerjasama tanpa harus mementingkan ego sektoral, RAS, dan kedudukannya masing-masing. Na-mun perlu dipahami lebih awal oleh semua pihak yang terjun da-lam bisnis pariwisata harus bersinergi dan

Potensi sumber daya ma-nusia, sumber daya alam, dan segala modal sosial yang ada harus diman-faatkan secara maksi-mal, sehingga tercipta

keanekaragaman daya

tarik wisata di Indonesia. Dengan banyaknya daya tatrik wisata tersebut diharapkan dapat

men-ingkatkan pendapatan

masyarakat dan menam-bah devisa bagi daerah ataupun negara.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(21)

menyiapkan berbagai hal, antara lain: pembangunan struktur (fungsi, hierarki, dan hubungan) industri pari-wisata, daya saing produk paripari-wisata, kemitraan usaha pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab ter-hadap lingkungan alam dan sosial budaya.

Dalam pembangunan suatu destinasi pariwisata sudah sepatutnya memberdayakan masyarakat lokal. Selanjutnya, pembangunan daya tarik wisata terus ditingkatkan sehingga lebih baik dari sebelumnya, baik pembangunan sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas pendukung kegiatan pariwisata lainnya. Setelah pembanguan yang bersifat mendasar tersebut, maka dilanjutkan dalam pembangunan pendukung yaitu pembangunan di bidang pemasaran (promosi). Promosi ini sangat diperlukan mengingat pangsa pasar industri pariwisata bukan saja diperuntukan bagi wisatawan domestik, melainkan bagi wisatawan mancanegara. Oleh sebab itu, pembangunan pemasaran ini harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Pembangunan industri pariwisata di Indo-nesia bukanlah pekerjaan mudah, namun lebih penting dibutuhkan kerjasama yang baik antara semua stakeholder tanpa me-lihat ego sestoral, RAS, dan kedudukannya masing-masing.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(22)

Pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Semua stakeholder ini harus bertanggung jawab dalam membangun citra positif tentang pariwisata di Indonesia kepada dunia internasional.

Secara garis besar ada dua manfaat dari kegiatan pariwisata pada suatu negara, yaitu: Pertama, pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat, dan cita rasa yang beraneka ragam. Kedua, pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan sektor ekonomi nasional lainnya (Irianto, 2011: 57).

Membangun citra positif terhadap pariwisata Indonesia cukup beralasan. Hal ini dikarenakan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perubahan struktur sosial ekonomi negara di dunia dan semakin banyak orang yang memiliki pendapatan lebih tinggi. Selain itu, kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global, menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi segenap umat manusia di dunia ini. Dengan demikian, pemerintah maupun pemerintah daerah, dunia usaha pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk menjamin setiap orang

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(23)

yang berwisata pada suatu daerah dapat memperoleh kenyamanan dan keamanan.

Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pada suatu daerah menunjukkan bahwa pengembangan serta pengelolaan objek wisata tersebut dilakukan dengan baik oleh stakeholder yang ada. Semakin tinggi minat wisatawan mengunjungi suatu wilayah berarti memberikan devisa bagi daerah tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini pariwisata telah memberikan devisa yang cukup besar bagi daerah maupun negara. Pariwisata selain mendatangkan devisa bagi negara, juga membuka lapangan kerja baru yang dapat mengurangi pengangguran. Kegiatan pariwisata memberikan manfaat yang cukup besar dalam perekonomian bangsa Indonesia serta dapat meningkatkan kegiatan di sektor-sektor lain secara tidak langsung.

Meningkatnya kunjungan wisatawan pada suatu daerah menunjukkan bahwa pengem-bangan serta pengelolaan terhadap suatu objek wisata telah dilakukan secara mak-simal oleh semua stakeholdernya. Semakin tinggi minat wisatawan berarti memberikan devisa serta mendapat citra positif terhadap objek wisata tersebut.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(24)

1.2 Bali Ikon Pariwisata Nasional

Wilayah Indonesia memiliki daya tarik wisata yang cukup banyak dan sangat unik dibandingkan dengan negara lain di dunia. Hal ini didasarkan pada kondisi Indonesia secara geografis sebagai negara kepulauan yang kaya keindahan alam serta beraneka ragam kebudayaan. Kondisi geografis inilah yang menunjang keunikan serta daya tarik wisata tersebut.

Banyak daerah tujuan wisata di Indonesia, salah satunya adalah pulau Bali. Daerah Bali sudah terkenal secara nasional maupun internasional. Bali merupakan ikon pariwisata nasional serta telah lama menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara selama beberapa tahun sampai saat ini. Bali memiliki keunikan tersendiri karena keindahan dan panorama alam serta adat istia-datnya yang beranekaragam bentuknya. Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Bali membuat namanya terkenal di seantero dunia serta berbagai julukan disematkan pa-danya, seperti “Pulau Dewata” atau “The Island of God”, “Pulau Seribu Pura”, dan “The Island of Paradise”.

