• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH SMP N 4 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH SMP N 4 YOGYAKARTA."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

SUPERV D gu PROGR JUR UN VISI AKAD SMP Diajukan kep Univer untuk Me una Memper N RAM STU RUSAN AD FAKULT NIVERSITA DEMIK OL N 4 YOGY

SKRIP pada Fakult rsitas Neger emenuhi Seb roleh Gelar Oleh Wida Nur NIM 081012 DI MANAJ DMINISTR TAS ILMU AS NEGER MARET LEH KEPA YAKARTA PSI

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Perubahan adalah hasil akhir dari semua proses belajar yang sesungguhnya (all true learning)

(Leo Buscagila)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil” (Mario Teguh)

"Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat

meminta dan memohon"

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta

(7)

vii

SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH SMP N 4 YOGYAKARTA

Oleh Wida Nur Wita NIM 08101244016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) pelaksanaan supervisi akademik; (2) kendala yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi akademik; dan (3) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi akademik di SMP N 4 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMP N 4 Yogyakarta pada bulan Agustus-September 2014. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara. Informan dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah sebagai informan utama dan guru sebagai informan pendukung. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model analisa interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Teknik trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi teknik, yaitu dengan membandingkan hasil wawancara antara informan satu dengan informan yang lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Supervisi dilakukan satu kali setiap awal semester. Supervisi dilaksanakan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu kunjungan kelas, pertemuan secara individu, kunjungan antar kelas, kunjungan observasi dan teknik rapat, sedangkan teknik penilaian diri sendiri dan teknik diskusi hanya dilakukan kepada beberapa guru. Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah berupa sharing dengan mendiskusikan kelemahan dan kekuatan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tindak lanjut yang dilakukan kepala sekolah setelah evaluasi yaitu pembinaan; (2) Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik yaitu beban kerja yang terlalu banyak, sehingga waktu pelaksanaan supervisi akademik menjadi tertunda. Pengetahuan dan pengalaman kepala sekolah yang masih baru. Adanya tanggapan-tanggapan guru yang kurang menyenangkan dan rasa tidak nyaman untuk mensupervisi guru senior; (3) Upaya untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik dengan penjadwalan ulang supervisi, mengikuti pelatihan, menerima saran dari berbagai pihak, dan mengadakan pertemuan dengan guru-guru sebelum supervisi dilaksanakan.

(8)
(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E.Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Deskripsi Teori ... 9

1. Konsep Supervisi Pendidikan ... 9

a. Pengertian Supervisi Pendidikan... 9

b. Tujuan Supervisi Pendidikan ... 10

c. Fungsi Supervisi Pendidikan ... 12

(11)

xi

e. Sasaran Supervisi Pendidikan ... 16

f. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan ... 17

g. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan ... 17

2. Supervisor ... 21

B.Penelitian Terdahulu ... 27

C.Kerangka Berpikir ... 29

D.Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 32

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C.Informan/Narasumber Penelitian ... 33

D.Teknik Pengumpulan Data ... 33

E.Instrumen Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 36

G.Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi SMP Negeri 4 Yogyakarta ... 40

1. Lokasi SMP Negeri 4 Yogyakarta ... 40

2. Visi dan Misi SMP Negeri 4 Yogyakarta ... 41

B.Penyajian Hasil Penelitian ... 43

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 43

2. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik ... 62

3. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Dihadapi ... 64

C.Pembahasan ... 66

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 66

2. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik ... 73

(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 77

B.Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 83

Lampiran 2. Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 85

Lampiran 3. Hasil Wawancara Guru 1 ... 91

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru 2 ... 95

Lampiran 5. Reduksi Data ... 99

Lampiran 6. Trianggulasi Data ... 113

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan. Seorang guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kemampuan dan keterampilan tersebut merupakan kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.

(17)

2

mutu pendidikan dapat berhasil. Pembinaan perlu diadakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar guru menjadi tenaga yang profesional. Pembinaan tersebut tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensi, namun perlu juga memperhatikan segi yang lain, seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif dan gaji yang layak dengan keprofesionalannya sehingga memungkinkan guru merasa puas dalam bekerja sebagai pendidik.

Sekolah sebagai sebuah organisasi, manajemennya dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Menurut Haedar Akib (2008: 55), kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000: 33) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi guru. Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan dorongan dari kepala sekolah kepada para guru agar pelaksanaan pembelajaran lebih profesional.

Perspektif kebijakan dalam pendidikan nasional kepala sekolah memiliki peran sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor (penyelia), leader (pemimpin), inovator; dan motivator. Sebagai supervisor, kepala sekolah

(18)

3

(Mulyasa, 2003: 111) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua siswa dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru. Jika kepala sekolah dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik, serta melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profesional, maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan proses pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembangkan kemampuan guru, maka pelaksanaan supervisi perlu diadakan penilaian kemampuan guru sehingga dapat ditetapkan aspek mana yang perlu dikembangkan dan bagaimana cara yang tepat dalam proses mengembangkannya. Artinya kepala sekolah dapat memberikan penilaian terhadap performasi guru dalam mengelola proses pembelajaran. Satu hal yang harus ditegaskan bahwa setelah melakukan penilaian penampilan guru bukan berarti kegiatan supervisi telah selesai tetapi harus dilanjutkan dengan evaluasi dan tindak lajut untuk pengembangan kemampuan guru.

(19)

4

pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan mengembangkan sekolah.

Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas membantu guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar (Hartati, 2008: 93). Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualitasnya dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Sementara itu, semua guru yang baik dan sudah berkompeten maupun yang belum harus diupayakan agar tidak ketinggalan jaman dalam proses pembelajaran maupun materi bahan ajar. Agar pelaksanaan tugas dapat dikerjakan dengan baik, maka kepala sekolah harus mempunyai berbagai cara dan teknik supervisi terutama yang berhubunganya dengan pelaksanaan tugas-tugas guru karena kepala sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.

Menurut Daryanto (2008:87), faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya supervisi yaitu lingkungan masyarakat di mana sekolah berada, besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, tingkatan dan jenis sekolah, keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia, kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.

