• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan | Edukasi Suwoyo.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan | Edukasi Suwoyo.com"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan

Pendahuluan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pada pasal 19, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kemudian dalam pasal 28, ayat 1

mengamanatkan bahwa: Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Berdasarkan kutipan regulasi pendidikan tersebut, dapat dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus

(2)

pendidikan yang berlaku di Indonesia, mengindikasikan pentingnya diterapkan strategi pembelajaran yang memperdayakan peserta didik. Dalam konteks ini, PAKEM sebagai salah satu pembelajaran yang telah dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan implementasinya dalam praktik dunia pendidikan di Indonesia, memiliki singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi tuntutan yuridis formal ini (Ismail, 2008: 49-50).

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan

mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik

psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan materi-materi pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh

terhadap mata pelajaran.

Dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh

peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

(3)

oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif siswa dalam membangun

pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan, sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Seseorang bisa dikatakan kreatif apabila ia secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif, yaitu hasil yang

asli/orisinal dan sesuai dengan keperluan (Hassoubah, 2004:50). Kreativitas siswa bisa dilihat pada kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Selain itu kreativitas siswa juga bisa dilihat dari kecekatannya dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Kreatif juga dimaksudkan guru mampu memilih materi yang akan diberikan kepada siswa agar materi yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan siswa, memilih metode pembelajaran yang dapat mempermudah

pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dan memilih media yang tepat untuk memperlancar proses pembelajaran serta mampu menentukan evaluasi yang tepat untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa senang sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Tingginya waktu curah akan meningkatkan hasil belajar.

(4)

mengemukakan pengertian PAKEM dari dua dimensi yaitu dimensi guru dan dimensi siswa.

1. Dari dimensi guru:

 dalam proses belajar mengajar guru aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa,

 guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media pembelajaran,

 pembelajaran efektif jika guru dapat mencapai tujuan pembelajaran,

 agar pembelajaran menyenangkan guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah dipahami siswa, menggunakan metode

pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Dari dimensi siswa:

 siswa harus aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya,

 siswa kreatif dalam menulis /merangkum, merancang atau membuat sesuatu dan menemuakan seseatu yang baru bagi diri siswa,

 keefektifan siswa bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan yang dibutuhkan oleh siswa,

 pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain.

(5)

Menurut Budimansyah, dkk (2009:70) PAKEM adalah singkatan dari

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksutkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran

memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa

memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu menurut Utami (2010:23) PAKEM adalah suatu proses pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber belajar, pendidik dan peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah suatu pembelajaran dimana terjadi hubungan yang

komunikatif antar semua komponen pembelajaran sehingga mampu

menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan perhatiannya untuk belajar secara optimal.

Menurut UNESCO dalam Dasim Budimansyah, dkk (2009:38-39) memeparkan tentang empat pilar pendidikan yang sesuai denagan pembelajaran PAKEM yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Empat pilar

(6)

be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of

intelligence). (4) Learning how to live together. Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai.

Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial (social

intelligence). Di samping didasarkan pada upaya optimalisasi implimentasi konsep pembelajaran, pendekatan PAKEM menurut Khaerudin

dalamhttp://www.texascollaborative.org (2009) juga didasarkan pada sejumlah asumsi tentang apa itu belajar. Sejumlah asumsi tentang belajar yang dimaksud, di antaranya:

 Belajar adalah proses individual. Artinya kegiatan belajar tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, hanya orang yang bersangkutanlah yang dapat melakukannya. Ini berarti kegiatan belajar menuntut aktivitas orang yang sedang belajar.

 Belajar adalah proses sosial. Kegiatan belajar harus dilakukan melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Ini berarti seseorang yang belajar harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, karena melalui interaksi social inilah akan diperoleh pengalaman sebagai hasil belajar.

(7)

 Belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti. Proses belajar akan terus berlangsung selama manusia berinteraksi dengan

lingkungannya. Pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungan, apakah itu disadari ataupun tidak dan terjadi perubahan perilaku dalam dirinya (kognitif, afektif, atau psikomotorik) maka pada dasarkan orang tersebut telah belajar. Proses ini tidak akan pernah berhenti selama seseorang masih hidup dan beraktivitas.

