SKRIPSI
OLEH:
TRIANA APRILLIA ROIS MARDIAH W.
NIM: C04211125
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
i
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh:
TRIANA APRILLIA ROIS MARDIAH W. NIM: C04211125
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
viii
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penanganan Pembiayaan Macet dan Eksekusi Jaminan Produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah KCP Mojokerto” ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan 1) Bagaimana mekanisme penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan Produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah KCP Mojokerto? 2) Bagaimana efektivitas penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan Produk akad Mura>bah}ah di BNI Syariah KCP Mojokerto?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis melakukan penelitian kualitatif. Data penelitian dihimpun dari dokumen yang berupa data Bank BNI Syariah KCP Mojokerto, observasi nonpartisipatif dengan pihak bank, wawancara secara langsung dengan pihak bank yang menangani pembiayaan macet, dan wawancara terhadap beberapa nasabah pembiayaan macet, serta literatur pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang peneliti angkat.
Dalam penanganan pembiayaan macet, BNI Syariah mempunyai beberapa alternatif yaitu, penagihan intensif, restrukturisasi, pelunasan dengan penjualan agunan/jaminan sebagian/seluruhnya, penyerahan jaminan sukarela, penjualan jaminan secara bersama. Tahapan yang dilakukan oleh BNI Syariah dalam penanganan pembiayaan macet adalah dengan pendekatan secara lunak atau persuasif yang lebih menekankan pada hubungan baik antara petugas dengan nasabah pembiayaan, kemudian pendekatan secara tegas, yang dilakukan bila segala upaya persuasif gagal dilaksanakan. Akan tetapi, pada BNI Syariah selalu memberikan beberapa alternatif supaya nasabah tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi, dan memberikan kesempatan yang selalu membuat nasabah merasa aman. Bank BNI Syariah sudah efektif dalam melakukan penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan, ditinjau dari salah satu fatwa DSN-MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang Mura>bah}ah bagi nasabah yang tidak mampu membayar. Fatwa DSN-MUI menyatakan untuk penjualan obyek Mura>bah}ah atau jaminan lainnya, hendaknya pihak bank menjual obyek jaminan dengan harga pasar yang telah disepakati antara bank dan nasabah. Di BNI Syariah, sebelum bank menjual barang agunan, bank telah melakukan koordinasi atau musyawarah kepada nasabah. Fatwa DSN-MUI ini selalu dijadikan acuan dalam menentukan jenis penanganan pada setiap masalah yang dihadapi BNI Syariah dalam menyalurkan pembiayaannya.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka disarankan dalam setiap aktivitasnya BNI Syariah KCP Mojokerto tentunya harus berdasarkan pada aturan dalam ajaran Islam, termasuk dalam penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan. BNI Syariah harus memperhatikan penanganan yang dilakukan untuk pembiayaan macet dan eksekusi jaminan tersebut telah sesuai dengan pelaksanaan fatwa DSN-MUI atau belum. BNI Syariah harus tetap menjaga cara penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan yang telah sesuai dengan pelaksanaan fatwa DSN-MUI.
xi
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Kajian Pustaka ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian... 13
G. Definisi Operasional ... 14
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI PERBANKAN SYARIAH A. Pembiayaan ... 24
1. Pengertian Pembiayaan... 24
2. Macam-macam Pembiayaan ... 25
B. KPR (Kredit Pemilikan Rumah) ... 29
C. Mura>bah{ah ... 30
xii
2. Skema Pembiayaan Mura>bah{ah ... 31
3. Dasar Hukum Mura>bah{ah ... 33
4. Rukun dan Syarat Mura>bah{ah ... 34
5. Ketentuan Umum dalam Pembiayaan Mura>bah{ah ... 36
6. Risiko Pembiayaan Mura>bah{ah ... 36
D. Pembiayaan Macet ... 39
1. Pengertian Pembiayaan Macet ... 39
2. Penanganan Pembiayaan Macet ... 39
3. Faktor-faktor Pembiayaan Macet ... 41
4. Pedoman dan Ketentuan Pembiayaan macet akad mura>bah}ah ... 43
E. Jaminan ... 44
1. Pengertian Jaminan... 44
2. Syarat sahnya Jaminan ... 46
F. Sekilas Tentang Fatwa DSN-MUI ... 47
BAB III MEKANISME PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Gambaran Umum Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto ... 49
1. Sejarah PT. Bank BNI Syariah ... 49
2. Visi, Misi, dan Budaya Kerja PT. Bank BNI Syariah ... 51
3. Produk PT. Bank BNI Syariah ... 53
4. Struktur Organisasi ... 55
B. Aplikasi Pembiayaan ... 57
1. KPR Griya iB Hasanah ... 57
xiii
3. Prosedur Penyaluran Pembiayaan Pembiayaan KPR akad
Mura>bah}ah... 59
C. Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto ... 60
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 60
2. Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah KCP
Mojokerto... 60
3. Kriteria Pembiayaan Macet ... 63
4. Data nasabah pembiayaan macet di BNI Syariah KCP
Mojokerto... 64
5. Tahapan penanganan pembiayaan macet... 65
6. Penanganan pembiayaan macet di BNI Syariah KCP
Mojokerto... 66
D. Jaminan Jenis Jaminan dan Syarat ... 70
1. Eksekusi Jaminan di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Mojokerto... 72
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN
MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD
MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO
A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet dan Eksekusi Jaminan Produk KPR akad Mura>bah{ah di BNI
Syariah KCP Mojokerto ... 75
B. Analisis Efektivitas Penanganan Pembiayaan Macet dan Eksekusi Jaminan Produk KPR akad Mura>bah{ah di BNI
Syariah KCP Mojokerto ... 85
BAB V PENUTUP
xiv
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
xv
DAFTAR TABEL
3.3 Kriteria Pembiayaan Macet ... 63
3.4 Data Nasabah Pembiayaan Macet BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto... 64
xvi
DAFTAR GAMBAR
3.1 Struktur Organisasi BNI Syariah Kantro Cabang Pembantu
Mojokerto ... 55
xvii
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Vokal tunggal (monoftong )
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia
◌
Fath}ah A◌
Kasrah I◌
dammah UCatatan: khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika
hamzah berharakat sukun atau didahului oleh huruf yang berharakat
xviii 2. Vocal rangkap (diftong)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.