(20)

5

SMP N 4 Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan formal milik pemerintah. Sekolah ini terletak di Jalan Hayam Wuruk 18, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta. Sekolah ini memiliki 39 orang guru dan 10 tenaga administrasi. Sekolah ini juga memiliki struktur organisasi yang lengkap dengan kepala sekolah sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kepala sekolah memiliki tugas sebagai supervisor, yaitu menyusun dan melaksanakan program-program supervisi guna meningkatkan kemampuan guru di SMP N 4 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan guru Matematika yang telah lama bekerja di SMP N 4 Yogyakarta, diketahui bahwa kepala sekolah jarang berkomunikasi secara intens dengan guru hal ini dikarenakan kepala sekolah sering melakukan tugas di luar sekolah. Selain itu, guru juga sering mengalami permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, seperti guru kesulitan dalam mengatur siswa yang ramai dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik di kelas. Guru juga diketahui mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa di kelas sehingga apabila metode yang digunakan tidak sesuai akan membuat kelas menjadi tidak kondusif, misal siswa ramai dan sering ijin ke luar kelas saat guru sedang menyampaikan materi.

(21)

6

seharusnya terselesaikan hari itu harus dilanjutkan dipertemuan selanjutnya. Selain itu, guru juga diketahui belum memanfaatkan hasil evaluasi siswa secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan guru tidak memberikan pengajaran ulang kepada siswa dengan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal dan tidak berusaha menanyakan tentang kesulitan belajar yang sedang dialami siswa. Guru hanya memberikan remidi kepada siswa sebagai perbaikan nilai.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian di sekolah ini, dengan harapan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai peran kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah SMP N 4 Yogyakarta”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah jarang berkomunikasi secara intens dengan guru hal ini dikarenakan kepala sekolah sering melakukan tugas di luar sekolah

2. Guru sering mengalami kesulitan mengatur siswa yang ramai dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik di kelas, serta sering ijin ke luar kelas. 3. Adanya indikasi bahwa supervisi akademik belum terlaksana dengan baik. 4. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum sepenuhnya sesuai

(22)

7

5. Hasil evaluasi pembelajaran siswa belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, ditemukan beberapa permasalahan. Oleh karena itu, agar penelitian ini tetap fokus pada pokok permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada adanya indikasi bahwa supervisi akademik belum terlaksana dengan baik, sehingga fokus dalam penelitian ini pada pelaksanaan supervisi akademik, serta kendala yang dihadapi dan upaya untuk mengatasinya.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan supervisi akademik di SMP N 4 Yogyakarta, kendala apa saja yang dihadapi dan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menjelaskan pelaksanaan supervisi akademik di SMP N 4 Yogyakarta.

2. Menjelaskan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi akademik di SMP N 4 Yogyakarta.

(23)

8 F.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja kepala sekolah, terutama dalam hal manajemen supervisi akademik.

b. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan dasar pertimbangan bagi kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan supervisi akademik di sekolah.

c. Bagi Guru

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A.Deskripsi Teori

1. Konsep Supervisi Pendidikan a. Pengertian Supervisi Pendidikan

Menurut Made Pidarta (1995: 51), supervisi adalah kegiatan membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul dalam mendidik dan mengajar siswanya. Lebih lanjut, Hadari Nawawi (1985: 104) mengartikan supervisi pendidikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses mengajar-belajar di sekolah.

(25)

10

Berdasarkan pengertian supervisi menurut beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan merupakan aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan tugas mengajarnya, sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran agar lebih efektif. Pelaksanaan supervisi tidak hanya menilai penampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran melainkan esensinya yaitu bagaimana membina guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Menurut Burton dalam Ngalim Purwanto (2012: 77), tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. Ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya. Lebih lanjut, Ametembun (Mulyasa, 2003: 157) merumuskan tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.

2) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.

(26)

11

Sejalan dengan hal tersebut, Sergiovanni (Ibrahim Bafadal, 1992: 5) menegaskan lebih lengkap mengenai tujuan supervisi, yaitu:

1) Pengawasan kualitas

Dalam supervisi, supervisor bisa memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan supervisor ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.

2) Pengembangan profesional

Dalam supervisi, supervisor bisa membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. Teknik-teknik-teknik tersebut bukan hanya bersifat individual, melainkan juga bersifat kelompok.

3) Memotivasi guru

Supervisor bisa mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

(27)

12 c. Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 13), supervisi memiliki tiga fungsi. Pertama, fungsi supervisi adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang tertuju pada aspek akademik yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada siswa. Fokus yang menjadi perhatian utama supervisor adalah bagaimana perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa bantuan guru. Kedua, fungsi memicu unsur yaitu berfungsi sebagai alat penggerak terjadinya perubahan yang tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Ketiga, fungsi membina dan memimpin, yaitu pelaksanaan supervisi pendidikan diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha. Sasaran utama adalah guru sehingga apabila guru sudah meningkat maka akan ada dampaknya bagi siswa.

Pendapat lain mengenai fungsi supervisi diungkapkan oleh Swearingen dalam Sahertian (2000: 21), fungsi supervisi adalah sebagai berikut:

1)Mengkoordinasi semua usaha sekolah 2)Memperlengkapi kepemimpinan sekolah 3)Memperluas pengalaman guru-guru 4)Menstimulasi usaha-usaha kreatif

5)Memberikan fasilitas dan penilaian terus-memerus 6)Menganalisis situasi belajar mengajar

7)Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada setiap anggota staf

8)Memberikan wawasan yang lebih luas dan terintregasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.

(28)

13

serta mengupayakan agar guru lebih meningkatkan kinerja sehingga dapat menyesuaikan dengan tuntutan profesi yang ada. Dengan kata lain fungsi supervisi adalah mengupayakan pembinaan kompetensi profesional bagi guru dalam menjalankan tugas mengajarnya.

d. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Guna melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip supervisi pendidikan demi kesuksesan tugasnya. Menurut Ary H. Gunawan (1996: 196), prinsip-prinsip supervisi pendidikan meliputi:

1) Prinsip Fundamental/Dasar

Setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor harus berdasar/berlandaskan sesuatu yang kokoh, kuat serta dapat dipulangkan kepadanya. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah falsafah dan dasar negara kita, sehingga bagi supervisor, Pancasila adalah prinsip fundamentalnya. Setiap supervisor pendidikan Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengamalan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen.