Daerah Bali memiliki keindahan alam dan aneka ragam seni budaya. Berbagai julukan disemat-kan padanya, seperti “The Island of Paradise”, “The Island of God”, “Pulau Seribu Pura”, dan sebagainya. Berlibur ke Bali dapat memberi-kan suasana damai, romantis, dan terkenang sepanjang hayat.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(25)

Ketertarikan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara terhadap suatu objek wisata menjadi peluang besar bagi pariwisata Bali. Apalagi masyarakatnya sebagian besar membuka diri serta terlibat langsung terhadap keradaan pariwisata tersebut. Kawasan Bali telah mengalami beberapa perkembangan yang signifikan sehingga wisatawan terus tertarik untuk berlibur di daerah ini. Salah satunya dengan bertambahnya objek wisata serta semakin bervariasi atraksi wisata yang ditampilkan oleh masyarakat maupun pengelola pariwisata. Menurut Mahadewi (2004) dan Putra (2008) bahwa atraksi wisata merupakan faktor penting dalam meningkatkan kunjungan wisatawan yang datang ke Bali. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan setiap tahunnya ke Bali tentu menjadi kebanggaan bagi masyarakat serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Perkembangan pariwisata Bali telah menjadi tolak ukur bagi objek wisata di Indonesia maupun negara ASEAN yang memiliki daya tarik wisata. Pariwisata Bali memiliki ciri khas dengan pendekatan pada pariwisata budaya. Ciri khas pariwisata budaya tidak berarti mengenyampingkan ciri khas lainnya seperti pariwisata alam dan pariwisata spiritual. Apalagi masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu yang kental dengan nuansa spiritualnya tentu saja menambah

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(26)

daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Selain itu, keberadaan agama Kristen, Katolik, Islam, Budha, dan Kong Hu Cu juga memberikan kontribusi positif terhadap keberadaan pariwisata spiritual tersebut.

Keberagaman agama, etnis, dan suku di Bali menjadi modal penting dalam pengembangan pariwisata spiritual. Rasa toleransi serta kebinekaan sudah sejak lama masyarakat Bali wujudkan dalam realita kehidupan sosialnya. Lokasi tempat ibadah yang saling berdampingan yaitu Puja Mandala di Nusa Dua menjadi bukti toleransi tersebut.

Selain daerah Puja Mandala ternyata objek wisata di Desa Palasari menjadi ikon pariwisata spiritual yang cukup terkenal di Bali. Oleh sebab itu, setiap wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Bali benar-benar merasa nyaman dan puas, bukan saja kepuasaan secara fisik namun kepuasan secara rohani. Jadi, daerah Bali bukan saja menyuguhkan pariwisata bernuansa budaya dan alam, tetapi juga wisata spiritual

Perkembangan pariwisata Bali menjadi tolok ukur bagi setiap objek wisata di seluruh Indo-nesia. Bahkan Bali juga telah menjadi rujukan bagi negara-negara ASEAN atau internasional selama ini. Pariwisata Bali memiliki ciri khas dengan pendekatan pariwisata budaya, pari-wisata alam, dan paripari-wisata spiritual.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(27)

(rohani) bisa didapatkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi Bali.

Dampak pengem-bangan dan pengelolaan secara maksimal pada setiap daya tarik wisata di Bali ditujukan den-gan adanya peningka-tan jumlah kunjungan wisatawan. Pengemban-gan daya tarik wisata Bali secara umum tercermin

dari rata-rata jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat selama 5 (Lima) tahun terakhir. Peningkatan jumlah wisatawan ini sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Bali Tahun 2008 - 2012

Tahun Jumlah Wisatawan

(Orang) Persentase Peru-bahan (%)

2008 1.968.892

2009 2.229.945 13,25

2010 2.493.058 11,79

2011 2.756.579 10,57

2012 2.892.019 10,49

Sumber: Disparda Provinsi Bali, 2013.

Keberagaman agama, etnis, dan suku di Bali menjadi modal pent-ing dalam pengemban-gan pariwisata spiritu-al. Rasa toleransi dan kebinekaan sudah se-jak lama masyarakat Bali wujudkan dalam realita kehidupan so-sialnya seperti lokasi tempat ibadah yang saling berdampi ngan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(28)

Jumlah wisatawan yang datang ke daearah Bali sejak tahun 2008 sampai 2012 terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini sangat bervariatif mulai tahun 2009 sebesar 13,25%. Peningkatan jumlah kunjungan ini selain daya tarik wisatanya juga didukung dengan program pemerintah pada tahun 2009 dengan slogan “Visit Indonesia Year”. Program ini terbukti dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Indonesia, secara khusus daerah Bali. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mulai dari 1.968.892 orang menjadi 2.229.945 orang. Demikian juga pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 2.493.058 orang (11,79%). Pada tahun 2011 meningkat menjadi 2.756.579 orang (10,57%) dan tahun 2012 sebanyak 2.892.019 orang (10,49%). Kendati mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya, namun pemerintah, pelaku usaha pariwisata, serta masyarakat terus berupaya mengembangkannya secara maksimal. Beberapa objek wisata baru yang menarik minat wisatawan sampai hari ini. Dalam konteks ini menegaskan bahwa pada dasarnya pariwisata itu bersifat dinamis, meningkatkan nilai ekonomi, serta berkelanjutan apabila dikembangkan dengan baik.