ي◌
Fath}ah dan ya’ ay a dan yو◌
Fath}ah dan wawu aw a dan wContoh : bayna (ﻦ ﺑ)
Mawdu>’ (عﻮ ﻮ )
3. Vokal Panjang(maddah)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.
ا
Fath}ah dan alif a> a dan garis di atasي◌
kasrah dan ya’ i> i dan garis diatas
و
dammah dan wawu u> u dan garis diatas Contoh: al-jama>’ah (ﺔ ﺎ ﺠﻟا)
Takhyi>r (ﺮ ﺨ) Yadu>ru (روﺪ) C. Ta> Marbu>t}ah
Tranliterasi untuk ta> marbu>t}ah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud}a>f) tranliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh : shari>’at al-isla>m (مﻼ ﻟاﺔ ﺮﺷ)
Shari>’ah isla>mi>yah (ﺔ ﻼ اﺔ ﺮﺷ)
D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau
kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti
ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial later)
untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “bank” sebagai istilah lembaga keuangan tidak disebutkan secara
eksplisit di dalam al-Qur‘an. Bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.1
Perbankan dalam kehidupan suatu negara merupakan salah satu agen
pembangunan (agent of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi
utama dari perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan, yaitu lembaga
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.2
Bank syariah biasa disebut Islamic Banking, berbeda dengan bank
konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang
digunakan. Bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah
beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah jual beli dan sewa. Hal ini
didasarkan pada keyakinan bahwa bunga mengandung unsur riba yang
dilarang oleh agama Islam. Menurut pandangan Islam, di dalam sistem bunga
terdapat unsur ketidakadilan, karena pemilik dana mewajibkan peminjam
untuk membayar lebih daripada yang dipinjam tanpa memperhatikan apakah
1
Basri, Bisnis Pengantar (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2005), 165.
2
peminjam dan yang meminjam berbagi resiko dan keuntungan dengan
pembagian sesuai kesepakatan.
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa Bank syariah adalah bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.3
Secara perlahan bank syariah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang menghendaki layanan jasa perbankan sesuai dengan prinsip syariah
yang dianutnya, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktik tidak
jelas, dan pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi serta keharusan
penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang etis dan halal
secara syariah.
Dalam perbankan syariah, terdapat beberapa akad pembiayaan,
misalnya mud}a>rabah dan mura>bah}ah. Di dalam perbankan syariah
selalu menunjukkan prinsip bahwa nasabah yang menggunakan jasa dana
keuangan bank syariah selalu terkait secara pasti dengan sektor ekonomi riil.
Untuk mewujudkan prinsip tersebut, perbankan syariah di Indonesia
memberikan fasilitas pembiayaan kepada nasabah dengan menggunakan
pranata ekonomi riil seperti jual beli dalam berbagai bentuk seperti Ba’y al-
Mura>bah}ah, Ba’y Al-salam, Ba’y Al-istis}na, kerjasama kemitraan
musha>rakah dan kerjasama kemitraan mud}a>rabah.
3
Perbankan syariah sepakat menggunakan bentuk kerjasama
(mura>bah}ah dan mud}a>rabah) sebagai sarana untuk merekontruksi dan
reorganisasi dalam dunia perbankan. Salah satu prinsip syariah dalam sistem
perbankan adalah digunakannya bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai
pengganti bunga. Inilah yang membedakan perbankan syariah dengan
perbankan konvensional yang menganut sistem interest (bunga) dalam setiap
transaksinya. Di samping itu, prinsip perbankan syariah sangat memperhatikan
kemaslahatan bagi orang banyak (maslahah al-amanah).4
Bank syariah lahir sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan
bunga bank, karena bank syariah merupakan lembaga keuangan/perbankan
yang beroperasi dan produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan
sistem bunga dengan menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah
Islam. Pada tataran normatif, falsafah hukum perjanjian mura>bah}ah ini
menampakkan diri dalam bentuk kerjasama jual – beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.
Mura>bah}ah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam
mura>bah}ah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian
mura>bah}ah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh
nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian
4
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di
mark-up.5
Dominannya jenis pembiayaan mura@bah}ah dibandingkan dengan
jenis pembiayaan yang lain disebabkan beberapa faktor. Dari sisi penawaran
bank syariah, pembiayaan mura@bah}ah dinilai lebih minim resikonya
dibandingkan dengan jenis pembiayaan bagi hasil. Selain itu pengembalian
yang telah ditentukan sejak awal juga memudahkan bank dalam memprediksi
keuntungan yang akan diperoleh.
Sementara darisisi permintaan nasabah, pembiayaan mura@bah}ah
dinilai lebih simpel dibandingkan dengan pembiayaan bagi hasil. Hal ini lebih
disebabkan kemiripan operasional mura@bah}ah dengan jenis kredit
konsumtif yang ditawarkan oleh perbankan konvensional, di mana masyarakat
telah terbiasa dengan hal ini.6
Demikian pula pada pembiayaan KPR pada akad mura@bah}ah dalam
perbankan syariah. Pembiayaan KPR mura@bah}ah merupakan salah satu
pembiayaan yang cukup diminati oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari Hasil
Survei Harga Properti Residensial Kuartal II 2014 yang diterbitkan Bank
Indonesia (BI) menunjukkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih dipilih
oleh sebagian besar konsumen sebagai fasilitas utama untuk melakukan
5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), 62.