 Belajar adalah membangun makna. Pada saat seseorang melakukan kegiatan belajar, pada hakikatnya ia menangkap dan membangun makna dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran

kontekstual (contextual learning) yang mengasumsikan bahwa otak secara alamiah mencari makna dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dimana seseorang tersebut berinteraksi.

Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

pembelajaran PAKEM menurut Dasim Budimansyah, dkk (2009:74-76) yaitu :

1. Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya,

merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan

(8)

belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat

dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.

Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat

(9)

berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam

pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat

men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,

mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

(10)

bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut

tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAKEM” Bila ditengok dari sejumlah teori yang tentunya berdasarkan hasil eksperimen, kemudian dari pengalaman orang, maupun pengalaman dari penulis sendiri. Menurut Utami (2010 : 42) manfaat dari penerapan PAKEM ini bagi siswa, guru dan sekolah di antaranya sebagai berikut :

 Pembelajaran dengan model PAKEM membuat siswa benar-benar lebih asyik belajar, betah tinggal di kelas, karena guru tidak berperan sebagai orang yang paling tahu, melainkan berperan sebagai fasilitator yang dinamik dan kreatif.

 Pembelajaran dengan model PAKEM memungkinkan munculnya berbagai potensi siswa.

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga menunjukkan sisi demokratis.

 Pembelajaran dengan model PAKEM membuat guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang mutlak dan benar.

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong maksimalnya daya serap para siswa terhadap materi pelajaran.

 Pembelajaran dengan model PAKEM akan mendorong perkembangan intelektual siswa(intellectual growth).

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga membantu perkembangan fisik siswa (physical development).

(11)

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan membantu perkembangan emosi siswa (emotional development).

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong

perkembangan kemampuan membaca dan berbahasa siswa (language and literacy development).

 Pembelajaran dengan model PAKEM akan menumbuhkan daya kreativitas siswa (creativity).

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong anak untuk mencintai belajar sepanjang hidupnya.

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong kreativitas dan dedikasi guru.

 Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong keterlibatan orang tua.

Karakteristik PAKEM

Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Menurut Suparlan (2008: 70-71), karakterisitk PAKEM, meliputi:

1. Aktif: pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini guru terlibat secara aktif, baik dalam

merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.

(12)

diselesaikan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan melaksanakan PAKEM.

3. Efektif: Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil bekajar peseta didik.

4. Menyenangkan: Pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dengan didukung lingkungan aman, bahan ajar relevan, menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, yang pada umunya hal itu terjadi ketika dilakukan bersama dengan orang lain sebagai dorongan dan selingan humor serta istirahat dan jeda secara teratur. Selain itu, pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan, serta

mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM adalah sebagai berikut.

1. Mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.

2. Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

3. Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya

siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.

(13)

orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil

kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang.

5. Dalam mengerjakan berbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya.

6. Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa.

7. Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan

(kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya (Suparlan, 2008: 73).

Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah, dkk (2009:73) Selain ciri fisik yang ada dalam PAKEM, ada lima karakteristik utama yang dikemukakan oleh Utami (2010:37) dalam PAKEM, yaitu :

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan belajar melalui berbuat.

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca.

(14)

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Sementara itu ciri-ciri yang paling menonjol dalam PAKEM menurut Suparlan dalam Utami (2010 : 38 ) adalah sebagai berikut :

1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

2. Sumber belajar yang beragam tersebut kemudian didisain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

3. Hasil kegiatan pembelajaran berupa karyakarya individu atau kelompok siswa dipajang di kelas.

4. Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif.

5. Dalam mengerjakan berbagai tugas, para siswa baik secara individual maupun kelompok, mencoba mengembangkan kreativitas mereka

semaksimal mungkin.

6. Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang siswa.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM

Dalam pembelajaran PAKEM terdapat empat prinsip utama dalam proses pembelajaran: Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui

simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

(15)

1. Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis dan kreatif. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.

Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan

(16)

pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah

mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

5. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat

mengembangkan sejumlah ketrampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

(17)

pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

7. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan

mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM (Suparlan, 2008: 74-76).

Sejalan dengan prinsip di atas, yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru menerapkan PAKEM menurut Ismail (2008: 46-56), adalah sebagai berikut.

1. Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi

berkembangnya kedua sifat tersebut.

2. Mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan harus tercemin dalam pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama,

melainkan berbeda sesuai dengan kecepatannya belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya)

(18)

berkelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mudah mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan

masalah, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganaliasis masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.