2) Prinsip Praktis

(29)

14

hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat dan kesanggupan untuk mencapai kemajuan, (5) supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik yang dinamis, (6) supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada menuju sesuatu yang dicita-citakan, dan supervisi harus jujur, obyektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.

Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisor dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip negatif meliputi: (1) supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi, (2) supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga, dan sebagainya, (3) supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat berkembang dan ingin maju dari bawahannya dengan dalih apa pun, (4) supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat otoriter, (5) supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya/cita-cita muluk yang hampa, dan (6) supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawahannya.

Lebih lanjut Sahertian (2000: 20) mengelompokkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan menjadi empat kelompok sebagai berikut:

1)Prinsip ilmiah (scientific), yaitu supervisi memenuhi tiga kriteria sebagai prosedur ilmiah yaitu:

a) Sistematis karena dilakukan dengan cara teratur, melalui perencanaan yang matang dan dilakukan secara kontinyu.

(30)

15

c) Menggunakan instrumen yang baik yang digunakan untuk mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh benar-benar data yang terandalkan. 2)Prinsip demokratis

Pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.

3)Prinsip kerja sama

Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support, mendorong, menstimulasi guru,

sehingga mereka merasa tumbuh bersama. 4)Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.

(31)

16 e. Sasaran Supervisi Pendidikan

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 33), salah satu komponen yang menjadi sasaran supervisi adalah guru. Pada tingkat supervisi akademik meliputi perhatian siswa yang sibuk belajar, penampilan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau mengoreksi pekerjaan tes. Pada tingkat supervisi administrasi yang menjadi sasaran supervisi yaitu meliputi beban mengajar guru, persiapan mengajar atau satuan pelajaran, buku kumpulan soal, daftar nilai dan catatan profesi yang lain.

Menurut Olivia dalam Sahertian (2000: 27), yang menjadi sasaran supervisi yaitu memperbaiki pengajaran, pengembangan kurikulum, dan pengembangan staf. Pendapat tersebut kemudian diperjelas ke arah yang lebih spesifik bahwa sasaran atau objek supervisi yaitu perbaikan kurikulum, perbaikan proses pembelajaran, pengembangan staf, dan pemeliharaan dan perawatan moral dan semangat kerja guru. Beberapa sasaran tersebut saling berkaitan satu sama lain misalnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran, maka perbaikan kurikulum dan peningkatan kompetensi atau kemampuan guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan.

(32)

17

perbaikan pembelajaran maka harus dilakukan melalui pembinaan kompetensi profesional guru.

f. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan

Menurut Ngalim Purwanto (2012: 89), dalam dunia pendidikan supervisi dapat dibedakan menjadi supervisi umum dan supervisi pengajaran. Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran, seperti supervisi terhadap pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor pendidikan, dan sebagainya. Supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk mempebaiki kondisi-kondisi, baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.

g. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Supervisi pendidikan harus dilaksanakan dengan teknik-teknik tertentu untuk mencapai hasil yang maksimal. Menurut Made Pidarta (1999: 53), terdapat tujuh teknik supervisi pendidikan, yaitu observasi kelas, supervisi sebaya, pendapat siswa, dengan alat elektronik, demonstrasi, kunjungan sekolah dan sumber-sumber belajar lainnya, dan pertemuan ilmiah.

(33)

18 1) Teknik yang bersifat individu (perorangan)

Teknik yang bersifat perorangan adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik individu ini meliputi beberapa cara sebagai berikut ini: a) Kunjungan kelas (classroom visitation)

Kunjungan kelas ialah sewaktu-waktu yang dilkukakn oleh supervisor untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Supervisor memberikan saran-saran atau nasehat-nasehat yang diperlukan dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usul-usul yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.

b) Observasi kelas (observation visits)

(34)

19

Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri (intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain (interschool visits).

Sebagai demonstran dapat ditunjuk seorang guru dari sekolah sendiri atau sekolah lain yang dianggap memiliki kecakapan atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan kunjungan kelas yang diadakan, atau lebih baik lagi jika sebagai demonstran tersebut adalah supervisor sendiri, yaitu kepala sekolah. Sama halnya dengan kunjungan kelas, kunjungan observasi juga diikuti dengan mengadakan diskusi di antara guru-guru pengamat dengan demonstran, yang dilakukan segera setelah demonstrasi mengajar selesai dilakukan.

c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa.

Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lambat dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Meskipun di beberapa sekolah mungkin telah dibentuk bagian bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.

(35)

20

d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.

Kepala sekolah sebagai supervisor dalam membimbing guru yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah antara lain:

(1) Menyusun program catur wulan atau program semester; (2) Menyusun atau membuat program Satuan Pelajaran; (3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas; (4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pelajaran;

(5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar;

(6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstra kurikuler, study tour, dan sebagainya.

2) Teknik yang bersifat kelompok.

Teknik yang bersifat kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih yang mempunyai masalah yang sama. Teknik ini meliputi beberapa cara sebagai berikut ini:

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings).

Seorang kepala sekolah yang baik, umumnya menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi, seperti hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum, dan sebagainya.

b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions).

(36)

21

pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan arahan-arahan, bimbingan, nasehat-nasehat atau pun saran-saran yang diperlukan.

c) Mengadakan penataran-penataran (inservice training).

Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penaratan sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru dalam bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran dan penataran tentang administrasi kelas. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut umumnya dilaksanakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut dari hasil penataran, agar dapat dipraktekan oleh guru-guru.

2. Supervisor

Menurut Made Pidarta, (1999: 77-99), pengertian supervisor dapat dibedakan berasarkan pengertian secara tradisional dan pengertian secara modern. Supervisor menurut pengertian tradisional adalah semua administrator dalam segala tingkatannya atau semua atasan terhadap bawahan. Dari pendapat ini maka dapat diartikan bahwa semua atasan yang melakukan pembimbingan terhadap bawahan disebut supervisor tanpa memperhatikan apakah bimbingan tersebut berhubungan dengan proses pembelajaran atau tidak.