6
pembelian rumah. Tercatat sebanyak 73,69 persen konsumen masih
menggunakan skema pembiayaan KPR.7
KPR Syariah atau sering disebut dengan KPR Griya iB Hasanah
merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan segala
kebutuhan yang berkaitan dengan pembelian rumah dengan sistem kredit yang
menggunakan syariah. Meskipun pembiayaan properti yang disalurkan
perbankan syariah porsinya masih terbilang kecil dibanding kredit properti
secara nasional, namun produk KPR Griya iB Hasanah ini semakin diminati
masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan semakin dikenalnya bank syariah di
Indonesia. Hampir semua bank syariah tersebut juga melayani pembiayaan
kepemilikan rumah.
Salah satu bank syariah yang melayani pembiayaan KPR adalah Bank
BNI Syariah, BNI Syariah didirikan pada tanggal 29 april tahun 2000, BNI
Syariah didirikan berdasarkan undang-undang no 10 tahun 1998. Berbagai
kelebihan yang ditawarkan di BNI Syariah membuat prospek ke depan cukup
menjanjikan, hingga kini porsi KPR Griya iB Hasanah sudah mencapai 60%.
Agar bisa merangkul lebih banyak nasabah BNI Syariah berusaha
mempermudah jangkauan masyarakat dalam melakukan KPR Griya iB
Hasanah.
Pembiayaan bank syariah sering muncul berbagai permasalahan, salah
satunya yakni kelalaian nasabah dalam membayar cicilan yang telah
ditetapkan di awal perjanjian. Khususnya di dalam pembiayaan KPR yang
7
menggunakan akad mura>bah}ah. Seringkali terdapat nasabah yang lalai atau
terlambat dalam membayar angsuran yang seharusnya dibayar setiap
bulannya. Sehingga dengan sering terjadinya kelalaian nasabah dalam
membayar angsuran tiap bulannya, maka tidak jarang bank syariah mengalami
pembiayaan bermasalah, sebagaimana yang terjadi juga di BNI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Mojokerto.
Sejumlah bank umum syariah maupun unit usaha syariah melakukan
serangkaian upaya guna menekan angka pembiayaan bermasalah (
non-performing finance/NPF) hingga akhir 2014. Direktur Bisnis BNI Syariah
Imam Teguh Saptono di Jakarta mengatakan pertumbuhan pembiayaan sektor
konsumtif BNI Syariah hingga akhir 2014 sebesar 20% dan pertumbuhan
pembiayaan sektor produktif mencapai 35%. “pertumbuhan pembiayaan
konsumer BNI Syariah, contohnya pembiayaan rumah pada 2013 sekitar 40%.
Pada 2014 target kami tumbuh sekitar 20%. Sedangkan pembiayaan UKM,
kami tumbuh di atas 30% pada 2013”.8
Porsi pembiayaan konsumtif ritel BNI Syariah, lanjut Imam, mencapai
80% dari total portofolio dan porsi pembiayaan konsumer di atas Rp.2 miliar
sebesar 20% dari portofolio. PT Bank BNI Syariah menambah cadangan
aktiva bermasalah, guna menghadapi tahun ini (2014) yang diprediksi terjadi
pelambatan bisnis. “Kami menambah pencadangan untuk aktiva bermasalah.
Jadi lebih hati-hati. Karena kita lihat 2014 belum terlalu bagus. Tapi by design
8
kita siapkan Rp. 110miliar (pada tahun 2013),” menurut Direktur Bisnis BNI
Syariah Imam Teguh Saptono di Jakarta.9
Dari sisi rasio pembiayaan bermasalah, Imam mengatakan pihaknya
melihat ada kemungkinan NPF mengalami kenaikan. Hingga bulan November
2013, perseroan mencatat NPF sebesar 2,12%, sedikit meningkat dibanding
1,85% pada periode yang sama tahun lalu.
Pembiayaan macet terjadi karena pembiayaan yang debiturnya tidak
memenuhi persyaratan yang dijanjikam atau debitur tersebut tidak menepati
jadwal angsuran. Hal ini jika terus menerus terjadi maka akan mengakibatkan
kerugian bank.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka dalam Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) Nomor 23/12/BPPP, tanggal 28 Februari 1991, menjelaskan
beberapa kebijakan dalam penyelamatan pembiayaan macet. Mulai dari
revitalisasi yang meliputi rescheduling (penjadwalan kembali), reconditioning
(persyaratan kembali), restructuring (penataan kembali) dan bantuan
manajemen sampai eksekusi yang meliputi likuiditas usaha, parate eksekusi,
litigasi dan collection agent.10
Salah satu syarat dari beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
calon mushtari dalam pembiayaan mura>bah}ah adalah adanya
jaminan/agunan (dhomman). Jaminan di sini dapat berupa benda bergerak
maupun benda tetap, untuk benda bergerak dalam pengikatannya
9
http://www.bnisyariah.co.id/bni-syariah-naikkan-cadangan-aktiva-bermalah, diakses pada 9 November 2014 Pukul 10.30.