1.3 Pariwisata Budaya

Modal kepariwisataan (tourism assets) sering juga disebut sumber daya kepariwisataan (tourism resource)

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(29)

merupakan faktor penting dalam mendukung keber-hasilan suatu objek wisata. Suatu daerah dapat men-jadi tujuan wisata apabila dikembangkan dengan baik. Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Menentukan po-tensi kepariwisataan di suatu daerah harus berpedoman pada apa yang dicari oleh wisatawan tersebut.

Adapun modal atraksi yang menarik bagi setiap wisatawan, yaitu: alam, budaya, dan sumber daya manusia yang terdapat di daerah tersebut. Kebudayaan yang dimaksud di sini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak saja meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau kehidupan keraton, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat seperti pakaian, caranya berbicara, kegiatan di pasar, dan sebagainya. Menurut Koentjaraningrat (Herawati, 2010) bahwa kebudayaan itu diekspresikan dalam tiga wujud, yakni kebudayaan sebagai kompleks tingkah laku, kebudayaan sebagai ide gagasan nilai, dan kebudayaan sebagai hasil karya manusia. Jadi, semua tingkah laku dan hasil karya

Pariwisata yang tetap eksis adalah pariwisata yang terus mengalami pengembangan sesuai kebutuhan wisatawan. Pariwisata bersifat di-namis serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(30)

manusia (act dan artifact) dalam suatu masyarakat menjadi modal atraksi wisata (Soekadijo, 2000: 54).

Ada satu pertanyaan penting yang bagi stakeholder terkait, yaitu “Apakah budaya Bali masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara maupun domestik sampai saat ini?” Berdasarkan Perda No.3/1991 pasal 3 tentang konsepsi pariwisata budaya menegaskan bahwa diharapkan adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara penyelenggaraan pariwisata dan kebudayaan Bali. Selain itu, mutu objek dan daya tarik wisata diharapkan semakin meningkat serta terus dilestarikan. Sebaliknya norma, nilai kebudayaan, dan agama harus dipertahankan untuk membendung pengaruh negatif dari aktivitas pariwisata yang sedang berkembang tersebut.

Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali tampaknya selaras dengan kecenderungan pariwisata global yang sedang berkembang saat ini. Sejak dua dekade terakhir ini di Eropa khususnya mulai digalakkan kembali pariwisata budaya (cultural tourism). Bentuk pariwisata budaya ini dikemas sedemikan rupa untuk dikonsumsi oleh para wisatawan yang berkecimpung pada situs arkeologi dan museum, arsitektur (reruntuhan bangunan, bangunan yang terkenal, seni (art), patung, kerajinan, galleri, festival dan event budaya, musik dan tari, bahasa dan kesusastraan, upacara agama dan ziarah, budaya tradisional atau primitif.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(31)

Budaya Bali tampaknya menjadi daya tarik yang paling dominan dalam perkembangan kepariwisataan nasional maupun global saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61% wisatawan yang berkunjung ke Bali karena ingin menikmati keunikan budaya, 32% disebabkan oleh keindahan alam atau panorama alam yang mempesona, dan sisanya mencari hal-hal lain (Mantra, 1992: 9). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi serta cara hidup orang Bali tampaknya memiliki daya tarik yang paling dominan bagi setiap wisatawan. Masyarakat Bali diharapkan untuk tetap memelihara, mempertahankan, dan melestarikan makna tradisi serta cara hidup yang diwarisi secara turun temurun tersebut. Oleh sebab itu, wisatawan tetap tertarik untuk datang ke Bali secara terus menerus. Bahkan selain tradisi dan cara hidup masyarakatnya, kebudayaan Bali dalam arti luas harus tetap dipelihara dan dilestarikan oleh semua elemen masyarakat, terlebih pemerintah daerah dan pusat.

Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali selaras dengan kecenderungan pariwisata global yang sedang berkembang saat ini. Daer-ah Bali menyimpan segudang peninggalan se-jarah peradaban masa lalu maupun era mod-ern sehingga menjadi daya tarik bagi sejumlah wisatawan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(32)

1.4 Pariwisata Alam

Pariwisata alam menjadi salah satu alternatif bagi setiap wisatawan yang berkunjung di Bali. Pariwisata alam di Bali sangat variatif seperti wisata arum jeram, wisata teras sering, wisata buah-buahan, wisata danau, wisata bendungan, wisata hutan yang dihuni oleh monyet, dan sebagainya. Wisata alam ini selalu memberikan kesejukan dan kenikmatan tersendiri bagi setiap wisatawan yang datang ke Bali.

Wisata alam buatan seperti Bendungan Palasari merupakan tempat berwisata ideal bagi setiap orang yang berkunjung ke daerah Palasari Bali. Bendungan Palasari pada awalnya berfungsi sebagai pengendali banjir dan irigasi untuk pertanian. Pembangunan Bendungan Palasari ini dimulai sekitar tahun 1986 dengan luas sekitar 100 hektar.