(37)

22

mereka yang melakukan pembimbingan yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

Dalam lingkup sekolah maka yang dapat dikatakan sebagai supervisor yaitu kepala sekolah karena kepala sekolah sebagai supervisor terdepan dan jelas berkaitan dengan guru khususnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu wakil kepala sekolah, maupun kepala sumber belajar juga bisa membimbing guru-guru lain untuk membantu peningkatan kompetensinya profesionalnya.

Made Pidarta (1999: 65), menambahkan bahwa yang bisa menjadi supervisor adalah sebagai berikut:

a. Supervisor dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan masing-masing yang disebut sebagai pengawas dan penilik sekolah.

b. Para kepala sekolah di sekolah masing-masing.

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 3), konsep supervisi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mendasar tentang pelaku supervisor, karena ada pemahaman yang berbeda tentang konsep supervisi dengan pengawasan. Pelaku pengawasan dari dinas pendidikan juga dapat dikatakan sebagai supervisor, hal ini mengingat bahwa pengertian tentang pengawasan dapat dikatakan sebagai supervisi. Akan tetapi dengan melihat bahwa konsep supervisi merupakan bantuan kepada para guru dalam pembelajaran maka kepala sekolah dapat dikatakan sebagai supervisor karena kepala sekolah lebih mengerti tentang bagaimana karakteristik, keseharian, hambatan-hambatan yang dialami guru, sehingga lebih memungkinkan bagi kepala sekolah untuk melakukan kegiatan supervisi.

(38)

23

bahwa pada jenjang pendidikan menengah, selain pengawasan, kepala sekolah juga mendapat tugas sebagai supervisor yang diharapkan dapat setiap kali berkunjung ke kelas dan mengamati guru yang sedang mengajar. Dengan demikian kepala sekolah dapat dikatakan sebagai supervisor.

Menurut Robbins dalam Hartati, dkk (2008: 90), supervisi merupakan suatu kegiatan pengarahan langsung terhadap kegiatan bawahan dengan pembatasan yang dapat memberikan pengarahan tersebut hanyalah administrator terdepan saja. Artinya, jika yang diberi pengarahan dan bimbingan itu adalah guru, maka yang dapat memberikan pengarahan adalah kepala sekolah sehingga supervisi tidak hanya untuk bidang pendidikan saja, tetapi juga untuk bidang lain.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan maka yang disebut sebagai supervisor adalah orang yang berperan langsung dalam hal membina guru-guru khusunya yang terkait dengan proses pembelajaran sehingga guru dapat menjalankan proses pembelajaran secara lebih efektif. Dalam lingkup sekolah, maka kepala sekolah sebagai administrator terdepan yang juga orang yang memberikan pembinaan terhadap guru dapat disebut sebagai supervisor. Adapun supervisor yang lain adalah pejabat sekolah lainnya yang berperan terhadap pembinaan guru serta pejabat atau pengawas dari Dinas Pendidikan.

(39)

24

dilakukan oleh supervisor atau kepala sekolah terhadap guru.

Lebih lanjut kegiatan supervisi yang dapat dilakukan oleh supervisor menurut Oemar Hamalik (2007: 200-203), yaitu sebagai berikut.

a. Membantu guru mengembangkan kemampuan melaksanakan kurikulum yaitu berupa bantuan dalam menyusun silabus, mengembangkan silabus, menyusun rencana bulanan dan mingguan, menyusun rencana kerja, membuat satuan pelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menyusun dan melaksana-kan penilaian.

b. Membantu guru mengembangkan kemampuan dalam memilih dan mengguna-kan material kurikulum seperti memilih dan menggunamengguna-kan buku serta alat peraga.

c. Membantu guru untuk mengembangkan kemampuan melayani perbedaan individual siswa.

d. Membantu guru mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah khusus.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2005: 121-122). Kegiatan supervisi yang dapat dilakukan oleh supervisor adalah sebagai berikut: a. Membantu guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang meliputi

bantuan dalam memahami tujuan pendidikan, menyusun program catur wulan atau semester, serta menyusun satuan pelajaran.

b. Membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang meliputi bantuan dalam penggunaan sumber, metode, dan alat-alat pelajaran, serta bantuan dalam pengelolaan pembelajaran di kelas.

c. Membantu guru dalam menilai proses pembelajaran yaitu bagaimana menggunakan teknik-teknik evaluasi dan pelaksanaan evaluasi itu sendiri.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah, peran kepala sekolah sebagai supervisor diantaranya adalah membantu guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai peran kepala sekolah sebagai supervisor:

a. Peran dalam perencanaan dan pelaksanan pembelajaran

(40)

25

membina unsur-unsur yang berkaitan dengan pembinaan terhadap guru dalam proses pembelajaran. Peran ini meliputi (1) kegiatan menumbuhkan motivasi kerja pada guru; (2) membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran yang berlandaskan standar isi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan; (3) membimbing guru dalam memilih dan menggunakan metode atau teknik pembelajaran atau bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa; (4) membimbing guru dalam menyusun rencana program pembelajaran; (5) membimbing guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan, dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran; dan (6) memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran.

b. Peran dalam kegiatan evaluasi proses pembelajaran

Peran kepala sekolah dalam kegiatan evaluasi proses pembelajaran yaitu membina guru dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Peran ini meliputi (1) membina guru menyusun kriteria atau indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran; (2) membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam pembelajaran; (3) membimbing guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran.

(41)

26

meliputi bantuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran pembelajaran.

Menurut E. Mulyasa (2005: 100), upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru yaitu sebagai berikut:

1)Mengikutsertakan guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru.

2)Memberi kesempatan pada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3)Mendorong untuk menggunakan waktu belajar secara efektif, yaitu mendorong guru untuk mencari dan menganalisis pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.

4)Memberi contoh model pembelajaran seperti analisis materi pembelajaran, program semester, program pembelajaran, dan satuan pelajaran.

5)Mendorong guru untuk terlibat dalam setiap kegiatan di sekolah.

Lebih lanjut E. Mulyasa (2005: 100) mengungkapkan bahwa berkaitan dengan pembinaan kompetensi profesional guru maka peran supervisor adalah mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Ngalim Purwanto (2012: 119), fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran secara umum antara lain adalah sebagai berikut:

1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.

3) Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih baik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

4) Membina kerjasama yang baik dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.

(42)

27

mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

6) Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMG dan instansi-instansi lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dienda Mahendrawati (2012) dengan judul “Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kebakkramat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah untuk melaksanakan Permendiknas No. 13 tahun 2007. Kendala yang dihadapi adalah kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah, kurangnya persiapan guru yang disupervisi, pelaksanaan supervisi akademik yang tidak sesuai jadwal. Usaha untuk mengatasi kendala adalah dilakukan koordinasi dengan guru senior, pemberian motivasi kepada guru yang disupervisi mengenai pentingnya supervisi pendidikan, dan penjadwalan ulang kegiatan supervisi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah fokus kajian, yaitu pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah, sedangkan perbedaannya adalah pada waktu, subjek dan tempat penelitian.

(43)

28

(44)

29

yang akan dilakukan adalah pada subjek, waktu, dan tempat penelitian.

C.Kerangka Berpikir

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan perannya sebagai sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, pemimpin, inovator; dan motivator. Kepala sekolah sebagai pendidik mempunyai tugas mengajar di kelas, membimbing guru, karyawan, dan siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan IPTEK, dan memberi contoh bimbingan konsling yang baik. Kepala sekolah sebagai manager bertugas menyusun progran sekolah, organisasi kepegawaian di sekolah, menggerakkan staf, dan mengoptimalkan sumber daya sekolah. Kepala sekolah sebagai administrator bertugas mengelola administrasi KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana prasarana, dan persuratan.

(45)

30

supervisi, melaksanakan program supervisi, dan memanfaatkan hasil supervisi. Dari ketujuh peran kepala sekolah tersebut, salah satu peran yang berpengaruh terhadap pelayanan pendidikan dan menciptakan tenaga pendidikan yang bermutu adalah peran kepala sekolah sebagai supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah memberikan pelayanan terhadap performasi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Namun, satu hal yang harus ditegaskan, bahwa setelah melakukan penilaian penampilan guru bukan berarti kegiatan supervisi selesai, tetapi harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Begitu kompleksnya kegiatan supervisi oleh kepala sekolah memungkinkan terjadinya kendala yang dihadapi, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus membekali diri dengan pemahaman tentang tugas guru agar kegiatan supervisi dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru.

(46)

31

ditujukan pada dua orang atau lebih yang mempunyai masalah yang sama.

Melalui peran kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan dapat memberikan dampak terhadap terbentuknya sikap profesional guru. Supervisi pendidikan diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi terwujudnya guru yang memiliki prestasi kerja yang tinggi. Melalui kegiatan supervisi diharapkan dapat memungkinkan guru untuk mendapatkan umpan balik secara cepat dalam memperbaiki aktivitas-aktivitasnya.

D.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik di SMP N 4 Yogyakarta? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi akademik di

SMP N 4 Yogyakarta?

(47)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif, yang menurut Jalaludin Rahmat (2001: 24)," penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan suatu hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi." Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel yang diteliti.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

(48)

33 C.Informan/Narasumber Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang dianggap mampu dan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya dan berkaitan dengan bidang yang diteliti, sehingga data yang diperoleh diakui kebenarannya. Pihak-pihak yang menjadi informan penelitian di SMP N 4 Yogyakarta ini, yaitu: satu orang kepala sekolah sebagai informan utama, serta satu orang guru IPA dan satu orang guru Matematika sebagai informan pendukung. Guru-guru tersebut telah bekerja di SMP N 4 Yogyakarta lebih dari lima tahun.

D.Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu wawancara sumber. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung/tatap muka terhadap informan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), tujuannya adalah agar wawancara tidak menyimpang dari permasalahan.

Wawancara ini dilakukan guna memperoleh data mengenai pelaksanaan supervisi akademik, kendala yang dihadapi, dan upaya untuk mengatasinya. Informan wawancara ini, yaitu kepala sekolah dan guru SMP N 4 Yogyakarta, diwawancara dengan waktu yang terpisah atau sendiri-sendiri.

E.Instrumen Pengumpulan Data

(49)

34

data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2010: 224). Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman wawancara. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu tentang supervisi akademik oleh kepala sekolah SMP N 4 Yogyakarta. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur, yaitu peneliti menggunakan pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan data yang lebih terbuka (Sugiyono, 2010: 233).

(50)

35 Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Fokus penelitian Indikator Informan Nomor pertanyaan Supervisi akademik Program supervisi

akademik

Kepala sekolah 1

Guru 17 Intensitas supervisi

akademik

Kepala sekolah 2 Perencanaan supervisi

akademik

Perencanaan supervisi akademik

Kepala sekolah 3 Teknik supervisi

akademik

Macam teknik supervisi yang digunakan

Kepala sekolah 4

Teknik supervisi akademik

Kunjungan kelas Kepala sekolah 5

Guru 18 Observasi kelas Kepala sekolah 6

Guru 19 Pertemuan individual

dengan guru

Kepala sekolah 7

Guru 20 Kunjungan antar kelas

oleh guru

Kepala sekolah 8

Guru 21 Penilaian diri sendiri Kepala sekolah 9

Guru 22 Orientasi guru baru Kepala sekolah 10

Guru 23 Rapat guru Kepala sekolah 11

Guru 24 Studi kelompok Kepala sekolah 12

Guru 25 Diskusi Kepala sekolah 13

Tukar menukar pengalaman

Kepala sekolah 14

Guru 26 Kendala melakukan

supervisi akademik

Kepala sekolah 15

Upaya mengatasi kendala

Kepala sekolah 16

(51)

36 F.Teknik Analisis Data

[image:51.612.179.506.238.411.2]

Penelitian ini menggunakan analisis data yang mengacu pada model analisa interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis pada model ini terdiri dari empat komponen yang saling berinteraksi, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Proses siklusnya dapat dilihat pada gambar berikut (Sugiyono, 2010: 92):

Gambar 1. Analisis Data Interaktif Model Miles dan Hubberman Berikut penjelasan untuk analisis data interaktif dalam penelitian ini: a. Pengumpulan data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti secara langsung atau tatap muka dengan narasumber, yaitu kepala sekolah dan guru SMP N 4 Yogyakarta. Fokus yang diangkat yaitu pelaksanaan supervisi akademik, kendala yang dihadapi dan upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Hasil dari wawancara dengan narasumber ini kemudian disusun dalam bentuk tulisan.