10
menggunakan jaminan fidusia, sedangkan untuk benda tetap dalam hal
pengikatannya menggunakan Hak Tanggungan. Dalam praktik keseharian
Perbankan Syariah di Indonesia, “Hukum Formal” yang mengatur hubungan
hukum antara bank syariah dan nasabah (pembiayaan dan penyimpanan dana)
diatur berdasarkan kitab Undang-undang Hukum Perdata. Termasuk di
dalamnya mengenai jaminan, bentuk-bentuk jaminan yang berlaku. Hal ini
karena operasionalisasi bank syariah harus disesuaikan dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di wilayah Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Undang-Undang Perbankan Syariah telah
diatur mengenai ketentuan jaminan yang diterapkan perbankan syariah dalam
transaksi pembiayaan antara bank dengan nasabahnya.11
Di dalam Undang-undang N0. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah digunakan istilah agunan untuk memaknai suatu jaminan, yaitu,
“Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun
benda tidak bergerak yang diserahkn oleh pemilik agunan kepada Bank
Syariah dan/atau UUS, guna jaminan pelunasan kewajiban nasabah penerima
fasilitas”. Ketentuan jaminan di perbankan syariah tidaklah berbeda dengan
jaminan (agunan) yang diterapkan di bank konvensional, di mana di bank
konvensional jaminan yang digunakan pun adalah benda bergerak maupun
benda tidak bergerak.12
Dengan mempertimbangkan uraian di atas, maka hal ini menjadi
penting dan menarik untuk diteliti dan diketahui bagaimana mekanisme
11 Bagya Agung Prabawo, Aspek Hukum Pembiayaan Mura>bah}ahPada Perbankan Syariah
(Yogyakarta: UII Press, 2012), 99.
12
penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan produk KPR akad
Mura>bah}ah di bank syariah. Yang dalam hal ini, objek penelitian yang
dipakai adalah Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Pembantu
Mojokerto. Jadi, dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka telah dipilih judul “Efektivitas Penanganan Pembiayaan Macet dan
Eksekusi Jaminan Produk KPR akad Mura>bah}ah Di BNI Syariah Kantor Cabang Pembant Mojokerto”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diperoleh identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi pembiayaan macet dan jaminan
b. Faktor-faktor pembiayaan macet
c. Pembiayaan KPR Griya iB Hasanah akad Mura>bah}ah
d. Mekanisme penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan
e. Efektivitas penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan
f. Upaya penyelesaian pembiayaan macet.
Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan peneliti dalam
mengidentifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
a. Mekanisme penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan
produk KPR akad Mura>bah}ah
b. Efektivitas penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan
produk KPR akad Mura>bah}ah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mekanisme penanganan pembiayaan macet dan eksekusi
jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto
2. Bagaimana efektivitas penanganan pembiayaan macet dan eksekusi
jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto?
D. Kajian Pustaka
Penelitian yang peneliti lakukan berjudul “Efektivitas penanganan
pembiayaan macet dan eksekusi jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di
BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto”. penelitian ini tentu tidak
lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan
Pertama, penelitian yang berjudul “Penyelesaian Pembiayaan Macet
Akad Musha>rakahMutanaqis}ah di Bank Muamalat Indonesia Cab. Darmo
Induk Surabaya.” Penelitian ini dilakukan oleh Virtiesa Rahmanditami (2013).
Dalam pembahasan penelitian ini peneliti memfokuskan kepada pembiayaan
macet produk KPR dengan akad musha>rakah mutanaqis}ah dan cara
penyelesaiannya.13
Kedua, penelitian yang berjudul “Restrukturisasi Pembiayaan sebagai
upaya penanganan Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah”. Penelitian ini
dilakukan oleh Geys Bahasuan (2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pembiayaan bermasalah di Bank Syariah dan bagaimana cara
penyelesaiannya.14
Ketiga, penelitian yang berjudul “Manajemen Pembiayaan Macet
Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Gresik”. Penelitian ini dilakukan
oleh Faid Yabqi (2014). Inti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan bagaimana manajemen pembiayaan macet pada pembiayaan
Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Gresik.15
Merujuk pada penelitian-penelitian di atas, maka yang menjadi
perbedaan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
Pada penelitian pertama, peneliti memfokuskan kepada pembiayaan
macet produk KPR dengan akad musha>rakah mutanaqis}ah dan cara
13
Virtiesa Rahmanditami, “Penyelesaian Pembiayaan Macet Akad Musyarakah Mutanaqisah Di Bank Muamalat Cabang Darmo Induk Surabaya” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2013), 9.
14
Geys Bahasuan, “Restrukturisasi Pembiayaan sebagai upaya penanganan Pembiayaan bermasalah di Bank Syariah” (Skripsi - - Universitas Airlangga, Surabaya, 2013 ), 1.
15
penyelesaiannya di Bank Muamalat Indonesia Cab. Darmo Induk Surabaya.
Pada penelitian ini lebih membahas kepada mekanisme dan efektivitas
pembiayaan macet dan eksekusi jaminan di BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto. Penelitian kedua mengenai evaluasi penyelesaian
pembiayaan bermasalah di Bank Syariah, sedangkan pada penilitian lebih
fokus kepada mekanisme dan efektivitas pembiayaan macet dan eksekusi
jaminan. Untuk penelitian yang ketiga mengenai Manajemen Pembiayaan
Macet Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Gresik, berbeda dengan
penelitian yang diteliti oleh peneliti ini adalah tempat dilakukannya penelitian
yakni BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto.
Maka dari itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian – penelitian
sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti meneliti bagaimanan mekanisme dan
keefektivan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan di Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Mojokerto.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan mekanisme penanganan pembiayaan macet dan
eksekusi jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Mojokerto.
2. Untuk menjelaskan efektivitas penanganan pembiayaan macet dan
eksekusi jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah Kantor
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian memuat uraian yang mempertegas bahwa
masalah penelitian bermanfaat, baik dari segi teoritis maupun praktis.16
Sehingga hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik bagi peneliti maupun
bagi pembaca, diantaranya yakni sebagai berikut:
1. Aspek keilmuan ( teoretis )
Diharapkan dapat memberikan masukan atau input bagi
pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan bidang manajemen
perbankan syariah dalam penyelesaian pembiayaan macet.