Selain berfungsi sebagai penampung air hujan dan pengendali banjir juga sebagai wisata alternatif di kawasan Kabupaten Jembrana. Bendungan ini di latar belakangi oleh hutan lindung yang cukup bagus serta mempunyai hawa sejuk, sehingga cocok untuk wisata tirta serta wana wisata di daerah sekitarnya. Bendungan ini sudah dilengkapi dengan sampan (perahu), sehingga wisatawan bisa berekreasi mengelilingi bendungan tersebut.

Keberadaan Bendungan Palasari ini memiliki nilai yang sangat strategis karena selain pemanfaatan

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(33)

air untuk irigasi, bendungan ini juga memiliki nilai eksotik sehingga banyak memikat hati wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke sana. Aliran airnya yang jernih terus mengalir dari kawasan pegunungan sehingga berpadu dengan hamparan sawah di sekelilingnya. Keindahan aliran air ini menambah daya tarik bagi wisatawan yang datang ke bendungan tersebut.

1.5 Pariwisata Spiritual

Salah satu desa yang menjadi daya tarik wisata spiritual (wisata rohani) yang sudah cukup terkenal di daerah Bali yaitu Desa Palasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Desa Palasari yang mayoritas penduduknya beragama Katolik memiliki keunikan serta keindahan pada arsitektur gedung gerejanya. Keunikan bangunan Gereja Katolik ini terletak pada perpaduan antara arsitektur Belanda dan Bali. Gereja ini sudah berusia tua, tetapi kondisi gedungnya masih terlihat sangat kokoh dan modern. Gedung gereja ini bisa dikatakan gedung bersejarah di Desa Palasari, Bali.

Keunikan lainnya adalah gereja Katolik di Palasari memiliki perpaduan akulturasi budaya Kristen dengan budaya Bali pada umumnya. Hal ini terlihat pada saat memasuki gapura dihiasi dengan ukiran Bali. Sementara di dalam gedung gereja, wisatawan

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(34)

dimanjakan dengan foto-foto yang memperlihatkan sejarah pembangunan gereja tersebut. Selain itu, mulai dari altar, salib, dan ornamen di dalam gereja semuanya terlukis dengan perpaduan budaya Bali dan nilai-nilai kekristenan. Pada patung Bunda Maria dan Yesus yang terdapat di sisi kanan dan kiri altar terdapat payung atau tedung yang biasa dipakai dalam adat Bali.

Selain terkenal dengan gerejanya, Desa Palasari juga memiliki objek wisata spiritual lain yang sering dikunjungi oleh wisatawan, yaitu Goa Maria (Palinggih

Ida Kaniaka Maria). Palinggih Ida Kaniaka Maria berarti

tempat suci bagi Bunda Maria. Goa Maria di Palasari menjadi pusat ziarah (spiritual tourism) yaitu tempat umat memanjatkan doa supaya mendapatkan mujizat kesembuhan dari Tuhan.

Perpaduan budaya Bali bukan saja hanya terlihat pada gedung gereja tetapi dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Setiap hari raya besar seperti Natal

Penduduk Desa Palasari mayoritas beragama Katolik. Gereja Katolik di daerah ini merupa-kan kolaborasi antara arsitektur Belanda dan Bali. Keunikan gereja ini terletak pada per-paduan antara budaya Kristen dengan budaya Bali, sehingga nuansa peribadatannya seperti masyarakat Bali pada umumnya.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(35)

dan Paskah, dekorasi gedung gereja dihiasi dengan pohon natal serta berbagai sesaji dalam kombinasi buah dan janur (gebogan). Pada gapura gereja dan pintu masuk rumah masyarakatnya dihias dengan penjor. Demikian pula busana yang dikenakan oleh jemaat pria dan wanita semuanya bernuansa adat Bali.

Perpaduan antara budaya Bali dengan nilai-nilai kekristenan secara khusus yang beragama Katolik di Palasari merupakan tradisi yang diwarisi secara turun temurun. Umat katolik di desa ini berupaya melestarikan warisan seni budaya Bali melalui nilai-nilai spiritual yang dianutnya. Pelestarian seni budaya Bali ini merupakan salah satu bentuk dalam memelihara dan memantapkan kerukunan hidup beragama antara umat Hindu dengan Katolik maupun agama lain. Toleransi kehidupan beragama ini begitu kuat yang tercermin dalam penggunaan bahasa Bali dalam kidung kebaktian (lagu rohani) yang juga diiringi dengan gong yang biasa digunakan oleh umat Hindu selama ini pada setiap banjar di seluruh Bali.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(36)

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(37)

BAB II

PERKEMBANGAN PARIWISATA

DI INDONESIA

2.1 Penelitian Pariwisata

P

ariwisata merupakan pilar pembangunan nasional. Dengan adanya sektor pariwisata di Indonesia mampu membantu pemerintah dalam meningkatkan penerimaan devisa, pajak, maupun pengentasan kemiskinan. Walaupun dalam praktiknya selama ini masalah kemiskinan pada setiap daerah wisata masih cukup tinggi. Kendati demikian, pembangunan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian suatu negara dikarenakan sektor ini memberikan peluang dalam pergerakan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Dampak krisis ekonomi global juga sema-kin mendorong negara-negara di beberapa belahan dunia untuk memprioritaskan pembangunan pada sektor pariwisata sebagai upaya pemulihan ekonomi tersebut.