5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan kelas yang menarik sangat disarankandalam PAKEM. Hasil peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat

memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta objek belajar peserta didik.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan. Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremwhkan dan menurunkan motivasi.

8. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran PAKEM, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Karena itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan tanda-tanda aktif mental.

Penataan dan atau pengelolaan kelas dalam PAKEM perlu

(19)

dikemukakan oleh Gagnon and Collay,

yaitu situation,groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections (Ismail, 2008: 56). Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa keluar ruangan kelas, bagaimana mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as a process of solving problems, answering

question, creating metaphors, making decisions, drawing conclusions, or setting goals). Grouping, dapat dilakukan berdasarkan karakteristik siswa atau didasarkan pada karakteristik materi. Bridge, terkait dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun

siswa. Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain (panduan pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk menengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar siswa. Exhibit, bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas.Reflections, bagaimana siswa melakukan refleksi dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang (feeling, images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan dibawa siswa setelah keluar kelas (Ismail, 2008: 57-58).

Prinsip-prinsip PAKEM

Ciri-ciri atau karakteristik PAKEM adalah: Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta didik dan guru,

pembelajarannya efektif, pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik. Dan prinsip PAKEM antara lain:

 mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional

(20)

 interaksi: kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah

 refleksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan (Ismail, 2008: 46-47).

Menurut John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa, yaitu:

 memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.

 memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan.

 menghargai potensi siswa yang lemah atau lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.

 mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.

 mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.

 menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.

 memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa.

 mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.

(21)

 menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa.

 mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.

 memberikan tes atau ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.

Menurut (Hadi Mustofa, 1998) lima metode kunci untuk merancang seting kelas yang konstruktif , yaitu:

 melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan mengembangkan otonomi dan kontrol pemelajar, mendorong pengaturan diri dan membuat instruksi secara pribadi yang relevan dengan

pemelajar.

 menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi pribadi.

 mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas belajar.

 mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah laku yang memungkinkan pemelajar meningkatkan tanggung jawab dalam belajarnya.

 mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan

Teknik Penyajian

(22)

1. Everyone is a teacher here (Setiap Murid sebagai guru) yaitu strategi PAKEM yang bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk belajar secara aktif dan membudayakan sikap berani bertanya, tidak minder dan tidak takut salah. Penerapannya yaitu dengan meminta peserta didik untuk membuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh teman-temannya yang lain (Ismail, 2008: 74).

2. Indeks card match (Mencari Jodoh Kartu Tanya jawab) yaitu strategi PAKEM yang bertujuan untuk melatih pesrta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahannya terhadap suatu materi pokok. Penerapannya yaitu guru membuat dua kartu yang sesuai dengan jumlah siswa

kemudian kartu tersebut dibagi dua, dikartu tersebut ditulis pertanyaan, dan kartu yang lain ditulis jawaban. Setelah itu kartu dibagikan kepada siswa. Siswa mencari pasangan kartu yang tepat antara pertanyaan dan jawaban(Ismail, 2008: 81-82).

Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam PAKEM

Melaksanakan PAKEM artinya guru dan murid secara bersama-sama

mengembangkan fisik dan mental sehingga terbiasa bertindak aktif, kreatif, dan menyenangkan. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM sebagai berikut:

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

2. Mengenal anak secara perorangan

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

(23)

7. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar

8. Membedakan aktif fisik dan aktif mental. (Subdin Kurikulum Pembinaan Pendidikan Dasar, 2003:2-3)

Penerapan PAKEM

Secara psikologis-pedagogis, penerapan PAKEM dalam proses belajar mengajar, diyakinidan telah terbukti berdasarkan pengalaman memiliki dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan mendalam, dan tahan lama dalam memori peserta didik sehingga tidak mudah lupa terhadap pengetahuan yang telah diperolehnya, atau dalam bahasa psikologi belajar dikenal dengan istilahlong term memory. Di samping itu, dari sisi pendidik, penerapan PAKEM dengan sendirinya akan semakin memotivasi pendidik sebagai manager, fasilitator, motivator, inspirator, transformator, dan

pembelajaran yang memiliki learning tradition yang kuat untuk secara terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalitasnya.