2. Aspek terapan ( praktis )
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan
kajian serta pertimbangan bagi:
a. Diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat,
agar mengerti mekanisme pembiayaan macet dan efektivitas
penanganan pembiayaan macet di perbankan syariah.
b. Sebagai bahan kajian bagi para pembaca, para praktisi khususnya bagi
mahasiswa jurusan ekonomi syariah.
c. Bagi Bank Syariah, dengan adanya penelitin ini diharapkan bank
syariah dapat memaksimalkan penangnan agar tidak menyebabkan
16
Tim Penyusun Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi
pembiayaan macet di bank syariah sehingga dapat mengantisipasi dan
mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh pembiayaan macet.
d. Peneliti/penulis sendiri, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai manajemen perbankan dan penyelesaian
pembiayaan bermasalah
e. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam meneliti dan
mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang pengertian yang bersifat
operasional dari konsep/variabel penelitian sehingga bisa dijadikan acuan
dalam menelusuri, menguji atau mengukur variabel tersebut melalui
penelitian.17 Berikut definisi operasional yang berkaitan dengan judul
penelitian ini:
1. Efektivitas
Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan jika hasil kegiatan makin mendekati sasaran
maka akan semakin tinggi efektivitasnya.18
2. Pembiayaan bermasalah
17
Ibid.
18
Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan, di mana
ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan
yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian.19
3. Jaminan atau agunan
Jaminan atau agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda
bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkn oleh pemilik
agunan kepada Bank Syariah dan/atau UUS, guna jaminan pelunasan
kewajiban nasabah penerima fasilitas.20
4. KPR ( Kredit Pemilikan Rumah )
Suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan syariah kepada
para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah.21
5. Mura@bah}ah
Mura>bah}ah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana
penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian
menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang
diharapkan sesuai jumlah tertentu.22
6. Bank BNI Syariah
Bank BNI Syariah adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank ini
semula bernama Unit Usaha Syariah Bank Negara Indonesia yang
merupakan anak perusahaan PT BNI, Persero Tbk. Sejak 2010, Unit
19
Bagya Agung Prabawo, Aspek Hukum Pembiayaan Mura>bah}ah Pada Perbankan Syariah
(Yogyakarta: UII Press, 2012), 129.
20
Ibid., 100.
21
Bank Indonesia, “Brosur Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR” dalam
http://www.bi.go.id/id/iek/produk-jasa-perbankan/jenis/Documents/KPRumah.pdfdiakses pada tanggal 9 Februari 2015 Pukul 20.36.
22
Usaha BNI Syariah berubah menjadi bank umum syariah dengan nama PT
Bank BNI Syariah.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata
cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam
menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.23
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian
kualitatif yakni penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena
yang terjadi serta dialami oleh objek penelitian misalnya, situasi, kondisi,
motivasi, dan lain sebagainya dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian mengamati kenyataan dan mengajukan pertanyaan dalam
wawancara hingga berkembang secara wajar berdasarkan ucapan dan buah
pikiran yang dicetuskan oleh orang yang diwawancarai.24 Maksud dalam
penelitian ini peneliti memaparkan data hasil penelitian di lapangan yakni
tentang Efektivitas Pelaksanaan Penanganan Pembiayaan Macet dan
23
Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Sosial ( Jakarta: Salemba Humanika, 2010), 17.
24
Eksekusi Jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Mojokerto.
2. Data yang Dikumpulkan
Data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dan
rumusan masalah pada penelitian ini adalah data yang terkait dengan
efektivitas penanganan pembiayaan macet dan eksekusi jaminan produk
KPR akad Mura>bah}ah di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu
Mojokerto dan mekanisme yang digunakan oleh Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Mojokerto dalam menangani dan menyelesaikan
pembiayaan macet produk KPR akad Mura>bah}ah.
3. Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), maka
sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan
sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau pengambilan data secara langsung atau yang dikenal
dengan istilah interview (wawancara).25
Dalam hal ini, subjek penelitian yang dimaksud adalah pihak
Bank BNI Syariah tepatnya karyawan PT. Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Mojokerto yang mempunyai tugas menangani
25
pembiayaan macet, mulai dari Sub Branch Manager, Sales Assistant,
Processing and Collection Assistant, Operational and Support
Assistant, dan beberapa nasabah yang melakukan pembiayaan macet.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer.26Sumber data sekunder merupakan data
pendukung yang berasal dari buku-buku maupun literatur lain
meliputi:
1) Dokumen, yaitu suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan dokumentasi
adalah kegiatan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.27
Dalam hal ini, dokumen dikumpulkan dari data yang diperoleh dari
pihak Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto.
Diantaranya data-data yang dianggap penting seperti :
a) Brosur atau pamflet Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Surabaya
b) Dokumen legal yang digunakan Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Surabaya
c) Buku Panduan Perusahaan (BPP) Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Surabaya.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfa Beta, 2008), 123.
27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
2) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
memperoleh dari kepustakaan di mana peneliti mendapatkan
teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.28 Diantaranya adalah :
a) Undang – Undang Perbankan.
b) Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Mura>bah}ah.
c) Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan
Mura>bah}ah pada Perbankan Syariah.
d) BPP (Buku Panduan Perusahaan) PT.Bank BNI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Mojokerto.
e) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke
Praktik.
f) Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam.
g) Dll.
4. Penentuan Responden
Dalam penentuan Informan, peneliti melakukan penelitian secara
acak pada nasabah yang telah melakukan pembiayaan macet. Pengambilan
informan didapat dari data perbankan yang kemudian peneliti memilih
nasabah yang melakukan penunggakan angsuran.
28
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif.29 Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara terstruktur
maupun bebas dengan pihak Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Mojokerto, khususnya Processing & Collection Assistant
bagian penyelesaian pembiayaan macet dan wawancara beberapa
nasabah yang melakukan pembiayaan macet.
b. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi data jumlah nasabah yg menggunakan
pembiayaan akad mura>bah}ah, jumlah pembiayaan yang disalurkan,
dan jumlah pembiayaan macet.
6. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dikelola
menggunakan metode deskriptif verifikatif. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
29
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini,
peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan
masalah.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.31 Peneliti
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan peneliti
dalam menganalisa data.