Untuk menjawab tujuan dan manfaat pariwisata di atas, maka para peneliti berupaya keras melakukan penelitian di berbagai daerah yang telah menjadi tujuan wisatawan selama ini. Berikut ini merupakan hasil penelitian dari beberapa peneliti yang berkaitan dengan

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(38)

dampak kunjungan wisatawan pada suatu objek wisata di seluruh Indonesia. Hasil penelitian Sujana (2009) yang berjudul “Persepsi wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Tanah Lot, Tabanan Bali” menunjukkan bahwa persepsi wisatawan terhadap objek wisata Tanah Lot secara umum baik.

Kendati pada dasarnya persepsi ini baik, namun pada kenyataannya terdapat sedikit perbedaan antara persepsi wisatawan domestik dengan wisatawan mancanegara terhadap keberadaan objek wisata Tanah Lot tersebut. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 155 sampel persepsi maka diperoleh hasil bahwa skor rata-rata variable 4,03 yang masuk dalam kategori baik pada skala Likert. Perbedaan ini terletak pada kepentingan masing-masing wisatawan yang berkunjung ke daerah ini.

Selanjutnya, penelitian Pradnyani (2012) dengan judul “Persepsi wisatawan mancanegara terhadap

Persepsi wisatawan terhadap keberadaan ob-jek wisata Tanah Lot di Bali menunjukkan pada level yang cenderung baik. Oleh sebab itu, melalui sektor pariwisata, pemerintah mampu meningkatkan penerimaan devisa, pajak, mau-pun pengentasan kemiskinan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(39)

fasilitas dan daya tarik wisata di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat”. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa fasilitas dan daya tarik wisata merupakan komponen utama yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke suatu destinasi pariwisata. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah wisatawan mancanegara yang berasal 15 negara.

Persepsi wisatawan mancanegara terhadap fasilitas pariwisata memiliki nilai rata-rata 3.18%. Sementara penilaian yang baik diberikan terhadap daya tarik wisata dengan nilai rata-rata 3.51%. Penelitian ini menggunakan teori persepsi, teori pertukaran sosial, dan teori siklus hidup area wisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2011) tentang “Persepsi wisatawan domestik (Bogor) terhadap “the island of paradise” menunjukkan hubungan yang saling mempengaruhi antara motivasi dan persepsi. Wisatawan domestik yang berasal dari Bogor memiliki motivasi dan persepsi yang cenderung positip terhadap keberadaan pariwisata Bali. Padahal daerah Bogor

Persepsi wisatawan mancanegara terhadap ka-wasan wisata Senggigi, cukup baik. Fasilitas dan daya tarik wisata merupakan komponen utama yang dapat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke suatu destinasi pariwisata.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(40)

merupakan daerah wisata yang cukup menarik di Indonesia. Hanya saja kelebihan Bali tentu tidak bisa dibandingkan dengan daerah wisata lain di seluruh Indonesia.

Penelitian mengenai persepsi konsumen yang dilakukan oleh Suradnya bersama rekan-rekannya (2002) membuktikan bahwa persepsi konsumen merupakan faktor yang paling menentukan dalam memilih tempat wisata yang akan dikunjunginya. Pada umumnya wisatawan memilih daerah tujuan wisata tergantung pada pilihan produk wisata yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut. Apabila wisatawan merasa puas selama berwisata maka dapat dipastikan akan kembali mengunjungi

daerah itu dalam waktu cepat atau lambat. Semua tergantung pada kepuasaan wisatawan pada daerah yang dikunjunginya.

K e p u a s a a n wisatawan bisa diukur melalui pelayanan selama melakukan kunjungan pada objek wisata. Salah satu indikator kepuasaan wisatawan terletak pada pelayanan hotel tempat

Peningkatan jum-lah wisatawan ter-hadap objek wisata apabila daya tarik wisata yang terse-dia berbeda den-gan daerah asal-nya. Memberikan kepuasan kepada

wisatawan salah

satu solusi dalam mempertahankan eksistensi destinasi wisata tersebut.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(41)

meraka menginap. Persepsi konsumen ini sangat bergantung pada pelayan an hotel pada setiap daerah wisata. Penelitian Putra (2009) dengan judul “Persepsi wisatawan terhadap pelayanan hotel melati di kawasan Ubud, Kabupaten Gianyar”. Hasil penelitian ini menunjukkan sebuah kepuasan kendati masih perlu lagi ditingkatkan pelayanan pada hotel tersebut. Implikasi terhadap pelayanan hotel melati di kawasan Ubud perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan sehingga dapat bersaing dengan hotel berbintang di sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kepuasaan wisatawan yang berkunjung pada suatu daerah wisata ditentukan oleh pelayanan yang maksimal serta fasilitas yang memadai. Motivasi wisatawan untuk terus mengunjungi daerah wisata karena memiliki daya tarik wisata yang unik, indah, serta pelayanan dan fasilitas yang memudahkan wisatawan tersebut beraktivitas selama di daerah tersebut. Oleh sebab itu, kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan pengusaha pariwisata dapat terjalin dengan baik serta tetap memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap wisatawan yang berkunjung di daerahnya.