Indikator PAKEM

Dalam penerapan PAKEM oleh pendidik atau guru bias dilihat dan dicermati berbagai indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar

dilaksanakan. Di samping itu, pendidik juga perlu memperhatikan berbagai prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada atau tidaknya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di antaranya dapat dilihat pada beberapa indikator berikut.

INDIKATOR PROSES PENJELASAN METODE

1. Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan bahasa/ kata-kata peserta didik sendiri).

PAKEM sangat

mengutamakan agar peserta didik

mampu berfikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri.

Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karya nya agar dapat saling belajar.

(24)

(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau

didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.

3. Ruang Kelas (Penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alat peraga sederhana buatan guru dan peserta didik).

Banyak yang dapat dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering digunakan diletakkan strategis.

Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk dipajang, dimana, dan bagaimana memajangnya.

4. Penataan Meja Kursi (Meja kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel).

kepada murid yang prestasinya kurang baik, dsb.

5. Suasana Bebas (Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untukmenyampaikan atau mengungkapkan pendapat).

Peserta didik dilatih untuk

mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.

Guru dan sesama peserta didik

mendengarkan dan menghargai

pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individu.

(25)

(Guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar peserta didik secara memperbaiki atau pun kelompok dalam hal

7. Sudut Baca (Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didik)

Sudut baca diruang kelas akan

8. Lingkungan Sekitar (Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran).

Sawah, lapangan, pon, sungai, kantor pos, puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan

(26)

individu/kelompok. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, ketrampilan dan sikap serta perilaku positif akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud bila peserta didik dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan dapat memotivasi mereka untuk berpikir. Dalam pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana, tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

BSNP, 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,Bandung: PT Genesindo

Chatarina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darhim. 1993. Workshop Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, Jakarta : Kegiatan Penyusunan/ Pengembangan Kurikulum/ Bahan Ajar dan Model Pembelajaran

Dimyati & Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Saeful Bahri, 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Saeful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

(27)

Engkoswara dan Rocham Natawidjaja. 1979. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT Bunda Karya.

Hamalik, 2001. kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA. Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Hamzah, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono Kasmadi, 2001.Pengembangan Pembelajaran dengan pendekatan modelmodel pengajaran sejarah. Semarang: Prima Nugraha Pratama

Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis Paikem. Semarang: RaSAIL Media Group.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka

Kasbolah, Kasihani, 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang: Universitas Negeri Malang

Max Darsono, 2000. Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munib, 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan: UPT Unnes Press

Muslim, Faisol. Jiyono. Masjudi. dan Bellen. 2001. Orientasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta:Unesco,-Unicef-Depdiknas.

Purwadaminta ,2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Salim, Agus. 2009. Edukasi, Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Proses Belajar Mengajar II. Semarang: IKIP Semarang Press.

Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Semarang: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(28)

Suherman, Erman. 1994. Strategi Belajar dan Mengajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Suparlan, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT. Genesindo

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suryanto, Adi, dkk. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

Tim Bina Karya Guru. 2003. Matematika Terampil Berhitung. Jakarta: Erlangga.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Utami, Dwi Tyas. 2010. Panduan PAKEM PKn SD, Jakarta : Erlangga

Wahyuni, Baharuddin, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Widja, I Gede.1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan timbul ketika nasabah tidak mengetahui bagaimana sistem perhitungan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Pekanbaru dalam memberikan bagi hasil

Pemberian air pada tanaman cabai merah besar dilakukan dengan cara menimbang selisih berat antara berat tanah hari pertama dan berat tanah hari ke dua, dan seterusnya

Dalam penelitian ini, sumber data utama yang digunakan adalah informasi dari narasumber (data primer), dilengkapi dengan data sekunder dan tersier. Pengumpulan

Pengembangan wirausaha mikro adalah sebuah alat penting untuk membawa misi yang holistik (Bussau 2003:39), yaitu: a) Usaha mikro/kecil dibentuk dengan dasar-dasar yang

Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda dalam menanggulangi gelandangan dan pengemis melalui Komunikasi Persuasif di Kota Samarinda adalah usaha Satuan

[r]

Komunikasi, yaitu bahwa orang memberi tafsiran pada prilaku orang lain (berwujud pembicaraan, gerak gerik badaniah atau sikap) perasaan-perasaan yang ingin

putrh (Shorea b racteolara) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab penyakit kolera yang lemah kuenaberbeda jauh dengan kloramferukol sebagai kontrol