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.32
7. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka untuk menyusun dan menganalisis
data – data tersebut digunakan metode deskriptif verifikatif. Menurut
Whitney (1960) yang dikutip oleh M. Nazir (1999; 63) metode deskripsi
adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat situasi-situasi
tertentu termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Suharsimi Arikunto (2006 ; 8)
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif (Bandung: Alfa Beta, 2008), 243.
31
Ibid., 245.
32
mengemukakan bahwa, “Penelitian Verifikatif pada dasarnya ingin
menguji kebenaran pengumpulan data di lapangan.”33
Pola pikir yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah pola
pikir deduktif (umum ke khusus), yang digunakan untuk menelaah
gambaran secara objektif bagaimana fakta yang terjadi dilapangan (Bank
BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto) dalam penanganan
pembiayaan macet dan eksekusi jaminan produk KPR akad Mura>bah}ah
dengan melihat apakah mekanisme yang digunakan tersebut efektif atau
tidak, benar atau salah menurut norma yang ada, yaitu sesuai dengan
Fatwa DSN.
I. Sistematika Penelitian
Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab.
Masing – masing bab memiliki sub bab yang akan memberikan penjelasan
secara terperinci dan sistematis serta berkesinambungan agar dapat dipahami.
Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab pertama mencakup latar belakang permasalahan yang merupakan
landasan pemikiran secara garis besar baik secara teoritis maupun fakta yang
menimbulkan bagi penulis untuk melakukan penelitian. Pada bab ini juga
terdapat identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
33
Bab dua berisikan landasan teori pembiayaan, macam-macam
pembiayaan, pembiayaan bermasalah, faktor-faktor pembiayaan bermasalah,
fatwa DSN, eksekusi jaminan dan konsep relevan yang dapat digunakan untuk
menunjang dalam memecahkan permasalahan penelitian dan kemudian dapat
dijadikan proposisi penelitian.
Bab tiga memuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang
diteliti secara obyektif, meliputi gambaran mengenai Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Pembantu Mojokerto secara umum, sejarah berdirinya, visi
dan misi, struktrur organisasi, mekanisme penanganan pembiayaan macet dan
eksekusi jaminan. Diharapkan setelah mengetahui gambaran umum objek
penelitian tersebut dapat membantu dalam proses penelitian khususnya proses
analisis data.
Pada bab empat, menganalisis dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama, mengenai mekanisme
pembiayaan macet dan eksekusi jaminan. Kedua, efektivitas penanganan
pembiayaan macet dan eksekusi jaminan apakah sudah sesuai dengan Fatwa
DSN atau belum.
Kemudian pada bab lima, adalah bab yang dibahas paling akhir dalam
pembahasan skripsi ini. Isi dari bab ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari
hasil pembahasan serta saran–saran yang dipandang perlu yang berkenaan
24
BAB II
PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI
JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI
PERBANKAN SYARIAH
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan
yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana
percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan
yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat
kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan
berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya
sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.1
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit
yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, returns
1
atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain
sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. Dalam
Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.2
Di dalam perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank
syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank syariah
menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat
pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi
yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah salah satu
jenis dan kegiatan usaha lembaga keuangan syari’ah untuk menyediakan
dana atau tagihan kepada masyarakat atau nasabah dengan kewajiban
mengembalikan dana atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan (margin) atau bagi hasil.3
2. Macam- macam Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
2
Ibid.
3
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Harran (1999)
dapat dibagi tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Return bearing financing yaitu bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung
risiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
b. Return free financing yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk
mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang
membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat
diberikan.
c. Charity financing yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan
kepada orang-orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada
klaim terhadap pokok dan keuntungan.
Berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:4
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
4
Setelah pembiayaan disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh
nasabah, maka peranan bank syariah lebih berat dibandingkan pada saat
dana tersebut belum mnegucur di tangan nasabah. Untuk menghindari
terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus melakukan
pembinaan dan pengawasan secara aktif dan terus menerus sepanjang
jangka waktu (masa) pembiayaan belum jatuh tempo atau belum terlunasi,
bentuk pengawasan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengecekan
secara langsung ke tempat usaha, memantau laporan keuangan secara
rutin. Bersamaan dengan itu perlu juga dilakukan pembinaan dengan
memberikan saran, informasi maupun pembinaan teknis yang bertujuan
untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Akan tetapi pada jangka waktu (masa) pembiayaan tidak mustahil
terjadi suatu kondisi pembiayaan yaitu adanya suatu penyimpangan utama
dalam hal pembayaran kembali pembiayaan, yang menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran atau diperlukan tindakan yuridis dalam
pengembalian atau kemungkinan potensial loss. Kondisi ini yang
disebutkan dengan pembiayaan macet, keadaan turunnya mutu
pembiayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi selalu memberikan
“warning sign” atau faktor-faktor penyebab terlebih dahulu masa
pembiayaan. Bank syariah akan mengambil langkah-langkah penyelesaian
pembiayaan macet agar dana yang telah dicairkan dapat diterima kembali
oleh bank, karena dana yang telah dicairkan pada nasabah pembiayaan
syariah sebagai penerima amanat memiliki tanggung jawab untuk
mengelola dana tersebut dengan baik.5
Pembiayaan bank syariah dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:6
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mud}a@rabah dan
musha@rakah. Mud}a@rabah merupakan kontrak antara dua
pihak atau lebih yang mana satu pihak sebagai s}a@h}ibu
al-ma@l dan pihak lain sebagai mud}a@rib.7Musha@rakah
merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang mana
semua pihak merupakan partneryang mengikutsertakan modal
dan menjalankan usaha yang dijalankan.
2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ija@rah dan dalam
bentuk ija@rah al-muntahiyah bit-tamli@k atau sewa barang
yang diakhiri dengan kepemilikan ditangan si penyewa.
Perpindahan kepemilikan ini yang membedakan antara
ija@rah biasa dengan ija@rah al-muntahiyah bit-tamli@k.