2.2 Potensi Wisata

Istilah potensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(42)

(kekuatan, kesanggupan, daya) sedangkan kata potensial mempunyai arti potensi (kekuatan, kesanggupan, kemampuan). Menurut Pendit (1999) dalam buku Ilmu Pariwisata bahwa potensi wisata adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Potensi wisata tersebut dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Pertama, potensi budaya adalah potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat baik itu adat istiadat, mata pencaharian, kesenian, dan budaya. Kedua, potensi alamiah adalah potensi yang ada di masyarakat berupa potensi fisik dan geografi seperti alam. Ketiga, potensi manusia adalah manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian/pementasan seni budaya suatu daerah.

Mariotti (Yoeti, 1983) mengemukakan bahwa potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata serta merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Menurut Gunn bahwa potensi wisata ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan didasarkan pada empat aspek, yaitu: mempertahankan kelestarian lingkungannya, meningkatkan kesejahteraan ma-syarakat di kawasan tersebut, menjamin kepuasan pengunjung, meningkatkan keterpaduan dan unit pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya (Gunn, 1994: 26).

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(43)

2.3 Daya Tarik Wisata

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No-mor 10 Tahun 2009 menjelaskan bahwa kepariwisataan merupakan usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyeleng-gara pariwisata. Sementara daya tarik wisata adalah se-gala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan serta nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, bu-daya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dengan demikian, pengembangan pariwisata pada umumnya bertujuan untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestari-kan serta meningkatmelestari-kan mutu objek daya tarik wisata. Dalam pembangunan objek wisata dan daya tarik wisa-ta dilakukan dengan memperhatikan keleswisa-tarian buda-ya dan lingkungan (Widbuda-yastuti, 2010).

Daya tarik wisata yang baik memiliki empat ciri khas, yaitu: keunikan, orijinalitas, otentisity, dan keragaman. Keunikan ini diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orijinalitas yaitu mencerminkan suatu

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan keaneka-ragaman kekayaan alam, budaya, serta ha-sil buatan manusia sehingga menjadi tujuan wisatawan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(44)

keaslian dan kemurnian objek wisata tersebut. Apakah objek wisata itu terkontaminasi atau mengadopsi nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentisity di sini juga mengacu pada keaslian bendanya. Otensitas lebih sering dikaitkan dengan keantikkan atau eksotisme suatu daya tarik wisata (Damanik dan Weber, 2006: 13). Daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata pada sebuah destinasi (Ismayanti, 2009: 147). Dengan kata lain, daya tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat atau daerah wisata.

Dengan melihat definisi daya tarik wisata di atas, maka setiap wilayah memungkinkan untuk dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan apabila dikelola dan dikembangkan secara maksimal. Jenis-jenis daya tarik wisata ini berupa wisata rekreasi, wisata agro, wisata belanja, wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner, dan wisata religi (spiritual tourism). Secara kualitasnya maka wisata religi ini paling unik dan mengesankan karena setiap wisatawan dapat memberikan kepuasaan bagi jasmani maupun rohaninya. Wisata religi merupakan indikator yang berkontribusi paling kuat dalam membentuk kepuasan konsumen (wisatawan).

2.4 Motivasi Wisatawan

Secara umum keberadaan pariwisata di Indonesia diawali pada tahun 1988 yang ditandai

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(45)

dengan tema tahunan kunjungan seni dan budaya. Melalui program ini wisatawan didorong untuk datang serta menyaksikan pergelaran seni dan budaya yang ada di seluruh Indonesia. Kunjungan wisatawan makin digalakkan dengan adanya program tahunan kunjungan yang dimulai pada tahun 1991, sehingga banyak wisatawan mancanegara termotivasi untuk datang ke Indonesia. Sebab, wisatawan yang datang ke Indonesia memiliki motivasi yang berbeda-beda. Motivasi ini merupakan faktor penting bagi setiap wisatawan dalam mengambil keputusan tentang daerah yang akan dikunjunginya. Motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini seringkali tidak disadari oleh wisatawan itu sendiri (Pitana & Gayatri, 2005: 56).

Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah sangat beragam. Ditinjau dari aspek sifatnya maka setiap wisatawan memiliki motivasi umum dan

Motivasi wisatawan ketika mengunjungi suatu daerah sangat beragama karena untuk me-nikmati keindahan alam, keunikan suatu daerah, serta berbagai atraksi wisata yang di-pentaskan. Oleh sebab itu, setiap wisatawan belum tentu memiliki keinginan yang sama pada suatu tempat ketika bersama rombon-gannya.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(46)

motivasi khusus. Motivasi perjalanan dikatakan umum apabila motivasi ini mendorong seseorang hanya sekedar untuk beralih tempat. Suatu motivasi menjadi khusus atau selektif bilamana wisatawan terdorong untuk mengunjungi suatu objek wisata atau negara tertentu untuk menikmati atraksi wisata yang ada pada daerah tersebut. Motivasi yang spesifik seperti halnya motivasi umum akan berbeda dari satu orang dengan lainnya. Semuanya bermuara pada faktor apa yang mendorong wisatawan berkunjung ke suatu destinasi wisata tersebut (Murphy, 1985).