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

(52)

37 b. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan, dan mengorganisasikan data yang sesuai fokus permasalahan penelitian.

Setelah data penelitian terkumpul melalui wawancara, kemudian data-data tersebut disaring dan pilih yang sesuai dengan fokus penelitian. Fokus penelitian ini adalah kegiatan supervisi akademik. Selain itu, data-data tersebut juga dipilih sesuai dengan indikator yang terdapat dalam pedoman wawancara.

c. Penyajian data

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah berbentuk teks naratif dari catatan lapangan. Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Selanjutnya untuk dianalisis dan diambil tindakan yang dianggap perlu. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan menyusun data-data yang telah diperoleh melalui wawancara, setelah melalui tahap reduksi, dalam bentuk teks narasi tertulis. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

(53)

38

diperoleh dalam penelitian. Dari kesimpulan inilah diketahui bagaimana pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah, apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan supervisi akademik, serta apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.

G.Keabsahan Data

Agar data atau informasi yang diperoleh absah, maka data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini mencegah bahaya subjektivitas. Metode ini disebut triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain untuk mengecek kebenaran data triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya data. Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2011: 178).

(54)

39

(55)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi SMP Negeri 4 Yogyakarta 1. Lokasi SMP Negeri 4 Yogyakarta

SMP N 4 Yogyakarta beralamat di Jalan Hayam Wuruk 18, Desa Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.Secara geografis, SMP N 4 Yogyakarta terletak di tengah-tengah Kota Yogyakarta dekat dengan pusat wisata budaya Kraton, 500 m dari pusat perdagangan Malioboro, dan dekat pusat pemerintahan Kota maupun Propinsi, sehingga dengan demikian sangat memungkinkan sekolah tersebut menjaring siswa dari seluruh penjuru kota.

Dari aspek historis, SMP N 4 Yogyakarta merupakan alih fungsi dari SKKP Negeri Yogyakarta dengan SK No. 0259/O/1994 tanggal 05 Oktober 1994 dengan nama SMP 18 Yogyakarta. Kemudian dengan SK No. 034/O/1997 tanggal 07 Maret 1997 berubah nama menjadi SLTP 4 Yogyakarta. Mulai tahun pelajaran 2003/2004 nama sekolah menjadi SMP Negeri 4 Yogyakarta sampai saat ini. Hal ini menjadikan SMP N 4 Yogyakarta memiliki potensi yang besar di bidang keterampilan kerumahtanggaan, pariwisata dan keterampilan kerajinan. Keberadaan sekolah juga sangat erat kaitannya dengan Kraton Yogyakarta dan Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota wisata budaya. Gedung yang saat ini ditempati SMP N 4 Yogyakarta merupakan salah satu warisan budaya yang dilindungi (Cagar Budaya).

(56)

41 Dra. Endang Suryaningsih : 1993-1998 Soesanto, SH : 1998-2001 Drs. Soegihardjo : 2001-2004 H. Jazulianto, S.Pd : 2004-2012 Yuniarti, S.Pd : 2012-Sekarang 2. Visi dan Misi SMP Negeri 4 Yogyakarta

Visi SMP Negeri 4 Yogyakarta adalah “Terwujudnya generasi penerus yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berprestasi, terampil, peduli lingkungan, dan cinta budaya bangsa”. Indikator pencapaian visi SMP Negeri 4 Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Berprestasi dalam kehidupan religius di dalam dan di luar lingkungan sekolah. b. Berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, berkarakter terpuji, jujur,

menjunjung tinggi satotema (salam, tolong, terima kasih, maaf), berbudi luhur, menghargai dan peduli sesama, baik di dalam dan di luar lingkungan sekolah. c. Berprestasi dalam ilmu pengetahuan akademis dan non akademis.

d. Terampil dalam berkarya, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berpikiran untuk masa depan.

e. Menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memerlukan lingkungan yang sehat dan nyaman sehingga perlu pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. f. Menjalin kerjasama dengan masyarakat.

(57)

42

Untuk mencapai visi tersebut, SMP Negeri 4 Yogyakarta memiliki misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan peserta didik yang beriman, berkarakter terpuji, berbudi luhur, cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.

b. Melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

c. Mewujudkan lulusan yang mempunyai nilai tinggi dan berakhlak mulia.

d. Mewujudkan tata pergaulan yang ramah, cinta damai, rendah hati, jujur, menjunjung tinggi satotema (salam, tolong, terima kasih, maaf), menghargai dan peduli sesama baik di dalam maupundi luar lingkungan sekolah.

e. Mewujudkan peserta didik yang terampil, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berpikiran luas untuk masa depan sehingga mampu bersaing di era global.

f. Melaksanakan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang kreatif, inovatif, percaya diri, dan berprestasi.

g. Mewujudkan prestasi di berbagai lomba antar sekolah atau instansi di tingkat kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

h. Mewujudkan sekolah yang bersih, sejuk, sehat, indah, dan nyaman berbasis Adiwiyata.

i. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam melibatkan seluruh warga sekolah.

(58)

43

SMP Negeri 4 Yogyakarta memiliki beberapa tujuan antara lain adalah sebagai berikut.

a. Unggul dalam melaksanakan kegiatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Unggul dalam kehidupan sehari-hari, berkarakter terpuji, jujur, menjunjung tinggi satotema (salam, tolong, terima kasih, maaf), berbudi luhur, menghargai dan peduli sesama baik di dalam dan di luar lingkungan sekolah.

c. Unggul dalam perolehan nilai ujian, sejajar dengan sekolah favorit, dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

d. Unggul dalam berkarya, terampil, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berpikiran luas untuk masa depan, sehingga mampu bersaing di era global. e. Unggul dalam prestasi non akademis, pramuka, PMR, Tonti, Silat, Jurnalistik,

Karya Ilmiah Remaja, dan Seni Budaya.

f. Unggul dalam kebersihan, kesehatan, keindahan, dan pelestarian lingkungan berwawasan Adiwiyata.

g. Unggul dalam melestarikan seni budaya lokal.