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mura@bah}ah, salam
dan istis}na@’.
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard}.
5) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ija@rah untuk
transaksi multijasa.
5
Trisadini Prasastinah, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah (Universitas Airlangga: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2006), 04.
6
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 42.
7
Setiap pembiayaan yang diberikan oleh bank selalu mengandung
risiko tidak kembalinya dana, sehingga timbul pembiayaan macet (Non
Perfoming Finance) sehingga bank syariah harus berhati-hati sebelum
mencairkan dananya kepada nasabah.
B. KPR ( Kredit Kepemilikan Rumah)
Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya
makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi setiap keluarga,
karena rumah merupakan tempat untuk istirahat. Namun, harga rumah kini
semakin mahal menyebabkan jarang orang yang mampu membeli
rumahsecara tunai. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh banyak
lembaga pembiayaan dan perbankan untuk menawarkan produk konsumtif
yang banyak dikenal dengan KPR. KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah
adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan syariah kepada
para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah.8
Bank Syariah kini gencar promosikan KPR, pada dasarnya mengajukan
KPR melalui bank konvensional atau bank syariah sama saja. Proses,
dokumentasi, jaminan dan evaluasi pembiayaannya sama. Perbedaannya
adalah dibentuk akad pada awal dan tingkat suku bunga. Harga jual rumah
yang ditunjuk terdiri dari harga beli rumah tersebut ditambah dengan
margin yang ditetapkan oleh bank. Bank membeli rumah tersebut
kemudian nasabah membayar pada bank setiap bulannya melalui cicilan.
8
Bank Indonesia, “Brosur Memiliki Rumah Sendiri dengan KPR” dalam
Secara umum, berdirinya lembaga keuangan syariah akhir-akhir ini
beroperasi pada 3 bidang, yakni, penyaluran dana, penghimpun dana dan
jasa perbankan. Selain tabungan produk yang kini diminati masyarakat
adalah KPR Syariah. Kelebihan yang dimiliki KPR Syariah dibanding
KPR konvensional adalah masyarakat merasa lebih tenang, sebab
pembiayaan KPR Syariah merupakan varian akad pembiayaan
mura@bah}ah dalam bidang penyaluran dana, sehingga cicilan KPR
Syariah tetap.
C. Mura>bah}ah
1. Pengertian Mura>bah}ah
Mura>bah}ah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di mana
penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian
menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang
diharapkan sesuai jumlah tertentu.9
Dalam akad mura>bah}ah, penjual menjual barangnya dengan
meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual. Perbedaan harga beli
dengan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan.10
Mura>bah}ah sebagaimana yang digunakan dalam perbankan
Islam, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli serta
biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark up (laba).11 Dalam aplikasi
9
Dumairi, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2007), 25.
10
M Sulhan, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah (Malang: UIN Malang Press, 2008), 155.
11
bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan nasabah
merupakan pembeli.12 Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh
nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga
beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas transaksi
mura>bah}ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat
jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu
yang disepakati.13Pada pembiayaan mura>bah}ah penyerahan barang
dilakukan pada saat transaksi, sementara pembayarannya dilakukan secara
tunai, tangguh ataupun dicicil.14
2. Skema Pembiayaan Mura>bah}ah
Dalam pembiayaan mura>bah}ah, sekurang kurangnya terdapat dua
pihak yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli barang.
12
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) hal 138.
13
Warkum Sumitro, Asas Asas Perbankan Islam dan Lembaga Lembaga Terkait (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1996), 93.
14
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), 122. 1. Negosiasi & persyaratan
Keterangan :
1. Bank syariah dan nasabah melakukan negoisasi tentang rencana
transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negoisasi meliputi
jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang dan harga jual.
2. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah, di mana
bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam
akad jual beli ini, ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli
yang telah dipilih oleh nasabah dan harga jual barang.
3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan
nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual.
Pembelian yag dilakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan
keinginan nasabah yang telah tertuang dalam akad.
4. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank
syariah.
5. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen
kepemilikan barang tersebut.
6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan
pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah
3. Dasar Hukum mura>bah}ah
a. Al Qur’an surat al Baqarah ayat 275
Artinya :orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.15
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.16
15
Al Fatih, Al Quran dan Terjemahan (Jakarta: Insan Media Pustaka, 2013), 47.
16
4. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah
Dalam melakukan suatu transaksi, rukun dan syarat suatu akad
haruslah jelas dan dilakukan untuk mencapai kesempurnaan transaksi
tersebut.
a. Pelaku akad, yaitu bai’ (penjual) adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual.
b. Pembeli (mushtari) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli
barang.
c. Barang dagangan atau objek (mabi<’).
d. Harga (thaman).
e. Ija>b qabu>l (shi<gah).
Walaupun sudah terpenuhi rukunnya tetapi jika syarat tidak
terpenuhi maka akad dinyatakan tidak sah. Adapun syarat – syarat yang
diharuskan dalam rukun tersebut adalah :
a. Pihak yang melakukan akad harus cakap hukum, suka rela (ridha),
tidak dalam keadaan terpaksa/dipaksa/di bawah tekanan.
b. Objek yang diperjual belikan tidak termasuk yang diharamkan /
dilarang, bermanfaat, penyerahannya dari penjual kepada pembeli
dapat dilakukan, merupakan hak milik penuh dari pihak yang berakad,
sesuai dengan spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan
diterima pembeli.
c. Akad dalam pembiayaan mura>bah}ah harus jelas dan menyebutkan
harus selaras baik dalam spesifikasi barang dan maupun harga yang
disepakati.
Sedangkan syarat umum dalam melakukan Bai’ (penjual)
mura>bah}ah yaitu :17
a. Penjual memberitahukan biaya modal kepda nasabah
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan mengenai segala hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pmebelian dilakukan dengan diangsur.