2.5 Persepsi Wisatawan

Kata Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu “perception” yang berarti penglihatan atau daya memahami. Menurut Jalaludin (1998: 51) persepsi merupakan sebuah pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal. Persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera. Selain itu, persepsi ini timbul karena adanya informasi yang diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera.

Persepsi merupakan suatu proses yang

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(47)

didahului melalui penginderaan, proses berwujud diterimanya rangsangan oleh individu melalui alat reseptornya (alat inderanya). Namun menurut Walgito, Hamner maupun Organ (Emi, 2002) menjelaskan bahwa bila ditinjau dari proses psikologi maka proses ini tidak berhenti sampai pada panca indera semata tetapi rangsangan ini diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak. Suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami, dan memperoleh petanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya”. Jadi persepsi adalah dasar proses psikologis. Oleh sebab itu, setiap individu menyadari apa yang dilihatnya, didengarnya, dan sebagainya. Proses inilah yang membuat persepsi setiap orang terhadap sesuatu menjadi sempurna.

Agar setiap orang memperoleh persepsi yang lengkap terhadap sesuatu maka ada beberapa syarat yang harus dipenuihi, yaitu:

1. Perhatian, merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi yang merupakan langkah persiapan. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh individu yang ditunjukkan pada suatu kelompok objek. 2. Adanya objek yang dipersepsi, menimbulkan

rangsangan, mengenai alat inderanya (reseptor). 3. Alat indera (reseptor) yaitu alat untuk menerima

rangsangan.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(48)

Jadi, persepsi merupakan suatu aktivitas individu untuk mengenali suatu objek melalui inderanya yang kemudian diteruskan ke otak, sehingga individu dapat memberikan tanggapan terhadap objek tersebut dengan sadar. Dengan demikian, persepsi dalam kaitannya dengan pariwisata adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh panca indera bagi setiap wisatawan yang diproses secara psikologis sehingga persepsinya menjadi lengkap dan bahkan sempurna terhadap sesuatu hal.

2.6 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan suatu kawasan wisata perlu memperhatikan beberapa kriteria agar dapat memberikan arahan yang jelas dan berhasil tentunya. Strategi pengembangan pariwisata salah satunya diperkenalkan oleh Rev Ron O’grady (Suwantoro, 2004: 81) sebagai berikut:

Persepsi adalah suatu proses penginderaan serta proses psikologis seseorang terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Jadi, persepsi pariwisata merupakan suatu penge-tahuan wisatawan secara lengkap yang di-tangkap oleh panca inderanya serta diproses secara psikologis sehingga memberikan

pe-nilaian terhadap objek wisata tersebut.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(49)

1. Decision making about the form of tourism in any

place must be made in consultation with the local people and be acceptable to them.

2. A reasonable share of the profit deliver from tourism

must return to the people.

3. Tourism must be based on sound environment and

ecological principles, be should not place any members of the host community in a position inferiority.

4. The number of the tourism visiting any area should

not be such that they overs helm the local population and the possibility of genuine human encounter.

Dengan demikian, pengembangan pariwisata juga tidak terlepas dari komponen dasar yaitu proses perencanaan, berupa:

a) Atraksi wisata dan aktivitasnya. b) Fasilitas akomodasi dan pelayanan.

c) Fasilitas lainnya dan jasa seperti, operasi perjalanan wisata, tourism information, restaurant,

retail shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos.

d) Fasilitas dan pelayanan transportasi.

e) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbah dan telekomunikasi.

f) Elemen kelembagaan yang meliputi program pemasaran, pendidikan dan pelatihan,

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(50)

perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi structural

private dan public serta program sosial ekonomi

dan lingkungan.

Dalam menerapkan strategi pengembangan pariwisata ini tentu saja harus memperhatikan lingkungan internal dan eksternal suatu daerah wisata. Lingkungan internal menekankan pada faktor-faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan lingkungan eksternal menekankan pada faktor-faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threats). Kedua faktor di atas bila digabungkan dikenal dengan istilah analisis SWOT (strengths, weaknesses,

opportunity and threats).

Selain itu, strategi lainnya dalam mengembangkan suatu destinasi wisata yaitu lingkungan internal dalam matrik IFAS (Internal

Factor Analysis Summary) dan lingkungan ekternal

dalam matrik EFAS (External Factor Analisys Summary). Dari kedua matrik IFAS dan EFAS digabungkan akan menghasilkan strategi umum (grand strategy) yang kemudian dipadukan dalam matrik SWOT. Penggabungan kedua matrik ini bisa menghasilkan empat set alternatif strategi dalam pengembangan daerah wisata sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh destinasi wisata tersebut.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(51)