B.Penyajian Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

(59)

44

dilakukan tindak lanjut untuk perbaikan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah berikut.

“Perencanaan, evaluasi, tindak lanjut.Saya menyusun program supervisi karena merupakan acuan saya nanti dalam melaksanakan supervisi.”(Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah melakukan beberapa tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas untuk menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS, serta kegiatan 7K (Profil SMP Negeri 4 Yogyakarta Tahun 2014-2015).

Program supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi pengembangan perangkat pembelajaran, penguasaan model pembelajaran, serta pelaksanaan pembelajaran. Program supervisi akademik ini dilakukan untuk membantu guru mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah berikut:

(60)

45

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah dibantu Tim Pembantu Supervisi Kepala Sekolah dalam melaksanakan program supervisi akademik. Tim ini terdiri dari tiga guru senior yang akan membantu kepala sekolah. Tujuannya adalah untuk membantu guru mengatasi permasalahan pembelajaran.

Sebelum supervisi dilaksanakan, kepala sekolah menginformasikan kepada guru yang akan disupervisi. Hal ini dilakukan agar guru lebih siap ketika supervisi akademik berlangsung dan agar tidak terjadi benturan waktu dengan kegiatan guru. Kegiatan supervisi akademik dilakukan kepala sekolah setiap awal semester. Hal ini seperti diungkapkan oleh salah satu guru SMP Negeri 4 Yogyakarta berikut.

“Ya, kepala sekolah menginformasikan kepada kami sebelum akan mensupervisi kami, biasanya yang disampaikan oleh kepala sekolah adalah jadwal pelaksanaan supervisi, jadi kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya sebelum disupervisi oleh kepala sekolah. Ya, kepala sekolah membimbing kami saat awal semester untuk membuat program pembelajaran, sebelum memulai aktivitas pembelajaran biasanya saya mempersiapkan terlebih dulu rencana program pembelajaran (RPP). Tujuan dari dibuatnya RPP salah satunya sebagai acuan atau pakem kita dalam menyampaikan materi pembelajaran, agar tidak bertele-tele atau melebar kemana-mana. Biasanya supervisi akademik dilakukan secara periodik setiap awal semester secara lengkap.”(Hasil Wawancara dengan Guru TK SMP Negeri 4 Yogyakarta).

(61)

46

Lebih lanjut informan guru lain juga mengungkapkan bahwa kegiatan supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah dengan memberikan jadwal pelaksanaan supervisi terlebih dahulu kepada para siswa. Program supervisi akademik ini dilakukan secara lengkap, termasuk administrasi guru.Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut.

“Setiap semester ada kegiatan supervisi. Ya... Sebelum kami disupervisi oleh kepala sekolah, kami diberikan jadwal dan rencana pelaksanaan supervisi, tujuanya agar kami dapat menyiapkan diri dan agar jadwal saat supervisi tidak berbarengan dengan kegiatan yang lain.” (Hasil Wawancara dengan Guru SS SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu menginformasikan kepada guru mengenai jadwal kegiatan supervisi akademik. Hal ini dilakukan agar kegiatan supervisi berjalan dengan lancar dan tidak bebarengan dengan kegiatan yang lain. Dengan adanya informasi ini, guru akan lebih siap ketika kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi akademik.

Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah meliputi kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan evaluasi dan kegiatan tindak lanjut. Kepala sekolah selalu menyusun program agar pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuannya. Hal ini diungkapkan oleh kepala sekolah berikut:

(62)

47

Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi dan instrumen supervisi yang digunakan oleh kepala sekolah. Hasil observasi terhadap instrumen supervisi yang ada menunjukkan bahwa kepala sekolah melakukan supervisi administrasi perencanaan pembelajaran, supervisi perangkat, proses penilaian, analisis, dan tindak lanjut. Aspek-aspek atau komponen-komponen yang dinilai oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi perangkat, proses penilaian, analisis dan tindak lanjut meliputi daftar hadir dan catatan khusus, daftar nilai, kriteria penilaian dan KKM, soal ulangan harian, analisis dan pengembalian hasil ulangan harian, perbaikan dan pengayaan, serta penilaian akhlak dan kepribadian.

Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam perencanaan kegiatan supervisi adalah mempersiapkan aspek-aspek yang akan dinilai dari guru, yang meliputi persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran oleh guru. Pedoman yang dibuat kepala sekolah dalam rencana pelaksaan supervisi akademik ada beberapa hal, yaitu jadwal kepala sekolah dan jadwal guru yang akan disupervisi, itu jika supervisi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung atau dilakukan di kelas. Jika supervisi dilakukan di luar kelas, jadwal disesuaikan dengan saat yang tepat. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut:

(63)

48

jadwal kita sesuaikan dengan saat yang tepat.” (Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Hasil wawancara tersebut juga didukung dengan hasil observasi terhadap instrumen supervisi yang digunakan kepala sekolah untuk melakukan supervisi administrasi perencanaan pembelajaran. Aspek-aspek atau komponen-komponen yang dinilai oleh kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi administrasi perencanaan pembelajaran meliputi persiapan, silabus, RPP, dan administrasi pendukung yang akan digunakan.

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Tahap selanjutnya setelah perencanaan adalah pelaksanaan. Kepala sekolah melakukan beberapa teknik kegiatan supervisi akademik. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah diantaranya teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut.

“Teknik supervisi individual: kunjungan kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, kunjungan observasi. Teknik supervisi kelompok: pertemuan/rapat, diskusi kelompok.” (Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta).

(64)

49

disupervisi. Kepala sekolah duduk di kursi belakang untuk mengikuti dan mengamati secara langsung bagaimana kegiatan pembelajaran guru di dalam kelas.

Teknik kunjungan kelas dilakukan kepala sekolah untuk melaksanakan program supervisi akademik. Tujuannya adalah untuk melihat kekurangan guru dalam mengajar, sehingga dapat menentukan perencanaan perbaikan yang akan dilakukan. Supervisi akademik melalui kunjungan kelas dilakukan melalui tahap persiapan, tahap pengamatan, tahap akhir kunjungan, dan tahap tindak lanjut. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut.