17
5. Ketentuan Umum dalam Pembiayaan Mura>bah}ah
Dalam pembiayaan mura>bah}ah terdapat beberapa ketentuan
umum sebagai berikut, yang pertama adalah jaminan, pada dasarnya
jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan mura>bah}ah, juga terhadap mura>bah}ah kepada
pemesan pembelian. Jaminan pada pelaksanaan mura>bah}ah
dimaksutkan agar pemesan bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukannya. Kedua, hutang dalam mura>bah}ah, pada dasarnya,
penyelesaian hutang pemesan dalam transaksi mura>bah}ah kepada
pemesan pembelian tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut.
Ketiga, penundaan pembayaran oleh debitur mampu, seorang nasabah
yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian
hutang tersebut, lembaga keuangan syariah dapat mengambil tindakan
dengan meminta ganti kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan
tersebut. Keempat, bangkrut, jika nasabah dianggap pailit dan gagal dalam
melunasi hutangnya karena benar – benar tidak mampu secara ekonomi
dan bukan karena lupa tetapi dia mampu, maka Lembaga Keuangan
Syariah harus menunda penagihan hutang sampai nasabah dianggap
sanggup secara ekonomi. 18
6. Risiko pembiayaan mura>bah}ah
18
Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, pembiayaan
mura>bah}ah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan adanya
penyerahan barang di awal akad dan pembayaran di kemudian, baik dalam
bentuk angsuran maupun sekaligus. Dengan demikian, pemberian
pembiayaan mura>bah}ah dengan jangka waktu panjang menimbulkan
risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga.19 Sistem
pembiayaan mura>bah}ah juga sangat sederhana, hal ini memudahkan
penanganan administrasinya di bank syariah.20
Risiko yang harus diantisipasi di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Default atau kelalaian, nasabah sengaja tidak emmbayar amgsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual-beli tersebut.
c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan
sehingga nasabah tidak mau menerimanya, karena itu sebaiknya
dilindungi dengan asuransi, kemungkinan lain karena nasabah merasa
spesifikasi barang tersebut berbeda dengan ia pesan, bila bank telah
menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank, dengan demikian bank mempunyai risiko
untuk menjualnya kepada pihak lain.
19
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 263.
20
Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaanmura>bah}ah pada Perbankan Syariah
d. Dijual, karena mura>bah}ah bersifat jual beli dengan hutang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah,
nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya, demikian risiko untuk default akan besar.
Menurut Dadan Muttaqien, beberapa risiko khusus yang dapat
dihadapi bank syariah dalam pembiayaan mura>bah}ah, yaitu:21
a. Risiko pembiayaan, yaitu risiko dapat terjadi karena adanya kegagalan
pembayaran atau pelunasan kembali pembiayaan mura>bah}ah dari
nasabah dikarenakan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat diprediksi
oleh bank.
b. Risiko pasar, yaitu risiko dapat terjadi karena adanya perubahan tingkat
suku bunga di pasaran, sehingga mempengaruhi besarnya nisbah bagi
hasil sedangkan keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan
mura>bah}ah telah ditetapkan di awal dan tidak boleh berubah selama
akad berjalan.
c. Risiko strategi, terjadi karena adanya perhitungan yang keliru dari bank
dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah.
d. Risiko hukum, terjadi karena kurangnya perangkat hukum yang
mengatur mengenai bank syariah secara khusus sehingga dalam
pelaksanaannya bank syariah masih berpedoman kepada
peraturan-peraturan yang ditetapkan bagi bank konvensioanl.
21
D. Pembiayaan macet
1. Pengertian Pembiayaan Macet
Pembiayaan macet adalah suatu kondisi pembiayaan, di mana ada
suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang
menyebabkan kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan
yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.22
2. Penanganan Pembiayaan macet
Dalam hal terdapat permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
akad, maka para pihak akan mencari penyelesaian terhadap penyelesaian
permasalahn dalam pelaksanaan akad disebut juga dengan penanganan
permasalahan, yang dikelompokkan dalam 2 tahapan yaitu upaya
penyelamatan dan upaya penyelesaian.
A. Upaya Penyelamatan
Tahap pertama disebut upaya penyelamatan. Dalam tahap ini
cenderung dan lebih terfokus pada upaya tercapainya pembayaran kembali
pembiayaan dengan semestinya dengan cara cash collectuon ( penagihan
secara intensif), rescheduling (penjadwalan kembali), reconditioning
(persyaratan kembali), atau restructuring (penataan kembali) atau yang
dikenal pula dengan tahapan pemenuhan atas prestasinya.
22
Bagya Agung Prabawo, Aspek Hukum Pembiayaan Mura>bah}ah Pada Perbankan Syariah,
a. Penagihan secara intensif
Upaya penagihan secara intensif yang dilakukan bank ke nasabah.
Bank menghubungi nasabah dan menggunakan pendekatan persuasif
dalam membicarakan masalah penyelesaian pembiayaannya.23
b. Penjadwalan kembali (Rescheduling)
Upaya penyelamatan pembiayaan yang hanya menyangkut
perubahan jadwal pembayaran pokok margin dan/atau tunggakan
pembiayaan margin dan/atau jangka waktu pembiayaan.
c. Persyaratan kembali (Reconditioning)
Upaya penyelamatan pembiayaan dengan cara mengubah sebagian
atau seluruh persyaratan pembiayaan yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembiayaan, jangka waktu dan/atau persyaratan
lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimm
pembiayaan.
d. Penataan kembali (Restructuring)
Upaya yang dilakukan bank untuk menata kembali atau
merestrukturisasi pembiayaan agar nasabah dpat memenuhi
kewajibannya. Tindakan ini dapat diberikan kepada nasabah yang
mempunyai itikad baik untuk melunasi kewajibannya, yang
berdasarkan pembuktian secara kuantitatif merupakan alternatif
terbaik.
23