Dalam mengembangkan suatu daerah agar menjadi daya tarik wisata serta sesuai harapan wisatawan, maka diperlukan kerjasama yang berkelanjutan dengan semua pihak. Stakeholder yang dimaksud berupa departemen konservasi alam, departemen pariwisata, pelaku industri pariwisata, tokoh masyarakat, akademisi, dan peneliti serta keterlibatan masyarakat lokal. Peran semua pihak di atas sangat diperlukan, namun penting untuk dipahami oleh pemegang kebijakan yaitu pemerintah harus memperhatikan secara serius masyarakat lokal tersebut. Keterlibatan penduduk lokal sangat bermanfaat dalam pengembangan destinasi wisata karena mereka lebih mengetahui tentang daerah mereka serta sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Dengan demikian, semua pihak harus bekerja sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing, tetapi memiliki fokus dan tujuan bersama yaitu mengembangkan destinasi wisata tersebut.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(52)

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(53)

BAB III

TEORI PARIWISATA

DAN RELEVANSINYA

D

alam mengembangkan suatu daerah menjadi tempat wisata tentu saja diperlukan beberapa teori dasar untuk membedah persoalan yang ada di wilayah tersebut. Secara umum teori pariwisata sudah cukup banyak beredar dalam setiap buku maupun hasil penelitian para peneliti. Penggunaan teori-teori ini didasarkan pada persoalan atau bidang kajian yang diteliti pada suatu wilayah atau objek penelitian. Artinya, tidak semua teori pariwisata digunakan dalam menganalisis suatu fenomena kepariwisataan. Oleh sebab itu, ada beberapa teori yang disajikan dalam buku ini untuk memperdalam kajian-kajian pariwisata yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti ataupun menjadi referensi tambahan pada kajian-kajian ilmu sosial humaniora yang berkaitan dengan kepariwisataan.

3.1 Teori Motivasi

Motivasi adalah hasil proses yang bersifat inter-nal atau ekterinter-nal bagi seorang individu yang menim-bulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

(54)

arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi, 2002: 25). Oleh sebab itu, mo-tivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam mempelajari ten-tang wisatawan maupun pariwisata secara keselu-ruhan karena motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata. Walaupun motivasi ini

acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri (Pitana & Gayatri 2005: 58).

Menurut Abraham Maslow (1943) pada prinsip-nya manusia memiliki lima tingkat atau hierarki kebu-tuhan, yaitu: kebutuhan fisik (fisiological need), kebutu-han rasa aman, (security need), kebutukebutu-han sosial (social

need), kebutuhan penghargaan atau pengakuan (esteem need), dan kebutuhan jati diri (self actualization need).

Jika kebutuhan yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisik sudah terpenuhi maka manusia akan mencari ke-butuhan pada tingkat berikutnya dan seterusnya. Pada proses seperti ini manusia memiliki sifat tidak pernah merasa puas tentang yang telah dimilikinya.

Dengan mengacu pada teori hirarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow di atas, maka

moti-Motivasi merupakan proses internal mau-pun eksternal yang timbul dari setiap orang terhadap ses-uatu hal yang ada di sekitarnya. Motivasi seseorang didasarkan pada kebutuhan-ke-butuhan fisik, rohani atau psikologisnya.

BUKU INI DIJUAL

Ni Kadek Widyastuti & Dermawan Waruwu

HP 081338665028

Gambar

Gambar 6.1 Lokasi Desa Palasari, Kabupaten Jembrana
Gambar 6.2 Natal di Gereja Katolik Mengenakan Busana Bali (Sumber: Dokumen Widyastuti dan Waruwu, 2014)
Gambar 6.3 Gedung Gereja Katolik “Hati Kudus Yesus”
Gambar 6.4 Bendungan Palasari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STT Garut) sebagai PT yang juga memiliki sistem penelusuran alumni sering mengalami kendala dalam pengumpulan data alumni padahal

Nilai guna langsung dan tidak langsung didapatkan dari perkalian antara jumlah limbah yang dihasilkan dengan harga limbah dan dikurangkan dengan total biaya

 Bahwa berdasarkan alasan hukum tersebut diatas, maka tidak bertentangan antara amar Putusan BANI point (3) dengan (4) perihal kewajiban Terbanding membongkar

Berdasarkan analisis indeks kerawanan DBD ternyata di Irian Jaya tidak terdapat daerah yang termasuk kategori sangat rawan, 1 kabupaten rawan, 3 kabupaten agak rawan, 4

Akhirnya dengan adanya film ini sebagai suatu gambaran dari kehidupan masyarakat multikultur di jerman, kemunculan film ini sendiri memberikan semacam pengakuan dari orang Turki

Salah satu hal yang membuat Amerika Serikat lebih berhati hati dan penuh pertimbangan dalam menentukan kebijakan politik luar negerinya terhadap pengembangan nuklir Korea Utara

Dari 8 varietas yang diuji, varietas lokal (Siam Mutiara) sebagai pembanding masih menjadi pilihan pertama yang sangat disukai baik berasnya maupun rasa nasi.Siam Mutiara mempu- nyai

Artikkelissani analysoin Ulla- Lena Lundbergin Marsipansoldaten (2001), Lars Sundin Eriks bok (2003) ja Carola Sandbackan Under kriget (2010) -romaanien