“Kepala sekolah datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar. Tujuannya untuk melihat apa kekurangan/kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki. Pelaksanaanya terdiri dari tahap persiapan supervise merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Saya melakukan kegiatan pra kunjungan kelas dengan mewawancarai guru dan memeriksa kelengkapan perangkat pembelajaran yang akan digunakannya di kelas, selanjutnya kami membuat kontrak kapan kunjungan kelas dapat dilaksanakan. Selanjutnya tahap pengamatan selama kunjungan supervise mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.” (Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Lebih lanjut, informan guru mengungkapkan bahwa pelaksanaan kunjungan kelas dilakukan oleh kepala sekolah setiap awal semester. Instrumen yang digunakan kepala sekolah yaitu lembar observasi. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut:

(65)

50

dilakukan supervisi kunjungan kelas semua oleh kepala sekolah maka akan membutuhkan waktu banyak, sedangkan untuk guru disupervisi oleh wakil kepala sekolah dan guru senior yang telah diberikan pengarahan oleh kepala sekolah.” (Hasil Wawancara dengan Guru TK SMP Negeri 4 Yogyakarta). Berbeda dengan hal tersebut, informan lain yang mengungkapkan bahwa supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah adalah menilai perangkat pembelajaran guru berdasarkan lembar penilaian dan penjaminan mutu. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut:

“Iya, instrumen perangkat oleh guru, penilaian, penyaminan mutu. Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.”(Hasil Wawancara dengan Guru SS SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Hasil wawancara tersebut didukung dengan hasil observasi terhadap lembar penilaian komponen-komponen yang digunakan kepala sekolah dalam melakukan supervisi. Penilaian terhadap perangkat pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Komponen atau aspek penilaian silabus meliputi identitas, SK, alokasi waktu, KD, materi, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, sumber belajar, implementasi pendidikan, dan silabus sudah ditandatangani kepala sekolah. Komponen atau aspek RPP meliputi identitas, SK, KD, dan indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, implementasi pendidikan, materi ajar, alokasi waktu, metode, kegiatan pembelajaran, penugasan terstruktur, dan RPP sudah ditandatangani kepala sekolah.

(66)

51

menggunakan instrumen lembar observasi untuk melakukan pengamatan. Setelah kepala sekolah mendapatkan hasil pengamatan, selanjutnya kepala sekolah membuat tindak lanjut dari hasil pengamatan tersebut.

Hasil wawancara tersebut didukung oleh hasil observasi peneliti terhadap dokumen yang digunakan kepala sekolah untuk melakukan supervisi proses pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai kepala sekolah meliputi pendukung proses pembelajaran, pembukaan proses pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, penutup pembelajaran, dan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP.

(67)

52

pendapat peserta didik, serta guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu.

Pada aspek pembukaan proses pembelajaran, komponen yang dinilai adalah guru memulai pembelajaran dengan efektif. Hal-hal yang dinilai meliputi guru mengaitkan materi materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya, guru mengajukan pertanyaan menantang, guru menyampaikan manfaat/mendemonstrasikan yang terkait dengan materi pelajaran, guru menyampaikan kemampuan/tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, serta guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan siswa.

Selain menggunakan teknik kunjungan kelas, kepala sekolah juga melaksanakan supervisi akademik menggunakan teknik observasi kelas. Teknik ini dilakukan dengan cara kepala sekolah menugaskan kepada guru untuk mengamati guru lain yang sedang mengajar. Hal ini dilakukan agar guru dapat melihat guru lain yang sedang mengajar dan melakukan perbaikan dalam pembelajaran yang dilakukannya. Berikut kutipan hasil wawancara yang menyatakan hal tersebut.

“Pelaksanaannya melalui tahap persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi, dan tindak lanjut.Fokus utama yang diobservasi adalah keterampilan guru dalam penguasaan kelas dan metode yang dipergunakan guru. Dalam pelaksanaannya saya selaku kepala sekolah mengamati proses pembelajaran di luar kelas tetapi dapat melihat dan mendengarkan proses pembelajaran secara langsung. Jika penguasaan kelasnya kurang, guru akan saya arahkan agar penguasaan kelasnya diperbaiki, kalau metode pembelajaranya yang kurang pas maka saya menegur agar metode pembelajaranya diubah atau disesuaikan dengan materi pelajaran yang ada.”(Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta).

(68)

53

“Observasi kelas mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,cara menggunakan media pengajaranvariasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.” (Hasil Wawancara dengan Guru TK SMP Negeri 4 Yogyakarta).

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah melakukan supervisi akademik dengan teknik observasi kelas melibatkan guru secara langsung dalam pelaksanaan pengamatan terhadap guru lain yang sedang mengajar. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kekurangan guru dalam mengajar.

Hasil wawacara tersebut juga didukung oleh hasil observasi peneliti terhadap lembar supervisi yang digunakan kepala sekolah. Pada aspek kegiatan inti pembelajaran, komponen yang dinilai adalah guru menguasai materi pelajaran, guru menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif, guru memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.

(69)

54

“Dengan cara pertemuan, percakapan, dialog dan tukar pikiran antar supervisor guru. Tujuannya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran. Pelak

Gambar

Gambar 1. Analisis Data Interaktif Model Miles dan Hubberman

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kuantitatif dokumen rekam medis rawat inap kasus Bedah Orthopedy di RSUD Kota Semarang tentang review identiikasi menunjukkan adanya ketidaklengkapan pada nomor rekam

Abstrak— Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakan di industri kacang bawang memiliki kadar garam (NaCl) cukup tinggi sekitar 28,9% dengan derajat boume sekitar

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kuat tekan beton melalui Pengujian Palu Beton ( Schmidt Hammer Test ) pada balok, kolom dan plat serta Pengujian Beton

Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran (sintaks) tertentu, yang

Berdasarkan hasil penelitian tentang pen- garuh kedalaman undercut gigi pegangan dan tipe bahan cengkeram termoplastik nilon terh- adap kekuatan retensi GTSL Co-Cr kombinasi

Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan Kepegawaian Negara.. Barito

Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Customer Service di Bank Jatim Syariah Cabang Darmo Surabaya, karena saya senang dengan pelayanan Customer Service yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba dengan nilai signifikan 0,116 > 0,05, risiko